Anda di halaman 1dari 11
Kegintan Pembetay aran 1 IBADAH Standar Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. 2. Mahasiswa menghayati dan mengamalkan ibadah yang benar dan murni sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah. Kompetensi Dasar : Mahasiswa memahami konsep ibadah dari sisi pengertian, klasifikasi dan prinsip-prinsip ibadah Tujuan Pembelajaran : 1. Menjelaskan pengertian ibadah 2. Menganalisis klasifikasi ibadah 3. Mendeskripsikan prinsip-prinsip ibadah Petunjuk Pembelajaran Bagi dosen: 1. Memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam 2. Pembelajaran dimulai dengan doa pembuka belajar. 3. Kontrak belajar dan penyampaian silabus. 4. Kelas Islami tetap menjadi perhatian yang serius. 5. Dosen menggunakan media pendidikan yang sesuai dan up to date. Dosen memberikan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadis sesuai dengan materi. 7. Dosen memberikan banyak ilustrasi yang layak untuk mendukung pernyataannya. 8. Kegiatan pembelajaran tetap menganut asas/prinsip _aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. 9. Dosen memberikan selebaran bacaan-bacaan shalat fardhu dan jJanazah untuk dihafal mahasiswa yang akan dipraktekkan pada pertemuan ke-13 dan 14. 10. Pembelajaran ditutup dengan doa penutup majelis. 11. Mengucapkan salam ketika keluar dari ruang kelas. * Bagi mahasiswa. 1. Mahasiswa menjawab salam dosen 2. Secara bersama tetapi sir memulai dengan doa pembuka belajar. 3. Mahasiswa mendengarkan dan menyimak informasi dari dosen sebagai nara sumber. 4. Mahasiswa memperkaya pengetahuannya dengan membaca buku-buku lain yang berkaitan dengan isi buku ajar. 5. Mahasiswa dapat mendiskusikan isi buku ajar dengan dosen dan sesama mahasiswa lainnya. 2 8. eo Mahasiswa mengambil kesimpulan serta membuat ringkasan tentang isi buku ajar. Mahasiswa menjawab pertanyaan yang ada di akhir setiap kegiatan belajar. Mahasiswa wajib menghafal bacaan-bacaan shalat fardhu dan janazah berbentuk selebaran yang diberikan dosen. Secara bersama tetapi sirr menutup perkuliahan dengan doa penutup majelis. 10. Menjawab salam dosen ketika keluar dari ruangan. URAIAN MATERI Pengertian Ibadah Kata “ibada@h ‘adalah kata bahasa Arab, akar kata (mashdar) dari: Bale 9 lke — da — as. Kata “ibadah” mempunyai beberapa arti, seperti: taat, tunduk, memperhambakan iri, memperbudak, menyembah, doa dan dan lain sebagainya.' Penggunaan kata ibadah dalam bahasa Indonesia selalu dipakai untuk makna “menyembah”, atau pengabdian diri. Di dalam Al-Qur’an , banyak ditemukan lafal ibadah dengan berbagai bentuk kata, dan untuk berbagai makna seperti arti ibadah yang tersebut di atas. Sebagai contoh: a. Ibadah dengan makna taat, dapat dilihat dalam sirah Yasin (36): 60 be Shetty It 65s gus aKa) Agel ail Artinya: “Bukankan Aku (Alléh) telah memerintahkan kepadamu, wahai Bani Adam, supaya kamu tidak mentaati setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang terang- terangan bagimu”. b. Ibadah dengan makna tunduk, dapat dilihat dalam sirah al-Mu’minin 23): 47 Artinya: “Dan mereka berkata:“Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita Guga),padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” c. Ibadah dengan makna memperbudak, dapat dilihat dalam siirah al- Syu’ara’(26): 22 * Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beribadah, tt, Surabaya: Al-Ikhlas. Hal. 12. d. le CB Sass og Sate of Ge HS Laks dts Artinya: Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Isra7l”. Ibadah dengan makna doa, dapat dilihat dalam stirah al-Mu’min (40):60 Artinya: ‘Dan Tuhanmu berfirman:’Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina’. Ibadah dengan makna memperhambakan diri, dapat dilihat dalam siirah al-Zumar (39): 17 LAGER! Seisay tlie OUNGN ieisee wieue fate) a) PUIG ys of Syebll pda! nll Byaatace: i elare. @ ole BH G7! Artinya: “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya, dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku". Ibadah yang berarti taat sesuai dengan firman Allah SWT dalam Sirah Yasin: 60 berbunyi; he pan 12055 YT eSke gt pS Artinya: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai Anak Adam agar kamu tidak mentaati setan sebab ia musuh yang nyata bagimu. Makna lain yang berarti berdoa terdapat dalam firman-Nya Sirah al-Mu’min : 60 berbunyi, Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". Berkenaan dengan