Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN GANGGUAN SISTEM


ENDOKRIN : DM TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA
LUBUK PAKAM TAHUN 2019

KELOMPOK A ( KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH )

1. ARDIWAN 4. YULISMA DAINI


2. THERESIA FEIGA 5. YULYA SELVIANTY
3. WIRA ELVIN A.N. 6. YUSNITA OKTAVIA
MENDROFA HARAHAP

PEMBIMBING : Ns.AGNES SILVIA MARBUN M.Kep

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus yang sering disebut dengan kencing manis atau penyakit
gula, merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah di dalam darah yang melebihi normal
(Soedarsono, 2019). Penyakit ini timbul secara perlahan dan tanpa disadari
oleh penderita Diabetes Melitus sering terjadi rasa haus yang berlebihan,
sering berkemih pada malam hari, merasa lemah, kesemutan pada jari dan
tangan serta berat badan yang turun secara cepat (Sugianto, 2016).

Insiden atau prevalensi penyakit ini secara global terus meningkat setiap
tahunnya di seluruh wilayah dunia. Sekitar 98 juta orang berusia 65
sampai 79 tahun pada tahun 2017 terkena DM dan yang berusia 20 sampai
64 tahun sekitar 327 juta orang sehingga total sekitar 425 juta orang
diseluruh dunia usia 20 sampai 79 tahun menderita DM dan diperkirakan
akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 629 juta orang dan Di Asia
Tenggara jumlah diabetes melitus 82 juta pada tahun 2017 dan diprediksi
akan meningkat 84% yaitu 151 juta pada tahun 2045, Jumlah terbesar
penderita diabetes dari usia 20-79 tahun ada di Cina, India, Amerika
Serikat, Brazil, Mexico dan Indonesia berada di nomor ke enam sebagai
Negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, (IDF, 2017).

Ada 326.500.000 orang usia kerja (20-64 tahun) dengan diabetes, dan
122.800.000 orang 65-99 tahun dengan diabetes. Jumlah orang usia kerja
dengan diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 438.200.000, dan
jumlah orang dengan diabetes 65-99 tahun akan meningkat menjadi
253.400.000 di 2045 (IDF, 2017). Prevalensi diabetes bagi perempuan 20-
79 tahun diperkirakan 8,4% yang sedikit lebih rendah dari pada laki-laki
(9,1%). Ada sekitar 17,1 juta lebih banyak pria dari pada wanita dengan
diabetes (221,0 juta laki-laki vs 203.900.000 perempuan). Prevalensi
diabetes pada wanita diperkirakan akan meningkat menjadi 9,7% pada
wanita dan 10,0% pada laki-laki Kelompok usia 65-79 tahun menunjukkan
prevalensi diabetes tertinggi di kedua perempuan dan laki-laki. (IDF,
2017).

Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan pemeriksaan darah pada


penduduk umur ≥ 15 tahun, pada 2013 sekitar 6,9% dan meningkat pada
tahun 2015 sekitar 10,9% (Perkeni, 2015) Dan berdasarkan Diagnosis
Dokter Pada Umur ≥ 15 Tahun jumlah terbesar penderita diabetes di DKI
Jakarta, Kalimantan timur, DIY begitu juga dengan Sumatra utara
merupakan kota yang mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2013
sebanyak 1.5 % dan pada 2018 sebanyak 2.0% mengalami diabetes
mellitus (RISKESDAS, 2018).

DM merupakan penyakit menahun yang akan di sandang seumur hidup,


pengelolaan atau penatalaksanaan diabetes mellitus memiliki tujuan
menghilangkan keluhan memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi
resiko komplikasi (Perkeni, 2015) Apabila terus menerus terjadi
peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah umum yang mempengaruhi jantung, mata, ginjal, saraf, dan
Diabetes salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskular (CVD),
kebutaan, gagal ginjal dan amputasi anggota tubuh (IDF, 2017).

