Anda di halaman 1dari 221

[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul Terintegrasi

SP2KP – PMK

MENUJU WORLD CLASS HOSPITAL

DIREKTORAT BINA PELAYANANKEPERAWATAN


DAN KETEKNISIAN MEDIK
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2012

22
0
] SP2KP-PMK Menuju WCH

KURIKULUM DAN MODUL PENERAPAN SP2KP – PMK


MENUJU MENUJU WORLD CLASS HOSPITAL

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Dalam
penyelenggaraannya, secara berkesinambungan rumah sakit harus melakukan upaya
peningkatan mutu pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu mutu pelayanan yang harus
ditingkatkan secara berkesinambungan adalah mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Mutu pelayanan keperawatan sebagai salah satu indikator manajemen pelayanan


keperawatan di rumah sakit, notabenenya saat ini belum dijadikan sebagai program utama
rumah sakit dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Masing-masing rumah sakit
mengembangkan program mutu dengan indikator yang berbeda-beda, bahkan masih ada
rumah sakit yang belum memberi perhatian pada mutu pelayanan keperawatan, sehingga
sulit dinilai peran pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.Indikator
pelayanan keperawatan di sarana kesehatan khususnya di rumah sakit merupakan salah
satu cara yang dapat dikaitkan dengan akuntabilitas pelayanan keperawatan pada
masyarakat.

Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan


keperawatan yang berkualitas, maka demi menjalankan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 659/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Standar dan Kriteria Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia, maka pelayanan keperawatanpun harus merubah paradigmanya untuk
memacu diri dalam peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dengan standar Rumah
Sakit Kelas Dunia atau bertaraf Internasional. Dalam upaya-upaya peningkatan mutu
pelayanan keperawatan menuju Rumah Sakit Kelas Dunia didasarkan pada
profesionalisme, IPTEK, aspek legal, berlandaskan etika untuk mendukung sistem
pelayanan kesehatan secara komprehensif menyelenggrakan program pemantapan
penerapan PMK-SP2KP melalui penyusunan pedoman penerapan PMK-SP2KP.

B. Filosofi
Penyelenggaraan pelatihan PMK-SP2KP ini bertujuan memfasilitasi terciptanya budaya
kerja perawat yang mengarah kepada upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan
menuju Rumah Sakit Kelas Dunia didasarkan pada profesionalisme, IPTEK, aspek legal,
berlandaskan etika untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara komprehensif.

1
] SP2KP-PMK Menuju WCH

Prinsip dari penyelenggaraan pelatihan ini diselenggarakan dengan memperhatikan:

1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:


a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan
c. Dihargai keberadaannya

2. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk mengembangkan


keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan
dalam pelatihan.

3. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk :


a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan
menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, simulasi, role
play, dan latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

II. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. Peran

B. Fungsi

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya. Fungsi
dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.

Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu :

1. Dependen
2. Independen
3. Interdependen

C. Kompetensi
Kepemimpinan dan advokasi dalam pengelolaan asuhan dan pelayanan
1.
keperawatan
2. Dokumentasi dan Sistem informasi dalam keperawatan yang terintegrasi
3. Manajemen mutu Asuhan Keperawatan/Audit Keperawatan
4. Mengembangkan uraian tugas dan Indikator Kinerja Individu (IKI)
5. Penyusunan dan pengembangan SOP / Standar pelayanan keperawatan di RS
Penerapan praktik legal etik asuhan keperawatan melalui implementasi caring
6.
serta peka budaya
7. Metode pemberian Asuhan Keperawatan
Komunikasi efektif dan terapeutik serta pengembangan interpersonal
8.
relationship

2
] SP2KP-PMK Menuju WCH

9. Coaching dalam keperawatan


10. DRK dalam keperawatan
11. Critical thinking dalam pengambilan keputusan keperawatan
12. Informed consent dalam keperawatan
13. Monitor Evaluasi dalam Keperawatan
14. Keselamatan Pasien
15. Evidence based practice dalam proses keperawatan

III. TUJUAN PELATIHAN


A. Tujuan Umum (sesuaikan dengan judul)
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui penerapan SP2KP dan PMK bagii
tenaga keperawatan di RS secara menyeluruh

B. Tujuan Khusus (sesuaikan dengan kompetensi)

1. Meningkatkan kemampuan pimpinan keperawatan menerapkan PMK dalam


pelayanan keperawatan untuk menuju RS kelas dunia.

2. Memantapkan penerapan SP2KP melalui integrasi penerapan PMK.

3. Memberikan pedoman kepada pimpinan dan staf keperawatan untuk melaksakan


pelayanan keperawatan sesuai dengan tuntutan RS kelas dunia.

IV. PESERTA DAN FASILITATOR

A. Peserta
 Dituliskan dengan jelas kriteria peserta, agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengiriman calon peserta pelatihan. Kriteria ini harus disesuaikan dengan jadwall
maupun tujuan.
 Dituliskan jumlah peserta dalam satu kelas.
 Jumlah peserta dalam satu kelas, hendaknya mengacu pada ketentuan akreditasi
pelatihan, sebagai berikut :

a. Pelatihan Non Teknis


: Jumlah calon peserta dalam1 kelas maksimal 30 org

b. Pelatihan Teknis
: Jumlah calon peserta dalam 1 kelas maksimal 15
orang atau perbandingan instruktur dengan peserta
maksimal 1 : 5

3
] SP2KP-PMK Menuju WCH

B. Fasilitator
Dituliskan dengan jelas kriteria fasilitator, yang meliputi :

1. Dasar Pendidikan dan Pendidikan tambahan (minimal S1 Kep pengalaman minimal 5


tahun di lapangan).
2. Pendidikan/pelatihan tambahan yang terkait dengan materi (SP2KP dan PMK).
3. Pelatihan tentang diklat seperti TOT, CBT atau pengalaman melatih/mengajar yang
terkini.
4. Pengalaman bekerja atau tugas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

V. STRUKTUR PROGRAM

1. Struktur program berisi semua materi beserta jumlah jam yang ditulis secara rinci,
dengan ketentuan 1 JPL adalah 45 menit.

2. Materi terdiri dari materi dasar, materi inti, dan materi penunjang, dengan format sebagai
berikut :

WAKTU
No MATERI JML
T P PL
A. MATERI DASAR :
1. Kebijakan Perkembangan Pelayanan 1 1
Kesehatan/Keperawatan
2. Standar Profesi Keperawatan 1 1

B. MATERI INTI :
1. Kepemimpinan dan advokasi dalam 1 1 2
pengelolaan asuhan dan pelayanan
keperawatan
2. Dokumentasi dan Sistem Informasi dalam 1 1 2
keperawatan yang terintegrasi
3. Manajemen mutu Asuhan 1 1 2
Keperawatan/Audit Keperawatan
4. Mengembangkan uraian tugas dan 1 1 2
Indikator Kinerja Individu (IKI)
5. Penyusunan dan pengembangan SOP / 1 1 2
Standar pelayanan keperawatan di RS
6. Penerapan praktik legal etik asuhan
keperawatan melalui implementasi caring 1 1 1 3
serta peka budaya
7. Metode pemberian Asuhan Keperawatan 1 1 2 4
8. Komunikasi efektif dan terapeutik serta 1 1 2
pengembangan interpersonal relationship

4
] SP2KP-PMK Menuju WCH

9. Coaching dalam keperawatan 1 1 2


10. DRK dalam keperawatan 1 1 2
11. Critical thinking dalam pengambilan 1 1 2
keputusan keperawatan
12. Informed consent dalam keperawatan 1 1 2
13. Monitor Evaluasi dalam Keperawatan 1 1 2
14. Keselamatan Pasien 1 1 2
15. Evidence based practice dalam proses 1 1 2
keperawatan
C. MATERI PENUNJANG :
1. Bimbingan Teknis dalam Pengelolaan 1 1 1 3
Pelayanan Keperawatan
2. Tim Building 1 1 2

Jumlah
19 11 10 40

1. Perbandingan jumlah jam dalam struktur program adalah sebagai berikut :


 Materi dasar : 5 – 15% dari total JPL
 Materi inti : 65 – 80% dari total JPL 100%
 Materi penunjang : 10 – 30% dari total JPL
 Jam teori : ≤ 40% dari total JPL
 Jam penugasan + PL : > 60% dari total JPL
.

5
] SP2KP-PMK Menuju WCH

VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

Dituliskan proses pembelajaran dalam bentuk diagram alir, dimulai dari pembukaan sampai
penutupan pelatihan, dan di bawah diagram diberi penjelasan secara singkat tentang
prosesnya.

PEMBUKAAN

Membangun komitmen belajar (BLC)


Metode : Games, diskusi

MATERI DASAR : MATERI INTI :


1. …………………………………. 1. …………………………………………..
2. …………………………………. 2. …………………………………………..
3. …………………………………………..

RENCANA TINDAK LANJUT

EVALUASI

PENUTUPAN

6
] SP2KP-PMK Menuju WCH

VII. GBPP ( Garis – Garis Besar Program Pembelajaran )

 GBPP dibuat untuk semua materi yang ada pada struktur program.
 Tuliskan judul materi pelatihan dan jumlah jam, sesuai dengan yang tercantum dalam
struktur program
 Apabila :
• Ada PKL, harus dibuat panduan PKL
• JPL PKL dicantumkan pada masing-masing materi (lihat struktur program), maka PKL
harus terbaca pada GBPP.
• JPL PKL menjadi materi inti, maka PKL harus dibuat GBPP tersendiri.
 Apabila dalam GBPP (pada metode ada penugasan, misal diskusi kelompok, role play,
studi kasus, dsb), maka harus dilampirkan instrumen dan petunjuk penugasan.

7
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

GBPP ( GARIS GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN )


SP2KP – PMK

MENUJU WORLD CLASS HOSPITAL

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2012

22
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 1

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN


No : Modul 1
Materi : Kepemimpinan dan Advokasi Dalam Pengelolaan Asuhan dan Pelayanan Keperawatan
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta didik dapat menerapkan kepemimpinan dan advokasi
dalam pengelolaan Asuhan dan Pelayanan dalam Keperawatan.
Waktu : 2 JPL (T = 1 , PL = 1).

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menyebutkan definisi Pokok Bahasan 1. Ceramah, Komputer,
kepemimpinan Definisi kepemimpinan diskusi, studi LCD
kasus.

2 Menyebutkan macam teori Pokok Bahasan 2. Ceramah, Komputer,


kepemimpinan Teori kepemimpinan. diskusi, studi LCD
Sub Pokok Bahasan : kasus.
a. Teori Bakat
b. Teori perilaku
c. Teori Motivasi

3 Menyebutkan gaya kepemimpinan Pokok Bahasan3 Ceramah, Komputer,


Gaya kepemimpinan diskusi, studi LCD
1. Otoriter kasus.
2. Demokratis
3. Bebas tindak ( Laissez-Faire)

9
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

4. Menyebutkan fungsi Pokok Bahasan 4 : Fungsi kepemimpinan Ceramah, Komputer,


kepemimpinan Sub Pokok Bahasan: diskusi, studi LCD
1. Membuat hubungan kasus.
2. Mempengaruhi orang lain
3. Membuat Keputusan
4. Mempuat kemudahan

5. Komunikasi dalam Kepemimpinan Pokok bahasan 5. Ceramah, Komputer,


Komunikasi dalam kepemimpinan diskusi, studi LCD.
Sub Pokok Bahasan kasus,
1. Komunikasi non verbal demonstrasi.
2. Komunikasi verbal

6 Menyebutkan Ciri dan kompetensi Pokok bahasan 6. Ceramah, Komputer,


yang harus dikuasai pemimpin yang diskusi, studi LCD
Ciri dan kompetensi yang harus dikuasai
efektif kasus
pemimpin yang efektif

7. Menjelaskan pengertian advokasi Pokok Bahasan 1 : Definisi advokasi Ceramah, Komputer,


diskusi, LCD
8. Memahami tentang advokasi dalam Pokok Bahasan 2 : Advokasi dalam keperawatan Ceramah, Komputer,
keperawatan diskusi LCD
9. Mengerti prinsip-prinsip advokasi Pokok Bahasan 3 : Prinsip-prinsip advokasi Ceramah, Komputer,
diskusi LCD
10. Memahami syarat-syarat advokasi Pokok Bahasan 4 : Syarat-syarat advokasi Ceramah, Komputer,
diskusi LCD
Memahami strategi advokasi Pokok Bahasan 5 : Strategi Advokasi Ceramah, Komputer,
diskusi LCD

10
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 2

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN


No : Modul 2
Materi : Dokumentasi dan Sistem Informasi dalam Keperawatan
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
Waktu : 2 JPL (T = 1 , P = 1).

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menyebutkan pentingnya Pokok Bahasan 1. Pentingnya dokumentasi Ceramah, Komputer,
dokumentasi asuhan asuhan keperawatan. diskusi, studi LCD
keperawatan Sub Pokok Bahasan : kasus.
a. Tanggung jawab profesi
b. Perlindungan hukum
c. Pengaturan standard
d. Mendapatkan informasi tentang pembiayaan

2. Menyebutkan Faktor- Pokok Bahasan 2. Faktor-Faktor Yang Ceramah, Komputer,


Faktor Yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan diskusi, studi LCD
Mempengaruhi Sub Pokok Bahasan : kasus.
Dokumentasi Keperawatan 1. Faktor-faktor sosial
2. Faktor-faktor praktik professional
3. Menyebutkan syarat Pokok Bahasan 3. Syarat-Syarat Dokumentasi Ceramah, Komputer,
pendokumentasian asuhan Yang Baik. diskusi, studi LCD
keperawatan Sub Pokok Bahasan: kasus.

11
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

1. Isi (content)
2. Teknik pencatatan
3. Metode dokumentasi
4. Mendokumentasikan data Pokok bahasan 4. Ceramah, Komputer,
pengkajian asuhan Dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan diskusi, studi LCD,Format
keperawatan kasus, pengkajian
5. Mendokumentasikan Pokok bahasan 5. Ceramah, Komputer,
discharge planning Dokumentasi discharge planning diskusi LCD, Format
6. Mendokumentasikan Pokok bahasan 6. Ceramah, Komputer,
masalah keperawatan Dokumentasi masalah keperawatan diskusi, studi LCD, format
kasus, dokumentasi
7. Mendokumentasikan Pokok bahasan 7. Ceramah, Komputer,
rencana keperawatan Dokumentasi rencana keperawatan diskusi, studi LCD, format
kasus, dokumentasi
demonstrasi.
8. Mendokumentasikan Pokok bahasan 8. Ceramah, Komputer,
intervensi keperawatan Dokumentasi intervensi keperawatan diskusi, studi LCD, format
kasus, dokumentasi
demonstrasi.
9. Mendokumentasi evaluasi Pokok bahasan 9. Ceramah, Komputer,
asuhan keperawatan Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan diskusi, studi LCD, format
kasus, dokumentasi
10. Mendokumentasikan Pokok bahasan 10. Dokumentasi resume Ceramah, Komputer,
resume asuhan pasien pulang diskusi, studi LCD, format
keperawatan kasus, resume
demonstrasi.

12
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 3

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : Modul 3
Materi : Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan / Audit Keperawatan
TPU : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan Manajemen Mutu Asuhan Keperawatan / Audit
Keperawatan
Waktu : 2 JPL ( T= 1, PL = 1)

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan / Sub Pokok Alat bantu/


Metode
(TPK) Bahasan Media Referensi

Perawat mampu :
Konsep Audit Keperawatan :
Memahami konsep Audit - Pengertian  Ceramah,  Laptop/
Keperawatan - Tujuan Tanya jawab komputer
- Prinsip  LCD
- Manfaat
- Langkah-langkah

Perawat mampu :
Menerapkan dan Role play pelaksanaan Audit Simulasi
mendemonstrasikan Pelaksanaan Keperawatan Role play  Diskusi
Audit Keperawatan kasus

13
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 4

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul 4
Materi : Uraian Tugas dan Indikator Kinerja Individu
Tujuan Umum : Pada akhir sesi peserta mampu membuat uraian tugas dan menyusun indikator kinerja individu pelayanan
keperawatan
Waktu : 2JPL (T = 1, P =1)

POKOK BAHASAN / MEDIA/


NO TPK METODE REFERENSI
SUB POKOK BAHASAN ALAT BANTU
1 Pada akhir sesi, peserta mampu:

a. Menjelaskan pengertian dan Pengertiandan lingkup uraian ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
lingkup uraian tugas tugas tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
diskusi kelompok laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

b. Menganalisis masalah Masalah kewajaran dalam ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
kewajaran dalam melaksanakan melaksanakan uraian tugas tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
tugas diskusi kelompok, laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

14
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

c. Mengembangkan uraian tugas Pengembangan uraian tugas ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
sesuai pedoman yang berlaku tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
diskusi kelompok, laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

d. Menjelaskan pengertian dan Pengertian dan Ruang lingkup ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
ruang lingkup indikator kinerja Indikator tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
individu diskusi kelompok, laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

e. Menjelaskan indikator kerja Indikator kinerja individu ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
individu tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
diskusi kelompok, laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

f. Menjelaskan langkah-langkah Langkah-langkah penyusunan ceramah dan bahan tayangan (slide Modul Pelatihan
dan penyusunan indikator kinerja indikator kinerja individu tanya jawab, powerpoint), Pengembangan
individu diskusi kelompok, laptop, LCD, white Manajemen Kinerja
latihan boardspidol, flip chart Klinik

15
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 5

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

[No : Modul 5
Materi : Penyusunan dan Pengembangan SOP/ Standar Pelayanan Keperawatan di rumah sakit
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta didik dapat memahami penyusunan dan pengembangan
SOP
Waktu : 2 JPL (T =1, P = 1)

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menjelaskan pengertian SOP Pokok Bahasan 1. : Definisi SOP Ceramah, Komputer,
diskusi, LCD
2 Memahami tujuan SOP Pokok Bahasan 2. : Tujuan SOP Ceramah, Komputer,
diskusi LCD

3 Memahami Fungsi SOP Pokok Bahasan3 : Fungsi SOP Ceramah, Komputer,


diskusi LCD
4. Memahami jenis dan ruang Pokok Bahasan 4 Ceramah, Komputer,
lingkup SOP Jenis dan Ruang Lingkup SOP diskusi LCD

5 Mengetahui persyaratan dasar Pokok Bahasan 5 Ceramah, Komputer,


pembuatan SOP Persyaratan dasar pembuatan SOP diskusi LCD

6 Mengerti tahap-tahap Pokok Bahasan 5 : Tahap-tahap penyusunan SOP Ceramah, Komputer,


penyusunan SOP diskusi LCD

16
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 6

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Materi Inti 6
Materi : Aspek Etik dan Legal Dalam Praktik Penerapan Legal Etik dalam Keperawatan melalui Implementasi Caring dan
Peka Budaya
Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini, perawat mampu menerapkan legal etik dan menunjukkan perilaku caring dan peka
budaya dalam praktik keperawatan
Waktu : 3 JPL (T=1, P=1, PL = 1)

Tujuan Pembelajaran POKOK BAHASAN MEDIA/ ALAT


No METODE REFERENSI
Khusus /SUB POKOK BAHASAN BANTU
1 Setelah mengikuti pelatihan
peserta diharapkan mampu :
a. Memahami aspek etik 1) Konsep Etik
dalam praktik keperawatan
a) definisi nilai Ceramah, tanya Slide,
b) definisi etik jawab, diskusi laptop,LCD
c) prinsip etik
b. Memecahkan masalah etik
dalam praktik keperawatan 2) Masalah-masalah etik
a) uraian masalah etik Ceramah, tanya slide, laptop,
jawab LCD

17
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

b) pemecahan masalah etik Ceramah, tanya slide, laptop,


jawab, curah LCD, flipchart,
pendapat, diskusi whiteboard,
kasus spidol, contoh
kasus
2 Setelah mengikuti pelatihan
peserta mampu :
a. Memahami aspek legal 1) Aspek legal
dalam praktik keperawatan
a) pengertian aspek legal Ceramah, tanya slide, laptop,
jawab LCD
b) bentuk-bentuk aspek legal dalam Ceramah, tanya slide, laptop,
praktik keperawatan jawab LCD

c) isu legal dalam praktik Ceramah, tanya slide, laptop,


keperawatan jawab, curah LCD, contoh
pendapat, diskusi kasus
kasus
3 Perawat mampu memahami - Pengertian Caring dan asumsi yg Ceramah / Diskusi LCD, Notebook
konsep Caring dalam mendasari caring
keperawatan - Komponen Caring
- Hubungan interpersonal dlm perilaku
Caring
4 Perawat mampu membangun Menggali nilai-nilai caring dalam diri Studi Kasus, LCD, Notebook
pribadi caring sendiri Praktek dan Diskusi

Mendemonstrasikan perilaku caring

18
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

(TOPTEN CARING BEHAVIOURS)


dalam memberikan pelayanan
keperawatan

5 Perawat mampu menerapkan


perilaku caring dalam Aplikasi Caring dalam Asuhan LCD, Notebook
pemberian Asuhan Diskusi
Keperawatan
Keperawatan Dan Studi kasus

19
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 7

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : Modul 7
Materi : Penerapan Model Pemberian Asuhan Keperawatan
TPU : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Penerapan Model Pemberian Asuhan
Keperawatan yang tepat/yang paling mungkin untuk dilaksanakan
Waktu : 4 jpl ( T= 1, P= 1, PL = 2)

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan / Sub Pokok Alat bantu/


Metode
(TPK) Bahasan Media Referensi

Perawat mampu :

Memahami konsep model Konsep Model pemberian asuhan


pemberian asuhan keperawatan keperawatan:
1. Metoda pemberian asuhan  Ceramah,  Laptop/
keperawatan Tanya jawab komputer
2. Tahapan-tahapan penerapan  LCD
model pemberian asuhan
keperawatan

Perawat mampu :

Mensimulasikan tahapan- Aplikasa Penerapan Model Pemberian Simulasi  Diskusi


tahapan metoda pemberian Asuhan Keperawatan kasus
asuhan keperawatan

20
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 8

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : Modul 8
Materi : Komunikasi Efektif, terapeutik dan pengembangan interpersonal relationship
TPU : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan Komunikasi Efektif, terapeutik dan pengembangan
interpersonal relationship
Waktu : 2 JPL ( T= 1, PL = 1)

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan / Sub Pokok Alat bantu/


Metode
(TPK) Bahasan Media Referensi

Perawat mampu :
Konsep Komunikasi Therapeutik :
Memahami konsep komunikasi - Prinsip Komunikasi therapeutic
- Hub. Perawat-Klien  Ceramah,  Laptop/
- Tahapan Komunikasi Therapeutik Tanya jawab komputer
- Sikap dlm Komunikasi Therapeutik Diskusi Kasus  LCD

Perawat mampu :
Role Play Komunikasi Efektif,
Mensimulasikan teknik Komunikasi Therapeutik serta pengembangan Simulasi  Diskusi
Therapeutik interpersonal relationship Role Play kasus

21
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 9

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul 9
Materi : Bimbingan (Coaching) Dalam Keperawatan
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta didik dapat menerapkan Bimbingan (Coaching)
dalam keperawatan.
Waktu : 2 JPL (T =1, PL = 1).

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menyebutkan definisi Pokok Bahasan 1. Ceramah, Komputer,
Menyebutkan definisi bimbingan Definisi bimbingan (coaching) diskusi LCD
(coaching)

2 Menyebutkan tujuan bimbingan Pokok Bahasan 2. Ceramah, Komputer,


(coaching) Tujuan bimbingan (coaching) diskusi LCD

3 Menyebutkan manfaat bimbingan Pokok Bahasan 3 Ceramah, Komputer,


(coaching) Manfaat bimbingan (coaching) diskusi, studi LCD
Sub Pokok Bahasan: kasus.
1. Langkah-langkah bimbingan (coaching)
2. Kemampuan untuk Melakukan coaching

4. Menyebutkan langkah-langkah Pokok Bahasan 4 Ceramah, Komputer,


bimbingan (coaching) Langkah-langkah bimbingan (coaching) diskusi, studi LCD
Sub Pokok Bahasan: kasus.
1. Langkah-langkah bimbingan (coaching)
2. Ciri-ciri fasilitator yang efektif

22
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 10

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Materi : DRK
TPU : Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu melaksanakan kegiatan DRK diunit keperawatan
Waktu : 2 JPL ( T = 1, PL = 1 )

Pokok Bahasan & Sub Pokok


No TPK Metoda Media & Alat Bantu Referensi
Bahasan
1 Peserta Mampu : Pokok bahasan : Ceramah Media
Menjelaskan Konsep DRK 1. Konsep DRK Curah pendapat - Bahan tayangan digital
Tanya jawab - Modul
Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian DRK Alat Bantu
2. Tujan DRK - Computer
- LCD

2 Melakukukan Langkah – Pokok Bahasan : Ceramah Media :


langkah DRK Langkah-langkah DRK Curah pendapat - Bahan tayangan digital
Tanya jawab - Modul
Sub Pokok Bahasan Penugasan Alat Bantu
1. Peran masing –masing dalam - Computer
DRK - LCD
2. Memilih dan menetapkan kasus
3. Menyusun Jadwal DRK
4. Membuat Laporan

22
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 11

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul 11
Materi : Pelaksanaan Assessment dan Critical Thinking In Nursing dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan.
Tujuan Umum : Pada akhir sesi peserta mampu memahami pelaksanaan assessment dan critical thinking in nursing dalam
pengambilan keputusan dalam keperawatan.
Waktu : 2 JPL ( T = 1, PL = 1 )

POKOK BAHASAN / MEDIA/


NO TPK METODE REFERENSI
SUB POKOK BAHASAN ALAT BANTU
1 Pada akhir sesi, peserta
mampu:

a.Memahami Pelaksanaan Pengertian ceramah dan bahan tayangan (slide powerpoint),


Assessment tanya jawab, laptop, LCD, white boardspidol, flip
chart

b. Memahami Citical Critical Thinking ceramah dan bahan tayangan (slide powerpoint),
Thinking In nursing Sub Pokok Bahasan tanya jawab, laptop, LCD, white boardspidol, flip
a. Pengertian critical thinking chart
b. Komponen critical thinking
c. Kompetensi critical thinking
d. Aplikasi pada asuhan keperawatan

55
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

c. Memahami pengambilan ceramah dan bahan tayangan (slide powerpoint),


keputusan tanya jawab, laptop, LCD, white boardspidol, flip
chart

56
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 12

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul 12
Materi : Informed Consent
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta didik dapat menerapkan informed consent
Waktu : 2 JPL (T =1, PL = 1).

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menjelaskan pengertian Pokok Bahasan 1. Ceramah, Komputer,
informed consent Definisi informed consent diskusi, LCD

2 Menjelaskan tahapan dalam Pokok Bahasan 2. Ceramah, Komputer,


melakukan informed consent Tahapan dalam melakukan informed diskusi LCD
consent
3 Menjelaskan peran dokter dan Pokok Bahasan3 Ceramah, Komputer,
perawat dalam informed Peran dokter dan perawat dalam informed diskusi LCD
consent consent
4. Memahami tentang Panduan Pokok Bahasan 4 Ceramah, Komputer,
Persetujuan Tindakan Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran diskusi LCD
Kedokteran (Informed Consent) (Informed Consent)

22
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 13

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : Modul 13
Materi : Modul monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan keperawatan di RS
TPU : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan keperawatan di RS.
Waktu : 2 JPL ( T= 1, PL= 1 )

Alat bantu/
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode
Media Referensi

Setelah mengikuti materi ini, peserta


mampu : 1.Pengertian monitoring dan evaluasi

1.Menjelaskan konsep monitoring dan 2.Tujuan monitoring dan evaluasi  Ceramah,  Laptop/
evaluasi  Tanya jawab komputer
2. Menyusun instrument monev 3.Manfaat monitoring dan evaluasi  LCD
3. Mendemonstrasikan monitoring dan 4. Prinsip- prinsip monitoring.
evaluasi 5. Langkah- langkah dalam monitoring
4. Menjelaskan tentang penilaian kerja 6. tipe monitoring
7. Sistem monitoring

22
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH
Modul 14

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Materi : Keselamatan pasien (patient safety)


Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini, Perawat mampu memahami ttg keselamatan pasien (patient safety)
Waktu : 2 JPL (T = 1, PL = 1)

TUJUAN POKOK BAHASAN/ MEDIA/


NO. METODE REFERENSI
PEMBELAJARAN KHUSUS SUB POKOK BAHASAN ALAT BANTU
1. Setelah mengikuti materi ini, PokokBahasan 1: - Ceramah tanya jawab - Bahan tayangan
Perawat mampu Pengertian keselamatan pasien - Curah pendapat - Laptop
menerapkan keselamatan (patien safety) - LCD
pasien (patien Safety)
PokokBahasan 2: - Ceramah tanya jawab - Bahan tayangan
Indicator keselamatan pasien (patien - Curah pendapat - Laptop
safety) - LCD
PokokBahasan 3: - Ceramah tanya jawab - Bahan tayangan
Formula perhitungan indicator - Curah pendapat - Laptop
keselamatan pasien (patien Safety) - Studi kasus - LCD

59
] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul 15

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul 15
Materi : Evidence Based Practise (EBP) dalam Asuhan Keperawatan
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta mampu melakukan Evidence Based Practise (EBP)
dalam menerapkan asuhan keperawatan di lingkungan rumah sakit masing-masing.
Waktu : 2 JPL (T = 1 , P = 1)
Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menjelaskan secara Pokok Bahasan 1. Evidence Based Practice (EBP) Ceramah, Komputer,
terperinci tentang Evidence dalam Keperawatan diskusi, LCD
Based Practice (EBP) dalam Sub Pokok Bahasan:
studi
keperawatan a. Pengertian
b. Tujuan kasus.
c. Karakteristik
2. Menentukan langkah- Pokok Bahasan 2. Langkah – Langkah dalam Evidence Ceramah, Komputer,
langkah dalam Evidence Based Practice (EBP) diskusi, LCD
Based Practice (EBP) Sub Pokok Bahasan:
studi kasus.
a. Menentukan masalah pasien
b. Identifikasi informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
c. Mencari literatur
d. Penilaian secara kritis terhadap evidence yang ada
e. Melakukan extraksi sebagai jawaban klinik
f. Membuat protocol
g. Evaluasi
] SP2KP-PMK Menuju WCH

Modul Penunjang

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

No : Modul Penunjang
Materi : Team Building
Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran, peserta diharapkan mampu berkolaborasi untuk membangun sebuah
tim dalam meningkatkan kinerja yang ada.
Waktu : 1 JPL (T = 1 , P = 0, PL = 0).

Media/ Alat
No. TPK Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Referensi
Bantu
1. Menjelaskan secara Pokok Bahasan 1. Team Building dalam Ceramah, Komputer, LCD
terperinci tentang Team Keperawatan diskusi, studi
Building dalam Sub Pokok Bahasan: kasus.
keperawatan 1. Pengertian
2. Tujuan
3. Karakteristik
2. Memahami proses Pokok Bahasan 2. Proses Pembentukan Team Ceramah, Komputer, LCD
pembentukan Team Building diskusi, studi
Building Sub Pokok Bahasan: kasus.
a. Membentuk struktur tim
b. Mengumpulkan informasi
c. Membicarakan kebutuhan
d. Merencanakan sasaran dan menetapkan
cara pencapaian
e. Mengembangkan ketrampilan
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

VIII. EVALUASI

 Evaluasi meliputi evaluasi fasilitator, peserta, dan penyelenggara.


 Soal pretest/posttest harus mencakup semua materi, terutama materi inti, dengan jumlah
soal per materi harus proporsional dengan jumlah jam yang telah ditentukan.

IX. SERTIFIKAT

Penentuan angka kredit pelatihan berdasarkan lamanya waktu pelatihan dalam satuan jam
pelajaran efektif adalah sebagai berikut:

Lama Pelatihan Angka


No
(jam efektif @ 45 menit) kredit
1 30 – 80 jam 1
2 81 – 160 jam 2
3 161 – 480 jam 3
4 481 – 640 jam 6
5 641 – 960 jam 9
6 > 960 jam 15

Sumber : Keputusan Menteri PAN nomor: 41/Kep/M.PAN/4/2003

Berdasarkan ketentuan di atas, kepada setiap peserta yang telah menyelesaikan proses
pembelajaran akan diberikan sertifikat diklat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
RI dengan angka kredit yang sesuai dengan jumlah jam pelatihan, dan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara.
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 1

KEPEMIPINAN DAN
ADVOKASI

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 1
KEPEMIMPINAN DAN ADVOKASI

A. DESKRIPSI SINGKAT
Pemimpin perlu memiliki ketrampilan kepemimpinan, sehingga efektifdalam mengelola
pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai dengan IPTEK dan dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan.Pemimpin menggunakan proses manajemen untuk
mencapai tujuaninstitusi/organisasi yang telah ditentukan melalui orang lain.
Kepemimpinan merupakan interaksi antara kelompok, proses mempengaruhi kegiatan
suatu organisasi dalam pencapaian tujuan melalui ketrampilan berkomunikasi yang
efektif dan dapat memotivasi bawahan sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja
karyawan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Peserta didik dapat memahami tentang kepemimpinan dalamkeperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta didik dapat :
a. Menyebutkan definisi kepemimpinan
b. Teori kepemimpinan
c. Gaya kepemimpinan
d. Fungsi kepemimpinan
e. Komunikasi dalam ke pemimpinan
f. Keterampilan yang harus dikuasai pemimpin yang efektif

C. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1. Menyebutkan definisi kepemimpinan
Pokok Bahasan 2. Teori kepemimpinan
Pokok Bahasan 3.Gaya kepemimpinan
Pokok Bahasan 4. Fungsi kepemimpinan
Pokok Bahasan 5. Komunikasi dalam kepemimpinan

56
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 6. Kompetensi yang harus dikuasai pemimpin yang efektif

D. METODA
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Studi kasus
d. Demonstrasi
e. Film

E. MEDIA DAN ALAT BANTU


a. Komputer
b. LCD
c. Flip chart

F. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran


serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai jabfung kesehatan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2. Penyampaian Materi ( 25 menit)

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta mengenai kepemimpinan dalam


keperawatan.
2. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi pengalaman
dengan peserta lainnya.

