A. Latar Belakang
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual. Sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang perorang, tetapi
juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan
keadaan sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan di antaranya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, dan pembangunan di bidang kesehatan.
Menurut WHO (1947) Definisi Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif antara lain; Memperhatikan individu sebagai
sebuah sistem yang menyeluruh, Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan
internal dan eksternal, Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 mendefinisikan tentang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa
setiap kegiatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif,dan
berkelanjutan. Upaya pelayanan kesehatan dilakukan dengan mengikut sertakan
masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, berjenjang, terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan juga
perlu mempertimbangkan perkembangan teknologi dan informasi bidang kesehatan seiring
dengan fenomena globalisasi berdasarkan paradigma sehat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia
Sehat, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan
1
daerah dihadapkan kepada beberapa keadaan dan isu penting, yaitu kesehatan sebagai hak
asasi dan sekaligus investasi, adanya transisi demografis dan epidemiologis, tantangan
global sebagai akibat kebijakan perdagangan bebas, demokratisasi yang terus berkembang
disegala bidang dan aspek kehidupan masyarakat sangat bervariasi. Isu-isu penting ini
apabila dihadapi dengan arif dan bijaksana, maka merupakan sebuah peluang dan
sekaligus pula tantangan untuk pembangunan sektor kesehatan di masa datang.
Kabupaten Konawe telah melaksanakan berbagai upaya pembangunan kesehatan
untuk mewujudkan Indonesia Sehat secara umum, dan secara khusus Kabupaten Konawe
Sehat, baik sebelum era otonomi daerah maupun sampai dengan saat ini secara terus
menerus dan berkesinambungan untuk memacu pembangunan bidang kesehatan. Sektor
kesehatan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Konawe, merupakan
prioritas ketiga setelah sektor Pembangunan Infrastruktur dan sektor Pendidikan. Kontribusi
sektor kesehatan dalam pembangunan di Kabupaten Konawe tidak saja dalam aspek
pembangunan kesehatan semata, tetapi juga memberikan kontribusi pada peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi pelayanan kesehatan.
Melalui pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini tidak terlepas dari beberapa
issu pembangunan kesehatan di Kab.Konawe dalam mendukung program Pemerintah
kedepan yaitu Akreditasi Puskesmas, Peningkatan Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), serta peningkatan program BPJS/JKN dan KIS. Keberhasilan pembangunan
kesehatan dan status derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Konawe dapat dilihat
pada pencapaian angka-angka tolok ukur (indikator) seperti Angka Kematian Bayi, Balita dan
Ibu Maternal cukup rendah apabila dibandingkan dengan angka rata-rata nasional.
Prevalensi balita yang menderita gizi kurang maupun gizi buruk, beberapa trend kenaikan
kasus penyakit seperti demam berdarah agar tidak terjadi wabah atau kejadian luar biasa.
Prevalensi Penyakit Menular seperti, Tuberkolosis Paru (TB Paru) masih dapat dikendalikan,
demikian juga terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta
permasalahan kesehatan lainnya seperti Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar (UPKD), Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM), Program Keluarga Berencana, dan lain sebagainya.
Permasalahan Prevalensi Penyakit Menular tersebut diatas, masih dtemukan juga
permasalahan lain yang masih dirasakan pada saat ini adalah adanya kesenjangan mutu
pelayanan kesehatan, dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu belum
merata dan juga luas jangkauan di setiap Puskesmas Kecamatan sampai Kelurahan dan
Desa perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pelayanan kesehatan yang bermutu untuk masyarakat, banyak faktor yang
mempengaruhi, seperti kesenjangan sosial ekonomi masyarakat, belum memadainya jumlah
penyebaran tenaga kesehatan, komposisi, jenis dan mutu pelayanan tenaga kesehatan.
2
Keterbatasan sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayan
kesehatan juga berdampak terhadap rendahnya mutu sarana dan prasarana yang dimiliki.