Melihat banyaknya komplikasi yang muncul akibat penyakit diabetes ini,


hal yang dapat dilakukan oleh penderita DM adalah mencegah komplikasi
dengan cara mengontrol dan mengendalikan penyakitnya agar dapat
mempertahankan kualitas hidup (Haskas Y, 2018). Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan penyandang diabetes untuk dapat mengendalikan diabetes,
agar dapat hidup sehat dan produktif yaitu dengan mematuhi atau
menjalankan 4 pilar pengelolaan diabetes, pilar yang pertama edukasi yang
memiliki peranan penting agar penderita diabetes mempunyai pengetahuan
dan keterampilan sehingga dapat merawat diabetes secara mandiri, pilar
yang kedua perencanaan makan atau diet yaitu makanan seimbang sesuai
dengan kebutuhan kalori pilar yang ketiga olahraga dengan berolahraga
tubuh menggunakan sebagian glukosa darah sehingga dapat menurunkan
kadar glukosa darah agar glukosa darah kembali normal,dan pilar yang
keempat obat jika diperlukan apabila makanan dan olahraga tidak dapat
membuat glukosa darah turun, obat oral diabetes bukan hormon insulin,
obat ini membantu penyandang diabetes menggunakan insulinnya sendiri
dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati sehingga
kadar glukosa darah terkontrol, walaupun minum obat perlu diingat bahwa
diet dan latihan jasmani tetap sangat penting, untuk mengetahui
penanganan diabetes berhasil dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula
darah (Waspadji S, Soebekti I, Yunir, EM dan Sukardji K, 2012).

Keberhasilan suatu pengobatan di pengaruhi oleh kualitas dari pelayanan,


sikap, keterampilan petugas, sikap dan gaya hidup pasien beserta
keluarganya juga dipengaruhi kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan (Haryono S, Suryati S.E dan Maryam S.R, 2018). Sebagian
besar penderita DM memulai usaha terapi atau pengobatan secara antusias,
namun pada tahun-tahun selanjutnya antusiasme tersebut menjadi luntur
dan mereka mungkin tidak menyadari kontrol mereka sudah tidak sebaik
sebelumnya, Untuk itulah pentingnya perilaku patuh guna menurunkan
resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperburuk penyakit
yang sedang diderita (Safitri, I. N, 2013).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakpatuhan salah


satunya melalui pendidikan kesehatan (Haryono S, Suryati S.E dan
Maryam S.R, 2018). Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan
karena penatalaksanaan DM memerlukan perilaku penanganan seumur
hidup, sehingga pasien harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek
samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi pemcegahan,
teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terapi untuk menghindari
fluktasi kadar glukosa darah yang mendadak dan menghindari komplikasi
diabetik jangka panjang (Damayanti S, 2015). Menurut Restuning P,D
(2015) komunikasi petugas kesehatan melalui pendidikan kesehatan
diabetes dalam bentuk ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien
diabetes,semakin sering seseorang mendapat penyuluhan, maka semakin
baik pula perilakunya.

Keberhasilan suatu pengobatan di pengaruhi oleh kualitas dari pelayanan,


sikap, keterampilan petugas, sikap dan gaya hidup pasien beserta
keluarganya juga dipengaruhi kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan (Haryono S, Suryati S.E dan Maryam S.R, 2018). Sebagian
besar penderita DM memulai usaha terapi atau pengobatan secara antusias,
namun pada tahun-tahun selanjutnya antusiasme tersebut menjadi luntur
dan mereka mungkin tidak menyadari kontrol mereka sudah tidak sebaik
sebelumnya, Untuk itulah pentingnya perilaku patuh guna menurunkan
resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperburuk penyakit
yang sedang diderita (Safitri, I. N, 2013).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakpatuhan salah


satunya melalui pendidikan kesehatan (Haryono S, Suryati S.E dan
Maryam S.R, 2018). Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan
karena penatalaksanaan DM memerlukan perilaku penanganan seumur
hidup, sehingga pasien harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek
samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi pemcegahan,
teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terapi untuk menghindari
fluktasi kadar glukosa darah yang mendadak dan menghindari komplikasi
diabetik jangka panjang (Damayanti S, 2015). Menurut Restuning P,D
(2015) komunikasi petugas kesehatan melalui pendidikan kesehatan
diabetes dalam bentuk ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien
diabetes,semakin sering seseorang mendapat penyuluhan, maka semakin
baik pula perilakunya.
Hasil penelitian (Lis, Gandini, Pranggono, & Ropi, 2015) Penerapan
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku
pasien akan tetapi belum dapat memperbaiki kadar gula darah DM tipe 2,
Perawat sangat perlu mengaplikasikan perannya sebagai edukator dan
perlu modifikasi materi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan


permasalahan dalam hal ini adalah :
1. Apakah defenisi dari Diabetes Mellitus ?
2. Apakah etiologi dari Diabetes Mellitus ?
3. Apakah patofisiologi dari Diabetes Mellitus ?
4. Apakah klasifikasi dari Diabetes Mellitus ?
5. Apakah manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus ?
6. Apakah komplikasi dari Diabetes Mellitus ?
7. Apakah asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa DM Type
II ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Defenisi dari Diabetes Mellitus