57
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai definisi kepemimpinan, teori


kepemimpinan, gaya kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, komunikasi dalam
kepemimpinan, dan kompetensi yang harus dikuasai pemimpin yang efektif.
4. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap


materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

G. URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1. Definisi kepemimpinan
 Menurut Huber.D, 2000

Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain dalam

mencapai tujuan (Huber.D, 2000).

 Menurut Harsey, Balncard dan Johnson (1996) dalam Huber 2000, kepemimpinan

diartikan sebagai suatu proses untuk mempengaruhi kegiatan individu atau

kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan pada suatu situasi.

 Menurut Milton 1969 dalam Sawnburg 2000, kepemimpinan adalah suatu konsep

dari suatu tujuan dan metoda untuk mecapainya, suatu mobilisasi dari seluruh

fasilitas yang diperlukan untuk pencapaian hasil dari penyesuaian dan nila-nilai

terhadap factor lingkungan pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya.

 Menurut McGregor dalam Huber (2000), ada empat variable dalam kepemimpinan:

1. Karakteristik pimpinan

2. Sikap, kebutuhan, dan karakteristik lain dari bawahan

3. Karakteristik dari organisasi yang akan dibentuk

4. Keadaan social, ekonomi, dan politik lingkungan

58
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 2. Teori kepemimpinan


i. Teori Bakat/Bawaan
Menurut teori ini pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Namun setelah dilakukan

penelitian tidak ditemukan kriteria khusus sifat bawaan yang dapat meramalkan

suatu potensi kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan sendiri berfungsi sebagai

hubungan antar manusia, maka pada setiap situasi yang berbeda diperlukan

karakteristik dan bawaan yang berbeda pula dari pimpinan.

Komponen yang berhubungan dengan kepemimpinan sebagai bawaan adalah :

1) Intelegensi

Dalam hal ini dikatakan bahwa pemimpin harus memiliki :

 Keahlian dan kompetensi

Pemimpin harus mengetahui seluk beluk mengenai pekerjaannya secara

mendetail. Selain itu, seorang pemimpin juga harus selalu mengikuti

perkembangan trend terbaru. Sehingga, mereka menyadari jika ada peluang

atau masalah yang muncul

 Kemampuan memotivasi bawahan untuk bekerja keras

Pemimpin juga harus bisa mendisiplinkan proses untuk mengatur sumber

daya dan memberdayakan karyawan untuk menjalankan visi perusahaan.

 Visi

Seorang pemimpin harus memiliki visi, yakni pandangan jauh kedepan

mengenai kemana arah pekerjaan. Selain itu harus mampu mengartikulasikan

visinya tersebut dengan bahasa yang jelas dan sederhana sehingga dapat

diterapkan.

 Keberanian

Kemampuan untuk mengambil resiko dalam pekerjaan

59
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

2) Kepribadian

Sifat kepemimpinan yang efektif diantaranya

 kepribadian yang mudah menyesuaikan diri

 mempunyai keyakinan diri

 kreatif

 pemimpin juga harus mempunyai emosional intelegensia yang baik sehingga

ia mampu menggunakan dan mengelola emosi dengan baik pula.

ii. Teori perilaku


Teori perilaku atau teori fungsi dalam kepemimpinan masih berfokus pada

pemimpin. Perilaku sering di lihat sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke

demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus karyawan. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh pengalaman dalam kehidupan seseorang. Perbedaan mendasar

antara teori perilaku dan teori sifat bawaan lebih berfokus pada apa yang pemimpin

lakukan daripada siapa pemimpinnya (Tappen,1995)

iii. Teori Motivasi


1) Teori Hierarki Kebutuhan ( Maslow)
Berdasarkan teori Maslow kebutuhan terdiri dari 5 hirarki yang dapat di
analogkan sebagai berikut:
 Kebutuhan fisiologis = Gaji pokok
 Keamanan = Perencanaan yang regular ( Gaji, jenjang karier)
 Kasih sayang = Kerja sama secara tim
 Harga diri = Pencapaian posisi
 Aktualisasi = Tantangan dalam bekerja
2) Teori Dua Faktor ( Frederich Herzberg)
 Motivators = Kepuasan kerja
 Hygiene = lingkungan yang kondusif.

60
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 3. Gaya kepemimpinan


Menurut Lipit dan White, terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu otoriter,
demokrasi, dan liberal
a. Gaya kepemimpinan Otoriter
Semua kebijakan dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaannya
diberikan pada bawahan dan pemimpin melakukan control yang maksimal. Gaya
kepemimpinan ini tidak meningkatkan partisipasi dan kerja sama antara pemimpin
dan bawahan. Gaya kepemimpinan seperti ini menimbulkan kekecewaan, ketidak
puasan diantara bawahan.

Gaya kepemimpinan ini efektif digunakan dalam keadaan darurat untuk mendorong
staf percaya diri dan bekerja dengan baik.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Pemimpin menghargai bawahan dan kemampuan bawahan, pemimpin
mendapatkan pandangan, masukan dari pemikiran bawahannya serta memotivasi
bawahan untuk mencapai tujuan organisasi . Pemimpin member kesempatan pada
bawahan untuk mengambil keputusan tertentu sehingga kepuasan kerja dapat
meningkat.

Dalam kepemimpinan keperawatan gaya kepemimpinan ini sangat baik digunakan


untuk membimbing perawat agar dapat melakukan tanggung jawabnya melalui
motivasi, pengarahan dan penghargaan atau pujian tergadap prestasi kerjanya.

c. Gaya kepemimpinan Bebas Tindakan ( Laissez-Faire )


Pemimpin menyerahkan perannya kepada bawahannya, dengan bimbingan minimal
atau tidak sama sekali. Bawahan melaksanakan tugas dan tanggung jawab
berdasarkan kemampuannya. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan
mempunyai kompetensi dan tanggung jawab yang tinggi. Tetapi jiga bawahan
kurang mempunyai kemampuan dapat menimbulkan keresahan karena tidak dapat
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

61
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok bahasan 4. Fungsi kepemimpinan

Dalam proses manajemen seorang pimpinan keperawatan mempunyai fungsi:

a. Membuat hubungan
Pemimpin harus mempunyai prinsip keterbukaan , saling menerima dan saling
mengerti. Membangun hubungan yang produktif melalui hubungan saling percaya,
merasa puas dan percaya, sehingga bawahan merasa bebas untuk bertanya dan
meminta bantuan.

b. Mempengaruhi orang lain


Dalam mempengaruhi orang lain harus bersifat mendorong, memotivasi
orangdengan tujuan mengadakan perubahan.

c. Membuat Keputusan
Selama pelaksanaan perawatan, perawat tidak terlepas dari cara
pembuatkeputusan. Saat pengkajian data, perumusan diagnose keperawatn dan
evaluasi keperawatan, perawat selalu membuat keputusan
berdasarkanpertimbangan dan pilihan alternatif yang terbaik.

Dalam membuat pertimbangan harus melibatkan kebijaksanaan, etika, standar


keperawatan dan berdasarkan data. Pengetahuan yang luas, konsep, prinsip,
pengalaman akan mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan bagipimpinan
keperawatan.

d. Membuat kemudahan
Dalam mencapai tuhuan mempengaruhi, mendorong orang lain dengan
menggunakan sumber daya yang berdayaguna. Semua tindakan diusahakan ada
uraian secara mendetail agar mudah dilaksanakan oleh orang lain.

Seorang pimpinan keperawatan yang kreatif, berpengalaman dan aktif akan


memiliki banyak cara dan mampu meilih cara yang efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan.

Untuk melaksanakan ke empat fungsi tersebut diatas, seorang pimpinan harus


mempunyai keterampilan berkomunikasi, memberikan motivasi agar terjadi
perubahan dalam pencapaian tujuan institusi/organisasi.

62
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

e. Komunikasi dalam kepemimpinan


Komunikasi dalam kepemimpinan merupakan proses penyampaian informasi baik
secara verbal maupun non-verbal, untuk mencapai pengertian dan penerimaan.
Dalam komunikasi termasuk dalam bertukar pikiran dan akan lebih efektif apabila
dilakukan secara langsung, tatap muka, komunikasi dua arah, dnegan sikap yang
baik.

Keterampilan berkomunikasi yang baik merupakan keterampilan utama dan sangat


penting bagi seorang pimpinan keperawata; keberhasilan seorang pimpinan
sebagian besar tergantung pada kemampuan berkomunikasi.

Komunikasi dalam keperawatan merupakan pendekatan terencana dan dipakai


secara sadar untuk mempengaruhi orang lain seperti staf keperawatan, pasien dan
keluarganya, tim kesehatan lainnya.

Pimpinan keperawatan perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi, karena


kemampuan melakukan komunikasi yang efektif dan terapeutik tidak terjadi secara
otomatis, tetapi keterampilan tersebut harus dirancanakan, dipelajari, dan paling
penting dipraktekan secara berulang-ulang baik pada diri sendiri maupun pada
lingkungan disekitarnya.

Pada proses komunikasi ada lima komponen yang harus diperhatikan oleh
pimpinan keperawatan yaitu :

1) Pengirim berita (komunikator), pihak yang menyampaikan perintah, laporan dan


saran-saran.
2) Penerima berita (komunikan), orang yang dituju.
3) Berita (pesan), yang disampaikan untuk menyampaikan berita seperti
tulisan,telepon, radio, televise, dll
4) Umpan balik atau tanggapan dari penerima berita.

Pada proses pengiriman informasi ada kegiatan encoding, yaitu perumusan oleh
komunikator sebelum disampaikan pada komunikan dan kegiatan decoding yaitu
penilaian pesan oleh komunikan saat menerima pesan. Hal ini dipengaruhi oleh

63
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

pengalaman, pendidikan, persepsi, emosi dan motivasi dari komunikator dan


komunikan.

Pesan Yang Disampaikan Bisa Verbal Maupun Non Verbal

1. Komunikasi Verbal
Merupakan usaha yang disadari oleh pimpinan untuk memilih kata-kata yang akan
dipakainya. Bisa komunikasi lisan, tulisan dan kombinasi lebih efektif dalam
pelaksanaannya.

Agar komunikasi verbal ini efektif, kata-kata yang diucapkan harus :

a) Jelas, sederhana, nyata, tepat dan singkat


b) Konsisten, kesatuan yang bulat tidak bertentangan
c) Kecukupan, informasi hendaknya memadai kebutuhan dan dapat
langsungdikerjakan
d) Tepat waktu dan bersangkut paut

2. Komunikasi Non Verbal


a) Vokal, nada suara, kualitas, keras atau lembut, kecepatan yang
semuanyamenggambarkan suasana emosi
b) Gerakan, reflek, postur, ekspresi, wajah, gerakan yang berlangsung atau gerakan
lain. Khusus gerakan dan ekspresi wajah dapat diartikan suasana hati.
c) Jarak bicara, komunikasi yang intim lebih atau sama dengan 45,4 cm; komunikasi
personal 45,5cm-120cm.
d) Sentuhan , sangat penting untuk memberikan dorongan mental, tetapi
aspekbudaya dan kebiasaan perlu dipertimbangkan.

Komunikasi yang baik dapat meningkatkan hubungan profesionalisme yang berkualitas


dengan tenaga kesehatan lainnya. Melalui metode pendekatan asuhan keperawatan
professional tim kesehatan dapat meningkatkan komunikasi melalui pemberian asuhan
keperawatan serta pemberian informasi dari setiap individu dalam tim sesuai dengan peran
dan tanggung jawabnya.

64
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok bahasan 6. Kompetensi yang harus dikuasai pemimpin yang efektif


Berdasarkan penelitian Harris dan Belakley, 1995, kompetensi yang harus dimiliki manajer
keperawatan adalah :

a. Kepemimpinan;
1) Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfasilitasi kegiatan organisasi dan
pelaksanaan perubahan.
2) Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan tugas dan
menerima tanggung jawab.
3) Menyeleksi dan memilih pegawai yang tepat.
4) Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif.
5) Mengkonsultasikan dengan staf dan orang lain di luar organisasi.
6) Mengenal kapan peraturan harus dilaksanakan ( fleksibilitas)

b. Pengambilan keputusan dan perencanaan;


1) Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
2) Merespons secara cepat dan tepat tentang perubahan yang tidak diharapkan
3) Mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan anggaran
4) Memberikan pedoman dan arahan tentang keputusan organisasi melalui
pengetahuan dari pemerintah daerah, provinsi dan nasional.
5) Menginterpretasikan perubahan ekonomi staf
6) Menempatkan organisasi sebagai bagian yang penting dari pemerintah.

c. Hubungan masyarakat/komunikasi;
1) Empati, mendengar dan tanggap terhadap semua pernyataan orang lain.
2) Menciptakan situasi yang kondusif dalam komunikasia
3) Membaca dan tanggap terhadap situasi politik yang terjadi
4) Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi (
Verbal/nonverbal) dalam mempengaruhi orang lain.
5) Berkomunikasi secara efektif melalui tulisan
6) Mengembangkan proses hubungan yang baik di dalam dan diluar organisasi.
7) Menggunakan media untuk pemasaran/keuntungan organisasi

65
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

d. Anggaran
1) Bertanya dan melihat rencana sebelumnya
2) Mengontrol anggaran
3) Menginterpretasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
4) Merencanakan jauh kedepan ( misalnya 5 tahun yang akan datang)
5) Menggunakan pengukuran dan rata-rata Industri
6) Menyediatkan risiko terhadap kekurangan keuangan
7) Mengkonsultasikan masalah keuangan

e. Pengembangan
1) Pengembangan tim kerja yang efektif
2) Mempertahankan dan mengembangkan hubungan professional antar staf
3) Memberikan umpan balik yang positif
4) Menerapkan peran mentor yang efektif.
5) Menggunakn system pemberian penghargaan yang baik.
6) Mengembangkan, meningkatkan, dan meninjau indicator organisasi

f. Personalitas/perilaku
1) Memfokuskan satu atau lebih dari dua kejadian dalam satu periode
2) Mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas pelayanan
3) Mengambil keputusan yang tepat
4) Mengelola stress individu
5) Menerima sesuatu terhadap kejadian yang tidak diharapkan.
6) Menggunakan koping yang efektif pada setiap masalah.
7) Mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas keberhasilan pencapaian tujuan.

g. Negosiasi.
1) Mengidentifikasi dan mengelola konflik
2) Memfasilitasi perubahan
3) Mendemonstrasikan pemahaman tentang perbedaan pendapat
4) Melakukan negosiasi dengan baik

66
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

5) Melakukan klarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf


6) Melakukan negosiasi dengan staf, kelompok, dan organisasi luar.
7) Menjadi mediator terjadinya konflik antar staf atau kelompok.

Kesimpulan

Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metoda untuk mencapainya,

suatu mobilisasi dari seluruh fasilitas yang diperlukan untuk pencapaian hasil dari

penyesuaian dan nilai-nilai terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang

dikehendaki nantinya. Seorang pemimpin mempunyai gaya dalam menerapkan

kepemimpinannya dan mempunyai kompetensi dalam upaya meningkatkan efektifitas

kepemimpinannya.

URAIAN MATERI ADVOKASI

Pokok Bahasan 1. Pengertian Advokasi


1. Advokasi adalah usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian terhadap
suatu masalah atau isu yang penting dan mengarah pada para pembuat keputusan
untuk langsung membuat penyelesaian.
2. Advokasi adalah dukungan terhadap suatu permasalahan dan mengajak lainnya ikut
mendukungnya.
3. Advokasi adalah upaya terencana untuk mendapatkan dukungan dan keputusan dari
para pembuat keputusan untuk penyelesaian suatu masalah.
4. Adovokasi adalah penyampai informasi yang berupa ide, gagasan dan konsep
terhadap pihak pihak terkait (stakeholder) sehingga mereka mau dan mampu
berkontribusi dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan atau program.
5. Adovokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan public melalui bermacam macam
bentuk komunikasi persuasive (Jonh Hopkins University 1999)

Pokok Bahasan 2. Advokasi dalam Keperawatan


Advokasi keperawatan adalah membantu klien dan keluarga, dapat menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien serta
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

67
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Tujuan Adovokasi:
1. Untuk memperoleh dukungan politis terhadap perubahan kebijaksanaan dan
implementasi upaya kesehatan masyarakat
2. Memperoleh komitmen dari semua stakeholder terhadap penanggulangan masalah
kesehatan yang diprioritaskan termasuk program dan anggaran yang disusun
melalui proses perencanaan dan penganggaran kesehatan terpadu (P2KT)
3. Meningkatkan jumlah kebijakan public berwawasan kesehatan yang dapat
diimplementasikan
4. meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung program kesehatan

Pokok Bahasan 3. Prinsip Prinsip Advokasi

1. Berdasarkan fakta (evidence based)


Adovokasi harus didasarkan pada data atau kenyataan yang valid dan
dalikasanakan dengan baik. Analisis situasi didasarkan pada data yang bersumber
dari laporan, hasil suvey, dan lainnya.

2. Memahami interes stakeholders


Advokasi dilakukan dengan pertimbangan interes para stakeholder, karna banyak
kemungkinan interes yang ada pada masing masing stakeholder kesehatan seperti:
meningkatkan mutu sumber daya manusia, pemerataan kesejahtraan sosial,
kekuasaan dan pengaruh, demokrasi, good govenance (pemerintah yang bersih dan
efektif) mutu pelayanan, reward financial, reward non financial, dll. Dalam konteks
advokasi kesehatan kepada stakeholder, bagaimanapun interes masing masing
stakeholder akan mempengaruhi kebersihan advokasi yaitu (a) membangun sikap
(b) membangun komitmen dan (c) oleh karena itu interes tersebut perlu dipahami
terutama dalam perencanaan advokasi danb dalam mempersiapkan isi pesan
advokasi.

Pokok Bahasan 4. Syarat Syarat Advokasi


1. Dipercaya (Creaible)
Program yang kita tawarkan atau kita ajukan harus dapat meyakinkan para penentu
kebijakan atau pembuat keputusan. Karena itu harus didukung dengan data dan dari
sumber yang dapat dipercaya. Program yang didasari dengan permasalahan yang
utama dan faktual artinya masalah tersebut memang ditemukan dilapangan dan
penting untuk segera ditangani.

68
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

2. Layak (feasible)
Program tersebut secara teknik, politik maupun ekonomi dimungkinkan atau layak.
Secara teknik layak artinya program tersebut dapat dilaksanakan, petugas cukup
kemampuannya, sarana dan prasarana pendukung cukup tersedia. Secara politik
layak artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik yang negatif
pada masyarakat. Sedangkan secara ekonomi layakl artinya didukung oleh dana
yang cukup.

3. Memenuhi kebutuhan masyarakat (Relevan)


Program yang diajukan harus mencakup 2 kriteria yakni (1) memenuhi kebutuhan
masyarakat dan (2) memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat. Semua
pejabat diseluruh sektor setuju baha tugas mereka adalah menyelenggarakan
pelayanan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

4. Penting (Urgent)
Program yang diajukan harus mempunyai urgent tinggi, yakni harus segera
dilaksanakan dan kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih
besar lagi. Oleh sebab itu program yang diajukan adalah yang paling baik diantara
alternatif alternatif yang lain.

Pokok Bahasan 5. Strategi Advokasi


A. Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder diperlukan karna sangat penting peranannya dalam
pengembangan rencana advokasi selanjutnya. Dalam analisis tersebut setiap potential-
stakeholder perlu dijajaki seberapa besar perananya dalam isu yang akan diadvokasi.
Contoh analisis stakeholder;
1. Untuk pengambil keputusan
Hal yang perlu didefinisikan adalah:
a) Siapa (jabatan/posisi, jumlah dan jenis klamin), sosial budaya
b) Pengetahuan tentang masalah atau isu (topik) advokasi
c) Saluran untuk mencapai pengambilan keputusan
d) Keahlian keahlian khusus misalnya; pembicara atau negosiator dll
e) Seberapa jauh pengaruhnya terhadap isu (topik) adviokasi
f) Apakah mendukung atau menentang masalah/isu(topik0 advokasi dan
alasannya
2. Untuk Mitra Kerja
Hal yang perlu diidentifikasi adalah:
 Siapa (jabatan/posisi, jumlah, lokasi dan jenis kelamin), sosial budaya
 Pengetahuan tentang masalah atau isu (topik) advokasi
 Jejaring kerja dan besarnya kelompok
 Kekuatan khusus seperti hubungan dengan media, kemampuan
mobilisasimassa, dsb.

69
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Pengalaman masa lalu dibidang advokasi


 Keinginan untuk membagi pengalaman keahlian dan sumber daya
 Harapan bergabung sebagai mitra kerja
3. Untuk kelompok yang kemungkinan menolak
Hal perlu diidentifikasi adalah :
 Siapa (jabatan/posisi, jumlah, lokasi dan jenis kelamin), sosial budaya
 Pengetahuan tentang masalah atau isu (topik) advokasi
 Alasan bertahan atau menentang
 Bagaimana menjangkau kelompok yang kemungkinan menolak
 Kepada siapa kelompok tersebut berkonsultasi dan melihat kelemahan dan
kekuatannya.

B. Identifikasi jejaring advokasi


 Jejaring advokasi diperlukan agar rencana advokasi dapat dijalankan lebih
optimal untuk mencapai keberhasilan
 Jejaring advokasi adalah kelompok organisasi maupun perorangan yang saling
bekerjasama untuk memperjuangkan perubahan dalam kebijakan/program yang
berkaitan dengan masalah atau isu advokasi
 Manfaat jejaring :
- Mendapatkan informasi terkini, akurat dan terpercaya
- Merupakan forum tukar pendapat dan pengembangan gagasan
- Memberikan dukungan
- Memberikan akses, sumber daya dan kemampuan yang optimal
- Menyatukan sumber daya yang terbatas untuk tujuan bersama
- Mandapatkan hal yang tidak dapat diberikan perorangan atau organisasi
tunggal
- Membentuk inti kegiatan dan menarik perhatian jejaring lain
- Memperluas basis dukungan

Bentuk Jejaring advokasi :


Salah satu bentuk jejaring adalah koalisi. Koalisi yaitu bentuk kerjasama individu,
kelompok atau institusi yang perduli terhadap isu/masalah tertentu yang menjadi
kepedulian bersama dan berupaya menyelesaikan bersama.

Peran advokasi dalam jejaring advokasi antara lain :


 Mempengaruhi penentu kebijakan agar membuat/mengeluarkan kebijakan publik
yang menguntungkan/mendukung penyelesaian masalah/isu yang dimaksud.
 Mengadakan kampanye denganmendayagunakan media massa untuk membentuk
opini yang menguntungkan/penyelesaian masalah/isu yang dimaksud

70
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Melakukan pendidikan massa terutama primary stakeholder atau orang orang yang
secara langsung akan mendapatkan manfaat bila masalah/isu tersebut
terpecahkan, agar mendukung dan berani melakukan unjuk rasa (class action).

C. Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Advokasi

Untuk mencapai maksud dan tujuan advokasi perlu diperhatikan hal hal berikut ini:
1. Isu advokasi harus fokus
Materi advokasi terfokus pada isu tertentu yang dianggap paling penting. Dalam
advokasi isu utama dapat tergantung dari masalah yang ada pada saat itu, misalnya
dukungan untuk pengadaan SDM kesehatan dengan anggaran daerah. Disarankan
isu yang akan diadvokasikan diurut menurut prioritasnya, sehingga penentu
kebijakan akan menetapkan isu utama sesuai dengan prioritas yang dimaksud.
2. Tegas dalam menyatakan tang diharapkan
Dalam melakukan advokasi siapkan materi sesuai dangan minat advokator dan
stakeholder. Dalam penyampaian advokasi tampilkan sikap advokator yang tegas,
lugas, dan asertif.
3. Yakinkan Manfaat Yang Diperoleh
Avokator harus mempersiapkan materi advokasi berupa pikiran dan bukti dari
pengelaman yang lalu atau pengelaman ditempat lain tentangmanfaat yang akan
diperoleh kalau rencana dan anggaran dapat diwujudkan
4. Singkat
Kegiatan advokasi yang diselenggarakan dalam bentuk seminar atau pertemuan
harus berlangsung singkat. Pengelaman melakukan advokasi kesehatan dengan
kalangan eksekutif dan legeslatif dibeberapa daerah menunjukan bahwa sebaiknya
seminari advokasi diselenggaraka tidak lebih dari 3 jam.
Hal yang sam berlaku kalau advokasi dilakukan dalam bentuk siaran radio lokal atau
surat kabar lokal. Untuk penulisan media cetak lokal sangat penting membangun
jaringan kemitraan dan wartawan lokal yang umumnya mampu menulis berita atau
artikel singkat yang menarik.

D. Teknik Dan Kiat Advokasi

1. Lobi Politik
Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan publik atau pejabat
pejabat publik dalam bentuk bincang bincang (pendekatan). Yanng diperlukan dalam
melobi yaitu data dan argumen yang kuat untuk meyakinkaan si pejabat bahwa
betapa seriusnya permasalahan/isu yang dihadapi dan betapa pentingnya peranan
si pejabat. Atifitas lobi biasanya berhubungan dengan program, undang undang atau
isu isu tertentu.

71
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Melobi bisa langsung (pertemuan pribadi, percakapan lewat telpon, surat tertulis
pribadi,surat terbuka/massal, email dan pernyataan) atau tidak langsung
(kampanye).

Kiat dalam melobi:


 Nalar yang memikat. Menyampaikan hal hal yang secara umum ideal dan bisa
diterima berkaitan dengan pandangan/isu yang kita perjuangkan.
 Ingatkan idealogi mereka. Menyampaikan hal hal yang sesuai dengan
idealisme orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan pandangan/isu yang
kita perjuangkan.
 Katakan yang benar. Selalu menjaga diri untuk berkata jujur (sekali ditehui tidak
jujur, maka dilain kesempatan kepercayaan tidak akan didapat lagi).
 Kaitkan denngan minat pribadi. Menyampaikan hal hal yang sesuai dengan
kepentingan orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan pandangan/isu yang
kita perjuangkan.

Lima hal berikut ini dipegang teguh dalam melobi


1. Berikan informasi yang benar dan akurat.
2. Hindari untuk menjanjikan sesuatu
3. Simak dengan baik apap yang diutarakan oleh pihak yang advokasi
4. Bina hubungan dengan orang orang terdekat dengan pihak yang diadvokasi
5. Sampaikan hal hal pokok dan penting untung bahan pertimbangan dan
pengembalian keputusan secara lengkap kepada yang bersangkutan.

Penting untuk diperhatikan dalam melobi:


 Persiapkan dengan baik pertemuan. Berlatilah dahulu untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik. Bila bentuknya kunjungan dalam kelompok, tentukan
siapa yang akan bicara/memulai penbicaraan.
 Rumuskan apa yang akan disampaikan dengan singkat, jelas, padat, dan
runtut tanpa membuat orang yang dilobi merasa teracam.
 Datanglah tepat waktu sesuai dengan perjanjian, bahkan kalau bisa lebih
awal, jangan putus asa kalau janji dibatalkan atau harus menunggu berjam
jam.
 Segera perkenalkan diri di awal pertemuan.
 Konsentrasi dan fokuskan pikiran pada tujuan.
 Gunakan cara cara yang persuasif, hindari perdebatan.
 Bersikaplah tebuka pada gagasan yang muncul dalam acara lobi.
 Berikan lembar fakta yang berisi rangkum permasalahan/isu yang
diperjuangkan beserta usulan solusinya
 Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

72
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Tawaran bantuan, khususnya informasi yang relevan dengan


permalasan/isu.
 Mintalah nama dan alamat orang yang akan menjadi contact person.

2. Petisi
 Merupakan pernyataan tetulis dan resma untuk menyampaikan isu masalah
yang sedang hangat diperbincangkan.
 Mewakili statu pandangan kolektif dan tidak hanya individu atau kelompok
tertentu.
 Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu/permasalahan pokok,
dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti dengan nama dan alamat dari
sejumlah besar individu yang mendukung petisi tersebut.

3. Negosiasi
Negosiasi akan menolong untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan
dalam situasi konflik.
Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing
masing pihak mempunyai kepentingan yang sama yang perlu diamankan,
sekaligus kepentingan yang berbeda/bertentangan yang perlu dipertautkan.
Negosiasi memerlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan
alternatif yang cukup terbuka.

Beberapa kiat untuk mengatasi konflik dalam bernegosiasi:


 Jangan bereaksi
 Dengarkan dan nyatakan
 Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir kearah
pemecahan maslah
 Tetaplah kukuh tanpa meremehkan keinginan orang lain/kelompok
 Pecahkan masalah

Cara-cara negosiasi: Kompetisi, Kolaborasi, Kompromi, Akomodasi, Menghindar

Kemampuan negosiasi dapat ditingkatkan dari:

MENDENGARKAN MENGAMATI MENYAMPAIKAN


Atentif/penuh Secara panuh Menggunakan
Perhatian Bijaksana Kata-kata sederhana
Mau menerima Sungguh- Tidak mengancam
Membantu Sungguh Berbicara dengan
Waspada Objektif Sistematis
Aktif Menghindari kata-kata sulit

73
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Respek
Akurat & lengkap

Negosiasi harus mempunyai kemampuan : ”SHAPE”


 Sincere/ Sensitive (tulus peka)
 Honest/ Humoris (jujur/humoris)
 Attentive / Articulate ( menarik/ pandai berbicara)
 Proficient (pandai/cakap)
 Enhtusiastic (antusiasi/tegas)

5. Berdebat
Debat adalah kontes (kompetisi) dimana dua ataau lebih pembicara
mempresentasikan argumentasi mereka dalam mempengaruhi pihak lain. Debat
digunakan bila terdapat dua atau lebih pendapat yang berbeda tentang masalah
tertentu dan merupakan kesempatan untuk menekankan aspek positif dan negatif
dari seluruh pendapat. Untuk melakukannya diperlukan persiapan secara mendalam
dengan pengetahuan tidak hanya dalam perspektif drir sendiri tetapi juga tentang
situasi serta mengetahui dimana sikap/pendirian dari anggota debat lainnya. Perlu
juga diantisipasi pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan dan dikatakan oleh
anggota debat lainnya.

Debat mengharuskan penbicaranya menggunakan bebagai referensi untuk


mendapatkan informasi yang tepat, karna kedudukannya mengharuskannya untuk
berbicara secara rici dan akurat. Pembicara juga harus dapat menganalisis dan
membedakan hal vital dan tidak penting,menyampaikan bukti bukti valid dan masuk
akal atas pernyataannya. Pendebat harus selalu berkepala dingin, mebuat
keputusan secara cepat dan akurat sehingga meyakinkan pendengarnya. (dari How
to Debate by Harrison Boyd Summers)

Empat tipe debat:


1. Debat parlemen. Debat ini dilakukan di akademi atau universitas.
2. Debat nilai, misanya tentang isu moral, tenaga kerja wanita, euthanasia, aborsi, dsb
3. Debat kebijakan atau debat tim. Pada debat ini, ada dua tim yang belawanan
kedudukannya yaitu sisi afirmatif (positif) dan sisi negatif, yang memperdebatkan
topik kebijakan publik atau pemerintahan.
4. Debat Akadmik. Merupakan debat yang murni akademis, biasanya merupakan debat
yang diciptakan.
Empat langkah yang diikuti:
 baca informasi latar belakang mengenai subyek.
 persipakan kepustakaan komprehensif.
 kumpulkan sebanyak mungkin materi.
 baca dan pelajari materi yang ditemkan

74
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

5. Seminar atau presentasi


Bentuk prresentasi dapat dijadikan pilihan untuk menyampaikan informasi kepada
beberapa pejabat publik sekaligus, baik dari suatu intansi tertentu apalagi kalau
berasal dari beberapa instansi bebeda yang bekaitan dengan permasalahan/isu
yang diadvokasikan. Selain dapat menjangkau sejumlah orang sekaligus (lebih
efisien), etknik presentasi juga menguntungkan dalam menyaman presepsi,
menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen. Selain data yang akurat
dan argumentasi yang kuat, dalam presentasi juga dipentingkan kemampuan dalam
menggunakan media dan alat bantu penyajian.

Kiat kiat presentasi efektif


 Tujunkan antusiasme mengenai pokokpersoalan
 Tarik perhatian dengan presentasi yang tidak monoton
 Buatlah materi yang menarik dengan mengaitkan minat audiens
 Gunakan istilah praktis dan tidak membingungkan audiens
 Pakai bahasa tubuuh yang sesuai dengan mengekspresikan diri
 Berbahasa secara akurat dan tidak berlebih-lebihan
 Ciptakan suasana menyenangkan semua pihak
 Beri respon memadai terhadap reaksi audensi

6. Mengembangkan Liputan Media


 Membangun kontak personal bidang media
 Mengikuti perkembangan tren media, dan teknologi yang mereka gunakan
 Memfasilitasi wartawan agar mendapatkan informasi dan data yang relevan
 Berpedoman dengan 5F yaitu: Fast, Factual, Frank, Fair, & Frendly (cepat
faktual, jujur, adil & ramah)
 Menjalin komunikasi dengan penanggungjawab/editor media.
 Menyatakan terima kasi dan memberikan penghargaan kepada wartawan yanng
bejasa dan prifesional

Dua unsur penting dalam mengembangkan strategi media


1. Pesan utama:memberikan keterangan secara ringkas kepada wartawan untuk
apa organisasi berdiri dan apa yang dilakukan oleh organisasi
2. Konsisten : memastikan setiap orang didalam organisasi memperoleh pesan
yang sama

Audensi dan Media yang Sensual


a. Identifikasi kebutuhan informasidari audensi yang dituju.
b. Ketahui media yang digunakan dan dipercayai oleh mereka
 Tentukan untuk tujuan apa anda ingin mendekati mereka
 Untuk mendorong diskusi
 Untuk menginformasikan tentang isu-isu baru;

75
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Untuk mendidik mereka tentang nilai-nilai;


 Untuk membantu mereka membentuk opini
c. Pilihan media berdasrkan tujuan tersebut
d. Media cetak: cenderung sebagai instrumen yang elit, sebaiknya mencapai orang
orang yang berpengaruh, politikus dan membuat kebijaksanaan.
e. Radio: cenderung sebagai instrumen untuk audensi yang luas, tetap digunakan
walaupun ada TV, sebaiknya untuk penyebaran informasi, misalnya berita,
wawancara.
f. Televisi: cenderung sebagai alat hiburan, berfungsi sebagai hiburan tetapi juga
berguna untuk penyebaran informasi.