Situasi dan kondisi pada saat ini dan kedepan, maka sektor kesehatan di Kabupaten
Konawe perlu dikelola dengan lebih dinamis, proaktif, dan profesional dengan melibatkan
semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat dengan meningkatkan peran
kemitraan, sehingga kesehatan tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun
menjadi tanggung jawab bersama. Pembangunan sektor kesehatan pada masa mendatang
membutuhkan perencanaan yang strategis dan terpadu serta dikelola dengan penerapan
manajemen yang dinamis dan akuntabel.
Profil Puskesmas memberikan data dan informasi gambaran situasi dan sarana
pelaporan hasil pemantauan pencapaian dari penyelenggaraan pelayanan minimal, yang
bersumber dari berbagai instansi baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe, maupun
lintas sektor yang ada di kabupaten konawe.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi kebutuhan data dan informasi yang siap, mudah diperoleh, mudah dipahami,
relevan, bermanfaat, akurat dan konsisten di Wilayah Kerja Puskesmas Uepai Kabupaten
Konawe.
2. Tujuan Khusus
Merupakan pelaksanaan salah satu tupoksi Puskesmas
C. Visi Dan Misi Puskesmas Uepai
1. Visi
“Mewujudkan Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan Berkeadilan”
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut diatas, maka UPTD Puskesmas Uepai,
menetapkan Misi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dan terjangkau bagi
masyarakat.
b. Menjamin terselenggaranya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan dengan penekanan pada peningkatan upaya preventif dan promotif
c. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
3. Motto Puskesmas Uepai
Masyarakat Sehat Kebanggaan Kami
3
4. Tata Nilai Puskesmas Uepai: “ ANAMOLEPO “
Amanah :
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai petugas Puskesmas Uepai harus
mengutamakan sopan santun dan memiliki rasa hormat kepada semua pasien serta
bersikap jujur dan dapat dipercaya untuk berusaha semaksimal mungkin memenuhi
setiap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Netral :
Menunjukkan keterbukaan pelayanan dengan aturan kerja yang jelas, ringkas dan
tuntas sebagai petugas Puskesmas Uepai sehingga bisa dipahami oleh sasaran
pelayanan.
Adil :
Setiap petugas Puskesmas Uepai dituntut untuk berlaku adil tanpa membedakan
suku, agama, ras dan budaya serta jabatan yang dimiliki oleh pasien/sasaran serta
berlaku adil antar karyawan.
Moral :
Menjalankan pelayanan secara adil dengan integritas moral yang tinggi serta
menerapkan standar etika sebagai petugas Puskesmas Uepai pada saat memberikan
pelayanan kepada pasien (konsumen)
Loyalitas :
Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas pelayanan
kesehatan di Puskesmas Uepai.
Empati :
Kesabaran dan perhatian petugas Puskesmas Uepai dalam memberikan pelayanan
dan dapat merasakan keluhan/masalah pasien serta dapat memberikan jawaban yang
jelas yang dapat dimengerti pasien
Profesional :
Dalam melaksanakan tugas/kewajiban sebagai petugas Puskesmas Uepai harus
dilandasi dengan standar pelayanan profesi yang berlaku, kompotensi, menegakkan
integritas, nilai etika dan responsif dalam melaksanakan profesi.
KEBIJAKAN MUTU
PUSKESMAS UEPAI MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT
KECAMATAN UEPAI YANG PROFESIONAL,ADIL, MERATA, RAMAH DAN BERKUALITAS.
4
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penyusunan Puskesmas Tahun 2018 yaitu :
Bab I Pendahuluan
Menyajikan tentang tujuan penyusunan Profil Puskesmas.
BAB II Gambaran Umum
Menyajikan gambaran umum yang meliputi Keadaan Geografi, Keadaan
Penduduk, Tingkat Pendidikan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Konawe.
BAB III Situasi Derajat Kesehatan
Berisi uraian tentang Indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
Kesehatan tahun 2018 yang mencakup tentang angka kematian, angka
kesakitan dan angka status gizi.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan
Memberikan gambaran dari Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pemberantasan Penyakit Menular, Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Promosi
Kesehatan, program P2, Kesehatan Dasar dan Rujukan Kesehatan Khusus.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Menguraikan tentang Keadaan sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan,
Pembiayaan Kesehatan.