ibadah ini, Harun Nasution mengemukakan bahwa ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan agar Allah disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian yang tidak tepat. Sirah al-Zariyat ayat 56 menyebutkan: posted WY Govl AICHE by Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Ayat ini diartikan bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada Allah, yaitu mengerjakan shalat, puasa, haji, dan zakat, tetapi haruskah kata ‘/iya‘buddr’ berarti beribadah, mengabdi, atau menyembah? Sebenarnya, Allah tidak berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada siapapun. Oleh karena itu, kata ‘/iya‘budiin’ lebih tepat jika diberi arti tunduk dan patuh dan kata “abdur! memang mengandung arti tunduk dan patuh sehingga arti ayat itu menjadi, "7idak Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepada-Ku”. Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan muttaqin, yaitu menyerah, tunduk, dan menjaga diri dari hukuman Allah di Hari Kiamat dengan mematuhi perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya.” Bahkan, M, Quraish Shihab mengatakan bahwa penggunaan istilah ibadah yang pada mulanya mencakup segala perbuatan manusia yang ditujukan sebagai pengabdian kepada Allah, baik aktif maupun pasif. "Harun Nasution, Jslam: Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UIP, 1985), Jilid 1, h. 38. Dalam ilmu fikih, kata tersebut kemudian dipakai khusus dalam hal-hal tertentu, seperti bersuci (thaharah), puasa (siyam), zakat, dan haji. Dari segi sistematisasi, hal tersebut dapat ditoleransi, tetapi ini bukan berarti bahwa ibadah hanya terbatas pada hal itu saja. Sayangnya, penggunaan istilah tersebut disalahtafsirkan oleh ahli-ahli hukum Islam (fugaha) sehingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat awam. Akibatnya, mereka menduga bahwa ibadah terbatas pada hal-hal ritual saja. Sementara itu, Muhammad Syalthit berkata bahwa_ ibadah adalah bagian dari syariat yang mengatur perbuatan muslim untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-nya, merasakan kehadiran-Nya, menjadikan-Nya sebagai penolong dalam imanya, merasa diawasi-Nya, dan selalu mengharapkan keredaan-Nya.* Menurut Ash-Shieddiegy, ulama pada berbagai bidang keilmuan berlainan memberikan defnisi terhadap ibadah, diantaranya: i. Ulama Tauhid mengartikan ibadah dengan mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan sepenuhnya sembari menghinakan diri sendiri, dan tunduk kepada-Nya. 2. Ulama Tasawwuf mengartikan ibadah dengan perbuatan mukallaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya sendiri untuk membesarkan Tuhannya. 3. Ulama Fikih mengartikan ibadah dengan melakukan segala hukum Allah untuk mencari keredaan Allah, mengharapkan pahala-Nya di akhirat, dan dikerjakan sebagai tanda pengabdian kepada Allah SWT. Perbedaan defenisi-defenisi di atas seketika dapat dimengerti karena berlatar-belakang pada disiplin ilmu mereka. Hal ini bukan berarti pula perbedaan yang berseberangan. Perbedaan itu justru dapat dilihat pada persamaan mereka yang terpokus pada diri manusia yang melakukan kebaikan. Kitab Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah mengemukakan definisi “badah" sebagai berikut: SM.Quraish Shihab, ‘Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), h.383. SMuhammad Syaltut, Al-Islam: ‘Agidah wa Syarfah (tk. : Dar al-Qalam, 1966), h. 77. SHasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah. Gakarta: Bulan Bintang, 1991), h.8-9 5 PUBS 4B ELEN ths LU Lewy. BLE) a, dof Artinya: “Ibadah ialah bertagarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan jalan mentavati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi Jarangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang yang diizinkanAllah. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang Khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Yang khusus jalah apa yang telah ditetapkan Allah dengan perincian-perinciannya, keadaan-keadaannya dan cara-caranya yang tertentu’® Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu segala amal kebajikan yang dilakukan oleh manusia muslim-mukmin dengan niat ibadah dan semata-mata karena mengharapkan ridha Allah. Sedangkan ibadah khusus ( atau disebut juga ibadah mahdhah), ialah ibadah yang tatacara pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash (Al- Qur’an dan al-Hadis). Perlu diketahui dan dipahami bahwa “Ibadah khusus” tidak menerima penambahan dan pengurangan (kreasi) manusia. Klasifikasi Ibadah Ibadah dilihat dari berbagai sisi: 1. Ibadah Khusus, yaitu ibadah yang ketetapan hukum, kaifiyat dan lain sebagainya, telah dijelaskan secara terperinci dalam Al-Qur’an atau Hadis. 