Bagaimana Melibatkan Media?


a. Jalin hubungan pribadi
b. Kirim surat, hubungi melalui telpon, dan undangan resmi.
c. Undangan untuk acara yang penting
d. Selenggarakan seminar dan pertemuan orientasi.
e. Ajak untuk kunjungan lapangan
f. Ajak untuk wawancara dengan para VIP
g. Sediakan informasi/data secara teratur

Format pesan bagi media


1. Pengumuman pers
a. Pengumuman pers yang singkat dan dapat (maksimal 2 halaman);
b. Pastikan semua mengandung kenyataan dengan menuangkan dalam dan
berita utama;
c. Tempatkan masalah utama didalam paragraf isi dan bereita utama;
d. Mulailah artikel anda dengan pernyataan dramatis dan ditulis secara
sederhana, contoh:”Lebih dari 260 orang tenaga produktif diantaranya
beberapa eksekutif meninggal akibat KLB Malaria dikabupaten X”
e. Kirim pengumuman pers anda dengan menggunakan kop surat dengan”press
release” tercetak diatasnya.
f. Sertakan pengumuman pers anda dengan sebuah foto.

2. Facts sheets (lembar data)


 Bagi masalah pokok kedalam sub-sub topik yang agak kecil untuk
memudahkan pemahaman
 Diskusikan satu sub topik satu kali;
 Jaga penggunaan berkali-kali sebuah lembaran fakta didalam pikiran
(sebagai pengumuman pers, materi pelajaran, dan bagian dari alat alat pers)
 Dukungan informasi anda dengan diagram, grafik, foto, statistik, tabel
sederhana;
 Tulis secara sederhana, gunakan bahasa yang sederhana.

76
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Perlengkapan pers/ paket sederhana


Merupakan sebuah gabungan fakta, data, gontnh,studi kasus, ilustrasi foto, kaset
video, dan lain sebagainya, untuk memberikan wartawan kemudahan
mendapatkan fakta dan informasi atas masalah yang diangkat.

4. Konferensi pers
Adalah bentuk pertemuan singkat dengan sejumlah wartawan, media massa
yang diundang untuj menjelaskan suatu isu penting yang segera perlu diketahui
masyerakat. Konferensi pers sebaiknya dilakukan secara cepat (wktu pendek),
didahului dengan penjelasan singkat dan diikuti dengan tanya jawab/klarifikasi.

E. Langkah-langkah Advokasi
1. Definisi Isu Strategis
2. Menentukan tujuan
3. Mengembangkan pesan advokasi
4. Penggalangan Sumber Daya termasuk Dana
5. Menggembangkan rencana kerja

1. Definisikan isu strategis


Merupakan fokus untuk perubahan kebijakan
Contoh isu Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Kerangka isu pilihan

KRITERIA UNTUK MEMILIH ISU NILAI (P)


1 2 3
Isu yang mempengaruhi banyak orang
Isu yang mempunyai pengaruh besar terhadap program
kesehatan
Isu sesuai dengan misi /mandat organisasi
Isu sesui dengan tujuan pembangunan berwawasan
kesehatan
Isu dapat dipertanggung jawabkan dengan intervensi
advokasi
Isu dapat memobilisasi para mitra
TOTAL NILAI

2. Menentukan tujuan advokasi


Tujuan adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang akan dicapai pada
massa tertentu. Dalam menetapkan tujuan advokasi lebih diarahkan pada
perubahan perilaku untuk meyakinkan para pelaku kebijakanyang berkaitan

77
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

dengan isu-isu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam menetapkan tujuan
advokasi harus didahulukan dengan suatu pertanyaan 5W + 1H, ”Siapa yang
diharapkan terlibat, seberapa banyak yang harus dicapai, dalam kondisi apa,
berapa lama, dan dimana”?

Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan advokasi harus :


 Realistis, artinya bisa dicapai bukan angan-angan
 Jelas dapat diukur
 Jelas sasaran yang akan diadvokasikan
 Menggambarkan tingkat perubahan yang diharapkan
 Menjelaskan waktu dan tempat advokasi dilakukan

Contoh menetapkan tujuan mengenai :


 Kejadian pleitis di ruang rawat : Menurunkan kejadian plebitis pasien tirah
baring dari 5% menjadi 3% pada bulan September 2008
 Pentingnya kawasan merokok ditempat kerja : Meningkatnya Kawasan Tanpa
rokok ditempat kerja dari 10% menjadi 30% sampai tahun 2004 di kabupaten A.

3. Mengembangkan pesan advokasi


Pesan adalah terjemahan tujuan advokasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai
dengan sasaran.
Mengmbangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu
pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data yang akurat, juga
diharuskan mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk
mempengaruhi para penentu kebijakan

Efektifitas Peasan (Seven C”sfor Effective Communication)


Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi tujuh criteria
sebagai berikut :

 Command Attention
Kembangkan suatu isu/ide yang merefleksikan desain suatu pesan. Bila terlalu
banyak ide akan membingungkan penentu kebijakan sehingga mudah mudah
untuk dilupakan

 Clarify the Message


Buatlah pesan advokasi mudah, sederhana, dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi ppenentu kebijakan sebab, bila
diremehkan oleh mereka secara otomatis pesan tersebut gagal.

78
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Create Trust
Pesan advokasi harus dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta yang
akurat.

 Communicate a Benefit
Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sebagai penentu kebijakan
termotivasi untuk menerapkan kebijakan Kawasan tanpa Rokok yang dikeluarkan
pimpinan Perusahaan merupakan suatu tindakan nyata untuk menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan di tempat kerja.

Pengemasan Pesan
 Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan
 Sebuah prestasi yang berhasil adalah prestasi yang menarik, didukung oleh
fakta yang sahih dan tayangan/tampilan yang menarik
 Pengemasan mencakup cetakan, materi audio visual
 Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan photo.

Kelompok sasaran pesan terdiri atas ;

Pesan bagi pembuat keputusan


A. MASALAH Pesan bagi mitra dan sekutu
B. UKURAN ISU Pesan bagi kelompok yang bertahan/menolak
C. DAMPAK
Pesan bagi masyarakat

4. Penggalangan Sumber Daya termasuk Dana


Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring dan
perlengkapan lain) untuk melaksanakan kampanye advokasi.

Kata kunci : Ilmu sapu lidi


Kegiatan :
 Ciptakan dan perluas jejaring
 Mobilisasi sumber daya

5. Mengembangkan Rencana Kerja


Pelaksanaan rencana kegiatan advokasi sesuai dengan identifikasi kegiatan, tugas
pokok dan fungsi dari para pelaksana, jangka waktu, serta sumber daya yang
dibutuhkan.

Antara lain sebagai berikut :


Identifikasi :
 Tugas pokok dan fungsi advokasi

79
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Kegiatan
 Jadwal
 Sumber Daya
 Menyusun POA

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA


Gillies (2000). Manajemen keperawatan sebagai suatu pendekatan system.
Philadhelphia : USA, WB Saunders Company
Huber (2000). Leidershipp and nursing care management 2nd edition. United State of
America: W.B Suenders Company
Nursalam ( 2011). Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional, edisi ke 3. Jakarta: Salemba Medika.
Swanburg (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta :
EGC
Tappen(1995). Nursing leadership and management: concept and practice.
Philadhelphia: F.A. Davis company

80
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 2

DOKUMENTASI DAN
SISTEM INFORMASI
KEPERAWATAN
TERINTEGRASI

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 2
DOKUMENTASI DAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN TERINTEGRASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dokumentasi keperawatan dipandang perlu ada sejak zaman Florence Nightingale. Pada
zaman ini dokumentasi mempunyai makna mengkomunikasikan implementasi instruksi
medik, bukan observasi atau pengkajian tentang status kesehatan klien

Berdasarkan ketentuan Joint Commission For Accreditation of Healthcare Organization


(JCAHO). Pada tahun 1951 dibuat standar praktik keperawatan sehingga dokumentasi
berguna untuk evaluasi asuhan keperawatan.

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan,


karena adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat
diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legal
tentang pemberian asuhan keperawatan, sebagai bukti perawat telah melakukan asuhan
kepada pasien.

Menurut Kozier (2004) dokumentasi asuhan keperawatan adalah laporan baik secara lisan,
tertulis, maupun melalui computer untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.

Dokumentasi merupakan bukti kinerja keperawatan dalam dokumentasi asuhan


keperawatan terdapat Kumpulan informasi keperawatan dan kesehatan klien yang dilakukan
oleh perawat sebagai pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang menyeluruh dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum

82
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Peserta didik dapat melakukan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan


standar

B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta didik dapat :
1. Menyebutkan pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan
2. Menyebutkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
3. Menyebutkan syarat pendokumentasian asuhan keperawatan
4. Mendokumentasikan data pengkajian asuhan keperawatan
5. Mendokumentasikan discharge planning ( rencana pemulangan pasien)
6. Mendokumentasikan masalah keperawatan
7. Mendokumentasikan rencana keperawatan
8. Mendokumentasikan intervensi keperawatan
9. Mendokumentasi evaluasi asuhan keperawatan
10. Mendokumentasikan resume asuhan keperawatan
11. Dokumentasi Berbasis Komputer
12. Tehnik Dokumentasi

III. POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan

Sub Pokok Bahasan :

1. Tanggung jawab profesi


2. Perlindungan hukum
3. Pengaturan standard
4. Mendapatkan informasi tentang pembiayaan

Pokok Bahasan 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan

Sub Pokok Bahasan :


1. Faktor-faktor sosial
2. Faktor-faktor praktik professional

Pokok Bahasan 3. Syarat-Syarat Dokumentasi Yang Baik

Sub Pokok Bahasan :


1. Isi (Content)
2. Teknik Pencatatan
3. Metode Dokumentasi

83
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 4. Dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan

Sub Pokok Bahasan :


1. Aspek yang dinilai dalam pengkajian asuhan keperawatan

2. Cara untuk mendokumentasi pengkajian awal

Pokok Bahasan 5. Dokumentasi masalah keperawatan

Pokok Bahasan 6. Dokumentasi rencana keperawatan

Pokok Bahasan 7. Dokumentasi intervensi keperawatan

Pokok Bahasan 8. Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan

Pokok Bahasan 9. Dokumentasi resume pasien pulang

Pokok Bahasan 10. Dokumentasi Berbasis Komputer

Pokok Bahasan11. Tehnik Dokumentasi

7. METODA
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Studi kasus
d. Demonstrasi

8. MEDIA DAN ALAT BANTU


a. Komputer
b. LCD
c. Flip chart
d. Form Dokumentasi

9. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang diperlukan dalam
pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, pengetahuan dan
pengalamannya mengenai dokumentasi asuhan keperawatan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang dinamis
antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta lainnya.

84
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Langkah 2.Penyampaian Materi (220 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai dokumentasi asuhan
keperawatan. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai pentingnya asuhan keperawatan, faktor
yang mempengaruhi, syarat, dokumentasi pengkajian, masalah, rencana, intervensi,
evaluasi, resume pasien pulang, dokumentasi berbasis komputer dan teknik
dokumentasi.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.
4. Fasilitator memberi penugasan kepada peserta untuk melakukan dokumentasi asuhan
keperawatanberdasarkan contoh kasus yang diberikan.

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan (20 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi
yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

10. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan

Sub Pokok Bahasan :

1. Tanggung jawab profesi


Tanggung jawab dan tanggung gugat profesi merupakan alas an yang tepat dilakukan
dokumentasi.
Hays (1989) menyatakan bahwa tujuan dokumentasi adalah untuk member gambaran
asuhan keperawatan individual dan keluarga melalui optimalisasi pencapaian tujuan
pasien.
2. Perlindungan hukum
Dokumentasi keperawatan berperan dalam kasus malpraktek. Melalui dokumentasi akan
diperoleh gambaran mengenai kondisi pasien dan pengobatannya dan menentukan
apakah SAK sudah dilaksanakan.
Pada kasus malpraktek, dokumentasi sering diperiksa
3. Pengaturan standard
Tanpa akreditasi dari JCAHO, RS tidak berhak menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Salah satu standard dari JCAHO adalah dokumentasi keperawatan.
4. Mendapatkan informasi tentang pembiayaan
Melalui dokumentasi dapat diketahui biaya untuk keperawatan.

85
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan

Sub Pokok Bahasan :


1. Faktor-faktor sosial
a. Kesadaran konsumen meningkat
Melalui media tulis dan media elektronika, klien mendapat pengetahuan mengenai
issue kedokteran, keperawatan, dan pengobatan. Dengan membayar, mereka
mengharapkan mendapat perawatan berkualitas.
b. Meningkatnya tingkat ketergantungan klien yang dirawat.
Bila biaya kesehatan ditanggung oleh asuransi maka asuransi biasanya
menginginkan periode waktu rawat yang pendek. Untuk itu perawat harus mampu
mendokumentasikan dengan tepat tentang asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
c. Meningkatnya perhatian terhadap hasil
Melalui dokumentasi dapat diperoleh informasi mengenai kualitas pelayanan
kesehatan yaitu dengan menilai keberhasilan dalam memenuhi harapan klien (patient
outcomes).

2. Faktor-faktor praktik professional


a. Tenaga keperawatan terbatas
Dokumentasi tentang tingkat kegawatan dan ketergantungan klien menjadi sumber
yang realistis untuk menentukan tenaga yang diperlukan.
b. Standard praktik
Profesi keperawatan menentukan bahwa salah satu factor dalam praktik professional
adalah dokumentasi.
c. Data dan statistik keperawatan diperlukan untuk melakukan penelitian yang berguna
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
d. Audit keperawatan sebagai evaluasi terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
berguna dalam akreditasi RS.

Pokok Bahasan 3. Syarat-Syarat Dokumentasi Yang Baik

Sub Pokok Bahasan :


1. Isi (Content)
a. Mengandung nilai administrasi, menyangkut masalah kebijaksanaan, tindakan
atau tanggung jawab yang dilakukan oleh yang berwenang.

86
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

b. Mengandung nilai hukum : Bila isinya menyangkut masalah jaminan adanya


kepastian hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakan keadilan
bagi klien, anggota tim kesehatan dan bagi rumah sakit.
c. Mengandung nilai keuangan : bila isinya menyangkut urutan masalah kegiatan
pelayanan kesehatan sehingga pelayanan yang telah diberikan dapat dikalkulasi
dalam bentuk uang. Di samping itu dokumentasi tersebut juga dapat digunakan
sebagai sumber perencanaan keuangan rumah sakit bagi masa mendatang.
d. Mengandung nilai penelitian, bila isinya mengandung data/bahan yang dapat
digunakan sebagai objek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Mengandung nilai edukasi, bila isinya mengandung data/bahan tentang
perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada
klien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi pengajaran di
bidang profesi pemakai.
f. Mengandung nilai dokumentasi : karena isinya menjadi sumber ingatan yang
harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan rumah sakit.
g. Mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau

2. Teknik Pencatatan
a. Ditulis dengan tinta, dapat dibaca dengan jelas, bila terjadi kesalahan jangan di
hapus tetapi coret, tulis perbaikan di atasnya serta beri tanda tangan yang merevisi
b. Menulis nama klien dan tanggal pada setiap lembaran catatan perawatan
c. Tulis catatan segera setelah melakukan tindakan
d. Tulis dengan tepat bagaimana, bilamana & dimana aktivitas dilakukan dan respon
klien
e. Selalu memberi tanda tangan dan nama setelah menyelesaikan suatu kegiatan
f. Membedakan observasi dan interpretasi
g. Jangan meninggalkan kolom kosong, beri tanda jika tidak ada yang perlu ditulis
h. Pergunakan istilah/simbol yang telah disepakati
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi keperawatan bervariasi, tergantung pada kebijaksanaan masing-
masing institusi pelayanan kesehatan.

Adapun jenis metode dokumentasi adalah :

87
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

a. Berorientasi pada sumber, dimana masing-masing profesi kesehatan menuliskan


catatan perkembangan klien pada format yang sama sehingga perkembangan kondisi
kesehatan klien dapat terlihat secara berkesinambungan
b. Berorientasi pada masalah
Setiap profesi kesehatan yang tergabung dalam tim kesehatan menuliskan catatan
klien di lembar format yang sama sehingga perkembangan kondisi kesehatan klien
dapat terlihat secara berkesinambungan

c. Berorientasi pada masalah, intervensi dan evaluasi


Pencatatan data fokus

Informasi yang ditulis berdasarkan data dari respon klien terhadap perubahan tingkah
laku maupun kondisi kesehatan klien selama dirawat

d. Pencatatan model manajemen kasus


e. Pencatatan dengan cara komputerisasi

SYARAT DOKUMENTASI

1. Catatan mengandung aspek legal


Dokumentasi keperawatan memberi gambaran pelayanan keperawatan dan respon
pasien. Dokumentasi harus member gambaran tindakan yang dilakukan perawat berikut
ini :
 Pengkajian terhadap factor-faktor risiko yang membahayakan
Misalnya : risiko jatuh dari tempat tidur
 Rencana strategi untuk melindungi klien dari bahaya
 Strategi implementasi untuk melindungi klien dari bahaya
 Melapor dokter tentang perubahan kritis status kesehatan klien
 Mendokumentasikan dengan jelas tentang kejadian luar biasa.
2. Catatan merefleksikan proses keperawatan
Semua elemen dalam proses keperawatan harus dicatat
3. Catatan merefleksikan status kesehatan klien “shift to shift”
Catatan digunakan sebagai alat komunikasi antar profesi kesehatan.
4. Bentuknya dirancang untuk menghindari duplikasi informasi
Pikirkan kebutuhan untuk mencatat tanda-tanda vital, intake output, therapy, dan obat-
obat melalui infuse.
5. Rencana keperawatan dan catatan harus saling melengkapi

88
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Standara Asuhan Keperawatan digunakan sebagai dasar untuk asuhan keperawatan


dan dokumentasi. Perawat bertanggung jawab mengidentifikasi masalah-masalah atau
diagnose keperawatan sejak klien dirawat berikut perencanaan dan evaluasinya.
Kadangkala tidak ada dokumentasi tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan sehingga
memberi kesan masalah telah diidentifikasi tetapi tidak ditangani.
6. Mencatat semua tindakan perawat
Alat dokumentasi yang baik memungkinkan perawat mendokumentasikan tindakan dan
pengkajian dengan cepat. Data ini sangat berguna untuk menentukan status kesehatan
klien. Evaluasi tentang status kesehatan klien didokumentasikan pada catatan
perkembangan.
7. System dokumentasi dirancang agar memudahkan memperoleh informasi untuk
kepentingan pengawasan jaminan mutu dan penelitian.

Pokok bahasan 4. Dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan

Format pengkajian keperawatan berisi pengkajian awal perawat terhadap klien yang baru
masuk ruangan. Dibuat berdasarkan wawancara langsung dengan klien dan keluarga. Serta
pemeriksaan fisik head to toe. Pengkajian dilakukan oleh perawat yang menerima klien pada
saat masuk ke ruangan dan dikonfirmasikan kepada perawat primer atau ketua tim sebagai
penanggungjawab. Waktu yang diperlukan sekitar 45 menit per pasien.

Aspek yang dinilai dalam pengkajian asuhan keperawatan :

1. Data umum pasien


2. Penanggung jawab pasien
3. Riwayat alergi
4. Pengkajian nutrisi
5. Riwayat penyakit terdahulu
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Pengkajian head - to - toe

Cara untuk mendokumentasi pengkajian awal

1. Jelaskan hasil pemeriksaan fisik secara rinci, hindari penggunaan kata “sedikit” atau
“banyak”
2. Tulislah apa yang anda lihat, dengar, rasa, dan bau selama pengkajian. Jangan
menginterpretasi tingkah laku klien sebelum anda melakukan validasi.

89
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Contoh : lebih baik anda menulis “klien menangis selama wawancara” daripada “klien
menangis karena sedih”
3. Gunakan ungkapan klien untuk menyatakan keluhannya, hal ini lebih member
gambaran tentang pemahaman dan reaksi klien terhadap penyakitnya.
Contoh : Klien menyatakan “saya merasa nyeri dan panas pada ulu hati” daripada
menulis, klien merasa tidak nyaman.
4. Catat gejala-gejala yang diingkari klien dan penyimpangan yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Hal ini kemungkinan dapat digunakan dalam merumuskan diagnose
keperawatan.
5. Bila klien tidak dapat memberikan informasi selama pengkajian awal, catat alasannya.
6. Pada pengkajian anak-anak, akan sangat membantu bila menggunakan formulir yang
sesuai dengan usia dan perkembangannya. Misalnya : bayi 3 tahun, 4-12 tahun, 13-18
tahun.
7. Catat informasi tentang reaksi allergic.

Pokok bahasan 5. Dokumentasi masalah keperawatan

1. Dokumentasi hasil pengkajian (DO & DS) ditulis mendahului atau mengikuti diagnose
keperawatan. Rumuskan diagnose dengan pernyataan yang baku.
2. Gunakan PES untuk masalah actual dan PE untuk masalah potensial.
3. Rumuskan berdasarkan respon klien.

Pokok bahasan 6. Dokumentasi rencana keperawatan

Setelah melakukan pengkajian secara lengkap, perawat atau ketua tim bertanggungjawab
untuk membuat rencana keperawatan berdasarkan analisa data. Rencana keperawatan
dibuat mengacu pada standar rencana keperawatan. Menulis rencana tindakan

1. Disusun dari faktor yang berhubungan dengan etiologi


Contoh : kerusakan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi
Apa rencana tindakan keperawatan untuk mencegah dampak immobilisasi pada kulit.
2. Spesifik sesuai dengan kebutuhan klien
Contoh : rencana tindakan yang meragukan “Anjurkan banyak minum” rencana tindakan
yang spesifik adalah “Beri 200 cc teh manis/air putih selama 3 jam”
3. Individual
Walaupun mempunyai diagnose keperawatan yang sama, rencana tindakan disusun
berdasarkan kebutuhan individu.
4. Realistik untuk pasien dan perawat

90
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Intervensi harus mempertimbangkan lama hari rawat dan sumber yang tersedia.
5. Ada tanggal dan tanda tangan
6. Ditulis dalam kalimat intruksi.

Hasil yang diharapkan dari dokumentasi dengan SMART.

1. Spesifik/klien oriented
Hasil yang diharapkan menggambarkan tingkah laku yang ditunjukkan oleh klien atau
keluarga bila masalah keperawatan teratasi.
2. Measurable dan observable
Dapat diukur dan dapat diobservasi, contoh : klien tidak menunjukan tanda dan gejala
hipoglicemia.
3. Achievable ----- Dapat dicapai sesuai dengan kondisi klien.
4. Realistic ---apa adanya sesuai dengan kondisisi pasien dan data hasil pengkajian
5. Time bound ----- Batasan waktu

Pokok bahasan 7. Dokumentasi intervensi keperawatan

Format tindakan keperawatan menggambarkan rangkaian tindakan keperawatan.

Format tersebut memungkinkan perawat untuk mencatat semua tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Jenis-jenis tindakan keperawatan mandiri dan tindakan keperawatan
kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain

Pokok bahasan 8. Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan

Catatan perkembangan klien SOAP atau SOAPIER meliputi :

S = Subyektif : keluhan-keluhan klien atau apa yang dikatakan klien


O = Obyektif : apa yang diamati, diauskultasi, dipalpasi, dan diukur
A = Analisa : kesimpulan perawat tentang kondisi klien
P = Plan of Care / rencana tindakan
I = Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada
E = Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R = Revisi

91
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok bahasan 9. Dokumentasi resume pasien pulang

Resume klien adalah dokumentasi keperawatan yang menggambarkan keadaan klien saat
keluar dari ruang rawat (pulang, pindah ke ruang rawat lain, dan meninggal).

Sub pokok Bahasan 10; Dokumentasi Berbasis Komputer

Menurut Holmas (2003, dalam Sitorus 2006) terdapat beberapa keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat
diketahui
2. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat berfokus pada pemberian asuhan
3. Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang semua
pasien dan suatu lokasi

Sub pokok bahasan11: TEHNIK DOKUMENTASI

Teknik dokumentasi keperawatan dilakukan dengan penerapan proses keperawatan dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan.

Ada tiga teknik dokumentasi yang sering digunakan:

1. SOR (Source Oriented Record)


Adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan.
Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya. Catatan ini
cocok untuk pasien rawat inap.
2. KARDEX
Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting tentang
klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien yang digunakan pada pasien
rawat jalan.
3. POR (Problem Oriented Record)
POR merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan keperawatan
yang berorientasi pada masalah klien. Teknik ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan
pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota tim mengenai
problem klien secara jelas.
Sistem POR ini mempunyai 4 komponen:
- Data dasar

92
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

- Daftar masalah
- Rencana awal
- Catatan perkembangan

93
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 3

AUDIT
KEPERAWATAN

2012

1.
Jumlah pasien jatuh X 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh
2. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain
Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain X 100 %
Total pasien yang dipasang restrain

94
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 3

AUDIT KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari peleyanan kesehatan yang menyeluruh
dalam tatanan pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan diberikan sesuai dengan
dasar-dasar ilmu yang menunjang dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien namun
dalam penerapannya masih banyak kendala – kendala serta hambatan yang dapat
mempengaruhi standar keperawatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
rumah sakit perlu mengevaluasi kelayakan terhadap asuhan yang diberikan kepada pasien
yaitu dengan audit keperawatan apakah telah sesuai dengan standar dan kriteria asuhan
keperawatan.

I. PENGERTIAN AUDIT KEPERAWATAN

Audit Keperawatan adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses keperawatan
atau hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan
tindakan keperawatan.

II. TUJUAN AUDIT KEPERAWATAN

Audit Keperawatan bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan terhadap asahan yang diberikan
kepada pasien serta keefektifan tindakan keperawatan untuk mempertanggung jawabkan hasil
mutu yang akuntabel dengan melakukan audit keperawatan dapat dinilai kelengkapan dan
keakuratan pencatatan asuhan keperawatan.

III. PRINSIP-PRINSIP DALAM AUDIT KEPERAWATAN

Audit keperawatan mencerminkan kualitas dari pelayanan keperawatan yag diberikan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga penilaiannya adalah restrospektif dan
selalu dilakukan setelah pasien mendapatkan pemberian asuhan keperawatan.Dalam audit
keperawatan didalamnya termasuk pendelegasian,pendidikan kesehatan,kelengkapan
pendokumetasian asuhan keperawatan dimana audit keperawatan dapat meningkatkan
pengetahuan perawat terhadap praktik keperawatan dan membantu perawat dalam
merealisasikan tanggung jawab secara professional.
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

IV. MANFAAT AUDIT KEPERAWATAN

Audit keperawatan bermanfaat untuk tingkat manajemen antara lain :

a. Bagi Administrator

1. Memberikan evaluasi program tertentu


2. Mendukung permintaan data untuk akreditasi rumah sakit
3. Melandasi perencanaan program baru untuk perubahan
4. Memungkinkan identifikasi kekj\uatan dan kelemahan dari proses keperawatan
5. Menentukan pengaruh pola ketenagaan keperawatan
6. Sebagai data pengkajian terhadap efisiensi pelayanan

b. Bagi Supervisi

1. Mengidentifikasai area keperawatan yang diperlukan


2. Memberikan landasan rencana Diklat
3. Mengidentifikasi kebutuhan ilmu pengetahuan

c. Bagi Kepala Ruangan dan Perawat pelaksana

1. Sebagai Evaluasi dan introspeksi berkenaan dengan asuhan keperawatan yang


diberikan
2. Identifikasi jenis asuhan keperawatan yang diberikan
3. Identifikasi kebutuhan sebagai dasar untuk imlu pengetahuan di bidang kesehatan

V. LANGKAH-LANGKAH AUDIT KEPERAWATAN


a. Tentukan aspek yang akan dievaluasi atau di audit serta pendekatan apa yang akan di
gunakan
b. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
c. Tentukan standard an criteria
d. Susun instruimen evaluasi
e. Tentukan sampel dan lamanya audit
f. Analisa data yang ditemukan
g. Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang di audit
h. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan berikutnya.

VI. LINGKUP AUDIT KEPERAWATAN


a. Audit struktur

Audit struktur berfokus pada tempat dimana pemberian asuhan keperawatan


dilaksanakan yang meliputi:

1. Fasilitas
2. Peralatan
3. Petugas /Tenaga
4. Pengorganisasian , pencatatan pelaporan

96
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

b. Audit Proses

1. Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah sudah


sesuia dengan standar
2. Proses audit menggunakan pendekata retrospektif dengan cara mengukur kualitas
asuhan keperawatan

c. Audit Hasil

Audit hasil dapat dilakukan secara concurrent atau restrospektif yang berdasar pada
konsep 14 pola palayanan . Sehingga asuhan Keperawatan akan memberikan dampak
terhadap :

1. Kebutuhan pasien terpenuhi


2. Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
3. Pasien memiliki ketrampilan dan kemampuan
4. Pasien memiliki motivasi.

97
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 4

URAIAN TUGAS DAN


INDIKATOR KINERJA
INDIVIDU

2012

98
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 4

URAIAN TUGAS DAN INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

 DESKRIPSI SINGKAT

Pada setiap unit/ruangan seharusnya uraian tugas keperawatan jelas berkaitan


dengan standar asuhan, setiap perawat harus mengerti apa yang diharapkan oleh
organisasi kerja untuk mereka kerjakan, staf harus mempunyai pandangan yang luas
tentang visi dan misi organisasi kerja termasuk kebijakan yang dan peraturan
peraturan yang ada. Pada dasarnya pekerjaan itu akan dikembangkan sesuai standar
dan uraian pekerjaan tersebut akan dikembangkan berdasarkan standar dan uraian
kerja di setiap kliniknya.

Dengan adanya tata uraian kerja yang jelas bagi setiap jabatan keperawatan akan
memudahkan Manejer/pimpinan untuk menilai kinerja bawahan secara objectif. Hal ini
akan dapat di gunakan sebagai upaya promotif staf kearah jenjang yang lebih tinggi
maupun sebagai bahan masukan dalam rangka penyusunan rancangan jenjang karier
perawat.

Untuk mengukur kinerja perawat, digunakan “indikator kinerja klinik” sebagai langkah
untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkat kemampuan individu
dalam tim kerja.dengan demikian diharapkan kesadaran akan tumbuh, mau, dan
mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing untuk dimonitor, diperbaiki,
serta ditingkatkan secara terus menerus.

 TUJUAN PEMBELAJARAN

 Tujuan Pembelajaran Umum


Pada akhir sesi peserta mampu membuat uraian tugas dan menyusun indikator
kinerja individu pelayanan keperawatan

 Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan lingkup uraian tugas
2. Menganalisis masalah kewajaran dalam melaksanakan tugas
3. Mengembangkan uraian tugas sesuai pedoman yang berlaku

99
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

4. Menjelaskan pengertian ruang lingkup indikator kinerja individu


5. Menjelaskan indikator kerja individu
6. Menjelaskan langkah-langkah dan penyusunan indikator kinerja individu

 POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Uraian Tugas


Sub pokok Bahasan:
a. Pengertian dan lingkup uraian tugas
b. Masalah kewajaran dalam melaksanakan uraian tugas
c. Pengembangan uraian tugas

Pokok Bahasan 2. Indikator Kinerja Individu


Sub pokok Bahasan:
a. Ruang lingkup indikator kinerja individu
b. Indikator kinerja individu
c. Langkah-langkah penyusunan indikator kinerja individu

 METODE

 Ceramah, Tanya Jawab


 Diskusi kelompok (kasus)
 Latihan

 MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

 LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.

100
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang


diperlukan dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, pengetahuan dan pengalamannya mengenai jabfung kesehatan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2.Penyampaian Materi (... menit)

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai uraian tugas
dan indikator kinerja individu. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta
untuk saling berbagi pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai Pengertian dan lingkup uraian
tugas, Masalah kewajaran dalam melaksanakan uraian tugas, Pengembangan
uraian tugas, Ruang lingkup indikator kinerja individu, Indikator kinerja individu,
dan Langkah-langkah penyusunan indikator kinerja individu.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya
jawab.
4. Fasilitator memberi penugasan kepada peserta untuk melakukan pengisian
format uraian tugas dan indikator kinerja individu.

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan (20 menit)

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

 URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1. Uraian Tugas
a. Pengertian dan lingkup uraian tugas
Pengertian
- Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab yang
dijabarkan kedalam kegiatan pekerjaan.
- Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan dalam
unit kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan kualitas yang
dibutuhkan.

Lingkup Uraian Tugas

101
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Uraian tugas dapat menjadi tidak berarti jika tidak akurat, tidak lengkap dan
kadar luasa, penulisan uraian tugas yang sempurna dapat menjadi asset yang
dapat menggambarkan jabatan dalam organisasi kerja yang memberikan
pandangan operasional secara keseluruhan dan menunjukakkan bahwa uraian
tugas telah dirancang dan di analisa sebagai suatu bagian integral dari
pelayanan organisasi kerja. Dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi , uraian tugas adalah subject perubahan .
Perawat manejer harus memelihara agar pekerjaan tetap relevan dengan uraian
tugas melalui perbaikan secara priodik dan sitemetis.