Bab VI Penutup
Memuat hal-hal yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut, berkaitan dengan
keberhasilan-keberhasilan dan hal-hal yang masih dianggap kurang dalam rangka
perbaikan penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kabupaten Konawe.
5
Bab
II GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai ± 9,2 km dari ibu Kota Kab.Konawe, secara
astronomis kecamatan Uepai terletak antara 3045000’ dan 3056000015’ lintang Selatan,
dan antara 121051’15..- 1220 6’51’15 Bujur Timur.
Berdasarkan geografisnya Kecamatan Uepai memiliki batas-batas : wilayah Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Unaaha, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Konawe, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kolaka Timur
Luas wilayah Kecamatan Uepai 11,876 Ha atau 1,02% dari luas daratan Kabupaten
Konawe. Desa dengan wilayah terluas di Kecamatan Uepai adalah Desa Rawua dengan luas
24,58 km2 dan Desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Anggawo dengan luas 2,07
km2.
Puskesmas Uepai merupakan Puskesmas non perawatan yang berdiri sejak tahun 2004.
Lokasi Puskesmas Uepai terletak di Desa Matahoalu yang berjarak ± 8 km dari ibu kota
Kabupaten Konawe, dengan jumlah wilayah kerja 18 desa dan 1 kelurahan.
6
B. Keadaan Penduduk
1. Pertumbuhan
Jumlah penduduk di Kecamatan Uepai Tahun 2018 Sebesar 14.137 Jiwa.
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Uepai, disajikan pada Gambar. 1,berikut:
Tabel. 1
Jumlah Desa/Kelurahan, Luas wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga (KK), dan Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga Menurut Wilayah Kerja
Puskesmas Uepai Tahun 2018
7
2. Persebaran dan Kepadatan
Luas wilayah kerja Puskesmas Uepai sebesar 11.876 Ha, jumlah penduduk menurut
Kelurahan/Desa pada tahun 2018, disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut:
Tabel. 2
Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan/Desa
Tahun 2018
8
Tabel. 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018
C. Tingkat Pendidikan
Peningkatan sumber daya manusia tidak terlepas dari standar minimal pendidikan.
Jumlah tenaga administrasi dan tenaga kesehatan yang tercatat khususnya lingkup UPTD
Puskesmas Uepai tahun 2018, disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut:
Tabel. 4
Distribusi Tingkat Pendidikan Kecamatan Uepai Tahun 2018
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
4 SD 2645 29,47
JUMLAH 8976 100
Sumber : …………………………………..2018
Pada Tabel. 3 diatas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Lingkup Kerja UPTD
Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai tahun 2018 yaitu Pendidikan perguruan tinggi
sebanyak 876 orang (9,76%) dan Pendidikan terendah SD/Sederajat sebanyak 2645 0rang
(29,47%)
9
Bab
III Situasi Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-
unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya seperti morbiditas dan status gizi. Kualitas
hidup yang digunakan sebagai indikator adalah angka kematian hidup, sedangkan untuk
mortalitas adalah angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita
per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran.
Tabel. 5
Angka Kematian Bayi (AKB) Di Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai
Tahun 2018
Kematian
Tahun Jumlah Bayi
Jumlah Perseribu(0/00)
2014 278 6 21,58/1000/KH
2015 255 3 11,76/1000/KH
2016 266 0 0/1000/KH
2017 237 0 0/1000/KH
2018 264 0 0/1000/KH
Sumber : Program KIA, 2018
Pada Tabel. 5, menunjukkan bahwa terjadi penurunan Angka Kematian Bayi
(AKB), tahun 2014 sebanyak 6 kasus kematian, tahun 2015 sebanyak 3 kasus
kematian, sedangkan tahun 2018 kasus kematian bayi 0 kasus (0%).