2. Untuk mengetahui Etiologi dari Diabetes Mellitus
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Diabetes Mellitus
4. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Diabetes Mellitus
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Diabetes Mellitus
6. Untuk mengetahui Komplikasi dari Diabetes Mellitus
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes
Mellitus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINAJUAN TEORITIS DM

1. Defenisi
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin
Dependent Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin
dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan
berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin atau
berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul
Wahdah, 2011)

Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas


tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan
glukosa plasma yang normal, sehingga terjadi hiperglikemia yang
disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin. (Elizabeth J Corwin,
2009).

Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,


kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga
gagal membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan
transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi.
(FKUI, 2011).

2. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes Mellitus onset
anak – anak, ditandai dengan destruksi sel beta pancreas,
mengakibatkan defisiensi insulin absolut. DM tipe 1 diturunkan
sebagai heterogen, sifat multigenik.Kembar identic memiliki resiko
25-50% mewarisi penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6%
resiko dan anak cucu memiliki 5% resiko. Meskipun pengaruh
keturunan kuat, 90% orang dengan DM tipe 1 tidak memiliki tingkat
relative tingkat pertama dengan DM (Black, 2014, p. 632).
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel –
sel beta penkreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun).
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulakn estruksi sel beta(Nurarif
& Kusuma, 2015, p. 188 )

b. Diabetes Mellitus tipe 2


DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes Mellitus
Onset Dewasa, adalah gangguan yang melibatkan, baik genetic dan
faktor lingkungan.DM tipe 2 adalah tipe DM paling umum
mengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua, dewasa obesitas, dan etnic serta populasi ras tertentu (Black,
2014, p. 631).
DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan
resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe 2 : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu :
1) <140 mg/dl = Normal
2) 140-<200 mg/dl = Toleransi glukosa terganggu
3) ≥200 mg/dl = diabetes(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188)..
c. Diabetes gestasional
DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk
perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali
selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan
hamil namun menghilang ketika hamilnya berakhir (Black, 2014,
p. 632).

3. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai
predis posisi genetic.Kadang mereka yang memiliki indikasi resiko
penanda gen (DR3 dan DR4 HLA), DM terjadi <1%.Lingkungan telah
lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1 insiden meningkat, baik pada
musim semi maupun gugur, dan onset sering bersamaan dengan
epidemic berbagai penyakit virus.Autoimun aktif langsung menyerang
sel beta pancreas dan prosuknya. ICA dan antibody insulin secara
progresif menurunkan keefektifan kadar sirkulasi insulin (Black, 2014,
p. 634).

Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan molekul
insulin endogen sehingga menimbulkan onset mendadak.
Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit akut atau stress
dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari
kerusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut atau stress terobati
klien dapat kembali pada status terkompensasi dengan durasi yang
berbeda – beda dimana pancreas kembali mengatur produksi sejumlah
insulin secara adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode
honeymoon, secara khas bertahan untuk tiga sampai 12 bulan proses
berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak dapat
memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan. Klien
menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogem (diproduksi di
luar tubuh) untuk bertahan hidup (Black, 2014, p. 634).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Pathogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1 .Respon
terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor
dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap
kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien
ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini
dinamai desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar
glukosa. Rasio proisulin(prekurso insulin) terhadap insuli tersekresi
juga meningkat (Black, 2014, p. 634).

Proses patofisiologi ke 2 dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap


aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun jaringan perifer.
Keadaan ini disebut sebagai resistansi insulin. Orang dengan DM tipe
2 memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut, bahkan sampai
dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan
ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan
glukosa.Mekanisme penyebab resistansi insulin perifer tidak jelas;
namun, ini tampak terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor
pada permukaan sel (Black, 2014, p. 634).