Perawat Manejer harus melihat:


a. Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk semua tingkat jabatan
dalam unit keperawatan dan kualifikasi yang dibutuhkan
b. Uraian tugas diperbaiki dan diperbaharui sesuai perkembangan iptek atau
kebijakan organisasi kerja
c. Semua jabatan klinik sebaiknya di evaluasi secara priodik (6 bulan atau 1
tahun sekali).

b. Masalah kewajaran dalam melaksanakan uraian tugas


Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, sebagian
besar dilakukan oleh tenaga perawat. Namun masih banyak ditemukan perawat
melakukan pekerjaan non keperawatan yang tentunya mengurangi pelayanan
keperawatan yang seharusnya dilakukan. Disamping itu kegiatan non keperawatan
juga dapat mengaburkan uraian tugas dan bidan baik dalam jabatan maupun
tanggung jawabnya sebagai perawat klinik.

c. Pengembangan uraian tugas


- Identifikasi jabatan
- Analisa pekerjaan
- Analisa kegiatan setiap pekerjaan
- Evaluasi fungsi melalui analisa kinerja mereka menggunakan penilaian kinerja
untuk setiap jabatan
- Analisa indikator kinerja untuk setiap kompetensi
- Penilaian kinerja
- Pertimbangkan standar & peraturan institusi
- Uraian tugas & Tanggung jawab perawat / bidan harus jelas

Pokok Bahasan 2.Indikator Kinerja Individu


a. Ruang lingkup indikator kinerja individu
Pengertian Indikator
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh :
berat badan bayi pada umurnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut
(Wilson & Sapanuchart, 1993)

102
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Karakteristik Indikator
 Sahih (valid)
 Dapat dipercaya (reliable)
 Peka (sensitive)
 Spesifik (specific)
 Berhubungan (relevan)

Pengertian Kinerja
Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu selama kurun waktu
tertentu (Bernardin dan Russel, 1993)

Komponen penting dalam kinerja


 Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi tingkat kinerjanya
 Produktivitas : kompetensi tersebut di atas dapat diterjemahkan ke dalam
tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja
(outcome)

b. Indikator kinerja individu

Input-proses-output-outcome.
Ilustrasi dari kontinum indikator dengan contoh kegiatan pemberian cairan melalui
tindakan infus:

Input
Meliputi peralatannya dan bahan untuk infus, dan perawat, SOP/protap tindakan
melakukan infus.

Proses
Kegiatan dalam melakukan pemberian cairan melalui infus.

Output
Tidak terjadi pembengkakan pada bagian badan yang menjadi lokasi infus, setelah
dipasang infus tidak terjadi plebitis.

Outcome
Terpenuhinya kebutuhan cairan klien, mempercepat proses penyembuhan klien.

c. Langkah-langkah penyusunan indikator kinerja individu


1. Pengumpulan Data
Langkah awal untuk menyusun indikator kinerja klinik perawat, perlu melihat
uraian tugas masing-masing. Pada saat menyusun uraian tugas, diharapkan
perawat bisa melakukan analisis pekerjaannya, dan dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu, pelayanan keperawatan langsung, pelayanan keperawatan tidak
langsung, dan pelayanan non keperawatan. Data yang perlu dikumpulkan

103
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

dalam rangka menyusun indikator kinerja klinik bagi perawat terutama adalah
pelayanan/asuhan keperawatan yang bersifat langsung.

2. Penyusunan Indikator Kinerka Klinik


Untuk menyusun indikator kinerja klinik terutama yang difokuskan kepada
asuhan langsung keperawatan, perlu dianalisis berdasarkan sifat tindakan yaitu
tindakaan yang dilakukan bersifat kritis, seringnya tindakan dilakuakn, atau
dapat dikatakan untuk menyusun indikator perlu ditertapkan berdasarkan
kompetensi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Poline (1984) yang
menyatakan bahwa analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi.
Pada tahapan ini perawat melakukan analisis setiap tindakan langsung
keperawatan, selanjutnya setiap tindakn dilakukan analisis klarifikasi indikator,
input, proses,output, dan outcome.
Indikator input meru[akan prasyarat yang harus dipenuhi untuk melakukan
asuhan langsung keperawtan, indikator proses pada prinsipnya adalah
langkah-langkah ynag harus dilakukan dalam melakukan asuhan langsung
keperawatan serta indikator output adalah efek yang ditimbulkan dari asuhan
keperawtan yang diberikan. Indikator outcome adalah dampak yang
ditimbulkan dari pemberian asuhan keperawatan.

3. Menetapkan indikator kunci


Setelah tersusun rincian dari semua asuhan langsung keperawtan selanjutnya
disepakati oleh perawat indikator kunci (key indicator). Indikator kunci
merupakan indikator kinerja klinik bagi perawat yang sangat spesifik dan
sangat urgent.

4. Menyepakati indikator kinerja klinik sebagai dasar untuk penilaian dan evaluasi
kinerja
Setelah tersusun indikaor kinerja klinik perawat, langkah penting adalah
menyepakati bahwa indikato ryang telah disusun akan menjadi area untuk
melakukan penilaian dan evaluasi kinerja klinik bagi perawat. Pada tahapan ini
disepakati bahwa indikator kinerja klinik yang telah disusun sebagai dasar
untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja klinik perawat.

104
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Lampiran
Contoh Format Uraian Tugas dan Indikator Klinik

 Contoh Catatan Kegiatan Harian Perawat di Rumah Sakit


Nama : .............................................

Tempat : .............................................

Tanggal : .............................................

Fasilitas : RS..................
WAKTU DALAM MENIT

NO KEGIATAN ASUHAN
ASUHAN NON JUMLAH
TIDAK
LANGSUNG KEPERAWATAN JAM
LANGSUNG

Mengetahui,

Supervisor/KaRu/Ka Rumah Sakit

(...................................................)

105
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Format Uraian Tugas Kelompok

NAMA- MONITORING
NO FUNGSI KEGIATAN NAMA STANDAR INDIKATOR
PER/BID /
P P P P SOP
Kapan Cara Siapa
1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7

I ADMINISTRASI

II KEPEMIMPINAN

III JAMINAN MUTU

IV PROMOSI

V MONITORING

VI ASKEP SOP (+)

No:...

SOP (-)

.....................,.................................

Mengetahui, Yang Membuat


Ka Bid Keperawatan Ka Ruangan

(.................................) (.................................)
Disahkan Oleh
Direktur Rumah Sakit

(.................................)

106
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Format Uraian Tugas Individu


(Dipetik dari deskripsi pekerjaan kelompok sesuai dengan posisinya)
Nama : Perawat ...
Jabatan : Ka. Ruangan /Supervisor /Ka Tim/Pelaksana
Tempat Tugas : Ruang ...
Tanggal : ...

NO FUNGSI KEGIATAN STANDAR/SOP INDIKATOR

1 2 3 5 6

I ADMINISTRASI

II KEPEMIMPINAN

III JAMINAN MUTU

IV PROMOSI

V MONITORING

VI ASKEP SOP +
/ASKEB.....
No:.............

SOP (-)

..................., Tgl ...................

Mengetahui,

Ka. Ruangan , Perawat yang bersangkutan

(.........................................) (...........................................)

107
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH
MODUL 5

PENYUSUNAN DAN
PENGEMBANGAN
SOP/STANDAR
PELAYANAN
KEPERAWATAN DI RS

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 5
PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN SOP/
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


 Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi peserta mampu memahami penyusunan dan pengembangan
SOP

 Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian SOP
2. Memahami tujuan SOP
3. Memahami fungsi SOP
4. Memahami jenis dan ruang lingkup SOP
5. Mengetahui persyaratan dasar pembuatan SOP
6. Mengerti tahap-tahap penyusunan SOP

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengertian SOP
Pokok Bahasan 2. Tujuan SOP
Pokok Bahasan 3. Fungsi SOP
Pokok Bahasan 4. Jenis dan Ruang lingkup SOP
Pokok Bahasan 5. Persyaratan dasar pembuatan SOP
Pokok Bahasan 6. Tahap-tahap Penyusunan SOP

IV. METODE
 Ceramah
 Tanya Jawab

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


 Bahan tayangan (slide power point)
 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi
ini.
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang
diperlukan dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, pengetahuan dan pengalamannya mengenai SOP.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2. Penyampaian Materi (25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai advokasi.
Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai pengertianpengertian SOP,
tujuan SOP, fungsi SOP, jenis dan ruang lingkup SOP, persyaratan dasar
pembuatan SOP, dan mengerti tahap-tahap penyusunan SOP
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya
jawab.
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

b. URAIAN MATERI
Pokok bahasan 1. Pengertian SOP
- Suatu perangkat instruksi atau langkah langkah kegiatan yang di bakukan
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Depkes 2004)
- Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan sutu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi
- SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (KARS, 2000)
- SOP atau Protap merupakan tatacara atau tahapan yg harus dilalui dalam
suatu proses kerja tertentu, yg dapat diterima oleh seseorang yg berwenang
atau yg bertanggung jawab utk mempertahankan tk penampilan / kondisi ttt
sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien

Pokok Bahasan 2. Tujuan SOP


A. Tujuan Umum
Mengarahkan serangkaian kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai
tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku
B. Tujuan khusus
- Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim
dalam organisasi atau unit
- Merupakan parameter untuk menilai mutu kinerja dan pelayanan
- Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
- Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait
- Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi
lainnya
- Untuk menghindari kegagalan,/kesalahan, keraguan, duplikasi dan in-efisiensi

Pokok Bahasan 3. Fungsi SOP


- Memperlancar tugas petugas / tim
- Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
- Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak
- Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja
- Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin

Pokok Bahasan 4. Jenis dan ruang lingkup SOP:

A. SOP pelayanan profesi  terdapat dua kelompok.


a. SOP untuk aspek keilmuan  adalah SOP mengenai proses kerja untuk
diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial  adalah SOP mengenai proses kerja yang
menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
- Pelayanan medis
- Pelayanan penunjang
- Pelayanan keperawatan
B. SOP administrasi mencakup:
a. Perencanaan program/kegiatan
b. Keuangan
c. Perlengkapan
d. Kepegawaian
e. Pelaporan

Pokok Bahasan 5. Persyaratan Dasar Pembuatan SOP

SOP ada beberapa macam yaitu: SOP profesi, SOP Pelayananan (manajerial)
dan SOP Administrasi. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun
SOP adalah sebagai berikut:
A. Bentuk tim penyususnan SOP dengan memeperhatikan tujuan yang hendak
di capai
B. Pertimbangkan prosedur dalam suatu kesatuan yang utuh atau terdiri dari
kumpulan beberapa prosedur yang lebih kecil (terutama bila persiapan, tahap
kegiatan awal, tahap akhir, tahap evaluasi)
C. Susun SOP sebelum melaksanakan suatu perkerjaan baru
D. Tinjau kepustakaan dan informasi yang relevan dan dukung prosedur
penyusunan SOP
E. Minta masukan dari staf dan petugas terkait
F. Tetapkan SOP/protap sebagai pedoman yang harus dilaksanakan
G. Tetapkan hasil yang diharapkan (Expected Outcome)
H. Buat daftar peralatan fasilitas yang diperlukan
I. Tetepkan siapa yang berwenag melaksanakan prosedur tetap
J. Tetapkan indicator dan konta indicator prosedur tetap secara garis bawahi
resiko hal hal yang perlu di waspadai
K. Susun langkah langkah berdasarkan logika , untuk menyelesaikan proses
kerja secara efektif, efisien dan aman
L. Buat alur atau mekanisme untuk memudahkan pemahanan uraian langkah
langkah
M. Buat system penomoran SOP/protap
N. Tulis SOP dengan:
o Menggunakan bahasa yang mudah di mengerto dan istilah yang
konsisiten
o Menyusun kata kata dengan sependek dan sesingkat mungkin
o Mengunakan bahasa yang positif dan tidak bermakna ganda
O. Ujicoba SOP untuk mengetahui kemudahan pemahaman dan pemakaian
P. Sempurnakan ujicoba setelah uji coba (jika diperlukan)
Q. Bakukan SOP oleh pimpinan Institusi
R. Sosialisasikan SOP
S. Revisi SOP sesuai kebutuhan dan perkembangan IPTEK

Pokok bahasan 6. Tahap-tahap Penyusunan SOP :

A. Merumuskan tujuan protap


- Menentukan judul
B. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
- Menterjemahkanpolicy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-
peraturan kebijakan berguna untuk :
a. Terjaminnya suatu kegiatan
b. Membuat standar kinerja
c. Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja
C. Membuat aliran proses
- Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan jalannya
suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a. Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b. Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan
fungsinya dengan pihak lain.
- Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung, tidak
boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam “Flow of
Work”
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a. Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b. Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c. Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d. Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e. Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan cara itu
?
D. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau pelaksanaan
disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas (flow
of work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan yang terbagi habis 
tercapai kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.
Standar sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan.
Standar sangat membantu perawat dan bidan untuk mencapai asuhan yang
berkualitas. Tingkatan standar terbagi menjadi dua yaitu standar minimum
dan standar optimum. Standar minimum harus dicapai oleh perawat dan
bidan, sementara standar optimum adalah suatu keadaan ideal yang ingin
dicapai. Ada empat ketentuan standar yaitu harus tertulis, mengandung
komponen struktur, proses, dan outcomes , berorientasi pada pelanggan serta
disetujui dan disyahkan oleh yang berwenang. Penggunaan standar terutama
pada tiga proses evaluasi ; menilai diri sendiri, inspeksi, dan akreditasi.
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 6

PENERAPAN PRAKTEK
LEGAL ETIK ASUHAN
KEPERAWATAN MELALUI
IMPLEMENTASI CARING
SERTA PEKA BUDAYA

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 6

PENERAPAN PRAKTEK LEGAL ETIK ASUHAN KEPERAWATAN


MELALUI IMPLEMENTASI CARING SERTA PEKA BUDAYA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang bagaimana aplikasi dalam penerapan aspek legal etik
dalam pemberian Asuhan Keperawatan, dalam modul ini juga akan dikaitkan dengan
penerapan legal etik yang di aplikasikan melalui implementasi caring serta peka
terhadap budaya pasien yang merupakan rohnya profesi keperawatan. Etik
merupakan pengetahuan tentang moral, susila, sistem nilai, kesepakatan, penilaian
terhadap kebaikan dan keburukan, kebajikan dan kejahatan, apa yang dikendaki
dan apa yang ditolak.

Aspek legal dalam praktik keperawatan tercantum dalam UU No.36/ tahun 2009
tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.32/ tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010
tentang Registrasi dan Praktek Perawat.

Praktik caring dalam keperawatan menunjukan bahwa perawat bekerja dengan hati
dan jiwa, tanpa caring keperawatan hanya kumpulan keterampilan tinggi yang hanya
mengenal fisik tanpa Jiwa. Menurut para pakar keperawatan, apabila caring
ditempatkan sebagai titik pusat praktik keperawatan, maka profesi keperawatan
akan memperoleh pengakuan yang lebih tinggi dari klien

II. KOMPETENSI
1. Mampu meningkatkan kemampuan dalam menerapkan prinsip legal etik dalam
praktek keperawatan
2. Mampu bertanggung jawab dan bertanggunggugat tehadap keputusan dan
tindakan praktek keperawatan professional
3. Mampu menunjukkan perilaku caring dan peka budaya dalam pemberian Asuhan
Keperawatan.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan aspek legal etik
melalui implementasi caring dan peka budaya.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang aspek etik dan legal
2. Menerapkan aspek etik dalam praktik keperawatan
3. Menerapkan aspek legal dalam praktik keperawatan
4. Memahami konsep caring
5. Membangun pribadi caring
6. Menerapkan perilaku caring dalam pemberian Asuhan Keperawatan
7. Menunjukkan perilaku peka budaya dalam pemberian Asuhan Keperawatan

IV. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan subpokok bahasan sebagai
berikut :
Pokok Bahasan 1. Konsep Etik dan Masalah – Masalah Etik
Sub Pokok Bahasan :
a. Konsep dan Prinsip Etik
b. Masalah – masalah Etik dan Pemecahan Masalahnya

Pokok Bahasan 2. Aspek Legal


Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian aspek legal
b. Aspek legal dalam praktik keperawatan

Pokok Bahasan 3. Isu Legal Dalam Praktik Keperawatan


Pokok Bahasan 4. Area Potensial Tuntutan
Pokok Bahasan 5. Akuntabilitas Legal
Pokok Bahasan 6. Caring dalam Asuhan Keperawatan
Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian
b. Komponen Caring
c. Hubungan Interpersonal dalam Perilaku Caring
d. Membangun Pribadi caring
e. Aplikasi Caring sebagai nilai dalam praktek keperawatan
Pokok bahasan 7. Peka Budaya dalam Asuhan Keperawatan
V. METODA
 Ceramah, Tanya Jawab
 Curah Pendapat
 Diskusi kelompok (kasus)

VI. MEDIA DAN ALAT BANTU


 Bahan tayangan (slide power point)
 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi
ini.

Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai aspek etik dan legal dalam praktik
keperawatan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai aspek etik dan
legal. Fasilitator member kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai materi aspek etik dan legal
dalam praktik keperawatan yang meliputi definisi, pemecahan masalah etik, isu
legal dalam praktik keperawatan, area potensial tuntutan dan akuntabilitas legal.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan Tanya jawab
dan diskusi
4. Fasilitator memberi penugasan kepada peserta untuk melakukan pemecahan
masalah etik
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan

VIII. URAIAN MATERI


1. Konsep Etik
a. Definisi nilai
Nilai-nilai keperawatan merupakan keyakinan tentang suatu ide yang
meliputi; sikap, objek, perilaku, menjadi standar dan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam praktik
keperawatan. Dengan perkataan lain nilai menggambarkan cita-cita dan
harapan ideal dalam praktik keperawatan.

b. Definisi etik
Etik merupakan suatu pertimbangan perilaku benar atau salah, kebajikan
atau kejahatan. Prinsip moral bagi perawat dan bidan untuk dapat mengatur
diri mereka.

c. Prinsip etik
1) Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau
menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai
hak-hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan
mendapatkan penjelasan secara benar.
Penerapan “informed concent” secara tidak langsung menyatakan suatu
trilogi hak pasien yaitu, hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan hak
untuk menolak pengobatan. Perawat juga harus menghargai mitra
kerjanya seperti; dokter, ahli gizi, petugas kesehatan lainnya.
Perawat adalah tenaga yang mempunyai kontak paling lama dengan
pasien, dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan dengan cara yang
relevan, tepat, empati dan mudah dimengerti

2) Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memasak
dan bertindak secara rasional. Dalam membuat keputusan individu akan
menggunakan konsep diri dalam menentukan, atau mempertanggung
jawabkan dirinya sendiri. Dalam praktek keperawatan otonomi
direfleksikan pada saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

3) Beneficence (kemurahan hati)


Kemurahan hati berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan muncul pada waktu
menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk
seseorang. Permasalahan lain yang muncul berpusat pada apa yang
disebut baik dan apa yang disebut tidak baik.
Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil, apakah
lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalam menghadapi
semua ketidakmampuan atau lebih baik memperbolehkan seseorang
untuk meninggal atau mengakhiri penderitaannya.

4) Non-Maleficence (tidak mencederai)


Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Kerugian atau cedera dapat
diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian atau
adanya gangguan emosi atl adalah perasaan tidak berdaya, merasa
terisolasi dan adanya kesalahan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan
ketidak adilan, pelanggaran atau berbuat kesalahan.
Prinsip nin maleficience atl adalah : jangan membunuh, menghilangkan
nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada
orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan
orang lain.

5) Konfidensialitas /Kerahasiaan
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat
menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional
kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan kepada pihak lain secara
tidak tepat.
Perlu dipahami bahwa informasi yang disampaikan tentang pasien/klien
dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien tersebut
merupakan informasi yang relevan dengan kasus yang ditangani.

6) Keadilan /Justice
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semua
orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat
sebelah. Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi
dan pelayanan/perlakuan antar individu pasien/klien, berarti setiap orang
harus mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
7) Kesetiaan
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga
keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat
konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan
prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

2. Masalah-Masalah Etik
a. Uraian Masalah Etik
Merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding.Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah.
Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional.

b. Pemecahan Masalah Etik


Berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap prinsip dan
nilai etika dapat terjadi dalam melaksanakan praktik keperawatan sehari-hari.
Dengan demikian perawat harus memahami keyakinan dari dirinya sendiri
selain keyakinan dari pasien, keluarga dan masyarakat .

Adapun kerangka pengambilan keputusan etik dapat dilakukan sebagai


berikut:
A. Identifikasi masalah etik
1. Adakah sesuatu yang salah secara personal, interpersonal, atau
sosial? Apakah konflik, situasi, atau keputusan yang diambil merusak /
mengganggu orang lain atau masyarakat? ya
2. Apakah masalahnya memasuki/melewati masalah hukum atau
institusi? Apa dampaknya terhadap orang yang memiliki martabat,
hak-hak dan harapan untuk kehidupan bersama yang lebih baik?

B. Kumpulkan fakta-fakta
1. Apakah fakta-fakta yang relevan untuk masalah tersebut? Apa fakta-
fakta yang tidak diketahui?
2. Apakah individu dan kelompok memiliki peran penting terhadap hasil
(keputusan yang dibuat)? Apakah sebagian dari mereka punya peran
lebih besar karena kebutuhan tertentu atau karena kita memiliki
kewajiban untuk mereka?
3. Alternatif tindakan apa yang akan dibuat? Apakah semua pihak yang
relevan telah dikonsultasikan? Jika Saudara memperlihatkan daftar
alternatif tindakan pada seseorang yang terlibat, apa yang akan dia
ungkapkan?
C. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.
1. Alternatif tindakan mana yang akan menghasilkan paling banyak
manfaat dan paling sedikit bahaya? Pendekatan utilitarian: Tindakan
etik adalah tindakan yang akan menghasilkan keseimbangan paling
besar pada manfaat daripada bahaya.

2. Jika seseorang tidak memperoleh yang diinginkan !, Apakah hak-hak


dan martabat setiap orang tetap dihormati ? Pendekatan Hak: tindakan
etik adalah tindakan seseorang yang paling menghargai hak-hak
semua pihak yang terlibat.

3. Alternatif tindakan mana yang paling adil untuk semua pemangku


kepentingan? Pendekatan keadilan dan kejujuran : tindakan etik
dimana seseorang memperlakukan orang lain sama, atau jika tidak
sama, perlakukan secara proporsional dan jujur.

4. Alternatif tindakan mana yang dapat membantu semua pihak untuk


berpartisipasi lebih penuh dalam kehidupan sebagai bagian dari
sebuah keluarga, kelompok masyarakat, atau masyarakat seluruhnya
?
Pendekatan umum yang lazim: Tindakan etik dimana seseorang
berkontribusi paling banyak terhadap pencapaian kehidupan bersama
yang berkualitas

5. Apakah saudara ingin menjadi seseorang yang bertindak sebagai


penyelesai masalah ? (misal; seseorang yang menjadi sumber
semangat atau kasih sayang)? Pendekatan by virtue: tindakan etik
dimana seseorang memiliki kebiasaan dan nilai2 kemanusiaan pada
tingkat terbaik.

D. Buat keputusan dan uji cobakan


1. Pertimbangkan semua perspektif ini, Alternatif tindakan mana yang
paling benar atau terbaik untuk dilakukan?
2. Jika menjelaskan pada seseorang ,mengapa memilih alternatif tindakan
ini, apa yang akan diungkapkan orang tersebut ? Jika saudara harus
menjelaskan keputusan didepan TV, senangkah saudara
melakukannya?
3. Lakukan tindakan, kemudian refleksikan keputusan tersebut.
4. Impelementasikan keputusan yang diambil. Bagaimana keputusan
dapat menyelesaikan masalah tersebut ? Jika Saudara mengalami hal
itu kembali, Apakah saudara akan bertindak berbeda seperti
sekarang?
3. Aspek Legal
a. Pengertian aspek legal
Pengertian Hukum, dapat diartikan sebagai regulasi ketatalaksanaan sosial
yang dikembangkan untuk melindungi masyarakat. Suatu aturan yang
mengatur prilaku manusia dalam hubungannya dengan orang lain di
masyarakat dan dengan pemerintahan (Aikin, 2004)

b. Aspek legal dalam praktik keperawatan


Aspek legal dalam praktik keperawatan tercantum dalam UU No.36/ tahun
2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.32/ tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Registrasi dan Praktek Perawat.

4. Isu Legal Dalam Praktik Keperawatan


Isu Legal/hukum dalam praktik keperawatan yang sering dijumpai seperti:
Kelalaian dalam praktik keperawatan dan DNR (Do Not Resucitation).
Kelalaian dalam praktik keperawatan disebabkan beberapa faktor seperti:
kompetensi perawat yang tidak memenuhi kualifikasi, jumlah ketenagaan
perawat yang tidak memenuhi standar (rasio pasien dan perawat), fasilitas yang
tidak lengkap, kebijakan, pedoman, standar praktik dan prosedur yang tidak ada
atau tidak di up to date dan lingkungan kerja yang tidak kondusif.
DNR (Do Not Resucitation), adalah suatu pernyataan tertulis langsung untuk
tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien dalam keadaan henti
jantung. ( lihat lampiran DNR )

5. Area Potensial Tuntutan


a. Malpraktik
Kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang terkait profesi/pekerjaannya
yang membutuhkan ketrampilan profesional dan tehnikal yang tinggi.

b. Dokumentasi
Medical Record adalah dokumen legal dan dapat digunakan di pengadilan
sebagai bukti.

c. InformedConsent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian prosedur
sesudah diberikan informasi yang lengkap termasuk resiko pengobatan dan
fakta-fakta yang berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter.

d. Accident and incident report


Incident report merupakan laporan terjadinya suatu insiden atau kecelakaan.
Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan askep.
6. Akuntabilitas Legal
- Aturan legal yang mengatur praktik perawat
- Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik
- Hubungan perawat- Dokter/keluarga/institusi pelayanan kesehatan
IX. UKAN/DAFTAR PUSTAKA
7. Caring dalam Asuhan Keperawatan

Perawat merupakan kelompok profesi yang paling depan dan terdekat dengan
penderitaan orang lain, kesakitan, dan kesengsaraan yang dialami masyarakat. Perawat
merupakan anggota dari kelompok profesi yang menggunakan ungkapan caring yang
konsisten , sering dan terus menerus.

Praktik caring dalam keperawatan menunjukan bahwa perawat bekerja dengan hati dan
jiwa, tanpa caring keperawatan hanya kumpulan keterampilan tinggi yang hanya
mengenal fisik tanpa Jiwa. Menurut para pakar keperawatan, apabila caring
ditempatkan sebagai titik pusat praktik keperawatan, maka profesi keperawatan akan
memperoleh pengakuan yang lebih tinggi dari klien

A. PENGERTIAN

"Theory of Human Care" (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi


yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien
untuk sembuh. Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang
berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Dia juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati.

Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring
juga sebagai suatu "affect" yang digambarkan sebagai suatu emosi atau perasaan
kasihan. atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan bagi pasien. Caring juga sebagai suatu therapeutic
intervention. Dalam hal ini kondisi-kondisi pasien yang membutuhkan tindakan
caring perlu dijelaskan seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien,
menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan teknik
mengenai prosedur atau intervensi keperawatan.

Apabila perawat dalam perannya menempatkan caring sebagai pusat yang sangat
mendasar, maka perawat dapat membedakan caring dari curing tanpa mengabaikan
kerja sama sebagai tim pelayanan kesehatan dengan profesi kesehatan lainnya.

Menurut Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi
tersebut adalah :
1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara
interpersonal,
2. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu
memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu
saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut
nantinya,
5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih
tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
6. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang
berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. Caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

B. KOMPONEN CARING

(Roach, 1984 ) menjelaskan beberapa komponen caring meliputi 5 C yaitu:

1. Compassion (bela rasa)


Compassion memiliki kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain,
membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan untuk
berbagi perasaan, memberikan dukungan secara penuh.

2. Competence (kemampuan)
Competence (kemampuan), memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.

3. Confidence (kepercayaan diri)


Confidence (kepercayaan diri) suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar
manusia dengan penuh percaya diri.

4. Concience (suara hati)


Concience (suara hati) perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem
nilai humanistik – altruistik yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya.

5. Commitment
Komitmen dalam melakukan tugas secara konsekwen dan berkualitas terhadap
karier yang dipilih

C. HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG MENUNJUKAN PERILAKU CARING

Hubungan interpersonal menunjukan perilaku caring yang dapat diaplikasikan dalam


memberikan asuhan keperawatan, meliputi :

 Memberi salam/menyapa orang lain terlebih dahulu saat bertemu


 Memberikan perhatian
 Berbagi perasaan dengan orang lain
 Membantu orang tanpa pamrih
 Menjadi seorang pemaaf
 Membeikan dukungan / harapan pada orang lain
 Dapat dipercaya
 Menjadi pendengar yang baik
 Mendampingi seseorang saat berduka
 Memberikan rasa nyaman terhadap orang lain

D. MEMBANGUN PRIBADI CARING

Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang


manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,
keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti
kalau pengetahuan perawat tentang Caring meningkat akan menyokong perubahan
perilaku perawat.

Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat
dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel yang
mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya:
a. Variabel Individu
b. Variabel Psikologis
c. Variabel Organisasi.

Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan


ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable psikologi merupakan persepsi,
sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah
kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan. Dengan
demikian membangun pribadi Caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan.
Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring.
Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan,
imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya
effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi(rumah sakit) adalah
menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan
yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan
system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja
perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan
kinerja perawat dalam caring.

Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat.
Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik
adalah membentuk Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan.
Artinya peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam
penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur
caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus ada dalam pendidikan perawatan.

Karakteristik Caring

Karakteristik “Caring” Menurut Wolf dan Barnum (1998) yang dideskripsikan sebagai
”THE TOPTEN CARING BEHAVIOURS” adalah :

1. Mendengar dengan perhatian


2. Memberi rasa nyaman
3. Berkata Jujur
4. Memiliki kesabaran
5. Bertanggung jawab
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
7. Memberi sentuhan
8. Memajukan sensitifitas
9. Menunjukan rasa hormat pada klien
10. Memanggil klien dengan namanya

E. APLIKASI CARING SEBAGAI NILAI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Ada sepuluh faktor karatif caring (Watson,1988) sebagai nilai yang diterapkan dalam
praktik keperawatan meliputi :

1. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik, merupakan


sikap yang didasari nilai-nilai kemanusiaan dengan menghargai otonomi dan
kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya
2. Menanamkan sikap penuh pengharapan, membangun sikap klien yang positif
terhadap pengobatan yang diterimanya serta perilaku sehat
3. Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan
penerimaan dan perwujudan perasaan positif maupun negatif
5. Meningkatkan dan menerima ekpresi perasaan positif maupun negatif
6. Menggunakan metoda sistematis dalam penyelesaian masalah caring untuk
pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental sosial, dan spiritual yang suportif, protektif
dan korektif
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan dalam rangka
mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi fenomenologikal dan spiritual, cara
penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh & ilmiah melalui pemikiran
masyarakat modern
Pertanyaan Menggali Prinsip Caring Diri Sendiri :
1. Apa makna caring buat seseorang, diri anda sendiri dan keluarga anda
2. Bagaimana saya mengekspresikan kesadaran dan komitmen saya dalam
menunjukkan perilaku caring pada pasien saya, pada institusi saya dan pada
masyarakat.
3. Bagaimana saya mendefinisikan diri saya, orang lain, lingkungan dan
keperawatan
4. Bagaimana saya membuat perbedaan dalam kehidupan seseorang dan
penderitaan seseorang
5. Bagaimana saya meningkatkan kualitas hidup seseorang yang menderita dan
dalam proses kematian
6. Bagaimana saya dapat terinspirasi dengan teori Caring Watson dalam praktek
keperawatan saya.
MODUL 7

METODE PEMBERIAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
DAN PENGELOLAAN
STAFF

2012
METODA PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

MODUL 7
METODA PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DAN PENGELOLAAN STAF

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam penerapan Model / metoda pemberian asuhan keperawatan yang digunakan


memberikan gambaran jelas tentang tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat dalam menyelesaikan asuhan, menetapkan siapa yang menjalankan tugas
dan tanggung jawab, penyesuaian jumlah pasien dengan jenis tenaga perawat
dalam memenuhi kebutuhan perawatan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
mutu layanan keperawatan.

Adapun metoda yang dapat digunakakan adalah: metoda fungsional, metoda tim,
metoda keperawatan primer, metoda kasus, metoda moduler, serta metoda
manajemen kasus, partnership model dan pasien focus dari pelayanan (patient care
centre).

