BAB IV
tanggal 14 Mei – 14 Juli 2018. Terlebih dahulu peneliti mengurus surat perizinan mulai
dari institusi pendidikan yang ditujukan ke Dinas penananman modal, setelah surat
sampel 15 orang. Setelah data terkumpul sesuai waktu penelitian, penelitian melakukan
editing yaitu memeriksa kelengkapan data. Coding, yaitu merubah data yang berupa
huruf menjadi bilangan dengan memberikan kode – kode pada setiap variabel.
Processing yaitu memasukkan data ke komputer dan proses yang terakhir adalah
cleaning yaitu pengecekan ulang data untuk melihat ada tidaknya kesalahan
pengolahan data. Selanjutnya peneliti mulai melakukan pengolahan data yang telah
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 2
Distribusi Kesiapan Pasien Pulang Sebelum Dan Setelah Diberikan
Discharge Planning Pada Pasien TB Paru Di RSUD Argamakmur
No Sebelum Setelah Selisih
1 4 7 -3
2 3 7 -4
3 5 8 -3
4 4 7 -3
5 4 7 -3
6 7 8 -1
7 6 8 -2
8 8 8 0
9 1 7 -6
10 8 8 0
11 8 8 0
12 8 8 0
13 3 8 -5
14 5 7 -2
15 4 7 -3
orang dan 4 orang tidak mengalami peningkatan dalam hal kesiapan pasien
Tabel 3
Rata-Rata Kesiapan Pasien Pulang Sebelum Dan Setelah Diberikan
Discharge Planning Pada Pasien TB Paru Di RSUD Argamakmur
No Kesiapan Pasien Pulang Mean Min Max SD
1 Sebelum 5,20 1 8 2,21
2 Setelah 7,53 7 8 0,51
3
planning dengan nilai rata-rata 5,20 dan setelah diberikan discharge planning.
2. Analisis Bivariat
melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji shapiro wilk. Hasil tersebut ditampilkan pada
tabel dibawah ;
Tabel 4
Uji Normalitas Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan
Pasien Pulang Pada Penderita TB Paru Di RSUD Argamakmur
Kesiapan Pasien Pulang Mean Standar Deviasi ρ value
Sebelum 5,20 2,21 0,12
Sesudah 7,53 0,51 0,05
*p = uji shapiro wilk
nilai p value > 0,05 sehingga uji statistik yang akan digunakan adalah uji paired
sampel t-test.
Tabel 5
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Pulang Pada
Penderita TB Paru Di RSUD Argamakmur
Interval P value
Variabel Mean Selisih Kepercayaan (95%)
Lower Upper
Sebelum 5,20
- 2,33 -3,37 -1,29 0,000
Setelah 7,53
B. Pembahasan
tentang TB paru. Seperti responden tidak mengerti tentang jadwal minum obat
pada penderita TB paru, responden menyatakan jika ia pulang dari rumah sakit
artinya responden sudah sembuh dari sakit dan dinyatakan pulang sehingga
5
respode tidak melanjutkan pemberian obat padahal waktu pemberian obat pada
perawat tidak sampai dengan baik selain itu pemberian informasi oleh perawat
tidak dilakukan oleh seluruh perawat yang ada. Pasien dikatakan siap untuk
yang membuat seseorang siap untuk memberikan respon dengan cara tertentu
Sssss yeri pada sendi lansia dianggap sebagai hasil dari berbagai proses
patologis, salah satu yang dapat menimbulkan nyeri pada lansia adalah
gangguan yang terjadi pada matriks tulang rawan sendi. Gangguan ini pada
prostaglandin dan serotin yang merangsang ujung - ujung saraf bebas, inilah
ujung saraf reseptor nyeri yang dapat menimbulkan nyeri (Price dan wilson,
2002).
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Sumartini (2008), bahwa penyakit
tidak stabilnya degradasi dan sintesis kondrosit kartilago artikuler dan matriks
degradasi kartilago sehingga timbul gejala klinis primer berupa nyeri sendi.
Rerata intensitas nyeri sebelum diberikan perlakuan terapi musik adalah 1,88
1,56, yang berarti terapi musik efektif menurunkan intensitas nyeri sendi lansia.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fetrisia (2011), tentang efek terapi musik
berpengaruh terhadap intensitas nyeri sendi lansia dengan p value 0,003. Lansia
suara atau irama musik yang diterimanya sehingga fokus perhatian terhadap
mengalihkan fokus perhatian seseorang terhadap nyeri. Potter and Perry (2005),
7
yang berarti massase punggung efektif menurunkan intensitas nyeri sendi pada
lansia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sumartini (2008), yang
lansia dengan p value 0,001. Hal ini berhubungan dengan teori gate control
serabut saraf sensoris A delta yang lebih besar dan lebih cepat (Potter and Perry,
2010). Massase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada
bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden, yaitu sistem serabut berasal dalam
otak bagian bawah dan bagian tengah terutama periaqueductal gray matter dan
berakhir pada serabut interneuronal inhibitor dalam kornu dorsalis dari medula
desenden sehingga
penderita TB paru di RSUD Argamakmur Tahun 2018. Hal ini dapat terjadi
pasien dalam mengenal efek samping obat yang harus dilaporkan segera ke tim
kesehatan untuk mengantisipasi jenis obat yang akan digunakan oleh pasien.
Pasien TB juga diberi informasi tentang gizi yang harus dikonsumsi untuk
ulang sesuai dengan jadwal, serta pasien disarankan untuk melakukan aktivitas
dilakukan pada saat discharge palnning namun juga didukung oleh karakteristik
responden, yakni usia, dimana pada setiap peningkatan usia maka akan semakin
yang baik.
perawatan berkelanjutan (di rumah). Hal ini juga sesuai dengan penelitian
dampak terhadap kenaikan nilai kesiapan pasien dalam adaptasi pulang dan
lebih tinggi didukung oleh usia pasien yang sudah matang sehingga mudah
besar subyek penelitian sangat berminat untuk mempelajari hal yang diajarkan
oleh peneliti dan perawat. Ketiga adalah faktor kesehatan, dimana pada
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
aplikasi pasien TB paru terhadap kesiapannya untuk pulang dalam penelitian ini
kepada klien dan keluarganya tentang hal - hal yang perlu dihindari dan
10
dilakukan sehubungan dengan kondisi penyakit pasca bedah. Semua pasien yang
Association, 2008).
meninggalkan rumah sakit (Perry & Potter, 2010). Hal ini dapat dilihat dari
Martinsusilo, 2007).
discharge planning sudah memiliki tingkat kesiapan yang baik dimana responden
memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan hal - hal yang dapat membuat
mereka semakin cepat sembuh, baik dalam hal tindakan pengobatan di rumah,
dimana lebih dari setengah responden (71,43%) memiliki tingkat kesiapan yang
11
baik dalam mengahadapi pemulangan yaitu mampu, ingin, dan yakin melakukan
kegiatan yang diajarkan pada saat discharge planning setelah berada di rumah
12
BAB V
A. Simpulan
B. Saran
1. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini disarankan kepada pihak peneliti lanjutan bahwa
pasien dengan penyakit lain yang beresiko terjadinya kekambuhan juga diperlukan.
2. Praktis
setelah diberikan dischange planing oleh karena itu disarankan kepeada perawat untuk
terus meningkatkan dischange planing pada seluruh pasien tidak hanya pasien TB
paru. Selain itu pada menajemen ruamh sakit untuk melakukan pelatihan tentang
kesiapan pasien pulang dan memberikan reward pada perawat apabila menjalankan
13