Insulin adalah hormon pembangun (anabolic). Tanpa insulin, tiga


masalah metabolic mayor terjadi : 1) penurunan pemanfaatan glukosa,
2) peningkatan mobilisasi lemak, dan 3) peningkatan pemanfaatan
protein (Black, 2014, p. 634).

4. Klasifikasi Dm

DM di klasifikasikan sebagai salah satu dari empat status klinis berbeda


meliputi: tipe 1, tipe 2,gestasionalatau tipe DM spesifik lainnya. DM tipe 1
merupakan hasil destruksi autoimun sel beta,mengarah kepada defisiensi
insulin absolut. DM tipe 2 adalah akibat dari efek sekresi insulin,umumnya
berhubungan dengan obesitas. DM gastional adalah DM yang di diagnosis
selama hamil. DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari efek genetik
fungsi sel beta, penyakit pankreas (misal kistik fibrosis) atau penyakit
yang di induksi oleh obat-obatan. DM gestasional merupakan diagnosis
DM yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau
ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-
5% perempuan hamil namun menghilang ketika hamilnya berakhir (Black,
2014, pp. 631-632).

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi utama dari DM sebagai berikut :
a. Poliuria
Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktifitas
osmotik glukosa,mengarah kepada kehilangan air,glukosa dan
elektrolit.Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui
membran dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum
plasma meningkat.

b. Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus.Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktifasi
menyebabkan orang haus terus dan ingin selalu minum.

c. Polifagi
Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan menyebabkan rasa
lapar. Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun (Black,
2014, p. 639).
Manifestasi lain dari DM sebagai berikut :
a. Penurunan berat badan
Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan
air,glukosadan trigliserid,kehilangan kronis sekunder terhadap
penurunan massa otot karena asam amino di alihkan untuk
membentuk glukosa dan keton.

b. Pandangan kabur berulang


Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata terhadap
cairan hiperosmolar.

c. Pruritus,inveksi kulit,vaginitis
Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum,hasil
penelitian masa bertentangan.

d. Ketonuria
Ketika glukosa tidak dapat di gunakan untuk energi oleh sel
tergantung insulin, asam lemak di gunakan untuk energi,asam
lemak di pecahkan menjadi keton dalam darah dan di ekskresikan
oleh ginjal. Pada DM tipe 2,insulin cukup untuk menekan
berlebihan penggunaan asam lemak tapi tidak cukup untuk
penggunaan glukosa.

e. Lemah dan letih


Penurunan isi plasma mengarah kepada postural
hipertensi,kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi
terhadap kelemahan.

f. Sering asimtomatik
Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan kadar
glukosa darah sampai tingkat lebih besar di bandingkan
peningkatan yang cepat (Black, 2014, p. 639).
6. Komplikasi Diabetes Mellitus

a. Komplikasi akut diabetes mellitus


1) Hiperglikemia
Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam
sel karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan
bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke
glukosa ( glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa
(gluconeogenesis). Sayangnya namun, respon ini memperberat
situasi dengan meningkatnya kadar glukosa darah bahkan lebih
tinggi.

2) Ketoasidosis
Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat keton
asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut
ketoasidosis diabetic.Asidosis berat mungkin menyebabkan klien
diabetes kehulangan kesadaran disebut koma diabetic.Ketoasidosis
diabetic selalu dinyatakan sebuah kegawatdaruratan medis dan
memerlukan perhatian medis segera.

3) Hipoglikemia.
Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi
hipoglikemi) adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai
di dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat
oral.Kurang hati – hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin
sering menyebabkan hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal
makan atau pemberian insulin dapat menyenankan hipoglikemia
(Black, 2014, pp. 667-668).
b. Komplikasi kronis diabetes mellitus
1) Komplikasi makrovaskular
Penyakit arteri coroner, penyakit sebrovaskular, dan penyakit
pembuluh perifer kebin umum, cenderung terjadi pada usia lebih
awal, dan lebih luas dan berat pada orang dengan DM. penyakit
makrovaskular (penyakit pembuluh besar) mencerminkan
aterosklerosis dengan penumpukan lemak pada lapisan dalam
dinding pembuluh darah. Resiko berkembangnya komplikasi
makrovaskular lebih tinggi pada DM tipe 1 daripada tipe 2 (Black,
2014, pp. 674-677).