Dalam praktik keperawatan profesional, metoda fungsional sebaiknya tidak lagi


digunakan. Rumah sakit dapat menetapkan metoda yang paling memungkinkan
untuk dilaksanakan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Diterapkannya Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit

B. Tujuan Khusus
1. Diperolehnya pemahaman yang sama tentang program implementasi
pengembangan metoda asuhan keperawatan Rumah Sakit ,
2. Peningkatan Kemampuan Teknis Pelayanan Keperawatan bagi
Manajemen Keperawatan dalam penerapan metoda asuhan keperawatan
di Rumah Sakit,
3. Teridentifikasinya komponen/ unsur pelayanan keperawatan yang perlu
dikembangkan/diperkuat, sehingga metoda asuhan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan benar dan tepat,
4. Terlaksananya program/ kegiatan Implementasi Pengembangan Pelayanan
metoda asuhan Keperawatan Rumah Sakit,

III. POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan .
 Penerapan Model Pemberian Asuhan Keperawatan

Sub Pokok Bahasan


 Tahap perencanaan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap evaluasi

 METODA
A. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang
terkait dengan tugas yang akan dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan,
memberikan kesempatan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar
atas pengalaman (learning by experience)
B. Peran serta aktif peserta (active learner participatory) sesuai dengan pendekatan
pembelajaran (learning).
C. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari
dan ke berbagai arah.

c. URAIAN MATERI

PENERAPAN MODEL PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Pengertian
Adalah suatu kegiatan/aktifitas Perawat profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menerapkan satu metoda yang tepat atau yang paling mungkin
untuk dilaksanakan

A. TAHAP PERENCANAAN

1. Langkah-Langkah Penerapan Model Pemberian Asuhan Keperawatan

a. Pembentukan Tim Model Praktik Keperawatan


[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

b. Proses memilih model penugasan unit ruang rawat


 Siapa yang bertanggung gugat terhadap pemberian asuhan keperawatan?
 Model penugasan apa yang menggambarkan otonomi perawat?
 Gaya kepemimpinan apa yang dipergunakan ?
 Apa saja kemampuan klinik dan administrasi yang dimiliki oleh perawat
 Apa saja bentuk “power“ (kekuatan) dan “politic“ (strategi) yang
dipergunakan di RS
 Bagaimana kekuatan dan strategi tsb mempengaruhi perawat di unit ruang
rawat ?
 Apakah model penugasan yang dipilih tergantung pada pimpinan/atasan
atau kebutuhan pasen dan perawat ?

c. Tingkat “ acuity “ pasien, rasio perawat – pasien, jumlah staf


 Bagaimana gambaran jenis pasien ?
 Bagaimana gambaran diagnosa penyakit ?
 Bagaimana gambaran tingkat “acuity“ pasen tertinggi ?
 Bagaimana rasio perawat pasen selama ini ?
 Bagaimana komposisi perawat professional dan non professional ?
 Bagaimana gambaran penjadualan perawat di unit ruang rawat, tiap 12
jam, 10 jam, atau 8 jam atau kombinasi keduanya ?
 Berapa jumlah jam kerja pada sestiap jadual dinas, dan berapa orang
setiap jadual.

d. Ukuran unit ruang rawat dan tatanannya


 Dimana lokasi stasiun perawat ( “ nurse station “ ) ?
 Apakah area aktifitas ada ditengah ruang rawat ?
 Dimana area pasen ?
 Bagaimana rute / jalan / arus lalu lintas, apakah melalui stasiun perawat ?
 Bagaimana bentuk unit , T atau oval ?
 Sudah berapalama unit ini ada ?
 Berapa besar kapasitas ruangan ? 25, 30, atau 40 tempat tidur ?
 Bagaimana kondisi sirkulasi, pencahayaan dan penerangan ?
 Apakah terdapat ruang untuk diskusi ?
 Apakah fungsi 2 ruangan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien?

e. Pengelolaan tenaga keperawatan


 Tentukan jumlah tenaga dari setiap katagori.
 Rekruit tenaga baru untuk mengisi tugas yang ada.
 Seleksi dan tentukan tenaga yang dibutuhkan.
 Kegiatan penempatan.
 Tentukan sistem penugasan yg akan diterapkan.
f. Sistem klasifikasi pasien
 Menentukan jumlah dan jens staf yang dibutuhkan.
 Menentukan sistem penugasan yang efektif.
 Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawatan yang sebenarnya
 Memberi kemampuan pada manajer keperawatan untuk mengendalikan
dan menguasai pelayanan.
 Keberimbangan produktifitas out put dan in put.

g. Faktor – faktor yg mempengaruhi pelaksanaan ASKEP


 Identifikasi kegiatan yg bukan keperawatan
 Identifikasi tenaga keperawatan non efektif.
 Kondisi kerja ( lingk. Fisik, suasana kerja, sistem “reward” )
 Beban kerja ( jumlah hari kerja perawatan, jumlah jam kerja perawat,
jumlah dan klasifikasi klien dan jumlah jam perawatan )
 Kualifikasi tenaga keperawatan sesuai persyaratan.

2. TAHAP PELAKSANAAN
 Ujicoba Metoda
 Menetapkan penanggung jawab pasien sesuai sistem pemberian asuhan
keperawatan.
 Memberikan asuhan keperawatan dengan mempergunakan proses
keperawatandan SPO yang telah disusun,
 Melakukan kerja sama tim sesuai kondisi pasien,
 Menerapkan prinsip etik Keperawatan,
 Menerapkan prinsip keselamatan pasien selama pemberian asuhan
keperawatan,
 Melakukan preceptorship – mentoring,
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai format yang

3. TAHAP EVALUASI
Evaluasi merupakan aktifitas untuk melihat apakah pelaksanaan penerapan
metoda asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat,
sehingga bila terjadi penyimpangan, kekurangan atau kesalahan dapat
segera diatasi dan diperbaiki.

Evaluasi ini juga merupakan upaya dalam mengendalikan mutu pelayanan


keperawatan.

a. Evaluasi Struktur, meliputi :


 SDM, meliputi tenaga perawat maupun tenaga non keperawatan baik
kualitas dan kompetensi maupun jumlah SDM yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan.
 Format dokumentasi keperawatan.
 SAK dan SOP.
 Sarana dan prasarana : fasilitas peralatan keperawatan dan bahan habis
pakai.

b. Evaluasi Proses, meliputi :


 Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan.
 Pelaksanaan metoda pemberian asuhan keperawatan.
 Semua pasien mendapat asuhan keperawatan.
 Pelaksanaan konferen sebelum dan sesudah memberi asuhan
keperawatan
pada pasien.
 Pelaksanaan supervsi atau ronde keperawatan.
 Pelaksanaan kolaborasi dan pertemuan dengan tim kesehatan lain.
 Pelaksanaan siang klinik atau diskusi kasus.
 Penerapan dokumentasi keperawatan.
 Kinerja perawat dalam memberikan auhan keperawatan pada pasien.

c. Evaluasi Outcome, meliputi :


 Tingkat kepuasan pasien / keluarga.
 Tingkat kepuasan perawat.
 Tingkat kepuasan profesi kesehatan lain.
 Angka infeksi nosokomial.
 Angka dekubitus.
 Tingkat kenyamanan dan keamanan pasien / patien safety. (dihilangkan
saja)
 Angka kecelakaan.
 Angka kesalahan obat.

Ketiga evaluasi ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan


sesuai dengan jenis evaluasi. Untuk melihat keberhasilannya perlu dilaksanakan evaluasi
sebelum dan sesudah pelaksanaan penerapan MPKP sesuai dengan metode

I. PERENCANAAN TENAGA PERAWAT

Perencanaan tenaga keperawatan, memerlukan identifikasi system klasifikasi pasien


sebagai dasar untuk menetapkan standar rasio perawat – pasien. Tenaga perawat
mempunyai daya ungkit yang besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu yang menjadi focus perhatian rumah sakit adalah ketersediaan tenaga
perawat baik jumlah, kualifikasi kemampuan dan jenis tenaga yang dibutuhkan untuk
mencapai pelayanan dan asuhan keperawatan komprehensif dan professional.

Langkah-langkah dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan:

 Tetapkan metoda asuhan yang akan digunakan.


 Tentukan katagori tenaga keperawatan yg dibutuhkan.
 Prediksi jumlah dari setiap katagori tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberi asuhan keperawatan.
 Rekrut tenaga perawat untuk mengisi kekosongan posisi.
 Mengatur pemanfaatan tenaga keperawatan yang digunakan untuk setiap unit dan
shif.
 Memberikan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan.
 Kegiatan penempatan

Faktor – faktor yg mempengaruhi beban kerja tenaga perawat dalam menentukan


jumlah kebutuhan tenaga :

1. Identifikasi kegiatan non keperawatan.


Manajer perlu melakukan identifikasi dari setiap aktifitas yang dilakukan di unit.
Sebagaimana diketahui bahwa aktifitas perawatan pada pasien mencakup
pelayanan keperawatan langsung dan tidak langsung, oleh karena itu manajer perlu
identifikasi mana aktifitas keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat dan non
keperawatan sehingga memudahkan dalam menetapkan berapa jumlah dan
kualifikasi tenaga perawat yang dibutuhkan. Hal ini penting agar tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan staf dan kesalahan dalam penempatan.

2. Identifikasi tenaga keperawatan non efektif.


Identifikasi tenaga keperawatan non efektif perlu dilakukan oleh manajer karena
adanya perawat yang sering tidak masuk kerja (sakit) dapat menurunkan
produktifitas kerja dan berdampak pada hasil mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan pasien.

3. Kondisi kerja ( lingkungan Fisik, suasana kerja, sistem “reward” )


Lingungan kerja meliputi lingkungan fisik perlu memperhatikan segi keamanan dan
kenyamanan baik bagi pasien/keluarga maupun bagi tenaga kesehatan yang
bekerja di unit tersebut. Lingkungan yang aman dan nyaman diperlukan agar tenaga
kesehatan di unit tersebut dapat bekerja memberikan pelayanan pada pasien
dengan baik. Suasana kerja yang kondusif dan berlakunya sistem “reward and
punishment” dapat mendorong perawat untuk meningkatkan produktifitas dan
kinerjanya dalam memberikan asuhan keperawatan pasien.

4. Beban kerja ( jumlah hari kerja perawatan, jumlah jam kerja perawat, jumlah dan
klasifikasi klien dan jumlah jam perawatan). Kelebihan beban kerja atau kekurangan
beban kerja dapat mempengaruhi mutu asuhan yang diberikan. Beban kerja
berlebihan membuat perawat kelelahan, mudah sakit meyebabkan menurunnya
produktifitas dan kinerja.

5. Kualifikasi tenaga keperawatan sesuai persyaratan


Setiap unit pelayanan keperawatan berbeda membutuhkan kualifikasi tenaga
perawat yang berbeda pula. Unit pelayanan keperawatan khusus (ICU, ICCU,
Kanker, Anak , dll) membutuhkan tenaga perawat yang memiliki sertifikat/kualfikasi
khusus. Perawat yang bertugas di ICU dimana pasien yang dirawat mempunyai
masalah keperawatan kompleks (gangguan hemodinamik atau pernapasan, dll),
dipersyaratkan memiliki kompetensi khusus.

Beberapa cara perhitungan kebutuhan tenaga

Didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien:

a. Menurut Giilies ( 1994 )


Self care : < 2 jam / 24 jam
Minimal care : 2 jam / 24 jam
Moderate care : 3,5 jam / 24 jam
Extensive care : 5 – 6 jam / 24 jam
Intensive care : 7 jam / 24 jam.

b. Howard ( 1980 ) merinci dengan :


Minimal / self care : 2, 8 jam / 24 jam
Partial care : 4,5 jam / 24 jam
Complete care : 5, 8 jam / 24 jam
Maximal care : 8, 6 jam / 24 jam

c. Evaluasi faktor
Berdasarkan jumlah point, berdasarkan indikator kritikal
(relative value units)

Pasien dikatagorikan dalam kelas

Kelas I. 0 - 11 point / shift.

Kelas II 12 - 25 point / shift.

Kelas III 26 - 40 point / shift.

Kelas IV 41 point keatas / shift.

NO Katagori keperawatan pasien Standar


score
I Makan dan Minum 2
a. Makan / minum sendiri 4
b. Makan/minum dibantu ( JT ) tiap 4 jam
II Pengkajian 2
a. Tanda vital ( T,N,P,S ) tiap 4 jam 2
b. Cek keadaran ( saraf ) tiap 2 – 4 jam
III Hygien dan eliminasi. 3
a. Mandi dibantu penuh ( di TT ) 3
b. Bed pan dg dibantu 2 orang
IV Pengobatan. 3
a. Oksigen terus menerus/ intra vena. 4
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.
V Aktifitas/ mobilisasi 3
Berjalan dibantu 2 orang/ tukar posisi.
I Makan dan Minum 2
a. Makan / minum sendiri 4
b. Makan/minum dibantu ( JT ) tiap 4 jam
II Pengkajian 2
a. Tanda vital ( T,N,P,S ) tiap 4 jam 2
b. Cek keadaran ( saraf ) tiap 2 – 4 jam
III Hygien dan eliminasi. 3
a. Mandi dibantu penuh ( di TT ) 3
b. Bed pan dg dibantu 2 orang
IV Pengobatan. 3
a. Oksigen terus menerus/ intra vena. 4
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.

II. MENENTUKAN JAM KEPERAWATAN


Dalam menentukan standar staf yang diperlukan dapat dicapai dengan menggunakan
berbagai sumber. Data mengenai jam keperawatan perhari dan type pasien dapat
dilakukan melalui suatu observasi / studi . Data dari klasifikasi pasien dan beban kerja di
analisa setiap hari selama semimggu ( kritical care ) untuk menentukan kebutuhan staf.
Jumlah jam keperawatan dibutuhkan pasien sehari adalah jumlah total kebutuhan
keperawatan dalam unit dibagi dengan jumlah pasien.

Misalnya:
26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5 jam sehingga rata – rata jumlah jam
keperawatan 5,3 jam
Berbagai metoda perhitungan tenaga perawat dapat digunakan, namun prinsip dasarnya
dapat mencakup beberapa hal dibawah ini
Perhitungan tenaga keperawatan didasarkan pada :
1. Derajat ketergantungan pasien.
a. Kualifikasi pasien ( SC, PC, TC,IC ).
b. Jumlah jam keperawatan ( 2,5 jam, 4,5 jam; 6 – 6,5 jam; 9 – 10 jam )
2. Efektifitas kerja perawat.
a. Dinas pagi 6 jam.
b. Dinas sore 7 jam.
c. Dinas malam 9 jam
3. Kualifikasi tenaga perawat ( swansburg : 58% perawat register, 26% LPN dan 16% NA
: Howard: 44% perawat RN, 56 % ).
Penetapan kualifikasi tenaga yang di butuhkan didasarkan pada tingkat ketrampilan.
Misalnya jam keperawatan pasien 4,3 jam
Perawatan dilakukan oleh perawat RN 1,9 jam dan dilakukan perawat non
professional 2,4 jam.
4. Presentasi jumlah jam keperawatan yg dibutuhkan
Pengukuran aktifitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan
tehnik yang meliputi “ time studi “, frekwensi tugas, sample kerja, observasi
penampilan perawat terus menerus dan pelaporan aktifitas perawat sendiri. Swanburg
menetapkan persentasi dari setiap ship: pagi 47%, sore : 35% dan Malam 18% ,
sementara Howard: pagi 51%, sore 34%, 15% .

Beberapa contoh perhitungan tenaga keperawatan


Mis : data jumlah jam perawat bekerja seminggu : 40 jam
Jumlah hari dalam 1 minggu : 7 hari.
Rata – rata jam ASKEP : 5,3 jam.
5,3 jam x 7 x 26 / 40 = 24 staf perawat.

Swansburg
Rawat Inap : Jumlah TT 40, BOR 80% ( 32 )
Total care 30% : 12 ps x 6,5 jam = 78 jam.
Partial care 50% : 20 ps x 5 jam = 100 jam.
Self care 20 % : 8 ps x 2,5 jam = 20 jam
Total = 198 jam

198 jam / 40 = 5 jam


Rata – rata ps perlu bantuan perawat 5 jam / 24 jam.
Total jam keperawatan yg diperlukan sehari : 5 jam x 32 = 160 jam
1 hari kerja 8 jam 160 jam : 8 jam = 20 perawat ( shift)
Total perawat bekerja dalam 1 minggu : 7 hari x 20 shif = 140 shift
Jam kerja / mg : 40 jam
140 shif : 5 hari = 28 perawat ( kebutuhan dasar unit ).

Komposisi dan proporsi tenaga perawat :


58% perawat register ( S1 kep ) = 16,24 orang.
26% perawat diploma ( LPN ) = 7,28 orang.
Kepala ruang / wkl / = 2 orang
25, 52 orang

16% perawat pembantu ( NA ) = 4,48 orang /5 orang

Perawat cuti/ sakit/ libur : 20% 20% x 25 = 5 orang.


Jumlah perawat : 25 + 5 = 30 orang perawat ( Reg & LPN ).
Jumlah perawat pembantu : 20% x 5 = 1 + 5 = 6 orang.

Tabel Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap jaga /shift


Jml Minimal care Parsial Total Intensive care
Ps
Pagi Sore Mlm Pagi Sore Mlm Pagi Sore Mlm Pagi Sore Mlm
1 0,27 0,18 0,94 0,45 0,30 0,16 0,63 0,42 0,22 0,81 0,54 0,28
2 0,54 0,36 0,19 0,90 0,60 0,32 1,26 0,84 0,44 1,62 1,08 0,56
4 1,08 0,72 0,38 1,80 1,20 0,64 2,52 1,68 0,88 2,24 2,16 1,12
6 1,62 1,08 0,56 2,70 1,80 0,96 3,78 2,52 1,32 3,86 3,34 1,68
8 2,16 1,44 0,75 3,60 2,40 1,28 5,04 3,36 1,76 5,48 4,32 2,24
12 3,24 2,16 1,13 5,40 3,60 1,92 7,29 5,04 2,64 9,72 6,48 3,36
16 4,32 2,88 1,5 7,20 4,80 2,56 9,81 6,72 3,52 12,96 8,64 4,48
18 4,86 3,24 1,7 8,1 5,40 2,88 11,07 7,56 3,96 14,58 9,72 5,04
20 5,4 3,6 1,9 9 6 3,2 12,6 8,4 4,40 16,2 10,8 5,6

III. PENJADWALAN

Proses dimana ada personal staf keperawatan yang adekwat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan unit se hari – hari dan mencapai tujuan organisasi.
Manajer keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan mengelola
sumber daya keperawatan dari hari kehari. staf
Keharusan jadwal kerja sore, malam , “week end “ dan hari libur sering menimbulkan frustasi
perawat (Capuano,Fox dan Green, 1992 dalam management decision making for nurse, 1998)
oleh karena itu pengaturan penjadwalan menjadi factor besar dalam mengembangkan ketidak
puasan kerja atau meningkatkan kepuasaan kerja dan mengadakan retensi staf. Upaya yang
dapat memberikan kepuasan pada staf adalah mengembangkan persepsi diantara staf bahwa
mereka dapat mengontrol penjadwalan, memilih shif dan ikut terlibat dalam kebijakan staf.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjadwalan
 Jadwal dikembangkan bersifat relatif permanen didasarkan kebutuhan staf dan periode
kerja yang menyenangkan.
 Perawat dapat mengantisipasi waktu libur mereka karena jadwal dikembangkan untuk
kurun waktu 6 – 12 bulan
 Perencanaan personel dibuat sesuai dengan alasan dan kenyataan.
 Dapat dimodifikasi untuk antisipasi periode kelebihan beban kerja atau bersifat
sementara untuk memenuhi keadaan emergensi.
 Jadwal dibangun berdasarkan persetujuan staf dan manajer.
 Pola siklus jadwal dapat merefleksikan kebijakan, kelebihan beban / menurunnya
beban kerja dan pilihan staf.
 Pola siklus di evaluasi secara periodik (6 bulan) untuk melihat memenuhi philosofi,
tujuan dan sasaran organisasi divisi keperawatan, dampak financial, retensi staf,
produktifitas, manajemen resiko dan kepuasaan staf serta kepuasan pasien..
 Refleksi pola kombinasi staf.

Masalah Pola Kombinasi Staf


Perawat tidak bekerja penuh, mereka bekerja beberapa hari dan libur beberapa hari secara
berurutan.
 Kontinuitas asuhan terputus ketika perawat bekerja diantara shif /belahan shift ( 7 – 11 ;
11 – 15; 15 – 19 dst ).
 Tantangan manajer untuk mengkomunikasikan jadwal pada semua staf dalam waktu
yang tepat.

Keuntungan
 Terpenuhinya kebutuhan pasien selama waktu beban kerja memuncak.
 Perbaikan kepuasaan staf dan memaksimalkan pendayagunaan staf

PERMASALAHAN STAF

Berbagai permasalahan staf yang sering terjadi adalah :


1. Absensi / mangkir
Banyak hal yang membuat staf absen dari jadwal smestinya
a. demografi,: kodrat sebagai wanita ( melahirkan, menyusui )
b. kehidupan pribadi ( pengalaman traumatik, masalah keluarga )
c. Kebutuhan seseorang.
d. Kebijakan organisasi.
e. Perencanaan dan penjadwalan tidak sesuai dengan keinginannya

Mengatasinya:
 Ada daftar hadir, pola absen individu, pengembangan ketrampilan,
 Sistem penghargaan dan sediakan pengobatan.

2. “ Turn Over “ ( keluar masuk )


Terjadi karena tidak ada kesesuaian kebutuhan organisasithdp tenaga dengan
kebutuhan tenaga terhadap harga diri, aktualisasi diri, pengembangan dll.

Faktor – faktor yg berhubungan


a. Kondisi ekonomi secara umum.
b. Kondisi pasaran pegawai setempat.
c. Keamanan dan keselamatan kerja.
d. Kebijakan sistem pelayanan yg berlaku

Cara mengatasi :
Perbaikan uraian kerja, perubahan sistem rekruitmen, penempatan yg tepat, program
orientasi dan penjadwalan.

3. “ Burn Out “ ( kejenuhan )


a. Terjadi karena individu merasa tidak mampu mengatasi masalah atau tidak produktif
b. Tidak yakin terhadap peran dan tanggungjawabnya.
c. Merasa kurang diperhatikan.
d. Tidak tahu berbuat apa setelah berupaya semaksimal mungkin.

Mengatasi burn out:


 Mobilisasi karier.
 Cross training.
 Mobilisasi dinas.

IV. PENGEMBANGAN STAF


Tujuan unit keperawatan adalah memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan bermutu
kepada masyarakat, dan tingkat pengetahuan dan kemampuan dari perawat berhubungan
langsung dengan jumlah staf yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu
pengembangan dan pendidikan staf merupakann fungsi penting bagi manajer keperawatan.
Pelatihan yang baik dan tepat dapat mengurangi kebutuhan staf, sehingga biaya
pengembangan staf untuk meningkatkan produktifitas menjadi efektif. Pengembangan ini
diarahkan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dari institusi rumah sakit. Kegiatan pengembangan dapat
berupa :
1. “Induction, orientasion dan socialization. Kegiatan ini biasanya diberikan pada staf
perawat baru. Perawat baru di informasi dan dilatih untuk dapat melalukan tanggung
jawab terhadap pekerjaan dimana mereka ditempatkan.
a. Induction training, proses pengembangan awal setelah mereka di rekruit. Proses
ini meliputi semua aktifitas yang mendidik perawat baru mengenai hal yang
menyangkut organisasi Rumah Sakit. Induction dimulai dengan seperti : tata
cara, peraturan ,kebijakan, system yang berlaku di organisasi (personal) dan
prosedur yang diaplikasi untuk semua karyawan rumah sakit. Induction dimulai
dengan penjelasan riwayat rumah sakit, filosofi, visi, misi ,tujuan, struktur
organisasi, kondisi rumah sakit dan karyawan, identifikasi karyawan (badges),
jam kerja, hari libur, peraturan sakit, system klasifikasi, standar penampilan,
evaluasi penampilan, dan lain sebagainya.

b. Orientasi Kerja, setiap organisasi mengembangkan beragai type program


orientasi. Orientasi kerja dilaksanakan setelah perawat mengikuti lengkap
kegiatan “induction training”. Perawat baru diorientasikan pada pekerjaan spesifik
dimana dia ditempatkan. merupakan proses pengenalan perawat terhadap
berbagai aspek dalam organisasi. Dalam menyusun orientasi Hari pertama staf
baru akan melakukan tour keliling rumah sakit, hari kedua mungkin program
orientasi

2. “Inservice education“ termasuk lokasi pekerjaan yang akan dilakukan.


Pengetahuan dan ketrampilan bila tidak dimanfaatkan akan hilang, staf perlu diberi
kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya melalui memperbaharui pengetahuan dan
ketrampilannya, mengikuti dan belajar kembali.

3. “Continuing Education“ termasuk rencana efektifitas belajar.


Manajer perlu memberikan kesempatan secara konstan kepada staf perawat untuk
mengikuti pendidikan berkelanjutan. Pengembangan program pengembangan secara
konstan dan kontinyu dapat berupa : kursus, seminar, work shop, pengalaman klinik,
partisifasi dalam pertemuan ilmia atau pendidikan di universitas.

Pengelolaan staf merupakan proses yang kompleks. Manajer bertanggung jawab untuk
memberikan staf yang adekwat untuk memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien,
perhatian terhadap fluktuasi pasien merupakan tantangan manajer untuk mengelola staf agar
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan. Dalam mengembangkan jadwal manajer harus
melibatkan staf dan melakukan evaluasi secara periode untuk dilakukan perbaikan.
Manajer mampu membangun kepercayaan dan spirit team dalam staf serta mencari metoda
inovatif untuk mengatasi berbagai permasalahan staf.

Sistem Rekrutmen Tenaga Keperawatan


Orientasi Tenaga Keperawatan
Jenjang Karir Tenaga Keperawatan
Referensi
1. Rolland Howard S (1984). Nursing Administration Hand book, An Aspen Publication,
London.
2. Swanburg C Russel (2000) .Management and Leadership for Nurse Manager, Jhon
and Barlet Publication, Philadelphia.
3. Gillies, DA. (1996). Nursing Management : System Approach, Third ed, W.B.Saunders
Company, Philadelphia.
4. Thomas, KJK. Clinical & Nursing Staf Development: Current Competence, Future focus,
Second ed, J.B.Lippincott Company,Philadelphia.
5. Depkes. (2001). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
6. Marquis Bessie L and Huston J Carol (1998). Management Decsion Making for Nurses.
J.B. Lippincott Company, Philadhepia.
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 8

KOMUNIKASI EFEKTIF,
THERAPEUTIK DAN
PENGEMBANGAN
INTERPERSONAL
RELATIONSHIP

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 8
KOMUNIKASI EFEKTIF, TERAPEUTIK DAN
PENGEMBANGAN INTERPERSONAL RELATIONSHIP

I. DESKRIPSI MODUL

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan


dan mendapatkan respon. Ketrampilan ini adalah sebuah ketrampilan mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, karena dengan komunikasi seorang perawat dapat
melaksanakan Asuhan Keperawatan secara professional, dengan komunikasi perawat
dapat mengumpulkan data pengkajian, mengumpulkan data focus untuk ditegakkannya
sebuah diagnosa keperawatan, komunikasi akan memperlancar semua tindakan
keperawatan yang direncanakan sampai ke proses pemberian pendidikan kesehatan pada
pasien.
Komunikasi antara perawat dengan pasien dibangun berdasarkan hubungan saling
percaya, yang merupakan hal yang essensial dalam pemberian asuhan keperawatan,
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi
yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok.
Demikian pula ditegaskan dalam Potter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam
prosesnya terjadi dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan
publik.

II. URAIAN MATERI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A. Pengertian

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman
30
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan


S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama
yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper)
untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.

B. Tujuan

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan
dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan
gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa
putus asa dan depresi.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling


bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang
lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya,
perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan
saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997)
mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses
interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai


tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu
yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang
tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya
akan merasa rendah diri.

4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.


Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik
31
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan


identitas diri yang jelas.

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan


yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan
keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik berikut ini;
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi
hubungan antara manusia yang bermartabat (Dult-Battey,2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,
budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga
diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

D. Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship

Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya,
selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya
membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan
yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan
dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang
kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara
perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai
penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk
mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.

Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
32
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka
dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan
bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).).
Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien,
karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa
dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif


Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena
ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan
dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat
atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).

4. Empati bukan simpati


Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap
empati perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan
tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor,
Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu
melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
33
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti
mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi.
Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan
dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk
berbicara atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya


Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien,
apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien


Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive
terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

E. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang


terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan
atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan
oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.

34
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan


orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara.
Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang
dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak
mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:


a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan
dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu
(Stuart.G.W, 1998).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:


a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
b. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan
ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik


(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
35
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki
pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan
benar-benar dipahami oleh perawat.

4. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap
ini.
Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi
yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.

F. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik

Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara yang spesifik untuk
menunjukkan kehadiran secara fisik ketika melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia
definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika
sedang berada dengan orang lain.
Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara
fisik :
1. Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap untuk anda”).
36
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)


Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung
terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi
(berbicara-mendengar).
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan
gerakan/bahasa tubuh yang natural.

REFERENSI

Hilton. A.P.(2004).Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd


Kozier,et.al.(2004). Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh
edition. United States: Pearson Prentice Hall
Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice.
Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
Sears.M.(2004). Using Therapeutic Communication to Connect with Patients.
http://www.NonviolentCommunication.com
Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Pocket guide to Psychiatric Nursing. Third edition.
St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
Louis: Mosby Year Book
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing care.
Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication

37
MODUL[MATERI
9 INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MATERI INTI

COACHING DALAM
KEPERAWATAN

SP2KP-
PMK
Menuju
WCH

38
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 9
BIMBINGAN (COACHING) DALAM KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam rangka meningkatkan mutu dan menjaga keselamatan pasien perlu adanya
suatu manajemen pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang rawat. Dalam
pengelolaan manajemen di ruang rawat terdapat 2 komponen yaitu manajemen
pelayanan keperawatan dan teknis asuhan keperawatan. Untuk mencapai pengelolaan
asuhan keperawatan yang baik, seorang perawat harus memiliki kemampuan dalam
keterampilan spesifik manajemen asuhan keperawatan. Salah satu komponen yang
tercakup dalam keterampilan spesifik yaitu bimbingan (coaching).
Modul ini sangat bermanfaat bagi perawat dalam meningkatkan kompetensi tata kelola
asuhan keperawatan di ruang rawat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Peserta didik dapat memahami tentang bimbingan (coaching) dalam keperawatan.

B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta didik dapat :
1. Menyebutkan definisi bimbingan (coaching)
2. Menyebutkan tujuan bimbingan (coaching)
3. Menyebutkan manfaat bimbingan (coaching)
4. Menyebutkan langkah-langkah bimbingan (coaching)

III. POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Definisi bimbingan (coaching)
Pokok Bahasan 2. Tujuan bimbingan (coaching)
Pokok Bahasan 3.Manfaat bimbingan (coaching)
Pokok Bahasan 4. Langkah-langkah bimbingan

IV. METODA
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Studi kasus
d. Demonstrasi

39
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


a. Komputer
b. LCD
c. Flip chart

VI. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai jabfung kesehatan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2. Penyampaian Materi (25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitatormenggali pendapat/pemahaman peserta mengenai bimbingan (coaching)
dalam keperawatan.
2. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi pengalaman
dengan peserta lainnya.
3. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai definisi bimbingan (coaching),
tujuan bimbingan (coaching), manfaat bimbingan (coaching), dan langkah-langkah
bimbingan
4. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Definisi bimbingan (coaching)

40
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan


perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik
segera.

PokokBahasan 2. Tujuan Coaching


Coaching mempunyai tujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, dan
memantapkan kualitas khususnya ketrampilan dan sikap dalam melaksanakan atau
menerapkan materi pembelajaran atau prosedur, misal : Prosedur tindakan
keperawatan.

Pokok Bahasan 3.Manfaat /Keuntungan Coaching


Manfaat /keuntungan yang diperoleh dalam melakukan Coaching yatu :
1. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai minatnya
2. Dapat menilai masing-masing perawat dengan berbagai metode penilaian
termasuk observasi dan interview.
3. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan perawat
4. Lebih menekankan pada pendekatan personal dibanding dengan training
kelompok.
5. Perawat merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan
keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus menerus
dan personal.
6. Perawat secara individu memperoleh bimbingan intensif sesui dengan
kemampuan dasar, perkembangan dan kebutuhan Perawat.

Kemampuan untuk Melakukan Coaching


Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan coaching yaitu sebagai berikut:
1. Fasilitator harus dapat membimbing secara efektif dan sungguh sungguh kepada
setiap Perawat.
2. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan observasi, analisis dan diagnosis yang
tajam terhadap masalah pelatihan /pembelajaran.
3. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi terhadap materi
yang dilatihkannya.
4. Melakukan bimbingan dan komunikasi secara asertif
5. Memiliki daya empati dan peka terhadap kebutuhan Perawat.
6. Mampu menjadi pendengar yang baik.
7. Terbuka untuk menerima pendapat.

Pokok bahasan 4. Langkah-Langkah Coaching


Langkah langkah dalam coaching yaitu:

41
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

1. Sebelum praktik sebaiknya Perawat mengadakan pertemuan untuk mereview


kegiatan, termasuk langkah langkah yang perlu mendapat penekanan.
2. Fasilitator merencanakan skenario pembelajaran secara rinci dan menyiapkan
seluruh instrumen bimbingan termasuk instrumen evaluasi
3. Instrumen evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan Perawat
4. Fasilitator menyiapkan ruangan pelatihan beserta kelengkapannya. Apabila materi
yang akan dilatihkan berupa keterampilan keperawatan, maka sarana/prasarana
pembelajaran disiapkan semirip mungkin dengan keadaan nyata dilapangan.
5. Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap Perawat, sehingga
fasilitator dapat memusatkan dan menyesuaikan bimbingannya dengan kemampuan
yang telah dimiliki disamping agar bimbingan relajar secara efektif dan efisien.
6. Fasilitator merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan proses bimbingan
dan memberikan umpan balik sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensi setiap
Perawat.
7. Kondisi atau linkungan pembelajaran disusun menyerupai kondisi linkungan nyata
sehingga memudahkan Perawat untuk menginternalisasi dan menghayati prosedur
pembelajaran tertentu.
8. Fasilitator mendemonstrasikan setiap langkah tindakan atau prosedur.
9. Perawat melakuka redemonstrasi, fasilitator mengamati dan memberikan umpan
balik saat mereka melaksanakan langkah langkah kegiatan. Perawat mencoba
kembali tanpa bimbingan, fasilitator memberikan umpan balik dan penguatan.
10. Umpan balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan pada
awal latihan kamudian berkurang secara bertahap sesuai dengan tingkat
perkembangan masing masing Perawat. Umpan balik menggunakan penuntun
belajar atau check list yang telah disiapkan.
11. Setelah Perawat dinilai kompeten yaitu dapat melakukan prosedur keperwatan
secara mandiri dengan benar didalam pembelajaran laboratorium atau simulasi,
selanjutnya Perawat diberikan kesempatan untuk melakukan prosedur nyata dilahan
kepada klien yang sebenarnya dengan pengawasan dan bimbingan. Fasilitator
melakukan evaluasi terhadap penampilan/kinerja Perawat.
12. Apabila pelatihan berupa materi manajemen, maka setelah pembelajaran
laboratarium dilanjutkan pula pada pembimbingan dilapangan misal penyusunan
SOP, perencanaan pelayanan diruangan perawatan, memimpin rapat koordinasi,
melakukan monitoring dan evaluasi, melakukan supervisi kepada staf
keperawatan/kebidanan.
13. Bimbingan dilakukan sampai Perawat dinilai kompeten dalam melaksanakan
keterampilan.
14. Fasilitator memberikan kesempatan kepada Perawat untuk refleksi

42
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

15. Hasil evaluasi penampilan Perawat digunakan sebagai salah satu bahan untuk
menetapkan tingkat kompetensi atau keberhasilan Perawat sesuai dengan standar
pelatihan yang telah ditetapkan.