2. Ibadah Umum, yaitu semua perbuatan yang dibolehkan oleh syara’ untuk dilakukan, dengan cara yang baik dan terpuji dan diamalkan semata-mata karena mengharap ridha Allah. 3. Ibadah Jasmaniyah dan Rihaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani, seperti shalat dan puasa. 4. Ibadah Rihaniyah dan Maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan ruhani dan harta, seperti zakat. 5. Ibadah Jasmaniyah, Rihaniyah dan Maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani dan harta sekaligus, seperti haji.” ® Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Cet.ke- 3.Yogyakarta:PPM. Hal. 276 Baihaqi, Figh Ibadah,1996.Bandung: M2S. hal.14 8 Prinsip-Prinsip Ibadah Pada dasarnya ibadah membawa seseorang untuk mematuhi perintah Allah SWT, bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya dan melaksanakan hak sesama manusia. Oleh karena itu tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat kepada kehidupan manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah mengetahui hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.* 1. Ikhlas. Hidup beribadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, digunakan untuk menunaikan amanah-Nya sebagai khalifah- Nya di muka bumi, membangun dan mengatur dunia serta menciptakan dan memelihara keamanan dan ketertibannya guna memakmurkannya dengan mematuhi ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturannya. Kesemuanya dilakukan di atas fondasi keikhlasan kepada Allah SWT semata. 2. _ Ittiba’. Rangkaian ketentuan ritual ibadah berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya, maka manusia hanya bersikap ta‘abbudi (taat dan patuh) saja. Manusia tidak diperkenankan menambah dan mengurangi ketentuan tersebut. Kebebasan manusia berimprovisasi dalam berbuat hanya dalam mu’amalah (hubungan manusia dengan manusia) dengan mematuhi ketentuan ajaran Islam pula. Ibadah merupakan pengujian terhadap manusia dalam menyembah Tuhannya. Ini berarti tidak harus mengetahui rahasianya secara terperinci. Seandainya ibadah itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus mengetahui hikmahnya secara terperinci, tentu orang yang lemah kemampuan akalnya untuk mengetahui hikmah tersebut tidak akan melaksanakannya atau akan menjauhinya. Mereka akan menyembah akal dan nafsunya, tidak menyembah Tuhan.? 5a. Rahman Ritonga, Zainudin, igh Ibadah,2002. Cet.t1.Jakarta:Gaya Media Pratama. Hal.7 Ibid. hal.8 RANGKUMAN 1, Kata “/badah” mempunyai beberapa arti, seperti: taat, tunduk, memperhambakan diri, memperbudak, menyembah, doa dan dan lain sebagainya. Ibadah ialah ber-tagarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan jalan menta’ati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang yang diizinkanAllah. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah dengan perincian-perinciannya, keadaan-keadaannya dan Cara-caranya yang tertentu. Rangkaian ketentuan ritual ibadah berasal dari Allah SWT dan Rasiil-Nya, maka manusia hanya bersikap ta@bbud/ (taat dan patuh) saja. Manusia tidak diperkenankan menambah dan mengurangi ketentuan tersebut. Kebebasan manusia berimprovisasi dalam berbuat hanya dalam mu’amalah (hubungan manusia dengan manusia) dengan mematuhi ketentuan ajaran Islam pula. LATIHAN 1. Menjelaskan pengertian ibadah 2, Tuliskan bentuk ibadah yang ada, lalu golongkan ibadah sesuai klasifikasinya ! 3. Deskripsikan prinsip-prinsip ibadah ! 10 DAFTAR BACAAN Ash-Shiddieqy, Hasbi. Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991). Baihaqi, Figh Ibadah,1996.Bandung: M2S. Nasution, Harun. Js/am: Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta, UIP, 1985), Jilid 1. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Taryih Muhammadiyah. Cet.ke-3.Yogyakarta:PPM. Ritonga, A.Rahman Zainudin, Figh Ibadah,2002. Cet.II.Jakarta:Gaya Media Pratama. Shihab, M.Quraish. "Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), Syaltut, Muhammad. A/Jslam: ‘Agidah wa Syariah (tk. : Dar al-Qalam, 1966). Zaini, Syahminan. Mengapa Manusia Harus Beribadah, tt, Surabaya: Al- Ikhlas. ll

Anda mungkin juga menyukai