2) Penyakit aeteri coroner


Pasien dengan DM 2 – 4 kali lebih mungkin dibangdingkan klien
non DM untuk meninggal karena penyakit arteri coroner, dan factor
resiko relative untuk penyakit jantung pembuluh darah.Banyak
klien dengan DM, kejadian mikrovaskular atau proses seperti
penyakit arteri coroner adalah atipikal atau diam, dan sering seperti
gangguan pencernaan atau gangguan jantung tidak dapat di
jelaskan, dyspnea pada aktivitas berat atau nyeri epigastric.

3) Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular, termasuk infark aterotromboembolik
dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan
cerebrovascular attack (stroke), lebih sering dan berat pada klien
dengan DM. resiko relative lebih tinggi pada perempuan, tertinggi
pada usia 50 atau 60 an, dan lebih tinggi pada klien dengan
hipertensi. Klien yang dating dengan kadar stroke dan kadar
glukosa darah tinggi memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan
klien dengan normoglikemik.
4) Hipertensi
Hipertensi adalah factor resiko mayor untuk stroke dan
nefropati.Hipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar leju
perkembangan nefropati.

5) Penyakit pembuluh perifer


Pada penderita DM idensial dan prevalensi bunyi abnormal atau
murmur, tidak ada denyut pedal (kaki), dan gangrene iskemik
meninkat.Lebih dari separuh amputasi tungkai bawah nontraumatik
berhubungan dengan perubahan diabeteik seperti neuropati sensoris
dan motoric, penyakit pembuluh darah perifer, peningkatan resiko
dan laju infeksi, penyembuhan buruk.Rangkaian kejadian ini yang
mungkin mengarah kepada amputasi

6) Infeksi
Infeksi saluran kencing adalah tipe infeksi paling sering
mempengaruhi klien DM, terutama perempuan.Salah satu factor
mungkin di hambat leukosit PMN saat glukosa ada.Glukosaria
berhubungan dengan hiperglikemia.Perkembangan kandung kemih
neurogenic akibat pengosongan tidak lengkap dan retensi urine,
mungkin juga berkontribusi terhadap resiko infeksi saluran
kencing.Infeksi kaki diabetic adalah sering.Kejadian kaki diabetek
secara langsung terkait tiga factor di atas dan hiperglikemia.
Hamper 40% klien diabetic dengan infeksi kaki mungkin
memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal meskipun
amputasi di daerah yang terkena. Dengan edukasi yang tepat dan
intervensidini, infeksi kaki biasanya hilang dengan cara – cara yang
tepat waktu. Perawatan kaki efektif dapat menjadi pemutus awal
rantai kejadian yang mengarah pada keadaan amputasi.
7) Komplikasi mikrovaskular
Mikroanginopati merujuk pada perubahan yang terjadi di retina,
ginjal dan kapiler perifer pada DM. Uji komplikasi dan kontrol
diabetes telah membuat hal ini jelas bahwa control glikemik ketat
dan konsisten mungkin mencegah atau menghentikan perubahan
mikrovaskular (Black, 2014, pp. 677-679).

8) Retinopati diabetic
Retinopati diabetic adalah penyebab utama kebutaan diantara klien
dengan DM; sekitar 80% memiliki beberapa bentuk retinopati 15
tahun setelah diagnosis.Penyebab pasti retinopati tidak dipahami
baik tapi kemungkinan multi factor dan berhubungan dengan
glikosilasis protein, iskemik dan mekanisme hemodinamik. Stress
dari peningkatan kekentalan darah adalah sebuah mekanisme
hemodinamik yang meningkatkan permeabilitas dan penurunan
lastisitas kapiler.