Ciri Ciri Fasilitator Yang Efektif


Fasilitator yang efektif memiliki ciri-ciri berikut:
1. Mahir menguasai keterampilan yang akan dilatihkan
2. Mendorong Perawat mempelajari keterampilan baru
3. Meningkatkan komunikasi dua arah dan terbuka
4. Memberikan umpan balik segera dengan cara yang menarik yaitu:
- Menggunakan humor yang tepat
- Mengamati Perawat dengan mengamati tanda tanda stres
- Memberikan istirahat selama sesi coaching
- Mengadakan variasi suasana coaching agar tidak monoton
- Memusatkan perhatian kepada keberhasilan Perawat bukan pada
kegagalan
5. Gunakan metode coaching dan alat bantu yang variasi
6. Melibatkan Perawat semaksimal mungkin dalam merencanakan semua sesi
7. Menunjukan sumber sumber yang diperlukan
8. Bersifat sabar dan memberikan dukungan
9. Memberikan penghargaan/reinforcement positif
10. Memperbaiki Perawat sambil tetap memelihara harga diri Perawat
11. Mendengar dan memperhatikan

43
MODUL 10
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MELAKUKAN DRK
DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN

2012

44
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 10
MELAKUKAN DRK DALAM KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat
digunakan di suatu unit pelayanan keperawatan untuk membahas
pengalaman keberhasilan pemberian suatu asuhan Keperawatan yang actual dan
menarik maupun Ketidakberhasilan dalam mengelola asuhan keperawatan yang perlu
diinformasikan dan diatasi baik pegalaman terkini maupun yang sudah lalu melalui
suatu diskusi kelompok yang mengacu pada standard. Melalui DRK diharapkan dapat
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maupun profesionalisme perawat ,

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Pada akhir sesi ini peserta latih mampu melaksanakan kegiatan DRK di unit
pelayanan Keperawatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Pada akhir sesi ini peserta latih mampu:
1. Menjelaskan pengertian DRK
2. Menjelaskan tujuan DRK
3. Menjelaskan langkah langkah kegiatan DRK
4. Melakukan kegiatan DRK
45
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

III. POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Konsep PMK
Pokok Bahasan 2. Langkah-langkah kegiatan DRK
Sub Pokok Bahasan:
a. Peran personal dalam DRK
b. Menetapkan atau memilih kasus
c. Jadwal DRK
d. Laporan DRK
Pokok Bahasan 3. Kegiatan DRK

IV. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi kasus
3. Penugasan
4. Role play

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Media
- Bahan tanyangan digital
- Modul
- Lembar kerja

2. Alat bantu
- Computer, LCD. Mike
- Ruangan dengan setting tempat duduk yang melingkar

VI. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


1. Menciptakan suasana nyaman dan memotivasi peserta untuk siap menerima
materi.
2. Menyampaikan pokok bahasan 1 & 2, tentang pengertian, tujuan dan peranan
DRK.
3. Meminta peserta memberikan komentar dan fasilitator melakukan klarifikasi.
4. Mengalihkan ke pokok bahasan tiga tentang langkah langkah kegiatan DRK.
5. Menjelaskan tentang 3 komponen peran dalam melaksanakan DRK. Yaitu
sebagai moderator, penyaji, dan peserta.
6. Meminta peserta mengajukan pertanyaan, komentar, dan fasilitator melakukan
klarifikasi.
7. Selanjutnya membahas sub pokok bahasan tentang pentingnya memilih dan
menetapkan topik kasus dalam DRK.
8. Memberikan kesempatan kepada peserta dalam diskusi kelompok untuk
mengidentifikasi dan menetapkan masalah –masalah asuhan maupun
pengelolaan keperawatan yang menarik untuk didiskusikan baik yang terkini
maupun yang lalu berupa suatu keberhasilan atau suatu kegagalan yang perlu
diinformasikan dan diatasi.
46
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

9. Fasilitator memfasilitasi diskusi , memberikan komentar dan klarifikasi.


10. Selanjutnya membahas sub pokok bahasan tentang pentingnya menyusun
jadwal kegiatan.
11. Memberikan kesempatan kepada peserta dalam kelompok untuk menyusun
jadwal DRK untuk 6 bulan atau satu tahun sesuai dengan topik-topik yang
dipilih, waktu, dan peran masing-masing dalam DRK.
12. Membahas sub pokok bahasan tentang laporan DRK dengan meminta peserta
untuk berbagi pengalaman dalam membuat laporan yang dituangkan kedalam
suatu format yang disepakati.
13. Melakukan tanya jawab tentang hambatan atau masalah apa yang ditemuai
dalam pembuatan laporan.
14. Memfasilitasi diskusi kelompok dalam membuat format laporan DRK.
15. Masing masing kelompok mempersentasikan dalam diskusi pleno.
16. Tutup acara dengan memberikan umpan balik dan bandingkan dengan refleksi
peserta tentang kompetensi yang di ca[pai pada akhir sesi.
17. Berikan kesempatan pada peserta untuk memberikan komentar.
18. Berikan penghargaan/ Applause pada peserta atas partisipasinya dan saling
berjabatan tangan.

VII. URAIAN MATERI

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

1. Pengertian DRK
Refleksi Diskusi Kasus (DRK) : adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman suatu keberhasilan asuhan perawatanyang aktual dan
menarik maupun suatu ketidak berhasilan dalam mengelola asuhan keperawatan
dilapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman
standar yang di tetapkan.

2. Tujuan DRK
a. Mengembangkan profesionalisme perawat
b. Meningkatkan aktualisasi diri perawat
c. Membangkitkan motivasi belajar
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah di tetapkan
e. Belajar menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak
menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerjasama

47
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Manfaat DRK
a. Sebagai Metode Pembelajaran
b. Dapat Digunakan sarana pelayanan kesehatan . Contoh Di Rumah sakit /
Puskesmas
c. Membahas Permasalahan Aktual , Masa Lalu Maupun yang Sedang
Berlangsung
d. Memaparkan Pengalaman Keberhasilan dalam Pelaksanaan
Tugas dengan Pemanfaatan Sumber Daya
e. Meningkatkan Profesionalisme perawat

4. Langkah Langkah dalam DRK


Langkah awal sebelum melakukan kegiatan DRK melalui suatu diskusi kelompok
setiap peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pengalaman yang actual.
menarik , terkini maupun yang lalu , dan penting untuk di informasikan dan
ditindaklanjuti guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maupun
prrofesionalisme perawat .
I. Memilih dan menetapkan kasus didiskusikan:
Topik topic bahasan yang didiskusikan dan ditetapkan dalam DRK antara
lain, Pengalaman Pribadi perawat yang menarik dalam menangani kasus pasien
di Rumah sakit yakni pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan
dan isu isu strategis,Pengalaman yang masih relevan untuk di bahas
yang memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Proses diskusi ini akan memberikan ruang waktu bagi setiap peserta untuk
merefleksikan pengalaman, pengetahuan, serta kemampuannya dan
mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman perawat terhadap standar
yang akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.

II. Jadwal Kegiatan :


Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
kurun waktu yang telah di tetapkan dan di sepakati bersama . Kegiatan
DRK dalam kelompok kerja di rumah sakit (unit ruangan). dilakukan minimal
sekali dalam satu bulan dan sebaiknya jadwal kegiatan disusun untuk waktu
enam bulan atau satu tahun, agar peserta yang telah di tetapkan mempunyai
waktu yang cukup untuk mempersiapakannya. Untuk mempermudah
menentukan tangal pelaksanakan kegiatan DRK dapat disesuaikan dengan
jadwal rutin bulanan yang sudah ada . misalnya pada kegiatan
pertemuan perawatan , arisan , dan lain –lain kegiatan . Setiap bulan di
tetapkan dua orang yang bertugas sebagai penyaji dan fasilitator/moderator
selebihnya sebagai peserta demikian seterusnya sehingga seluruh anggota
48
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama berperan sebagai penyaji,


fasilitator/moderator maupun sebagai peserta.
Peserta dalam satu kelompok diupayakan antara 5-8 orang

Contoh:
Jadwal kegiatan DRK

Ruangan Penyakit Dalam /Seruni


NO Topik Bahasan Waktu/Bulan Penyaji Moderator Ket
1 Kekeliruan dalam 14 Januari Salim Taslim
pemberian obat
2 Pengisian 16 Februari Ita Rike
dokumentasi askep
3 Askep Typoid 15 Maret Aisya Jono
4 Menghitung cairan 13 April Ani Ida
5 Memasang Infus 14 Mei Titi Ike
Pada Pasien yang
gelisah
6 Pemansangan NGT 12 Juni Usman Nini
7 Serah terima sif 16 Juli Taslim Salim
dinas
Dst dst Dst Dst Dst

5. Waktu Pelaksanaan DRK


Waktu yang dibutuhkan untuk melalukan kegiatan tersebut minimal 60 Menit:
Pembukaan : 5 Menit
Penyajian : 15 Menit
Tanya Jawab : 30 Menit
Penutup /Rangkuman : 10 Menit

6. Peran personal dalam DRK


Dalam refleksi dikusi kasus (DRK) ditetapkan suatu aturan main yang harus dipatuhi
oleh semua peserta agar diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertip, ada 3
macam peran yang telah disepakati dan dipahami dalam pelaksanaan DRK yaitu:
a. Peran Penyaji
b. Peran pesrta
c. Peran fasilitator

49
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Peran Penyaji :
- Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami atau pernah terlibat
didalamnya , merupakan kasus menarik baik kasus yang lalu maupun kasus
kasus terkini. Menjelaskan kasus yang sudah disiapkan, alokasi waktu 10 s.d 20 menit
- Menyimak pertanyaan yang disampaikan
- Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman nyata yang telah
dilakukan dengan merujuk pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku
- Mencatat hal hal penting selama proses DRK

Peran Peserta :
- Setiap peserta mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaanminimal satu pertanyaan
dengan alokasi waktu keseluruhan 20 s.d 30 menit:
- Dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk pada standar
- Tidak dibenarkan mengajukan pertanyaan/ pernyataan yang sifatnya menyalahkan
atau memojokkan
- Tidak di benarkan mendominasi pertanyan
- Pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui

Peran Fasilitator / Moderator :


- Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posis tempat duduk dalam bentuk
lingkaran sehingga peserta dapat saling bertatap muka dengan leluasa
- Membuka pertemuan:
 Mengucapkan selamat datang
 Menyampaikan tujuan pertemuan
 Membuat komitmen bersama dengan seluruh anggota diskusi tentang lamanya
waktu diskusi (kontrak waktu)
 Menyampaikan tata tertip diskusi
- Mempersiapakn penyajian untuk menyampaikan kasus selama 10 s.d 20 menit
- Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya selama DRK berlangsung

Laporan RCD
Langkah berikutnya adalah penyusunan laporan DRK. . Penyusunan laporan dilakukan
agar kegiatan dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan, anggota kelompok maupun teman
sejawat lainnya. Proses Pelaksanaan kegiatan DRK dari awal hingga ahir harus dicatat/ di
dokumentasikan sebagai suatu laporan Bentuk laporan dikemas dengan menggunakan
format yang antara lain berisi :
 Nama Peserta Yg Hadir
 Tanggal dan Tempat Pelaksanaan
 Isu / Masalah Yg Muncul Selama Diskusi
50
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

 Rencana Tindak Lanjut berdasarkan masalah


Di dalam laporan dilampiran daftar hadir yang ditandatangani oleh semua peserta.
Contoh format laporan ada pada lampiran.

Kesimpulan

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan langkah strategis dalam membina hubungan
dengan staf , diharapkan staf dapat membangun percaya diri dan mampu
mengungkapkan perasaanya sehingga akan terjalin suatu keterbukaan diantara pimpinan
dengan staf , maupun antara staf dengan staf lainnya. Disamping
itu DRK akan memotivasi peserta agar dapat beragumentasi secara positif
dalam menyelesaikan masalahasuhan maupun pengelolaan keperawatan mengacu pada
Standar dengan suatu kesepakatan bersama, apakah standar perlu diperbaharui /
revisi atau perlu menghadirkan standar tambahan.

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA


Hannesy, D, 2001, Handout reflective case discusion, disampaikan pada tutorial
SPMKK di Yogyakarta tahun 2001

51
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Lampiran
Format Laporan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Ruang Rawat..................................................

Nama Ruangan :
Tanggal pelaksanaan :
Topik diskusi kasus :

A. Masalah isu yang muncul:


1. ....................................................................................
2. ...................................................................................
3. ....................................................................................
4. ...................................................................................
5. Dst
B. Pembahasan

C. Rencana Tindak lanjut:


No Isu Kegiatan Indikator
1
2
3
4

Peserta DRK

1. ____________________________________ (...........................................................)
2. ____________________________________ (...........................................................)

3. ____________________________________ (...........................................................)
4. ____________________________________

................,............
Kepala Ruangan

(...................................)

52
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 11

PELAKSANAAN
ASESSMENT DAN
CRITICAL THINKING IN
NURSING DAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM
KEPERAWATAN

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 11
PELAKSANAAN ASSESSMENT DAN CRITICAL THINKING IN NURSING DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
...

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Pada akhir sesi peserta memahami tentang pelaksanaan assessment dan critical
thinking in nursing dan pengambilan keputusan dalam keperawatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

1. Memahami pelaksanaan assessment


2. Memahami critical thinking in nursing
3. Memahami pengambilan keputusan

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1.Pelaksanaan Assessment


Sub Pokok Bahasan
a.
Pokok Bahasan 2.Critical Thinking
Sub Pokok Bahasan
e. Pengertian critical thinking
f. Komponen critical thinking
g. Kompetensi critical thinking
h. Aplikasi pada asuhan keperawatan
Pokok Bahasan 3.Pengambilan keputusan

54
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

IV. METODE

 Ceramah
 Tanya Jawab
V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
4. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
5. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai pelaksanaan assessment dan critical
thinking in nursing dan pengambilan keputusan dalam keperawatan.
6. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2.Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
5. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai disiplin kerja.
6. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi pengalaman
dengan peserta lainnya.
7. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenaipelaksanaan assessment dan
critical thinking in nursing dan pengambilan keputusan dalam keperawatan.
8. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

55
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

4. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap


materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
6. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Pelaksanaan Assessment

Pokok Bahasan 2.Critical Thinking


a. Pengertian critical thinking
Proses bagi individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi dalam
membuat penilaian.
Inti Praktik Keperawatan adalah :
- Kemampuan berpikir kritis
- Menerapkan pengetahuan dan pengalaman
- Pemecahan masalah
- Membuat keputusan

b. Komponen critical thinking


Berfikir kritis dalam keperawatan adalah hal yang reflektif, menghasilkan pemikiran
yang masuk akal tentang masalah keperawatan untuk menemukan solusi yang
difokuskan pada keputusan yang harus diyakini dan dilakukan.

Langkah-langkah dalam critical thinking :


1. Menggunakan ilmu dan kiat
2. Berfikir cepat dan kreatif
3. Membuat keputusan

Sikap dalam critical thinking:


1. Tanggung gugat
2. Mandiriberani
3. Rendah hati
4. Integritas

56
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

5. Kreatif
6. Tekun

Standar critical thinking


Intelektual : Profesional :
- Jelas - Kriteria etis untuk penilaian
- Tepat keperawatan.
- Spesifik - Kriteria untuk evaluasi
- Akurat - Tanggung jawab profesi
- Relevan
- Masuk akal
- Konsisten
- Logis
- Mendalam
- Komplek
- Signifikan
- Adekuat
- Terbuka

c. Kompetensi critical thinking


Kompetensi dalam critical thinking
1. Kompetensi Umum
Meliputi metoda ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuat keputusan
2. Kompetensi Khusus dalam klinis
Meliputi pertimbangan diagnostic, kesehatan klinis, dan keputusan klinis
3. Kompetensi Khusus dalam Keperawatan
Meliputi proses keperawatan

d. Aplikasi pada asuhan keperawatan


Pengkajian
- Pengumpulan data yang berkelanjutan menentukan kondisi pasien
- Mengumpulkan data klien yang relevan dengan observasi, pemeriksaan fisik,
interview, riwayat dan catatan medis

57
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

- Membedakan data yg relevan dgn tdk relevan


- Validasi data

Diagnosis
Analisis dan sintesis data, mengidentifikasi kondisi
- Pengelompokan data
- Membandiingkan data dengan teori
- Melakukan pemeriksaan sesuai kondisi pasien
- Membuat keputusan untuk mengatasi masalah pasien
- Menggambarkan masalah aktual dan potensial dan penyebab diagnosis
- Memvalidasi masalah kesehatan pasien dengan tim kesehatan lain.

Perecanaan
Menentukan solusi dan membantu pasien
- Mengidentifikasi prioritas masalah
- Menetapkan tujuan
- Mengidentifikasi intervensi yg sesuai dgn prinsip n teori
- Menyusun perencanaan dan rasional

Implementasi
Melakukan apa yang sudah direncanakan
- Mengaplikasikan pengetahuan kedalam intervensi
- Membandingkan data awal dengan perubahan status kesehatan pasien
- Update intervensi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

Evaluasi :
Respon pasien
- Membandingkan respon pasien dengan outcome
- Menggunakan kriteria untuk evaluasi
- Menentukan progres pasien
- Meninjau kembali rencana keperawatan

58
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 12

INFORMED CONSENT
DALAM
KEPERAWATAN

2012

59
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 12
INFORMED CONSENT DALAM KEPERAWATAN

III. DESKRIPSI SINGKAT


Meningkatnya masalah tuntutan hukum terhadap perawat, salah satunya disebabkan
oleh belum terpenuhinya hak pasien, antara lain hak atas informasi dan hak atas
persetujuan yang lebih dikenal dengan informed consent. Hal ini terjadi seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai hak-haknya dalarn pelayanan
kesehatan.

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi peserta mampu memahami informed consent

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertianinformed consent
2. Menjelaskan tahapan dalam melakukan informed consent
3. Menjelaskan peran dokter dan perawat dalam informed consent
4. Memahami tentang Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed
Consent)

V. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengertian informed consent
Pokok Bahasan 2. Tahapan melakukan informed consent
Pokok Bahasan 3. Peran dokter dan perawat dalam melakukan informed
consent
Lampiran Panduan persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

VI. METODE
 Ceramah
 Tanya Jawab

VII. MEDIA DAN ALAT BANTU


 Bahan tayangan (slide power point)
 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang
diperlukan dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, pengetahuan dan pengalamannya mengenai informed consent.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2.Penyampaian Materi ( 25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai informed
consent. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai pengertian informed consent,
tahapan melakukan informed consent, peran dokter dan perawat dalam
melakukan informed consent, panduan persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent).

61
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

IX. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1.Pengertian informed consent
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian ijin atas dasar
pengertian terhadap prosedur tertentu dalam tatanan pelayanan kesehatan (Aikin,
2004). informed concent dapat diartikan sebagai persetujuan prosedur tindakan
medik dan atau invasif yang bertujuan untuk melindungi tenaga medik jika terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan akibat dari tindakan tersebut. Selain itu dapat
melindungi pasien terhadap intervensi/tindakan yang akan dilakukan

Tindakan medik adalah tindakan yang bersifat diagnostik-teuraputik yang dilakukan


terhadap pasien. Tindakan invasif adalah tindakan medik langsung yang dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh

Pokok Bahasan 2.Tahapan melakukan informed consent


Adapun tahapan dalam melakukan informed consent:

1. Dokter memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan meliputi:


a. Manfaat/keuntungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
b. Kemunginan kerugian
c. Pemberian alternatif tindakan lain
2. Melakukan evaluasi apakah informasi yang dijelaskan sudah dipahami atau belum
3. Individu/pasien tersebut membubuhkan tanda tangan pada formulir khusus

62
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 3. Peran dokter dan perawat dalam melakukan informed consent
Ada beberapa peran dokter dan perawat dalam informed consent

1) Perawat sebagai advokasi :


 Memastikan pasien sudah mengerti mengenai informasi yang akan dilakukan
 Melidungi pasien terhadap kelalaian
 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien

2) Dokter
Berperan sebagai pemberi penjelasan/informasi jika berhalangaan dapat
diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengatahuannya

63
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Contoh: Lampiran Panduan

Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran


1. Umum

a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang


(pasien) itu sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan tersebut
tidak sampai menggangu orang lain, maka keputusan untuk mengobati atau
tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya terpulang dan menjadi
tanggung jawab yang bersangkutan.

b. Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk
meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya
merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seorang (pasien) yang
bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam pelayanan kedokteran, tidak
seorangpun yang dapat memastikan keadaan hasil akhir dari
diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainty result), dan
karena itu tidak etis jika sifatnya jika penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang
karena satu dan lain hal, tidak dapat atau tidak bersedia menerima tindakan
kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolakan tersebut tidak
membahayakan orang lain, harus dihormati.

c. Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna
apabila terjalin kerjasama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat
saling mengisi dan melengkapi. Dalam rangka menjalin kerjasama yang baik ini
perlu diadakan ketentuan yang mengatur tentang perjanjian antara dokter atau
dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui (consent) atau menolak, adalah
merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar, setelah mendapat
informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang
diberikan kepadanya.

d. Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan
informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed

64
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin
dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya
sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang dimaksud.

e. Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketertiban hubungan


dokter atau dokter gigi dengan pasien melalui informed consent harus ada
pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit.

2. Dasar

Sebagai dasar ditetapkannya Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan


Kedokteran ini adalah peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan
yang menyangkut persetujuan tindakan kedokteran, yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang –Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran;
e. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
RUmum Pusat Hasan Sadikinm Medis;
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan tindakan kedokteran;
h. Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik nomor : HK.00.06.3.5.1866
tahun 1999 tentang Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis.

3. Tujuan

Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan
seluruh tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin dalam
melaksanakan ketentuan tentang persetujuan tindakan kedokteran.

4. Pengertian

a. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarga terdUmum Pusat Hasan Sadikint setelah mendapat

65
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi


yang akan dilakukan terhadap pasien.

b. Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut Tindakan


Kedokteran, adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik,
terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap
pasien.

c. Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan


jaringan tubuh pasien.

d. Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis


yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian
atau kecacatan.

e. Pasien, adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.

f. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

g. Keluarga terdUmum Pusat Hasan Sadikint adalah suami atau istri, ayah atau
ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau
pengampunya.

Ayah :
- Ayah Kandung
- Termasuk “Ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu :
- Ibu Kandung
- Termasuk “Ibu” adalah Ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat
Suami :
- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri :
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

66
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri persetujuan /


penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari merUmum Pusat Hasan
Sadikin.

h. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang
menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.

i. Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mangawasi serta ikut
bertangung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari
anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.

j. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang


secara klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan
seseorang, mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang,
Retardasi Mental Berat, Dementia Senilis.

k. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

5. Persetujuan dan Penjelasan Tindakan Kedokteran

Dalam menetapkan dan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya
memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.
2. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi
persyaratan dibawah ini :
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what
will be actually performied)
b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan
(Voluntary)
c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang
(pasien) yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari
segi hukum
d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah
diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang
perlunya tindakan kedokteran dilakukan.

67
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya


mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated medical
procedure);
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and
risk);
d. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang
mungkin terjadi;
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without
medical procedures;
f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak
dilakukan;
g. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan
kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure);

h. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran.

4. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan.


Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai
tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan.
Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat
diwakilkan kepada dokter atau dokter gigi lain dengan sepengetahuan dokter
atau dokter gigi yang bersangkutan. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan
informasi tanggung jawab berada ditangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan delegasi
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau
cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan tersebut dicatat
dan didokumentasikan dalam berkas rUmum Pusat Hasan Sadikinm medis oleh dokter
atau dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :
 tanggal
 waktu
 nama
 tanda tangan
 pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka
dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga dengan didampingi
oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.

68
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah :


(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindaka3n
kedokteran;
d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :
a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, ataupun rehabilitatif;
b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;
c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
tindakan yang direncanakan;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan;
e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat
akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan
kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada
pasien atau keluarga terdUmum Pusat Hasan Sadikint.

(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali :
a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum;
b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan;
c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable).
(4) Penjelasan tentang prognosis meliputi :
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
c. Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).

Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah satu
dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya.

69
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu
memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut
adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung
kepada pasien.
Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien
gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang
berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.

6. Pihak yang Berhak Memberikan Persetujuan

Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah.


a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
b. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau
Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh merUmum Pusat Hasan Sadikin
menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/ Ibu Kandung
2) Saudara – saudara kandung

c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan
Tindakan medis diberikan oleh merUmum Pusat Hasan Sadikin menurut hak
sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung
3) Induk Semang

d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent)


atau penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh merUmum Pusat
Hasan Sadikin menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara – Saudara Kandung

e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan


atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali
2) Curator

70
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan
tindakan medik diberikan pleh merUmum Pusat Hasan Sadikin menurut urutan
hal tersebut.
1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung
3) Anak- anak Kandung
4) Saudara – saudara Kandung

Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral consent),
tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent).

Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh


persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir tersebut
sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk kemudian yang
bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan
dihadapannya.
Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak
mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.

7. Ketentuan pada Situasi Khusus

(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life


support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdUmum
Pusat Hasan Sadikint pasien.
(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdUmum
Pusat Hasan Sadikint pasien diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan
dari tim dokter atau dokter gigi yang bersangkutan. Persetujuan harus diberikan
secara tertulis.

8. Penolakan Tindakan Kedokteran

(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdUmum Pusat Hasan Sadikintnya setelah menerima penjelasan tentang
tindakan kedokteran yang akan dilakukan.

71
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

(2) Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak
memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah
orang tua, keluarga, wali atau kuratornya.
(3) Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan
keluarga berencana yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi atau vasektomi.
(4) Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi
dan kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter
gigi maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun
yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi.
(5) Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut
harus dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut
menjadi tanggung jawab pasien.
(6) Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.
(7) Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat,
kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan
pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
(8) Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang
berhak menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau
anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
(9) Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus
diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.

9. Dokumen Persetujuan Tindakan Kedokteran


(1) Semua hal – hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan
persetujuan tindakan kedokteran harus dicatat dalam rUmum Pusat Hasan
Sadikinm medis.
(2) Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan
bersama-sama rUmum Pusat Hasan Sadikinm medis.
(3) Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran,
menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan
bertindak sebagai salah satu saksi;
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rUmum Pusat Hasan Sadikinm
medis pasien;

72
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan
kedokteran;
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelaan harus ikut membubuhkan
tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan
penjelasan secukupnya;
e. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus
membubuhkan cap jempol jari kanan.

10. Penutup
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran
ini maka setiap personil Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin agar
melaksanakan ketentuan tentang Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan
Kedokteran ini dengan sebaik - baiknya.

73
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 13

MONITORING
EVALUASI ASUHAN
KEPERAWATAN

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 13

MONITORING EVALUASI DALAM KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Monitoring dan evaluasi kinerja perawat merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan melakukan pemantauan terhadap pelayanan keperawatan.
Kegiatan ini dilakukan secara teratur dengan membandingkan perencanaan dengan
pelaksanaan melalui pengumpulan bukti-bukti faktual di lapangan . Monitoring dilakukan
bersamaan dengan evaluasi yang ditujukan untuk melihat apakah kegiatan berjalan sesuai
rencana.

Monitoring dan evaluasi kinerja perawat diperlukan untuk menilai penerapan pelayanan
keperawatan berjalan sesuai target yang telah ditentukan sehingga indikator yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Monitoring kinerja klinis perawat merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu kinerja itu sendiri dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya. Kemampuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dimiliki oleh manajer
keperawatan.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi memerlukan indikator yang terukur untuk menilai
keberhasilan kinerja perawat, sekiranya dalam proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
terdapat penyimpangan, akan segera diketahui serta ditindaklanjuti kemudian dilakukan
upaya-upaya perbaikan/peningkatan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi memerlukan alat
yang disebut dengan instrumen. Isi dari instrumen mencakup semua kegiatan, peralatan,
sumberdaya yang ada selama waktu persiapan, pelaksanaan penerapan pelayanan
keperawatan di rumah sakit.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum:

Pada akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu melakukan monitoring & evaluasi
pelaksanaan pelayanan keperawatan di rumah sakit.

B. Tujuan pembelajaran khusus:

Pada akhir sesi ini, peserta mampu:


[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

1. Menjelaskan konsep monitoring & evaluasi


2. Menjelaskan tentang penilaian kinerja
3. Menyusun instrumen monitoring & evaluasi
4. Menjelaskan pengelolaan penyimpangan hasil monitoring
5. Mendemonstrasikan monitoring & evaluasi
III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:

A. Konsep Monitoring dan Evaluasi


1. Pengertian Monitoring dan Evaluasi
2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi
3. Manfaat Monitoring dan Evaluasi
4. Prinsip Monitoring dan Evaluasi
5. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Monitoring
6. Langkah-Langkah dalam Monitoring
7. Tipe Monitoring
8. Sistem Monitoring

A. Penilaian Kinerja.
1. Tujuan
2. Metode

B. Instrumen Monev dan Outcome Evaluasi


1. Instrumen monev
2. Outcome evaluasi

C. Pengelolaan Penyimpangan Hasil Monitoring


1. Identifikasi masalah
2. Umpan balik
3. Rencana Perbaikan
4. Implementasi perbaikan
5. Evaluasi
6. Tindak lanjut

IV. REFERENSI
 Depkes RI. Kumpulan Standar nasional Keperawatan Jakarta: 2004
 Berbagai Pedoman Penyelenggaraan Upaya keperawatan Kesehatan masyarakat
(Pelayanan keperawatan di rumah sakit) di puskesmas. Jakarta : 2005
 Direktorat UMDK. Dit.Jend.Yan.Med DEPKES RI “ Petunjuk Teknis Penyusunan
Prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit Swadana “, Jakarta 1995.
 Depkes, 2006, Modul Monitoring dan Evaluasi PELAYANAN KEPERAWATAN DI
RUMAH SAKIT tahun 2006
 Kemkes, Petunjuk Pelaksanaan Implementasi Pengembangan Pelayanan
Keperawatan, Jakarta 2011

76
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Berikut ini akan diuraikan kegiatan pembelajaran dalam sesi ini:

1. Menyampaikan deskripsi singkat tentang materi modul monev


2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta terkait dengan monev pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan dibahas pada
sesi tersebut.
4. Menjelaskan kepada peserta bahwa metode pelatihan pada modul ini mencakup
metode ceramah, diskusi kelompok, diskusi kelompok dan presentasi.
5. Menghimbau peserta untuk meningkatkan perhatian dan berperan serta aktif dalam
tanya jawab, role play, dan presentasi hasil role play.
6. Menanyakan kepada peserta harapan terhadap kegiatan pada sesi ini.
7. Mengarahkan kepada peserta dengan memanfaatkan modul agar mampu
memahami monev pelayanan keperawatan di rumah sakit dengan cara
menunjukkan materi-materi dalam modul.
8. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang belum
dipahami terkait materi yang telah dibahas.
9. Memberikan klarifikasi/tanggapan atas pertanyaan peserta terkait dengan monev
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
10. Bersama peserta merangkum materi yang telah dibahas.
11. Memberikan pengarahan kepada peserta untuk melakukan kegiatan role play dan
memberikan penjelasan tentang tujuan role play.
12. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk melakukan aktivitas
kegiatan role play dan kerjasama tim sesuai dengan pengarahan fasilitator.
13. Memfasilitasi bahan-bahan untuk keperluan role play dan menciptakan kondisi
lingkungan yang kondusif untuk peserta melakukan role play dan kerjasama tim
dalam memecahkan masalah.
14. Memberikan klarifikasi dan tanggapan terhadap kegiatan role play dan kerjasama
tim dalam memecahkan masalah serta kaitannya dengan tujuan kegiatan belajar.

V. URAIAN MATERI
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:

A. Konsep Monitoring dan Evaluasi


1. Pengertian Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data
dari penerapan suatu program termasuk melaksanakannya secara regular
untuk melihat apakah kegiatan/program itu berjalan seusai rencana sehingga
masalah yang dilihat/ ditemui dapat diatasi (WHO, 2000).

b. Evaluasi
World Health Organization (WHO) merumuskan evaluasi sebagai suatu proses
dari pengumpulan dan analisis data mengenai efektivitas dan dampak suatu
program dalam tahap tertentu sebagai bagian atau keseluruhan dari
pencapaian program.

77
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Definisi lain kinerja adalah suatu proses pengendalian kinerja pegawai


dievaluasi berdasarkan standar.

Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan dan menganailisis data tentang


efektifitas dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program. Evaluasi
juga termasuk menilai pencapaian program dan mendeteksi serta
menyelesaikan masalah serta merencanakan kegiatan yang akan datang
(WHO). Evaluasi adalah proses pemberian informasi untuk membantu
keputusan tentang objek yang akan dievaluasi.

