Anda di halaman 1dari 9

“PEMBUATAN EKSTRAK”

I. TUJUAN
 Mahasiswa mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan berbagai metode ekstraksi
padat-cair.

II. DASAR TEORI


2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak
atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat
(Ditjen POM, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok. diluar pengaruh matahari langsung (Ditjen POM,
1979).

2.2 Ekstraksi Padat-Cair


Ekstraksi pdat-cair yang sering disebut leaching adalah proses pemisahan zat yang
dapat melarut(solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert)
dengan menggunakan pelarut cair.

Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :

1. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)


Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi
selesai.
2. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang baru sampai proses
ekstraksi selesai
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut
dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa proses ini paling banyak ditemui di
dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam,
sehingga yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah
sifat-sifat bahan alam tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
Remaserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang
merupakan modifikasi dari maserasi. Dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam
dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari
bahan alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan
atau bahkan pada suhu pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali
menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda
zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama. Proses ini bisa
diulang beberapa kali menurut kebutuhan.
Salah satu keuntungan metode remaserasi adalah cepat, terutama jika remaserasi
dilakukan pada suhu didih pelarut. Meskipun demikian, metode ini tidak selalu efektif dan
efisien.
Metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan memerlukan waktu yang lebih
lama dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan metode ekstraksi bertahap, tetapi metode
ini memiliki kelebihan bahwa hasil ekstraksinya biasanya lebih sempurna. Contoh metode
ekstraksi berkesinambungan adalah soxhletasi.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan
dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup
kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini,
maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia
yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi
yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila
suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer,
Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

Gambar 1. Alat Soxhletaasi

2.3 Kandungan Tanaman Ciplukan


Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara
lain saponin, flavonoid, polifenol dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian
tanaman, antara lain:
a. Herba : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F,Withangulatin A
b. Biji : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen
utama asam palmitat dan asam stearat
c. Akar : alkaloid
d. Daun : glikosida flavonoid (luteolin)
e. Tunas : flavonoid dan saponin
III. ALAT dan BAHAN

3.1 Alat :
- Seperangkat Alat Soxhletasi - Corong Pisah
- Kertas Saring - Kain Flanel
- Erlenmayer - Beaker Glass
- Batang Pengaduk - Gelas
- Gelas Ukur -Waterbath
- Vacuum Rotary Evaporator
3.2 Bahan :
- Simplisia Herba Ciplukan
- Etanol

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


4.1 Soxhletasi

Timbang 40 gram serbuk Herba Ciplukan

Bungkus dengan kertas Saring

Tambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak satu setengah kali sirkulasi

Panaskan cairan penyari dengan kecepatan 6-7 sirkulasi/jam

Lakukan penyarian hingga perkolat tidak berwarna

Pekatkan perkolat dengan penguap putar atau dengan waterbath hingga diperoleh
ekstrak kental

Timbang Ekstrak Kental & Hitung % Randemen.


4.2 Remaserasi

Masukkan ±75 g serbuk Herba Ciplukan kedalam botol kaca

Tambahkan etanol 96% sebanyak 10 bagian lalu digojog. Biarkan selama 1 hari.

Setelah 1 hari, saring serbuk herba ciplukan ke dalam gelas, lalu diuapkan ada
ekstrak kental.

Ampas serbuk herba ciplukan dimasukkan lagi kedalam botol kaca dan
ditambahkan etanol sebanyak 10 bagian, lalu digojog. Biarkan selama 1 hari

Setelah 1 hari, saring herba ciplukan ke dalam gelas, lalu diuapkan ad ekstrak
kental

Timbang bobot ekstrak kental & Hitung % Randemen.

V. HASIL PERCOBAAN

Keterangan Ekstrak Remaserasi Ekstrak Sokhletasi


Jumlah Pelarut Yang Digunakan 755,48 1½ kali sirkulasi
(ml)
Kecepatan Sirkulasi - 6-7 sirkulasi/jam
Bobot Serbuk (g) 75,548 40
Bobot Ekstrak (g) 7,125 1,675
Randemen (%) 9,43 4,19

 PERHITUNGAN
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
 Randemen Ekstrak = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

0,802 𝑔
1. % Randemen Fraksi n-Heksan = 7,125 𝑔 𝑥 100% = 11,26 %
1,5 𝑔
2. % Randemen Fraksi Etil Asetat = 7,125 𝑔
𝑥 100% = 21,05 %
1,907 𝑔
3. % Randemen Fraksi Air = 7,125 𝑥 100% = 26,76 %
𝑔

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum dilakukan pembuatan ekstrak dari serbuk herba ciplukan ( Physalis
angulata L) dengan menggunakan metode soxhletasi dan remaserasi karena untuk mengetahui
perbandingan hasil ekstrak yang diperoleh dari metode tersebut.
Tujuan ekstraksi yaitu untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi
pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut.
Prosesnya yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekatakan
berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel.
Prinsip kerja dari soxhletasi yaitu dengan cara cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik
dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu
alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif
sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi.
Sedangkan remaserasi merupakan modifikasi dari metode maserasi. Sehingga prinsip
kerja remaserasi sama hal nya dengan maserasi yaitu merupakan cara penyarian yang
sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama 1-2 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya dan digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari.
Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur
dengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan tidak mengakibatkan
pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu
mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.
Besar kecilnya nilai randemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. Efektivitas
proses ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan, ukuran partikel simplisia,
metode dan lamanya ekstraksi.
Secara teori Kemenkes RI (2010), Ekstrak Herba Ciplukan memiliki randemen tidak
kurang dari 9,6%. Akan tetapi, berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
% randamen dari ekstraksi herba ciplukan dengan menggunakan metode remaserasi yaitu
9,43%. Sedangkan pada metode soxhletasi yaitu hanya 4,19%. Dari hasil yang diperoleh
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa metode ekstraksi yang lebih banyak menghasilkan
ekstrak yaitu dengan menggunakan metode remaserasi.
.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan ekstrak dapat dilakukan dengan metode Remaserasi dan Soxhletasi
2. % Randemen ekstrak yang dihasilkan dengan metode remaserasi lebih besar yaitu
9,43% daripada % randemen ekstrak dengan metode soxhletasi yaitu 4,19%.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Vivin Nopiyanti, dkk. 2017. Buku Petunjuk Praktikum Fitokimia S1 Farmasi.
Universitas Setia Budi : Surakarta..
2. Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
3. Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi,diterjemahkan oleh soendani N.S.
UGM Press: Yogyakarta
4. Ciplukan Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Soxhletasi

Lampiran 2. Hasil Remaserasi sebelum di uapkan

Anda mungkin juga menyukai