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKAB)A adalah jumlah anak yang diahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per
1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesahatan anak dan
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi,
sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk serta kerap untuk
mengidentifikasi terjadinya kesulitan ekonomi penduduk. Untuk tahun 2018
berdasarkan laporan LB 3 KIA Puskesmas Uepai tidak ada kematian balita (AKABA)
diseluruh desa/kelurahan di Wilayah kerja Puskesmas Uepai.
10
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan
kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Target AKI yang mengacu target
Millenium Depelovment Goals (MDG’s) pada tahun 2016 sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup.Berdasarkan laporan dari masing-masing pustu/polindes/poskesdes
yang ada untuk tahun 2018 Angka Kematian Ibu (AKI) di Wilayah kerja Puskesmas
Uepai sebesar 0 per 100.000 KH
Adapun distribusi AKI tahun 2018 disajikan dalam Tabel. 6 sebagai berikut:
Tabel. 6
Angka Kematian Ibu (AKI) Di Puskesmas Uepai kecamatan Uepai
Tahun 2018
Tahun jumlah Sasaran Bumil Kematian
jumlah
2014 281 0
2015 284 0
2016 288 0
2017 375 0
2018 375 0
Sumber : Program KIA, 2018
Pada Tabel. 6, menunjukkan bahwa pada dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2018 tidak ada kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Uepai.
11
Gambar. 2
Distribusi 10 Besar Penyakit Di Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai
Tahun 2018
1919
2000 ISPA
1000 904
DEMAM REMATIK DAN P.
800 JANTUNG REMATIK
P.KULIT DAN JARINGAN BAWAH
600 461 KULIT
384 DIARE
400 312 254
240
140 DIABETES MELITUS
200
0 P.KULIT KARENA JAMUR
Hipertensi
1. Kunjungan Puskesmas
Jumlah sub unit pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Uepai sebanyak 27
unit, 2 Unit Puskesmas Pembantu, 19 Unit Posyandu, 2 Unit Polindes, 4 Unit Poskesdes.
Jumlah penduduk di Kecamatan Uepai sebanyak 14.137 jiwa dan Jumlah kunjungan
penduduk yang memanfaatkan Puskesmas tahun 2018 sebanyak 13.754 jiwa atau
(97,29%), kondisi ini menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kunjungan. Kunjungan
Pasien di Puskesmas Uepai pada tahun 2018 disajikan Pada. Gambar.4, sebagai berikut:
Gambar. 4
Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
13754
14000
12000
10000
8000
6000
4000
1400 1208 1168 1407 1117 1260 1088 1191 1181 882 1063
2000 789
2. Cakupan Imunisasi
Gambar. 5
Persentase Cakupan Pelayanan Immunisasi di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
CAMPAK 70.30%
POLIO IV 71.80%
POLIO III 91%
POLIO III 96%
POLIO I 85.90%
DPT HB-Hib III 51.00%
DPT HB-Hib II 63.30%
DPT HB-Hib I 74.70%
BCG 85.60%
HB 0 54.20%
100
90
80
70
Persentase
60
50
40
30
20
10
0
Pelayanan KB AKTIF PERTENKES K.4 K.1
Ibu Nifas
Target 90 75 90 95 100
Cakupan 74 56 74 64 75
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang
dikeluarkan oleh vektor utama Aedes Aegipty. Penanganan DBD di perlukan dukungan
dan komitmen yang berkesinambungan dari masyarakat lintas sektor dan stake holder.
Untuk mencegah penyakit ini diperlukan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan 3M (menguras, menimbun dan mengubur) potensi tempat breeding place
(berkembang biak) Aedes aegipty.
Penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Uepai pada tahun
2018 sebesar 0 kasus. Distribusi Insiden Rate (IR) penyakit DBD, disajikan dalam
Gambar. 7 sebagai berikut:
15
Gambar. 7
Prevalensi Penyakit DBD Di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
2014 0
2015 0
2016 17
2017 0
2018 0
Tabel. 7
Distribusi Penemuan Kasus TB Paru (BTA+) di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
16
Pada Tabel. 7, menunjukkan bahwa Penemuan kasus TB (BTA+) di wilayah
kerja Puskesmas Uepai masih meningkat setiap tahunnya, tahun 2014 sebanyak
9 kasus (16,98%), tahun 2017 sebanyak 10 kasus (17,86%), sedangkan di tahun
2018 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya sebanyak 15 kasus
(36,58%).
17
Gambar. 7
Penyakit Diare di Puskesmas Uepai Tahun 2018
300
200 254
100
23 16
17 31 23
0 15 23 28 19 22 23
14
Tabel. 9
Cakupan Penanggulangan P2 Kelamin dan HIV/AIDS
Di Puskesmas Uepai 2018
Tahun
No Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
1 HIV/AIDS 0 0 0 0 0
2 Sypilis 0 0 0 0 0
3 Gonorhae 0 0 0 0 0
Sumber: …………………………….2018
5. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 Tahun per-100.000
Anak
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka
pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada anak
balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP.
18
Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan
semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh),
seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP
terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pelacakan terhadap anak < 15 tahun yang mengalami kelumpuhan layuh
mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.
b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,
dua kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam.
c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan
pengemasan khusus.
d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus
polio liar didalamnya.
e. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis
ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah
masih ada kelumpuhan atau tidak.
8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan
dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas
penyakit tetanus neonatorum, campak, diferi, dan polio.
19
a. Campak
Penyakit campak merupakan pembunuh No. 1 di antara 6 penyakit (PD3I)
yang disebabkan oleh virus. Diprkirakan di negara yang sedang berkembang
terdapat 67 juta kasus tiap tahun dan 2 juta di antaranya meninggal. Dalam
tahun 1983 dilaporkan kasus 3,1 juta dari 148 negara. Campak menular
melalui kontak perorangan dengan penderita.
Penderita dapat menularkan penyakit sebelum dan sesudah timbulnya
ruam (bercak-bercak merah pada kulit). Gejala awal penyakit berlangsung 3
sampai 7 hari berupa kulit berwarna merah dan terasa dingin, mata berair,
hidung beringus, batuk, tidak enak badan dan demam tinggi, diikutidengan
gejala spesifik campak berupa vesikel putih keabu-abuan, dikelilingi warna
merah (Kpplik spots). Komplikasi terjadi pada± 30% penderita meliputi infeksi
telinga, pneumonia, ensefalitis dan diperkirakan hanya ± 41% anak balita di
dunia yang mendapatkan imunisasi campak.
Di wilayah kerja Puskesmas Uepai pada tahun 2018 tidak ditemukan
adanya kasus campak.
b. Difteri
d. Tetanus
Tetanus neonatorum disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat
yang tak steril, atau menutupinya dengan bahan- bahan seperti abu, lumpur
sehingga terinfeksi dengan bakteri tetanus. Kasus tetanus di dunia
diperkirakan mengenai 800.000 bayi yang lahir setiap tahun. Dalam tahun
1983 dilaporkan 10.000 tetanus neonatorum dari 74 negara. Hampir 100%
20
bayi yang menderita tetanus neonatorum, meninggal dunia. Penyakit tetanus
ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke seluruh tubuh. Saat ini
hanya ± 14% ibu hamil di dunia ini yang mendapatkan imunisasi TT dua dosis.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang telah mendapatkan vaksinasi tetanus toxoid
(IT) pada waktu hamil, akan mendapatkan kekebalan selama 12 minggu dari
sejak ia dilahirkan.
Di wilayah kerja Puskesmas Uepai pada tahun 2018 tidak ditemukan adanya
kasus tetanus neonatorum.
e. Poliomylitis
C. Status Gizi
Neonatus adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan
42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
mempunyai risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonates (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi
pada umur 8-28 hari. Persentase pelayanan neonatus risti yang dirujuk dan
mendapat pelayanan/penanganan sebesar 0 kasus dengan persentase 0%. Upaya
pelayanan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan adalah dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi dan melakukan konseling perawatan bayi dan ibu.