Banyak orang berfikir bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di
akhir suatu program/ proyek dan itu tiak membutuhkan pikiran yang serius,
pendapat ini adalah suatu hal yang salah karena evaluasi membutuhkan
perencanaan sebelum mengerjakan suatu program/ proyek dan termasuk
evaluasi formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama program atau kegiatan
berlangsung dan ini dikaitkan dengan proses monitoring. Informasi yang
diperoleh dari monitoring memungkinkan untuk dapat membuat dan
menetapkan tentang bagaimana program tersebut berjalan atau bagaimana
sebaiknya proses mencapai tujuan: contoh monitoring dari suatu pencapaian
artinya bahwa anda dapat terus menerus mengkaji ulang kemajuan dan
mengidentifikasi sesuatu untuk meyakinkan bahwa hal itu realistic, dapat
dicapai dan dimodifikasi atau bila perlu memperbaikinya sementara program
masih berjalan.

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi


a. Memperoleh informasi tentang kegiatan apakah telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana sehingga dapat diberikan umpan balik.
b. Untuk mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan.
c. Sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan program/
kegiatan.
d. Untuk menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan hubungan kinerja
yang baik diantara pegawai dalam hal ini perawat.
e. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi perawat ke arah pencapaian
kualitas yang tinggi.
f. Meningkatkan kegiatan bimbingan dan konseling bagi manajer.
g. Mengidentifikasi kapasitas perawat untuk pengembangan.

3. Manfaat Monitoring dan Evaluasi


a. Mengidentifikasi masalah keperawatan
b. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan pencapaian kegiatan yang sesuai
dengan rencana
c. Mengukur pencapaian sasaran/ target.

78
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

4. Prinsip Monitoring dan Evaluasi


a. Melibatkan lintas program dan lintas sektor dalam perencanaan, pelaksanaan
monitoring dan evaluasi.
b. Bentuk tim kecil yang bertanggung jawab akan pengumpulan, analisis data
sebagai bahan membuat rekomendasi.
c. Pastikan ada konsensus rencana evaluasi pada satu program/ kegiatan
d. Tim monitoring dan evaluasi, akan membuat analisis data bila perlu melibatkan
pendapat seorang ahli.
e. Evaluator melaporkan kemajuan program/ kegiatan.
f. Gunakan temuan-temuan untuk melakukan pengawasan program/ kegiatan
sehingga tujuan dapat dicapai.

5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Monitoring


a. Monitoring kinerja klinis perawat berdasarkan indikator kinerja klinis.
b. Indikator kinerja berdasarkan standar dan uraian tugas.
c. Indikator kinerja klinis dipilih menjadi indikator kunci
d. Indikator harus bersifat; dapat diukur atau dinilai, dapat dicapai, dan bersifat
spesifik.
e. Monitoring harus ditentukan bagaimana caranya, (kapan, dimana dan siapa)
yang akan melakukan monitoring serta harus ada dokumentasi.

6. Langkah-langkah dalam Monitoring


a. Perencanaan
1) Merancang sistem monitoring yang spsifik
2) Menyusun dan menyiapkan instrumen monev sesuai program/ kegiatan
penerapan pelayanan keperawatan di rumah sakit
3) Menentukan scope monitoring
4) Memilih dan menentukan indikator tentukan batasan sasaran kelompok
misalnya kelompok anak dibawah 2 th, 5 th? Terminologi: kasus diare,
mungkin kultur masyarakat dari satu tempat akan berbeda dengan tempat
lainnya, maka penyusunan indikator merujuk pada budaya setempat dan
terakhir tentukan ”performance standart” atau target pencapaian (%) serta
frekuensinya (harian/mingguan /bulanan) tergantung kebutuhan user.
5) Menentukan sumber-sumber informasi, memilih metoda pengumpulan
data, seperti metoda observasi, interview petugas, perawat, pasien atau
rapid survey untuk cakupan atau pengobatan di rumah (home treatment).

b. Implementasi
1) Mengumpulkan dan menggunakan instrumen format pengumpulan data,
yang telah direncanakan termasuk memilih menentukan proses supervisi
dan prosesingnya.
2) Tabulasi data dan analisis data, membandingkan temuan atau pencapaian
aktual dengan perencanaan.
3) Temuan dalam monitoring, apakah penyimpangan, perlu diidentifikasi
penyebab masalahnya.
4) Hasil temuan di ”feedback” kan kepada semua unit yang terlibat.

79
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

5) Menggali penyebab terjadinya masalah dan mengambil tindakan


perbaikan; bisa jadi masalah timbul dalam hal yang sudah biasa/ familiar
terjadi bagi perawat, misalnya imunisasi cakupan turun. Rencana
monitoring perlu disusun jangka pendek untuk menjamin bahwa
tindakan/prosedur dilaksanakan sesuai standar (rencana) serta sesuai
dengan harapan.

c. Menentukan kelanjutan monitoring


Kegiatan monitoring dirancang untuk memperoleh hasil kinerja sekarang atau
jangka pendek bagi manajer atau user lainnya. Review secara periodik tetap
diperlukan. Sistem informasi manajemen akan membantu manajer untuk
mempertimbangkan kapan frekuensi monitoring dikurangi dan pada bagian
mana perlu direncanakan lagi dan dilanjutkan.

7. Tipe Monitoring
a. Monitoring rutin
Kegiatan mengkompilasi (mengumpulkan/menggabungkan) informasi secara
reguler berdasarkan sejumlah indikator kunci. Jumlah indikator dalam batas
minimum namun tetap dapat memberikan informasi yang cukup bagi manajer
untuk mengawasi kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa
perencanaan.

b. Monitoring jangka pendek (insidentil/jika diperlukan)


Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi
aktifitas yang spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru
diterapkan, manajer ingin mengetahui,apakah sudah diterapkan sesuai rencana
dan sesuai dengan keluaran yang dinginkan.

Pada umumnya manajer memanfaatkan informasi ini untuk membuat penyesuaian


dalam tindakan yang baru. Monitoring jangka pendek diperlukan bila manajer
menemukan suatu masalah yang muncul berhubungan dengan input atau
pelayanan.

Untuk merancang sistem monitoring rutin atau jangka pendek, beberapa hal perlu
dipertimbangkan :

a. Memilih indikator kunci yang akan dipergunakan manajer.


b. Hindari mengumpulkan data yang berlebihan agar tidak menjadi beban staf
c. Berikan feedback pada waktu tertentu
d. Gunakan format laporan yang dapat dengan mudah untuk menginterpretasikan
data dan tindakan.

80
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

8. Sistem Monitoring
Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat sangat diperlukan untuk
meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui
monitoring akan dapat dipantau penyimpangan -penyimpangan yang terjadi,
penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer perawat untuk diluruskan
kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar.

Ada tiga indikator kinerja perawat yang perlu dimonitor yaitu : administratif, klinis
dan pengembangan staf. Yang termasuk dalam indikator kinerja administratif
meliputi pendokumentasian asuhan keperawatan (askep) segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan administratif termasuk pencatatan dan pelaporan.

Indikator kinerja klinis adalah pelaksanaan kegiatan atau aktifitas asuhan langsung
terhadap pasien, misalnya asuhan keperawatan individu didalam gedung
puskesmas.

Pengembangan staf berkaitan dengan pengembangan kemampuan klinis staf


(pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang dapat dilakukan secara rutin antara lain
melalui refleksi diskusi kasus. Lihat diagram dibawah ini:

MO
20 DUL
11
12
M MET
O2012 ODA
NE PEM
V BER
Monitoring sangat diperlukan, dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya
merupakan feedback bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana
operasional serta mengambil langkah-langkah tindakan korektif. Oleh karena itu

PE IAN 81

M ASU
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

manajer hendaknya memiliki sistem monitoring sehingga feedback atau


penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan cepat dan tepat serta dapat
dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara
periodik sesuai dengan kepentingannya, maka pelayanan keperawatan akan dapat
ditingkatkan mutunya secara terus menerus.

B. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan proses kontrol dimana kinerja perawat dievaluasi
berdasarkan standar tertentu. Penilaian kinerja memerlukan perencanaan cermat dan
pengumpulan informasi yang akurat.

1. Tujuan Penilaian Kinerja


Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif untuk:

a. Mengatur arah kinerja dalam memilih, melatih, merencanakan karier serta


pemberian penghargaan/ reward kepada perawat.
b. Dalam jangka pendek dapat digunakan sebagai umpan balik dan
mengidentifikasi calon yang akan dipromosikan.
c. Merangsang motivasi perawat untuk melaksanakan tugas.
d. Membangkitkan pemahaman dan komitmen
e. Membimbing dan melatih perawat untuk mencapai kinerja yang efektif.

2. Metode Penilaian Kinerja


a. Penilaian oleh atasan langsung (supervisor)
Adalah penilaian yang dilakukan Oleh atasan termasuk penyelia terhadap
ruang lingkup tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab dan wewenang dari
perawat perawat koordinator dan perawat pelaksana di puskesmas
berdasarkan indikator yang sudah disepakati bersama.

b. Penilaian mandiri (self assesment)


Adalah penilaian diri sendiri yang bertujuan untuk mengembangkan diri individu
itu sendiri dalam rangka pengembangan organisasi.

Penilaian diri dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil.


Dengan memiliki uraian tugas yang jelas akan memudahkan pengembangan
penilaian diri yang diharapkan.

Perawat dapat dilatih untuk meneliti kerja sendiri dan lingkungan kerja. Mereka
dapat membuat pengkajian diri terhadap tujuan dan harapan serta

82
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

menganalisanya. Penilaian kinerja merupakan komponen utama dari proses


pengevaluasian atau pengontrolan fungsi dari manajemen keperawatan

Kajian kesejawatan (Peer review)

Adalah penilaian yang dilakukan oleh teman sekerja dan seprofesi dengan
kemampuan yang sama mereka akan menilai sejawatnya berdasarkan standar
yang sudah ditetapkan.

C. Instrumen Monev dan Outcome


1. Instrumen Monev
Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi dibutuhkan instrumen yang dapat
menggambarkan semua penilaian kegiatan. Beberapa model instrumen yang
dapat digunakan antara lain :

a. Daftar Tilik
Adalah daftar alat untuk mengecek, berisi nama subyek dan beberapa hal/ciri
yang akan diamati dari sasaran pengamatan. Pengamat dapat memberi tanda
cek(V) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya ciri dari sasaran
pengamatan

b. Kuesioner (daftar pertanyaan)


Adalah daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik sehingga
responden (dalam angket dan interviewer dalam wawancara) dapat memberi
jawaban atau tanda pada lembaran tersebut.

c. Catatan Anekdotal
Adalah catatan-catatan mengenai tingkah laku seseorang yang luar biasa
sifatnya atau yang khas dibuat oleh seorang pengamat atau atasan/pimpinan
organisasi. Pencatatan ini prinsipnya harus segera mungkin dikala peristiwa itu
terjadi atau segera setelah peristiwa terjadi dan yang dicatat adalah ucapan
atau tingkah laku dari orang tersebut.

2. Monitoring dan evaluasi program implementasi pengembangan pelayanan keperawatan di


rs khusus

Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian dari kegiatan
implementasi pengembangan pelayanan keperawatan di RS khusus. Tingkat pencapaian
ini akan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Monitoring dan evaluasi
program implementasi pelayanan keperawatan dilakukan dengan sasaran terhadap
proses dan hasil implementasi.

83
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

a. Monitoring dan Evaluasi Terhadap Sasaran Proses


Sasaran proses digambarkan dengan tahapan implementasi pengembangan
pelayanan keperawatan di RS yaitu :
1. Peningkatan kemampuan,
2. Terlaksananya kegiatan pemetaan pelayanan keperawatan,
3. Terlaksananya program implementasi pengembangan pelayanan
keperawatan sesuai kondisi rumah sakit,
4. Terlaksananya program bimbingan teknis,

Untuk menilai sasaran proses dapat dilaksanakan dengan baik, perlu


ditetapkan indikator-indikator dan cara mengukurnya.

NO TAHAP INDIKATOR PENGUKURAN HASIL


1. Peningkatan a. Jadwal kegiatan a. Ceklist Dokumen 90 %
kemampuan tim b. Kaehadiran Peserta b. Test Tulis 80%
pengembang c. Kesesuaian Materi
d. Kehadiran Nara
Sumber
e. Pengetahuan Peserta
a. Jadwal Kegiatan
b. Variabel Pemetaan
2. Pelaksanaan a. Pengisian 100%
kegiatan Instrumen
pemetaan Pemetaan
pelayanan
keperawatan

3. Pelaksanaan a. Jadwal kehadiran tim a. Dokumen absen 90%


program pengembang b. Laporan
implementasi b. Proses Kegiatan kegiatan
pengembangan c. Rapat / pertemuan c. Laporan rapat
pelayanan d. Biaya d. Laporan
keperawatan Keuangan

4. Pelaksanaan a. Jadwal a. Dokumen 100%


program b. Materi Bimtek Absen
bimbingan teknis c. Mekanisme b. Laporan Bimtek
d. Tindak lanjut c. Hasil Bimtek

84
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

dan RTL
dokumen

5. Pelaksanaan a. Jadwal a. Dokumen absen 100%


program b. Materi Monev b. Laporan Monev
monitoring dan c. Tindak Lanjut per bulan,
evaluasi triwulan,
semester,
tahunan
c. Hasil Monev
dan RTL
dokumen.

b. Monitoring dan Evaluasi Terhadap Sasaran Hasil


Sasaran hasil digambarkan dengan produk/ jasa yang dihasilkan oleh
kegiatan implementasi pengembangan pelayanan keperawatan di RS, yaitu :
1. Adanya Rencana Strategik Pelayanan Keperawatan di RS
2. Adanya program tahunan unit ruang rawat sesuai capaian indikator klinik
keperawatan,
3. Adanya unit ruang rawat yang melaksanakan sistem pemberian asuhan
keperawatan profesional,
4. Teridentifikasi SPO sesuai standar pelayanan keperawatan yang
disepakati,
5. Terlaksana asuhan keperawatan dan dokumentasi sesuai model/
sistem pemberian asuhan keperawatan,
6. Jumlah perawat yang memiliki uraian tugas dan Indikator Kerja Individu
(IKI),
7. Terlaksana kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK),
8. Adanya program supervisi klinik dan implementasinya,
9. Tersedia data dasar perawat sesuai kompetensi dan area praktiknya,
10. Terlaksananya program evaluasi pelayanan/ asuhan keperawatan
mempergunakan indikator klinik keperawatan,
11. Tersusun program kerja komite keperawatan (kredensial, pembinaan
etik disiplin dan mutu profesi).

85
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Untuk menilai capaian sasaran hasil, perlu ditetapkan indikator-indikator serta pengukuran
untuk setiap sasaran :
N
HASIL INDIKATOR PENGUKURAN CAPAIAN
O
1. Rencana strategi Visi dan misi pelayanan a. Dokumen Renstra 80%
pelayanan keperawatan, data b. Laporan Pelaksanaan
keperawatan SWOT, GAP, sasaran Renstra keperawatan
dan strategi di RS
2. Program tahunan a. Misi unit ruang rawat, a. Dokumen program 80%
unit ruang rawat tujuan, sasaran tahunan unit RR
b. Strategi, bimtek, dan b. Dokumen laporan
laporan pelaksanaan program
c. Program monev dan tahunan RR
laporan
c. Laporan Monev dan
RTL
3. Pelaksanaan a. Metode pemberian Dokumen pelaksanaan 80 %
asuhan keperawatan di SP2KP di unit RR
SP2KP unit ruang rawat.
b. Gambar struktur
organisasi unit ruang
rawat.
c. Gambaran tugas
perawat sesuai metode
askep
4. SPO sesuai a. Daftar SPO, Jabaran a. Dokumen SPO 80 %
standar yankep SPO sesuai format b. Laporan implementasi
b. Penerapan SPO
c. Program revisi dan
pengembangan
5. Pelaksanaan a. Asuhan keperawatan a. Dokumen askep 100 %
Askep serta mulai dari pengkajian b. Pelaksanaan askep di
dokumentasinya sampai evaluasi. unit RR
b. Dokumentasi asuhan
keperawatan
6. Perawat dengan a. Jabaran uraian tugas Dokumen penilaian 100 %
uraian tugas dan b. Indikator Kinerja individu kinerja individu sesuai
indikator kinerja c. Program revisi uraian dengan uraian tugas
Individu tugas
7. Kegiatan DRK a. Topik/masalah a. Dokumen 80 %
b. Jadwal program DRK pelaksanaan DRK
c. Laporan kegiatan DRK b. Dokumen RTL hasil
dan tindak lanjut pelaksanaan DRK

8. Program a. Dokumen program a. Dokumen Hasil 80 %


supervisi klinik supervisi Supervisi klinik
dan b. Daftar supervisor b. Rencana tindak lanjut
implementasinya c. Laporan kegiatan hasil supervisi
supervisi

86
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

d. Program tindak lanjut


hasil supervise
9. Data perawat Data profil perawat yang Dokumen Sertifikat 90 %
sesuai menggambarkan : kompetensi perawat
kompetensi dan a. Jumlah sesuai area praktik
area praktik b. Kualifikasi sesuai jenjang
karier
c. Penempatan kerja
d. Program kredensial
1 Program evaluasi a. Jadwal evaluasi a. Dokumen 90 %
pelayanan pelayanan keperawatan. pelaksanaan indikator
0. b. Tim evaluasi pelayanan
keperawatan klinik kep di unit ruang
keperawatan rawat
mengacu pada
c. Laporan capaian mutu, b. RTL hasil
indikator klinik dijabarkan dengan
keperawatan pelaksanaan evaluasi
indikator klinik minimal 6
indikator yankep di unit ruang
rawat

1 Program Kerja a. Buku a. Dokumen program 80 %


Komite b. Program kerja Komite komite keperawatan.
1. Keperawatan
Keperawatan b. Dokumen
c. Jadwal kegiatan pelaksanaan program
d. Laporan kegiatan komite keperawatan

D. Pengelolaan Penyimpangan Hasil Monitoring


1. Identifikasi Masalah
Hasil dari monitoring dan evaluasi kinerja klinik perawat berdasarkan pada
indikator kinerja klinik yang telah mereka sepakati. Metode yang digunakan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi kinerja klinik disesuaikan dengan kondisi
tempat kerja. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi diidentifikasi apakah ada
penyimpangan atau ada masalah.

2. Umpan Balik
Kalau terjadi penyimpangan atau ada masalah, Supervisor perlu memberikan
unpan balik (feed back) kepada perawat yang telah melakukan tindakan tersebut.
Umpan balik bukan berarti mencari kesalahan seseorang, melainkan tujuannya
untuk menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan dan efek yang terjadi,
sehingga petugas yang melakukan kesalahan tersebut menyadari atas
tindakannya yang tidak sesuai dengan standar, serta berupaya untuk melakukan
perbaikan di masa mendatang.

3. Rencana Perbaikan
Setelah dilakukan umpan balik, supervisor atau pimpinan di institusi sarana
kesehatan (puskesmas, pustu) perlu merencanakan upaya-upaya perbaikan.
Misalnya pembengkakan yang terjadi pasca imunisasi apabila di sarana
kesehatan sering terjadi, perlu dibuat rencana perbaikan, dengan menelusuri,

87
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

peralatan yang digunakan untuk suntikan vaksin campak, kompetensi perawat


dalam melakukan tindakan imunisasi, tersedianya protap/ SOP. Apabila dilihat dari
sarana dan prasarana ada kendala, kemungkinan perlu direncanakan peningkatan
keterampilan perawat untuk melakukan tindakan Imunisasi campak.

4. Implementasi Perbaikan
Upaya perbaikan perlu dilakukan disesuaikan dengan kondisi tempat kerja, untuk
contoh kasus di atas, meningkatkan keterampilan perawat dalam melakukan
tindakan imunisasi, dapat dilakukan dengan misalnya; in-service training,
pendampingan oleh supervisor.

5. Evaluasi
Upaya perbaikan tidak memberikan makna apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam
kaitan ini perlu dilakukan evaluasi terhadap upaya-upaya perbaikan yang telah
dilakukan

6. Tindak lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi dapat ditentukan langkah lebih lanjut tindakan yang
perlu dilakukan.

Kesimpulan

Monitoring merupakan bagian penting dalam manajemen kinerja klinis perawat


dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan
dan di sisi lain meningkatkan kualitas kesehatan pasien. Temuan monitoring di
”feedback” kan kepada staf untuk diketahui seberapa jauh pencapaian kinerjanya.
Manajer menggali penyebab masalah dan merencanakan monitoring sebagai tindak
lanjut untuk perbaikan. Hasil monitoring dilaporkan kepada pimpinan untuk
dipergunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.

88
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Contoh Instrumen Monev:

FORMULIR MONITORING PELAKSANAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT.........................................

Monev Ke : …………

Hari/tanggal : …………

Ruang :…………

NO KRITERIA PENILAIAN Ada Tidak Ket (bukti fisik dan


atau klarifikasi lebih
lanjut)

1 Rapat penyusunan Program Kerja Tahunan

2 Coaching

3 Supervisi

4 Konsultasi

5 Advokasi

6 Perencanaan kebutuhan perawat

7 Logistik keperawatan

8 Kredensial

9 Jenjang karir

10 Uraian tugas

11 Penilaian kinerja

12 Sistem penghargaan

13 Audit mutu pelayanan

MANAJEMEN PELAYANAN

14 Penerapan Proses Keperawatan

15 Penerapan Etik dan Moral

16 Metode pemberian asuhan keperawatan

17 Penerimaan pasien rawat inap

18 Pemindahan pasien

89
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

19 Merujuk pasien

20 Pemulangan pasien

21 Penyusunan Jadwal dinas

22 Pertukaran jadwal dinas/ shift

23 Komunikasi para perawat & tim kesehatan

24 Delegasi tugas

25 Kolaborasi tim

26 Laporan harian

27 Pre conference

28 Diskusi Refleksi Kasus

29 Preceptorship

30 Mentorship

PELAYANAN/ ASUHAN KEPERAWATAN

31 Asuhan keperawatan pasien rawat jalan*)

32 Asuhan keperawatan pasien gawat darurat*)

33 Asuhan keperawatan pasien rawat inap*)

34 Asuhan keperawatan pasien pre operasi*)

35 Asuhan keperawatan pasien perioperatif*)

36 Asuhan keperawatan pasien pasca operasi*)

37 Asuhan keperawatan pasien ICU*)

38 Asuhan keperawatan pasien HCU*)

39 Asuhan keperawatan pasien rehabilitasi

40 Pemberian informasi

………………………, ……………….

Pelaksana Monev

90
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

FORMULIR MONITORING PELAKSANAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT ...........................

Monev Ke : …………

Hari/tanggal : …………

Ruang : …………

A STRUKTUR Ada Tidak Ket

1 metode penugasan yang digunakan di tempat Saudara jelaskan

2 Tersedia Jadwal monev Penyelenggaraan PELAYANAN KEPERAWATAN DI


RUMAH SAKIT

3 Tersedia SOP untuk pelayanan Pelayanan keperawatan di rumah sakit/


keluarga

4 Ruangan mempunyai uraian tugas individu dan kelompok

5 Tersedia indikator kinerja Perawat Pelayanan keperawatan di rumah sakit

6 Ada rencana diskusi refleksi kasus (DRK)

B PROSES Ada Tidak Ket

1 Mengelola penyusunan SOP (sesuai kebutuhan)

2 Melakukan bimbingan/supervisi kinerja sesuai uraian tugas

3 Melakukan bimbingan/supervisi dalam penggunaan SOP

4 Melakukan monitoring kinerja berdasar indicator

5 Melakukan penilaian kinerja

6 Mengelola DRK (RCD) secara rutin dan teratur

7 Membuat rencana tindak lanjut peningkatan kinerja

8 Mencatat hasil pencapaian kinerja perawat dalam anekdot kinerja

91
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

C OUTPUT Ada Tidak Ket

1 Meningkatkan kepatuhan perawat dalam menggunakan SOP.

Peningkatan kepatuhan kehadiran

Peningkatan kepatuhan penggunaan SOP

Penurunan kejadian Kesakitan

Peningkatan kepatuhan pelaksanaan uraian tugas

2 Meningkatnya kunjungan rumah/pembinaan keluarga

3 Meningkatnya kemandirian keluarga

4 Meningkatnya peran serta masyarakat

5 Menurun angka kejadian kesakitan

7 Meningkatnya pembinaan kelompok khusus

8 Meningkatnya jumlah desa binaan

………………………, ………………….

Pelaksana Monev

VI. REFERENSI
 The Agha Khan Foundation, USA, The PRC MAP Series of Module ” Monitoring and
Evaluating Program” 1993
 WHO, “Design and Implementation of heath Information System” Genewa/ 2000
 John M. Owen, 1993, Program Evaluation, Forn and Approaches, National Library of
Australia.

92
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 14

KESELAMATAN
PASIEN

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 14
KESELAMATAN PASIEN

X. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu dari indicator mutu pelayanan keperawatan adalah keselamatan pasien
(patient safety).Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di
rumah sakit diman peran dan fungsi perawat sangat berpengaruh sekali di dalamnya.
Dalam perawatan pasien fungsi perawat menjadi sangat penting. Bisa dibilang karena
perawat bekerja 24 jam, maka tanggung jawab terdepan dalam pengelolaan
keselamatan pasien ada di tangan perawat, oleh karena itu kemampuan/ kopetensi
perawat harus menunjang dalam memberikan pelayanan sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat meningkat.

XI. TUJUAN PEMBELAJARAN


C. Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi peserta mampu memahami tentang keselamatan pasien (patien
safety)

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian keselamatan pasien (patient safety)
2. Memahami indicator pasien safety
3. Memahami formula perhitungan indicator pasien safety

XII. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengertian keselamatan pasien( patien safety)
Pokok Bahasan 2. Indikator keselamatan pasien
Pokok Bahasan 3. Formula perhitungan indicator pasien safety

XIII. METODE
 Ceramah
 Tanya Jawab

94
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

XIV. MEDIA DAN ALAT BANTU


 Bahan tayangan (slide power point)
 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

XV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang
diperlukan dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, pengetahuan dan pengalamannya mengenai patien safety.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2.Penyampaian Materi ( 25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai patien safety.
Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai pengertian patien safety,
indicator penilaian pasien safety , formula penghitungan indicator pasien safety
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya
jawab.

Langkah 3.Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

95
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

XVI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1.Pengertian keselamatan pasien (pasient safety)
Pasien Safety adalah :suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit
menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Pokok Bahasan 2.Indicator dari keselamatan pasien (patien Safety)


Adapun indicator dari keselamatan pasien(patient safety) adalah:

4. Angka Kejadian Dekubitus


Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian baru
dekubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu.

5. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


Jumlah kejadian kesalahan pada pemberian obat dimana tidak sesuai dengan
prinsip 6 benar
6. Angka Kejadian Pasien Jatuh
presentasi jumlah insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit perawatan pada
periode waktu tertentu setiap bulan.
7. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain
Jumlah pasien cedera akibat restrain pada priodik waktu tertentu

Pokok Bahasan 3. Formula perhitungan indicator keselamatan pasien


(patien Safety)
Adapun formula perhitungan indikator keselamatan pasien (patient safety)

1. Angka Kejadian Dekubitus


Jumlah kejadian dekubitus X 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus

2. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


Angka KTD dalam pemberian obat =

Jumlah pasien yang terkena Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pemberian obat x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Angka KNC dalam pemberian obat =

Jumlah pasien yang terkena Kejadian nyaris cidera dalam Pemberian obat x100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

96
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

INSTRUMEN EVALUASI

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1.Data demografi

d. Pemeriksaan fisik meliputi ; head to toe/ dari kepala sampai kaki

a. Keluhan utama

b. Riwayat penyakit

c. System kardiorespiratori

d. System neurologi

e. System pencernaan

f. System perkemihan

g. System muskuloskeletal

h. System integument

i. System reproduksi dan seksual

j. Pemeriksaan Penunjang.

e. Pengkajian Psikososial dan spriritual

Format pengkajian diisi dalam 24 jam setelah klien masuk (format pengkajian dapat
menggunakan analisa pola Gordon (pola fungsi kesehatan). Pola Gordon adalah suatu metoda
yang digunakan dalam proses keperawatan untuk melakukan pengkajian kepada pasien secara
komprehensif, meliputi sebelas (11) masalah kesehatan yaitu:

1. Pola persepsi kesehatan (bagaimana pasien memandang dan menangani masalah


kesehatannya, kepatuhan terhadap pengobatan dan keperawatan)

2. Pola nutrisi dan metabolisme (kebiasaan makan dan kebutuhan metabolisme)

3. Pola eliminasi (fungsi usus besar/BAB,BAK)

4. Pola aktifitas dan latihan (aktifitas hidup sehari hari termasuk aktifitas kerja, rekreasi dan
acara santai)

5. Pola istirahat dan tidur (kualitas tidur, istirahat an relaksasi)

6. Pola kognitif dan persepsi (pengetahuan,ide,persepsi dan bahasa: persepsi sensori antara
lain pendengaran, penciuman, peraba, perasa dan penglihatan)

7. Pola konsep diri dan persepsi diri (persepsi tentang identitas diri, kemampuan, gambaran diri
dan harga atau nilai diri)

8. Pola peran dan hubunganla (peran dan hubungan dalam keluarga, tempat kerja dan
masyarakat)

97
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH
MODUL 15

PELAYANAN
KEPERAWATAN
BERBASIS EVIDENCE
BASED PRACTISE
(EBP)

2012
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MODUL 15
PELAYANAN KEPERAWATAN BERBASIS
EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

a. DESKRIPSI SINGKAT
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien sangatlah ditentukan
oleh kualitas tindakan keperawatan. Untuk menghasilkan tindakan keperawatan
yang terbaik harus melalui proses evidence-based practice (EBP), namun untuk
menghasilkan tindakan keperawatan berdasarkan EBP memerlukan seorang
perawat yang menguasai riset keperawatan secara baik.

Evidence Based Practise adalah penggunaan secara sungguh-sungguh dari


evidence terbaik dengan menggabungkan keahlian klinik dan nilai atau lingkungan
untuk perawatan bagi pasien.

Tenaga kesehatan kadang dipenuhi oleh rasa ketidakpastian untuk menentukan


tindakan apa yang paling efektif untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk pasien.
Dengan adanya EBP diharapkan pendekatan yang ada dapat membantu praktisi
untuk memberikan kualitas pelayanan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya. Menurut Melnyk dan Overholt (2005), salah satu manfaat
dari EBP adalah membantu praktisi untuk memberikan kualitas pelayanan yang
tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga yang beragam.
Selain itu EBP juga dapat meningkatkan kualitas intervensi keperawatan dari yang
berbasis tradisi atau kebiasaan menjadi intervensi berbasis fakta dan hasil riset.

b. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Evidence Based
Practise (EBP) dalam menerapkan asuhan keperawatan di lingkungan rumah
sakit masing-masing.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
i. Menjelaskan secara terperinci tentang Evidence Based Practice (EBP)
dalam keperawatan
ii. Menentukan langkah-langkah dalam Evidence Based Practice (EBP)

99
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

iii. Memahami cara penerapan Evidence Based Practice (EBP) di rumah


sakit

c. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1. Evidence Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Karakteristik

Pokok Bahasan 2. Langkah – Langkah dalam Evidence Based Practice (EBP)


Sub Pokok Bahasan:
I. Menentukan masalah pasien
II. Identifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
III. Mencari literatur
IV. Penilaian secara kritis terhadap evidence yang ada
V. Melakukan extraksi sebagai jawaban klinik
VI. Membuat protokol
VII. Evaluasi

Pokok Bahasan 3. Penerapan Evidence Based Practice (EBP) di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan :
a. Pemberdayaan rumah sakit melalui capacity building
b. Penciptaan lingkungan kerja ilmiah
c. Penyusunan kebijakan rumah sakit tentang riset keperawatan
d. Pendidikan berkelanjutan tentang metodologi penelitian dan statistik

d. METODA
1. Ceramah, Tanya Jawab
2. Curah Pendapat
3. Diskusi kelompok (kasus)

e. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayangan (slide power point)
2. Laptop
3. LCD
4. Flipchart
5. White board
6. Spidol (ATK)
7. Jurnal terkait Evidence Based Practice dan Evidence Based Nursing

100
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

f. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi


ini.

Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai Evidence Based Practice (EBP).
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta lainnya.

Langkah 2. Penyampaian Materi (25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai Evidence Based
Practice (EBP) dalam keperawatan. Fasilitator memberi kesempatan pada
peserta untuk saling berbagi pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai Evidence Based Practice
(EBP) dalam keperawatan, Langkah – Langkah dalam Evidence Based
Practice (EBP), serta cara penerapan Evidence Based Practice (EBP) di
Rumah Sakit.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya
jawab.
4. Fasilitator memberi penugasan kepada peserta untuk melakukan Evidence
Based Practice (EBP) berdasarkan contoh kasus yang diberikan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Evidence Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
1. Pengertian
Evidence Based Practice (EBP) adalah integrasi dari hasil penelitian terbaik
dengan keahlian klinis dan nilai serta kebutuhan pasien untuk mendapatkan
kualitas pelayanan terbaik dengan harga seefektif mungkin (Straus,2000).