9) Nefropati
Nefropati diabetic adalah penyebab tunggal paling sering dari
penyakit ginjal kronis tahap 5, dikenal sebagai penyakit ginjal
tahap akhir.Sekitar 35-45 % klien dengan DM tipe 1 ditemukan
memiliki nefropati 15-20 tahun setelah diagnosis.Sekitar 20% klien
dengan DM tipe 2 ditemukan memiliki nefropati 5-10 tahun setelah
diagnosis.Sebuah konsekuensi mikroanginopati, nefropati
melibatkan kerusakan terhadap dan akhirnya kehilangan kapiler
yang menyuplai glomelurus ginjal. Kerusakan ini mengarah
gilirannya kepada perubahan dan gejala pathologic
kompleks(glomerulosklerosis antar kapiler, nephrosis, gross
albuminuria, dan hipertensi).
10) Neuropati
Neuropati adalah komplikasi kronis paling sering dari DM. hamper
60% klien DM mengalaminya. Oleh karena serabut saraf tidak
memiliki suplai darah sendiri, saraf bergantung pada difusi zat gizi
dan oksigen lintas membrane.Ketika akson dan denrit tidak
mendapat zat gizi, akumulasi sorbitol di jaringan saraf, selanjutnya
mengurangi fungsi sensoris dan motoris.Kedua masalah neurologis
permanen maupun sementara mungkin berkembang padaklien
dengan DM selama perjalanan penyakit. Klien dengan kadar
glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf
berbeda dengan tipe nyeri lain seperti nyeri otot atau sendi keseleo.
Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk,
kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat klien terjaga waktu
malam atau berhenti melakukan pekerjaan tugas harian
BAB III

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping
itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit
kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes
gestasional.
2) Riwayat ISK berulang
3) Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin
dan penoborbital.
4) Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

d. Pemeriksaan Fisik
1) Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK).

3) Pernafasan
Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas,
batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau
aseton.

4) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

5) Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk,
diare (bising usus hiper aktif).

6) Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada
pria, dan sulit orgasme pada wanita.

7) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

8) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e. Aspek Psikologi
1) Stress, anxientas, depresi
2) Peka rangsangan
3) Tergantung pada orang lain
4) Pemeriksaan diagnostic
5) Gula darah meningkat > 200 mg/dl
6) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
7) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
8) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis
metabolik)
9) Alkalosis respiratorik
10) Trombosit darah:
mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
11) Ureum/kreatinin:
mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
12) Amilase darah :
mungkin meningkat > pankacatitis akut.
13) Insulin darah :
mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal
sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.

f. Pemeriksaan fungsi tiroid


peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.

g. Urine:
gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.

h. Kultur dan sensitivitas


kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada
luka.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik,


kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidak cukupan insulin penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme.

c. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan


fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

d. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan


kimia endogen (ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.

e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang


lain, penyakit jangka panjang.

f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Dx keperawatan I: Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan
yang terbatas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24
jam, diharapkan cairan dan elektrolit pasien seimbang.
Kriteria Hasil :
1) Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran
Menunjukkan nilai elektrolit dalam batas normal
TTV stabil.
Intervensi :
a) Pantau tanda – tanda vital
b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c) Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
d) Ukur BB setiap hari
e) Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan
selimut tipis.
f) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen,
muntah, distensi lambung.
g) Kolaborasi pemberian cairan IV
h) Monitor intake dan urin output setiap 8 jam.
i) Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai
dengan indikasi.

b. Dx Keperawatan II: Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan
masukan oral, hipermetabolisme, kelemahan, kelelahan, tonus otot
buruk, diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24
jam, nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1) Mencerna jumlah nutrien yang tepat,
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya,
3) BB stabil

Intervensi :

a) Timbang BB setiap hari.


b) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dihabiskan pasien.
c) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual,
muntah.
d) Identifikasi makanan yang disukai.
e) Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.
f) Kolaborasi dengan ahli diet

c. Dx Keperawatan III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24
jam, diharapkan tidak terdapat tanda – tanda infeksi.

Kriteria hasil :

1) Tidak terdapat tanda – tanda infeksi


2) Jumlah leukosit dalam batas normal.

Intervensi :
a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi
semua orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun
pasien itu sendiri.
c) Pertahankan teknik aseptik prosedur invasive.
d) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-
sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap
kering, linen tetap kering dan kencang.
e) Bantu pasien melakukan oral hygiene.
f) Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
g) Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai
BAB IV

KASUS
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus yang sering disebut dengan kencing manis atau penyakit
gula, merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah di dalam darah yang melebihi normal .
Penyakit ini timbul secara perlahan dan tanpa disadari oleh penderita
Diabetes Melitus sering terjadi rasa haus yang berlebihan, sering berkemih
pada malam hari, merasa lemah, kesemutan pada jari dan tangan serta
berat badan yang turun secara cepat
Banyak faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus, baik faktor yang
tidak bias di modifikasi dan faktor yang bias dimodifikasi

B. Saran
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tindakan yang tepat untuk
penederita diabetes mellitus agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat bagi penderita diabetes mellitus

Anda mungkin juga menyukai