Hasil pencatatan dan pelaporan Program KIA Puskesmas Uepai Tahun 2018
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan neonatus (KN1 0-28 hari) sebanyak 266
(78%) dan kunjungan neonates (KN3 8-28 hari) sebanyak 258 (67%)
21
2. Persentase Kunjungan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena
Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang.
Hasil pengumpulan dan pelaporan data program KIA Puskesmas Uepai dari
jumlah bayi lahir hidup sebanyak 266 bayi,tidak ditemukan adanya kasus bayi baru
lahir dengan berat badan rendah.
22
Gambar. 8
Cakupan Prevalensi Penemuan Kasus Gizi Buruk di
Puskesmas Uepai Tahun 2018
2018 0
2017 1
2016 0
2015 2
2014 4
Gambar. 11, menunjukkan bahwa prevalensi kasus gizi buruk pada tahun
2017 terdapat 1 balita kasus gizi buruk sedangkan pada tahun 2018 tidak ada
kasus gizi buruk.
Dalam rangka menurunkan prevalensi gizi buruk, target kinerja yang ingin dicapai
seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Konawe adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan penanganan/perawatan kasus gizi buruk ;
1) Peningkatan kapasitas petugas (Gizi, Bidan/Perawat dan dokter) dalam
tatalaksana gizi buruk di Puskesmas perawatan dan RSUD sesuai standar
WHO;
2) Pengembangan kemampuan Puskesmas dalam Tatalaksana Gizi Buruk (TFC)
3) Pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Pemulihan
Gizi/Community Feeding Center;
b. Peningkatan cakupan pemantauan pertumbuhan balita
1) Pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas kesehatan dan Kader;
2) Penyediaan sarana dan parasarana di Posyandu;
3) Penguatan kelembagaan lokal dalam rangka mendukung pemantauan
pertumbuhan balita;
4) Penggerakan Lintas sektor daan pemangku kepentingan untuk peningkatan
cakupan D/S
23
E. Keluarga Berencana.
1. Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif.
Peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang
masih aktif dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB
baru dan lama yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi (alkon) terus-
menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-isteri,
berusia 15–49 tahun. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di wilayah kerja
Puskesmas Uepai tahun 2018, selengkapnya disajikan pada Gambar. 16 sebagai
berikut:
Tabel. 10
Peserta KB Baru Dan KB Aktif Puskesmas Uepai Kecamata Uepai
Tahun 2018
PESERTA KB AKTIF
No Desa / Kelurahan JUMLAH PUS
JUMLAH %
Tabel. 10, menunjukkan bahwa PUS tahun 2018 sebesar 2400, adapun
yang menjadi Peserta KB aktif sebesar 1309 orang (54,5%).
24
F. Program Perbaikan Gizi
1. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita.
Kekurangan Vitamin A merupakan satu dari masalah yang paling penting
yang menimpa anak-anak di Indonesia. Vitamin A adalah nutrisi penting yang
dibutuhkan bagi kesehatan mata, penglihatan dan kekebalan tubuh. Anak-anak
yang tidak mendapatkan cukup vitamin A akibat diet normal dimungkinkan akan
mengalami kekurangan vitamin A sehingga menimbulkan beberapa penyakit,
menyebabkan kebutaan dan mengakibatkan kematian. Program Nasional
pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah
kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Pemberian Vitamin A 2
(dua) kali dilakukan setiap bulan Februari dan bulan Agustus. Jumlah cakupan
bayi di wilayah kerja Puskesmas Uepai tahun 2018 yang mendapatkan kapsul
vitamin A sebanyak 821 dan jumlah balita sebanyak 1243 (66%)
2. Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3.
