Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya
yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis multidimensional yang meliputi krisis politik, ekonomi, hukum, sosial, dan
lain sebagainya merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan,
krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian
kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indonesia harus dipimpin oleh orang yang
memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang politik dan ekonomi yang berkembang
pada masa reformasi sebagai bentuk perbandingan dari masa sebelumnya, yaitu orde baru,
sehingga dapat memunculkan pandangan – pandangan yang dapat menjadi acuan sebagai
generasi muda yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.
a. Krisis Moneter
Pada awal tahun 1997 krisis moneter melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pada awal Juli 1997 rupiah Indonesia berada pada posisi nilai tukar Rp 2.500,00/US$ dan
terus mengalami kemerosotan hingga 9%. Bank Indonesia pun tidak mampu membendung
rupiah yang kian merosot hingga RP 17.000,00/US$. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya
bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan – perusahaan besar di Indonesia, dan likuidasi
beberapa bank nasional.
Dalam situasi ini, Presiden meminta bantuan kepada IMF. IMF bersedia mengucurkan
dana kepada Indonesia dengan syarat Indonesia mencabut bantuan dana untuk subsidi bahan
pokok, listrik, BBM, dan menutup enam belas bank swasta. Saat krisis memanas, muncul
ketegangan – ketegangan masyarakat yang menunjukkan krisis sosial, seperti kerusuhan anti-
Tionghoa di sejumlah kota karena dianggap mendominasi perekonomian Indonesia, serta
kerusuhan dan penjarahan.
b. Krisis Ekonomi
Munculnya krisis moneter sejak 1997 berdampak pada perekonomian dan dunia
usaha. Sejumlah perusahaan bangkrut, sehingga menyebabkan terjadinya pemutusan
hubungan kerja (PHK) besar – besaran. Hal ini mengakibatkan lonjakan ke level yang belum
pernah tercapai sejak tahun 1960-an, yaitu sekitar 20 juta atau lebih dari 20% angkatan kerja.
Akibat PHK dan naiknya harga berang dengan cepat, jumlah penduduk di bawah garis
kemiskinan mencapai 50% dari total penduduk.
c. Krisis Politik
Setelah pelaksanaan pemilu 1997 perhatian asyarakat tertuang pada Sidang Umum
MPR pada bulan Maret 1998 yang menetapkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk
masa jabatan 1998-2003 dengan B.J. Habibie sebagai wakilnya. Tanggal 10 Maret 1998
pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto diterima oleh MPR. Selanjutnya, pada 12
Maret 1998 Presiden Soeharto kembali dilantik sebagai presiden dan B.J. Habibie sebagai
wakilnya.
Pada hari yang sama muncul gerakan mahasiswa dan masyarakat yang menolak
pelantikan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Tuntutan mahasiswa dan
masyarakat ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penyimpangan dalam bidang politik sebagai
berikut.
a. Demokrasi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
b. Banyak anggota DPR/MPR yang menerapkan sistem nepotisme.
c. Orientasi politik pemerintahan Orde Baru lebih condong ke Negara barat.
d. Terjadinya ketidakadilan dalam bidang hukum.
d. Krisis Hukum
Pada masa Orde Baru, hukum sering dijadikan alat pembenarn atas kebijakan
penguasa. Banyak rekayasa dalam proses peradilan. Oleh karena itu, seseorang yang
dianggap bersalah dapat bebas dari hukuman dan seseorang yang tidak bersalah masuk
penjara. Akibat penyimpangan tersebut, masyarakat menghendaki reformasi dalam bidang
hukum untuk meluruskan masalah pada posisi sebenarnya.
e. Krisis Kepercayaan
Susilo Bambang Yudhoyono- SBY diangkat resmi sebagai Presiden RI, dan
Mohamad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2004, untuk periode
kepresidenan 2004-2009 M. Untuk kedua kalinya, Presiden dari TNI AD.
Kebijakan Presiden Ssusilo Bambang Yudhayono diantaranya
a. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
b. Konversi minyak tanah ke gas.
c. Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
d. Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
e. Buy back saham BUMN
f. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
g. Subsidi BBM.
h. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
i. Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia 2008".
j. Pemberian bibit unggul pada petani.
k. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Dalam masa pemerintahannya Presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla
mengusung visi revolusi mental yang sasarannya sebagai berikut.
a) mengubah mind set, yaitu cara berpikir dan cara pandang dalam melakukan public service.
b) Struktur organisasi harus ramping dan tidak boleh ada orang – orang dalam pemerintahan
yang memiliki fungsi ganda.
c) Kultur budaya kerja harus disiplin, tanggung jawab, mengedepankan kebersamaan, dan
gotong royong.