101
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Bukti penelitian yang terbaik dihasilkan oleh beragam perilaku dan sintesis dari
penelitian berkualitas tinggi dalam area yang berhubungan dengan kesehatan.
Hal ini berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengkajian,
diagnosis dan manajemen penyakit akut serta kronis.
Keahlian klinis dalam hal ini termasuk praktisi kesehatan, yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan akurat dalam pengkajian, diagnosis, manajemen
serta pemeriksaan kebutuhan kesehatan pasien.
Nilai dan kebutuhan pasien meliputi pilihan, harapan, dan status kesehatan yang
dibawa seorang pasien saat masuk ke sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal tersebut dapat tergambar dalam diagram di bawah :

2. Tujuan EBP
a. Memecahkan masalah di klinik
b. Mencapai pelayanan yang terbaik
c. Mengenalkan inovasi pelayanan keperawatan
d. Mengurangi variasi dalam pelayanan keperawatan
e. Membantu dengan efektif dan efisien dalam membuat keputusan
f. Memecahkan masalah dalam sistem regulasi
g. Mencapai sistem pengaturan yang terbaik

3. Karakteristik EBP
a. Mempertimbangkan semua riset
b. Menggunakan hasil riset berdasarkan review yg terintegrasi
c. Dikaitkan dengan keahlian klinik dan sistem nilai dari pasien
d. Lebih sistematik systematic

102
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Pokok Bahasan 2. Langkah – Langkah dalam Evidence Based Practice (EBP)


1. Menentukan masalah pasien
Masalah pasien harus ditentukan terlebih dahulu dengan melakukan anamnesa
dalam pengkajian awal.
2. Identifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
Proses identifikasi bisa dilakukan langsung kepada pasien. Tetapi jika kondisi
pasien tidak memungkinkan, bisa dilakukan terhadap keluarga pasien.
3. Mencari literatur
Literatur yang akan digunakan bisa berasal dari jurnal, literatur ilmiah, organisasi
khusus, publikasi pemerintah, organisasi komersial, database, message services,
maupun informasi lain dari internet.
4. Penilaian secara kritis terhadap evidence yang ada
Setelah melakukan studi literatur, kemudian dilakukan penilaian terhadap
evidence yang terjadi langsung kepada pasien.
5. Melakukan ekstraksi sebagai jawaban klinik
Ekstraksi dilakukan setelah penilaian tehadap evidence selesai, dengan cara
melakukan riset keperawatan untuk mendapatkan cara penanganan terbaik dari
masalah yang terjadi pada pasien. Sehingga diharapkan akan muncul metode
penanganan yang terbaik bagi pasien.
6. Membuat protokol
Protokol atau prosedur tetap dibuat setelah didapatkan hasil terbaik dari riset
keperawatan tersebut, untuk kemudian diajukan ke direksi agar dibuat surat
keputusan dan dijadikan pedoman dalam rumah sakit tersebut.
7. Evaluasi
Evaluasi secara berkesinambungan harus dilakukan untuk memantau
keberhasilan implementasi hasil riset keperawatan tersebut.

Pokok Bahasan 3. Penerapan Evidence Based Practice (EBP) di Rumah Sakit


1. Pemberdayaan rumah sakit melalui capacity building
Lingkungan organisasi keperawatan dianalogikan sebagai sebuah organisasi
yang masih berkembang sehingga memerlukan upaya pemberdayaan melalui
capacity building. Capacity building umumnya mengacu pada "suatu proses
individu dan pengembangan kelembagaan yang bertujuan untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuannya dengan memanfaatkan hasil riset yang
konstruktif" (Throstle, 1992).
Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi keperawatan, yaitu :
(1) membentuk komite riset; (2) menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah; (3)
kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya; dan (4) pendidikan
berkelanjutan. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembentukan komite
riset yang terdiri dari menejer dan tenaga perawat yang berpendidikan S1 dan
S2. Komite riset bertugas untuk menentukan kebijakan kegiatan ilmiah,

103
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

perencanaan program kegiatan ilmiah, menjaring sponsor penelitian, dan


sebagai peer reviewer untuk menguji kelayakan penelitian.

2. Penciptaan lingkungan kerja ilmiah


Untuk menciptakan lingkungan kerja keperawatan yang ilmiah (research-based
culture), tahapan kegiatan yang perlu dilakukan adalah : (1) peningkatan
pengetahuan; (2) diseminasi informasi; (3) mengintegrasikan hasil riset dengan
fakta atau pengalaman sebelumnya; (4) mengaplikasikan hasil riset dalam praktik
klinik keperawatan; (5) dan mengevaluasi praktik klinik keperawatan (Health
Research Board, 2000; World Health Organisation, 1999).Untuk meningkatkan
pengetahuan perawat, menejer menyusun kegiatan diseminasi secara berkala
yang mempresentasikan hasil-hasil penelitian tim peneliti atau publikasi dari
berbagai jurnal keperawatan. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan
kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi. Faktor utama yang
dapat mendukung perkembangan praktik keperawatan prima adalah praktik
keperawatan klinik maupun lapangan yang didasarkan dan memanfaatkan hasil-
hasil penelitian.

3. Penyusunan kebijakan rumah sakit tentang riset keperawatan


Langkah selanjutnya adalah menyusun kebijakan mengenai kegiatan riset
keperawatan di lingkungan rumah sakit dan pemanfaatan hasil-hasilnya Komite
riset menyusun kebijakan dari berbagai aspek penelitian, misalnya:
pengembangan strategi riset, penyusunan buku panduan penelitian, dan
mengusulkan pembiayaan penelitian dari rumah sakit atau mengembangkan
kerjasama dengan sponsor penelitian. Selanjutnya komite riset menyusun
mekanisme pemanfaatan hasil riset sampai menjadi Standard Operating
Procedure (SOP). Pemanfaatan riset keperawatan di rumah sakit tergantung dari
organisasi keperawatan, anggota organisasi serta lingkungan kerja di sekitarnya.
Karakteristik organisasi berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan
memanfaatkan hasil riset, pengambilan keputusan, dukungan administrasi, dan
iklim riset di lingkungan kerja (Dobbins et al., 1998). Namun menurut Funk et al.,
(1991), peran faktor organisasi lebih penting dibanding individu maupun faktor
lingkungan. Faktor organisasi terutama untuk mengkondisikan lingkungan
perawat dalam menciptakan budaya ilmiah.

4. Pendidikan berkelanjutan tentang metodologi penelitian dan statistik


Langkah keempat adalah pendidikan berkelanjutan terutama untuk meningkatkan
pengetahuan perawat mengenai metodologi penelitian, statistik, menejemen
informasi, teknik pemanfaatan hasil riset, dan penilaian kritis jurnal keperawatan.
Dengan kemampuan tersebut diharapkan para perawat dapat melakukan riset
sesuai bidang tugasnya.

104
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Selain itu juga perlu menyediakan fasilitas ilmiah misalnya menyediaan


perpustakaan termasuk penyediaan literatur maupun internet. Fasilitas
perpustakaan tersebut merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pemanfaatan hasil-hasil riset keperawatan. Penelitian membuktikan bahwa
rumah sakit yang memiliki fasilitas perpustakaan dan iklim kerja ilmiah, perawat-
perawat mereka memiliki kinerja yang lebih produktif dibandingkan rumah sakit
yang lain (Dobbins et al., 1998; Royle et al., 1997).

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

1. Straus SE, McAlister FA.2000. Evidence-based medicine: a commentary on


common criticisms. CMAJ.
2. Fineout-Overholt, E., Levin, R., & Melnyk, B. (2005). Strategies for advancing
evidence-based practice in clinical settings. Journal of New York State Nurses
Association, 35. New York.
3. Chithra Chandran A. 2005. Evidence – Based Practice, Govt. College Of
Nursing, Kottayam. India.
4. Bondan. 2006. Pengembangan Evidence Based Nursing.
http://bondanriset.blogspot.com/2006/10/pengembangan-evidence-based-
nursing.html. diakses tanggal 27 Juni 2012.
5. Dobbins, M., Ciliska, D., & DiCenso, A. (1998). Dissemination and use of
research evidence for policy and practice: A framework for developing,
implementing and evaluating strategies. A report prepared for the Dissemination
and Utilization Model Advisory Committee of the Canadian Nurses' Association
and Health Canada.
6. Funk, S. G., Champagne, M. T., Weise, R. A., & Tornquist, E. (1991). Barriers to
using nursing research findings in practice: The clinician's perspective. Applied
Nursing Research, 4(2), 90-95.
7. Royle, J. A., Blythe, J., DiCenso, A., Baumann, A., & Fitzgerald, D. (1997). Do
nurses have the information resources and skills for research utilization?
Canadian Journal of Nursing Administration, 10(3), 9-30.
8. Throstle, J. (1992). Research capacity building in international health:
Definitions, evaluations, and strategies for success. Social Science and
Medicine, 35(11), 1321-1324.
9. Throstle, J. (1992). Research capacity building in international health:
Definitions, evaluations, and strategies for success. Social Science and
Medicine, 35(11), 1321-1324.
10. World Health Organisation (1999) Health 21-Health for All in the 21st Century. A
Introduction. Copenhagen: World Health Organisation.

105
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH
MATERI PENUNJANG

BIMBINGAN TEKNIK
KEPERAWATAN

2012

106
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

BIMBINGAN TEKNIS KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Bimbingan teknis perlu dilakukan agar penerapan kebijakan, regulasi serta Norma
Standar Pedoman Kriteria (NSPK) dapat dilakukan dengan optimal sehingga mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan. Bimbingan teknis
merupakan proses interaksi secara individual dan kelompok dalam rangka
memberikan bimbingan yang bersifat substansil dan teknis dalam rangka
memperbaiki, mempertahankan dan mengembangkan pelayanan keperawatan di
rumah sakit.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi peserta mampu mamahami tentang bimbingan teknis dalam
keperawatan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
7. Menjalaskan pengertian bimbingan teknis dalam keperawatan
8. Menjelaskan ruang lingkup bimbingan teknis
9. Menjelaskan strategi dari bimbingan teknis
10. Memahami tentang cara pembuatan laporan dari bimbingan teknis

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengertian bimbingan teknis dalam keperawatan
Pokok Bahasan 2. Ruang lingkup bimbingan teknis
Pokok Bahasan 3. Strategi dari bimbingan teknis
Pokok Bahasan 4. Pembuatan laporan dari bimbingan teknis

107
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

IV. METODE
 Ceramah
 Tanya Jawab
 Praktek lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


 Bahan tayangan (slide power point)
 Laptop
 LCD
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang
diperlukan dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, pengetahuan dan pengalamannya mengenai bimbingan teknis.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta.

Langkah 2.Penyampaian Materi ( 25 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai bimbingan
teknis. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling berbagi
pengalaman dengan peserta lainnya.

108
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai pengertian bimbingan teknis,


ruang lingkup bimbingan teknis, strategi dari bimbingan teknis dan cara
pembuatan laporan bimbingan teknis.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya
jawab.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1.Pengertian Bimbingan teknis
Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta
dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
kesejahteraan masyarakat

Pokok Bahasan 2. Ruang lingkup bimbingan teknis


Adapun ruang lingkup bimbingan teknis:
Ruang Lingkup bimbingan teknis pelayanan keperawatan mengacu kepada produk
NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) yang dihasilkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan maupun Dinas Kesehatan yang dilakukan dengan strategi
berjenjang mulai dari Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Dinas Kesehatan
mauoun internal rumah sakit.

A. Ruang Lingkup Bimbingan Teknis

2. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian


Medik,Kementerian Kesehatan RI,

109
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Lingkup bimbingan teknis terhadap :

a. Kebijakan, regulasi tentang rumah sakit dan pelayanan keperawatan,

b. Standar pelayanan keperawatan di setiap rumah sakit

c. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit

d. Pedoman Dan Penerapan System Pemberian Pelayanan Keperawatan


(SP2KP) di rumah sakit

e. Penerapan Pengembangan Mananjemen Kinerja Klinik (PMKK) di rumah


sakit

f. Pedoman penyelenggaraan Komite Keperawatan,

g. Pedoman Penerapan jenjang karir di rumah sakit,

h. Model-model pengembangan pelayanan keperawatan rumah sakit antara


lain :

1) Model pemberian asuhan/SP2KP,

2) Model penerapan kompetensi berbasis jenjang karir,

3) Model penerapan remunerasi,

4) Model Manajemen Kinerja Klinik (PMKK),

5) Model penerapan indikator mutu klinik,

i. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan selanjutnya.

2. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

Lingkup bimbingan teknis antara lain :

a. Produk - produk NSPK Kementerian Kesehatan,

b. Sistem kesehatan daerah,

c. Kebijakan, regulasi daerah tentang rumah sakit

110
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

d. Pedoman - pedoman tentang pelayanan keperawatan di rumah sakit

e. Model pengembangan pelayanan keperawatan rumah sakit yang


dikembangkan di daerah.

3. Rumah Sakit

Lingkup bimbingan teknis antara lain:

a. Standar Pelayanan / Asuhan Keperawatan,

b. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di RS

c. Standar Prosedur Operasional,

d. Kinerja Perawat dalam pemberian asuhan keperawatan,

e. Asesmen kompetensi perawat berbasis jenjang karir,

f. Penerapan etika profesi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan


profesional,

g. Pertumbuhan profesionalisme perawat.

Pokok Bahasan 3. Strategi dari bimbingan teknis


Ada beberapa strategi bimbingan teknis
Bimbingan teknis dilakukan secara berjenjang mulai dari Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Keteknisian Medik,Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit.

1. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik,Kementerian


Kesehatan RI

Tupoksi Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian


Medik,Kementerian Kesehatan adalah menyusun Norma, Standar, Pedoman Dan
Kriteria (NSPK), melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi. Bimbingan
teknis yang dilakukan berfokus pada produk produk yang dihasilkan oleh Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Strategi bimbingan teknis di

111
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik,Kementerian


Kesehatan mencakup kunjungan kerja, rapat/pertemuan konsultasi, diseminasi
informasi dan pendampingan.

2. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

Tupoksi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah menentukan


kebijakan, regulasi yang disusun oleh Pusat (Kementerian Kesehatan
maupun KepMen Kementerian Dalam Negeri), menyusun kebijakan
kebijakan, regulasi daerah, memfasilitasi penerapan standar, pedoman
pelayanan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai,
klinik dan lain lain. Bimbingan teknis yang dilakukan berfokus pada produk
kebijakan, regulasi di tingkat pusat dan daerah tentang penyelenggaraan
pelayanan keperawatan di rumah sakit khusus dan pengembangan model-
model pelayanan.
Strategi bimbingan di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota atau tim yang
dibentuk, mencakup kunjungan kerja ke rumah sakit, rapat/pertemuan
konsultasi, diseminasi informasi, pendampingan peserta dan supervisi
lapangan

3. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan ujung tombak terlaksananya pelayanan/asuhan


keperawatan sesuai standar dan kode etik profesi, diberikan oleh perawat
yang kompeten serta didukung oleh fungsi-fungsi manajemen sehingga
efektif dan efisien dalam menghasilkan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Bimbingan teknis diberikan berfokus pada terselenggaranya
pelayanan/asuhan keperawatan.
Strategi bimbingan teknis penyelenggaraan pelayanan keperawatan di
rumah sakit khusus menggunakan berbagai metode sebagai berikut:
a. Audit Keperawatan

112
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses


keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi
kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan akan bertanggung jawab hal
ini akan meningkatkan akuntabilitas dari perawat

- Audit Struktur : Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan


Fasilitas, Peralatan, Petugas, dan Organisasi, prosedur dan pencatatan
pelaporan

- Audit Proses : Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan


keperawatan apakah dilaksanakan sesuai standar.Proses audit
menggunakan pendekatan retrospektif yaitu dengan mengukur kualitas
asuhan keperawatan setelah pasien pulang atau setelah beberapa pasien
dirawat (Swansbrug, 1990)

- Audit Hasil : Dapat dilakukan secara Concurrent atau Retrospective


yang berdasarkan konsep Henderson sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan akan menghasilkan Kebutuhan pasien terpenuhi,
Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya, Pasien
memiliki keterampilan dan kemampuan
b. Bedside Teaching
Menurut Snell (2008), bedside teaching adalah pengajaran atau pembelajaran
aktif dengan kehadiran pasien. Menurut Wardaningsih (2008), bedside teaching
adalah pengajaran atau pembelajaran aktif langsung pada pasien. Sedangkan
menurut Office of Regional Primary Care Education, Asheville, North Carolina
(2008), bedside teaching didefinisikan sebagai pengajaran yang dapat dilakukan
pada berbagai situasi sepanjang terdapat kehadiran pasien. Bedside sendiri
merupakan singkatan dari briefing, expectation, demonstration, spesific
feedback, inclution microskill, debriefing and education.
a) Briefing, meliputi kegiatan menyiapkan pembelajar tentang syarat
pengetahuan yang harus dimiliki dan persiapan pasien,
b) Expectation, adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh
perawat,
c) Demonstration, sesuai dengan tujuan,

113
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

d) Spesific feedback, diawali dengan aspek positif untuk memotivasi


pembelajar,
e) Inclution microskill, kemampuan yang harus dimiliki oleh pelatih sehingga
efisien dan efektif,
f) Debriefing, masukan dari pembimbing klinik dan pasien,
g) Education, memberitahu sumber belajar yang digunakan.

c. Supervisi Klinik

Pengertian :

Supervisi klinis adalah sebuah proses formal yang merupakan dukungan dan
pembelajaran yang memungkinkan seorang perawat untuk mengembangkan
pengetahuan, kompetensi, bertanggung jawab atas tindakan keperawatan yang
mereka lakukan, meningkatkan perlindungan dan keselamatan pasien selama
perawatan di klinik. Supervisi klinik yang dilakukan oleh supervisor menjadikan
seorang perawat dapat merefleksikan praktek keperawatan yang telah dilakukan
sehingga dapat mengidentifikasi kekurangan untuk dilakukan perbaikan.

d. Pendampingan (Coaching).

Pengertian :

Hubungan kolaboratif antara pendamping/fasilitator dan sasaran individu melalui


komunikasi, tuntunan, langkah-langkah untuk mengadopsi praktik baru dan
mencapai target kompetensi dalam waktu tertentu. Fokus dari pendampingan
(coaching) adalah meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan bukan menilai. Pendampingan (coaching) merupakan aktivitas
mendukung, mendorong dan membantu individu agar secara aktif mengadopsi
keterampilan baru atau mencapai kompetensi tertentu. Prinsip pendampingan
adalah kepercayaan, kesejawatan, keterbukaan, terarah dan antusias.

114
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

e. Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

Pengertian :

Diskusi refleksi kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam


merefleksikan pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam mengelola
dan memberikan asuhan keperawatan melalui suatu diskusi kelompok yang
mengacu pada pemahaman terhadap standar asuhan keperawatan dan standar
pelayanan keperawatan

f. Konsultasi

Pengertian :

Proses komunikasi dua arah dalam penyelesaian masalah, pengambilan


keputusan yang berkaitan dengan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Konsultasi merupakan proses yang dinamis dimana tidak hanya terjadi
pertukaran pandangan melainkan juga dibangun keterlibatan atau kerjasama
antara konsultan dan pihak yang berkonsultasi. Keterlibatan yang dibangun
berdasarkan pada tujuan serta lingkup yang telah disepakati.

g. Mentoring

Pengertian :

Mentoring adalah hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan


sukarela dimana perawat yang berpengalaman dan berpengetahuan luas
(mentor) serta memiliki pengalaman tinggi mendukung kematangan perawat
yang kurang berpengalaman (mentee ), membimbing mentee dalam
mengembangkan idenya sendiri, belajar dan pengembangan diri serta
profesionalitas. Hubungan mentoring bersifat dinamik untuk menolong mentee
meningkatkan efektivitas dan produktivitas diri.

115
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

h. Preceptorship

Pengertian :

Preceptorship adalah sebuah metode pengajaran dan pembelajaran dengan


menerapkan one – to one relationship yang formal dalam rentang waktu tertentu
antara perawat yang berpengalaman (preceptor) dan perawat baru (preceptee)
untuk membantu perawat baru agar dapat berhasil dalam menyesuaikan diri
dalam peran baru yang dimilikinya. Perawat baru yang dimaksud adalah
mahasiswa perawat atau perawat ruangan yang pindah ke ruangan lain dengan
peran, domain atau keadaan situasi yang baru. Preceptor harus merupakan
perawat yang kompeten dan role model. Sebuah role model memungkinkan
mahasiswa untuk melihat hal – hal yang dilakukan oleh perawat ahli sehari –
hari dan mendorong mahasiswa untuk bertanya dimana peran preceptor adalah
membimbing dan mengarahkan.

Pokok Bahasan 4. Pembuatan Laporan Bimbingan teknis


Setelah melakukan kegiatan bimbingan teknis secara berjenjang : Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan,Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota dan rumah sakit, maka perlu disusun laporan bimbingan teknis baik proses
maupun hasil yang biasanya terintegrasi dengan laporan monitoring dan evaluasi.

Materi laporan mencakup materi laboran bimbingan teknis dari setiap jejang,
mencakup:

a. Gambaran implementasi kebijakan, regulasi, stándar, pedoman dan SPO


tentang pelayanan keperawatan di rumah sakit khusus.

b. kemudahan dan keberlanjutan estándar, pedoman SPO pelayanan/asuhan


keperawatan.

c. sumber-sumber kekuatan (SDM, manajemen, biaya, fasilitas sarana) yang


mendukung.

d. Faktor-faktor penghambat/kendala dalam penyelenggaraan pelayanan


keperawatan.

116
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

e. Pertumbuhan kompetensi, profesionalisme perawat dalam menyelenggarakan


pelayanan keperawatan.

2. Peningkatan fungsi-fungsi menajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit.

3. gambaran pelaksanaan bimbingan teknis dan unsur-unsur pendukungnya


(SDM, Pembiayaan, manajemen, sistem teknologi informasi).

Bentuk laporan bimbingan teknis disesuaikan dengan motote atau strategi yang
dipergunakan dalam bimbingan teknis Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan,Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan
rumah sakit . Bentuk laboran dan hasil bimbingan teknis secara komprehensif setiap
jenjang sebagi berikut:

1. RSUD, RS TNI/AD/Polri, Swasta Kab/Kota membuat laboran Bimbingan Teknis


Pelayanan Keperawatan ke Dinas Kabupaten/Kota,
2. RSUP Provinsi, RS TNI/AD/Polri dan swasta membuat laboran Bimbingan Teknis
Pelayanan Keperawatan ke Dinas Provinsi,

3. RS Vertikal, RS TNI/AD/Polri dan swasta membuat laboran Bimbingan Teknis


Pelayanan Keperawatan ke Pusat, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Keteknisian Medik, Kementerian Kesehatan,

4. Seluruh laporan diterima yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diteruskan ke


Provinsi dan dari Provinsi ke Pusat, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Keteknisian Medik, Kementerian Kesehatan.

117
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

MATERI PENUNJANG

TIM BUILDING

2012

MODUL PENUNJANG

TIM BUILDING

II. DESKRIPS

118
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

I. DESKRIPSI SINGKAT
Berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam
masyarakat yang kompleks, serta banyaknya jabatan menuntut adanya kolaborasi di
antara individu lintas departemen atau lintas keahlian. Intinya, pemikiran orang
banyak akan lebih baik daripada pemikiran satu orang saja.

Membangun sebuah tim adalah suatu proses memilih, mengembangkan,


memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar berhasil
mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggota-anggota
agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim
(team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu,
dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok (adil, tidak konflik, dsb.)

Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah tim
seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, daripada dilakukan oleh
seorang individu. Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang relatif permanen,
namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah
proyek tertentu. Tim yang relatif permanen biasanya dinamakan “natural team work”,
sedangkan yang temporer banyak disebut sebagai “a cross-functional action team”,
biasanya terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian atau departemen.

III. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu berkolaborasi untuk
membangun sebuah tim dalam meningkatkan kinerja yang ada.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
i. Menjelaskan secara terperinci tentang Team Building dalam
keperawatan
ii. Memahami proses pembentukan Team Building

119
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

IV. POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Team Building dalam Keperawatan
Sub Pokok Bahasan:
3. Pengertian
4. Tujuan
5. Karakteristik

Pokok Bahasan 2. Proses Pembentukan Team Building


Sub Pokok Bahasan:
a. Membentuk struktur tim
b. Mengumpulkan informasi
c. Membicarakan kebutuhan
d. Merencanakan sasaran dan menetapkan cara pencapaian
e. Mengembangkan ketrampilan

V. METODA
1. Ceramah, Tanya Jawab
2. Curah Pendapat
3. Diskusi kelompok (kasus)

VI. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayangan (slide power point)
2. Laptop
3. LCD
4. Flipchart
5. White board
6. Spidol (ATK)
7. Jurnal terkait Team Building

120
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

VII. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi
ini.

Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
serta waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengenai modul/ materi yang diperlukan
dalam pelatihan. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat,
pengetahuan dan pengalamannya mengenai Team Building.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis antara fasilitator dengan peserta dan peserta dengan peserta lainnya.

Langkah 2. Penyampaian Materi (30 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menggali pendapat/ pemahaman peserta mengenai Team Building
dalam keperawatan. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk saling
berbagi pengalaman dengan peserta lainnya.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan mengenai Team Building dalam
Keperawatan dan Proses Pembentukan Team Building.
3. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk melakukan tanya jawab.
4. Fasilitator memberi penugasan kepada peserta untuk mencoba membentuk
Team Buliding dalam mengerjakan contoh kasus yang diberikan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

121
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

VIII. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1. Team Building dalam Keperawatan
1. Pengertian
Team Building adalahsebuah filosofidesain pekerjaandi mana anggota dari tim
itudipandangsebagai kesatuan yangsaling bergantung danbukan sebagaipekerja
individual.
Menurut Webster, sebuah tim adalah sejumlah orang yang bergabung bersama
dalam suatu pekerjaan atau aktivitas. Dengan katalain, seseorang
apabilatidakdapat menyelesaikanpekerjaansendiri danbeberapa orangharus
bekerja samauntuk memenuhi misi, maka diperlukan sebuah tim.Semakin
baikkerjasama,komunikasi,dan koordinasiantara anggota tim, maka tim tersebut
akan lebih efisien.

2. Tujuan Team Building


Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih
efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam
dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke
dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu
proyek belum menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu, diperlukan kesamaan visi dan misi untuk bisa mencapai
tujuan bersama.

3. Karakteristik Team Building


a. Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat
kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka
untuk menyelesaikan tugas dengan baik
b. Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu
bekerja secara efektif.
c. Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu
menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah
kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat

122
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif


akan lebih produktif.
d. Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi
secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang
ada, dan secara bersama menghadapi masalah.
e. Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak
mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya,
ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih
efektif daripada perorangan.

Pokok Bahasan 2. Proses Pembentukan Team Building


Langkah I . Membentuk Struktur Tim
Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya
menangani isu-isu berat dan memecahkan persoalan-persoalan yang rumit. Walau
struktur bisa berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen
yang umumnya ada meliputi :
 Tim Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas, pimpinan serikat
kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang penting
lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan seperangkat
tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi umpan balik atas
kegiatan tim
 Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota
dari semua jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para
penyelia dan para manajer.
 Pemimpin, merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim. Pemilihan pemimpin
merupakan faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin
tipe X kurang tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim.
 Rapat-rapat, merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi
dan dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat
dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain

123
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat,


mendistribusikan notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat.
 Proses konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar,
membantu menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena
sesungguhnya mereka bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan
tantangan bagi anggota tim. Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas
bekerja dan berpendapat ketika membantu tim.

Langkah II : Mengumpulkan informasi


Membangun tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (self-
assesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap
anggota. Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari
survai tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas diskusi-
diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara
lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin,
pencapaian konsensus, dan nilai kelompok.

Langkah III : Membicarakan Kebutuhan


Informasi yang diperoleh dalam langkah II harus dirangkum dan diumpan-balikkan
kepada anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba
menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan ;
kekuatan yang ada harus dicoba dipertahankan dan dikembangkan sedangkan
kelemahan harus segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali
pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat dibutuhkan. Proses ini
sangat penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim.

Langkah IV : Merencanakan sasaran dan menetapkan cara pencapaiannya.


Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta
menetapkan prioritas kegiatan. Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah
bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan agenda yang
ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada proses pelaksanaan dan
pengembangannya. Kelompok harus mengembangkan jadwal tentatif dan rencana
tindakan guna mencapai tujuan. Konsultan akan sangat membantu dengan cara

124
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan


dalam upaya mencapai tujuan.

Langkah V : Mengembangkan Ketrampilan


Sebagian besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan kegiatannya pada
pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja
tinggi. Setiap anggota tim harus belajar bermain, bergerak, dan mempraktekan
ketrampilan mereka. Beberapa jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam
membangun tim yang baik adalah :
1. Kesadaran untuk mengembangkan kelompok.
Harus disadari oleh semua anggota tim bahwa kemajuan suatu tim dilakukan
melalui tahapan-tahapan yang bisa diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi,
dan fase kontrol. Fase orientasi ditandai oleh adanya ragu-raguan para anggota
kelompok akan peran mereka. Mereka kurang memahami apa yang harus mereka
lakukan selaku anggota tim. Pada fase evaluasi, anggota cenderung mengalami
konflik yang disebabkan oleh kekurang-setujuan mereka terhadap cara-cara
penyelesaian tugas. Dalam fase ini kelompok bisa terpecah-pecah dalam
beberapa koalisi. Dalam fase kontrol, kelompok kembali bersatu, karena mereka
mulai memahami satu sama lainnya.

2. Klarifikasi Peran
Bahkan ketika tim sudah mulai bekerja, kadang mereka masih bingung tentang
apa yang harus mereka lakukan, dan juga siapa yang harus melakukannya.
Dalam upaya mencapai tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus memahami
peran mereka masing-masing. Mereka harus tahu dengan baik apa yang harus
mereka kerjakan dan juga batas-batas kewenangannya. Uraian jabatan formal
seringkali tidak sesuai dengan harapan masing-masing anggota, oleh karena itu
pembagian peran sebaiknya dibicarakan bersama. Dalam diskusi ini harus
dibahas berbagai misi yang ingin dicapai kelompok.
Seperti hanya dengan anggota tim olahraga, kelompok kerja memerlukan
pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh dirinya dan diri anggota lainnya.
Berdiskusi dengan tujuan menjernihkan atau mengklarifikasikan peran masing-
masing anggota merupakan agenda penting untuk memulai kerja dalam tim.

125
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

3. Pemecahan Masalah.
Memahami bagaimana menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah
merupakan hal penting yang menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota
tim harus bisa berpartisipasi menggunakan beberapa cara dasar dalam
memecahkan masalah di bawah ini :
 Diagram Pareto, menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim.
Setiap “bar” menunjukan tingkat seringnya masalah tertentu muncul, atau
biaya yang diakibatkan oleh adanya masalah. Tim harus berupaya untuk
memecahkan masalah yang sering muncul atau yang dampaknya paling
merugikan.
 Diagram Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah kerja yang harus
dilakukan mulai dari awal sampai dengan akhir. Dengan mempelajari diagram
tersebut setiap anggota dapat membayangkan proses kerja tim secara
keseluruhan.
 Diagram Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan nama diagram “tulang
ikan”. Di dalamnya tertera masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain
yang diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah.
 “Brainstorming”, setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk
mengembangkan gagasan-gagasan sebebas dan sebanyak mungkin. Setiap
gagasan dituliskan dalam “flip-chart”. Anggota tidak diperkenankan untuk
“membunuh” gagasan segila apapun. Melalui cara ini diharapkan muncul
pemikiran kreatif guna pemecahan masalah.
 Rencana tindakan, memungkinkan apa yang telah diputuskan untuk segera
dilaksanakan. Peran dan tanggungjawab diberikan, Laporan diperlukan.
Biasanya temuan-temuan dan rencana tindakan disajikan di hadapan
manajemen atau panitia pengarah untuk memperoleh persetujuan, atau
sebagai informasi dan komunikasi.
 Bagan pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatan-kegiatan, waktunya,
tekniknya, dan orang yang melaksanakannya. Adanya bagan ini semua
anggota tim mengetahui secara rinci keseluruhan proses kegiatan yang
sedang berlangsung.

126
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

4. Konsensus dalam mengambil keputusan.


Sebagian besar keputusan di tempat kerja dibuat oleh pihak yang memiliki
kekuasaan. Konsensus terjadi manakala semua anggota mengatakan sepakat.
Konsensus berbeda dengan demokratis. Keputusan yang diambil secara
demokratis mengandalkan pada suara terbanyak, artinya masih ada anggota tim
yang tidak setuju, yaitu minoritas. Pihak yang tidak setuju biasanya tidak sungguh-
sungguh bersedia melaksanakan hasil keputusan. Dalam teknik pengambilan
keputusan melalui konsensus yang sebenarnya, keputusan diambil setelah semua
anggota setuju. Konsensus tidak hanya merupakan cara terbaik dalam
pengambilan keputusan, namun juga berpotensi memunculkan komitmen tinggi
pada diri setiap anggota tim untuk melaksanakannya.
Pengambilan keputusan secara konsensus tidaklah mudah, oleh karena itu setiap
anggota perlu memperoleh latihan guna memiliki ketrampilan yang diperlukan.
Studi kasus yang diikuti oleh analisis kelompok merupakan salah satu bentuk
pelatihan. Pengambilan keputusan secara konsensus harus dilakukan secara
sistematis dan sabar. Tidak perlu tergesa-gesa. Apabila kelompok mencapai
konsensus, tim akan dapat bekerja secara maksimal.

5. Mengatasi konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang
berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal
menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan.
Dengan dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi
konflik, tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling
bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan
suatu keputusan yang lebih baik.
Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas menangani konflik melalui berbagai
cara, misalnya diskusi terbuka tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang
tangguh yang penuh perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role playing),
dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan komunikasi terbuka yang
diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang berkinerja

127
[MATERI INTI] SP2KP-PMK Menuju WCH

tinggi antara lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis, namun
masih saling menghargai satu sama lainnya.

6. Evaluasi hasil
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi hasil
kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Evaluasi
dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa kasus, hasil dari adanya
tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku produktivitas atau keluaran. Jika
setelah dibentuknya tim, produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka
dapat dikatakan tim tersebut efektif. Tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya,
maka tim tersebut belum bisa dikatakan efektif.

IX. REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

Hasan Mustofa. Team Building. home.unpar.ac.id/~hasan/Team%20Buliding.doc.


Diakses tanggal 6 Agustus 2012.
http://en.wikipedia.org/wiki/Team_building.
http://www.nsba.org/sbot/toolkei/LeadTeams.html
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm
http://www.accel-team.com/team_building/team_out_00.html

128

Anda mungkin juga menyukai