2.3 Demokrasi Pada Masa Reformasi
2.3.1 Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Reformasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), demokrasi adalah bentuk atau
sistem pemerintah yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantara wakilnya.
Pada era reformasi kehidupan demokratis ditandai dengan adanya kebijakan – kebijakan
sebagai berikut.
a) Keluarnya Ketetapan MPR-RI
Ketetapan tersebut antara lain Tap MPR RI No. X/MPR/1998 tentang Pokok – Pokok
Reformasi, Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang
Referendum, Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih
Dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
b) Otonomi Daerah
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Tujuan otonomi daerah adalah sebagai berikut.
1) Peningkatan pelayanan masyarakat.
2) Pengembangan kehidupan demokrasi.
3) Keadilan sosial.
4) Pemerataan wilayah daerah.
5) Pemeliharaan hubungan yang sesuai antara pusat dan daerah serta atntardaerah dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI.
6) Mendorong pemberdayaan masyarakat.
7) Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat.
8) Mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
c) Pemekaran Provinsi
Berikut adalah beberapa provinsi yang telah mengalami pemekaran sejak masa reformasi.
1) Maluku Utara dengan ibu kota Sofifi-Ternate dimekarkan dari Provinsi Maluku pada
Oktober 1999.
2) Banten dengan ibu kota Serang yang dimekarkan dari Jawa Barat pada Oktober 2000.
3) Kepulauan Bangka Belitung dengan ibu kota Pangkal Pinang pada 4 Desember 2000.
4) Gorontalo dengan ibu kota Gorontalo, dari Sulawesi Utara pada 22 Desember 2000.
5) Irian Jaya Barat dengan ibu kota Manokwari, dari Papua pada 21 November 2001.
6) Kepulauan Riau dengan ibu kota Tanjungpinang, dari Riau pada Oktober 2002.
7) Sulawesi Barat dengan ibu kota Mamuju, dari Sulawesi Selatan pada 5 Oktober 2004.
8) Kalimantan Utara dengan ibu kota Tanjung Selor, dari Kalimantan Timur pada Oktober
2012.
d) Partai Politik
Munculnya UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik memberikan semangat bagi
kehidupan politik di Indonesia. Semangat ini ditunjukkan dengan munculnya sistem
multipartai dalam pemilu. Pada Orde Baru hanya terdapat 3 partai. Pada Orde Reformasi
muncul banyak partai.
c) Pemilu 2009
Pemilu 2009 dimenangi oleh pasangan dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono
dan Boediono yang meraih 60,8% suara.
d) Pemilu 2014
Pemilu 2014 dimenangi oleh pasangan dari PDI-P, Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang meraih
46,85% suara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidakpuasan dan
keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Reformasi bertujuan untuk
menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik
berdasarkan nilai – nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan
untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Soeharto dari kursi
kepresidenan. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Soeharto dipandang tidak
mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Soeharto diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan Negara
Indonesia yang akan datang.
Demi mewujudkan tujuan Negara dan cita – cita reformasi yang telah banyak
menimbulkan korban baik harta maupun jiwa, kita sebagai pelajar Indonesia wajib menjaga
kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para pahlawan reformasi yang
telah gugur mendahului kita.
3.2 Saran
Dengan adanya jaminan dalam melakukan kebebasan berpendapat diharapkankan
masyarakat Indonesia mampu menyampaikan hal-hal yang menjadi aspirasi demi
membangun bangsa dan Negara di segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, sehingga mampu bersaing dengan negara – negara maju lainya.
Kebebasan berpendapat melalui berbagai media yang bertujuan sebagai sarana yang
menghubungkan antara pemerintah dan masyarakat diharapkan agar tidak disalahgunakan
dengan penyampaian yang berlebihan dan tidak bertanggungjawab sehingga berpotensi
memicu terjadinya kesalahpahaman pada pihak – pihak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Mutiara Shifa, Ringo Rahata, Melkisedek Bagas Fenetimura.2015.Sejarah
Indonesia.Klaten:Intan Pariwara
http://socio-politica.com/2012/05/14/gerakan-mahasiswa-gerakan-hati-nurani-bangsa-1/
http://bemfis.student.uny.ac.id/2013/06/14/mahasiswa-dalam-bingkai-reformasi/
http://fatian-suejiarto.blogspot.co.id/2012/03/peran-dan-partisipasi-mahasiswa-dalam.html