Hasil pencatatan dan pelaporan program KIA Puskesmas Uepai jumlah
sasaran ibu hamil sebesar 375. Cakupan Bumil Yang Mendapatkan Tablet Fe1
dan Fe3 tahun 2018, disajikan pada Gambar. 12 sebagai berikut:
Gambar. 12
Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 Di
Puskesmas Uepai Tahun 2018
375
281
240
74.90
64.00
25
Gambar. 12, Menunjukkan bahwa cakupan pemberian tablet Fe.1 tahun
2018 sebesar (75%), dan cakupan F3 sebesar (64%). Dengan demikian target
kinerja yang ingin dicapai seksi Gizi Dinas Kesehatan Kab. Konawe dalam
menanggulangi turunya cakupan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan kapasitas petugas (Gizi, Bidan/Perawat dan dokter) dalam tatalaksana gizi
di Puskesmas perawatan dan RSUD sesuai standar WHO;
b) Pengembangan kemampuan Puskesmas dalam Tatalaksana Gizi (TFC)
c) Pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Pemulihan Gizi/Community
Feeding Center;
d) Pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas kesehatan dan Kader;
e) Penyediaan sarana dan parasarana di Posyandu;
f) Penggerakan Lintas sektor daan pemangku kepentingan untuk peningkatan cakupan
D/S
26
Gambar. 15
Persentase Rumah Tangga Berperilkau Hidup Bersih dan Sehat
(Ber-PHBS) Di Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai Tahun 2018
Gambar. 14
Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
27
14
4 4
1
0
Pratama Madya Purnama Mandiri Posyandu Aktif
ada Gambar. 14, menunjukkan bahwa posyandu Madya adalah posyandu kategori
tertinggi yaitu sebanyak 14 dan Posyandu Pratama adalah posyandu terendah yaitu
sebanyak 1 ,sedangkan posyandu aktif sebanyak 4 posyandu (21,05%)
28
Usaha-usaha farmasi dan laboratorium kesehatan
Statistik kesehatan
Pengembangan dan peningkatan sarana UKBM di Kecamatan Uepai masih
perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya serta akses pelayanan masyarakat
kesarana kesehatan masih kurang memadai. Pada tahun 2018 jumlah sarana
UKBM saat ini berjumlah 28 buah. Cakupan Sarana Dan Prasarana UKBM di
wilayah kerja Puskesmas Uepai Tahun 2018, Selengkapnya di sajikan pada
Gambar. 16 sebagai berikut :
Gambar. 16
Cakupan Sarana Dan Prasarana UKBM Di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
Puskesmas 1 3.6
Pustu 2 7.1
Polindes 2 7.1
Poskesdes 4 14.3
Posyandu 19 67.9
29
H. Keadaan Lingkungan
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan yang rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembungan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Kontruksi rumah yang dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko penularan
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti DBD, Malaria,
TBC, ISPA dan lain-lain.
Persentase rumah sehat yang ada di Puskesmas Uepai tahun 2018 sebesar 1453
(49%) dari 1297 rumah yang diperiksa.
30
Gambar.
Persentase Cakupan Program Kesling
di Wilayah Kerja Puskesmas Uepai Tahun 2018
Jamban TPS Sehat SPAL Sehat Perumahan TTU Sehat Keluarga Penduduk
Sehat Sehat Mengakses Dengan
Air Minum Akses Air
Minum
Berkualitas
Target 85 85 85 85 80 95 95
Persentase 68 56 47 49 68 84 88
31
Bab Situasi Sumber Daya Kesehatan
V
32
Gambar. 17
Cakupan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Di Kecamatan Uepai
Tahun 2018
Rumah Sakit 0
Puskesmas Rawat Jalan 1
Pada Gambar. 17, menunjukkan bahwa sarana kesehatan dasar yang ada di
Kecamatan Uepai pada tahun 2018 baik swasta maupun milik pemerintah,
berjumlah 8 buah.
2. Tenaga Kesehatan.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma
hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui
upaya pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh
pemerintah maupun masyarakat. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Konawe
tahun 2018, selengkapnya disajikan pada Gambar. 18 sebagai berikut ini:
33
Gambar. 18
Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Uepai
Tahun 2018
42
25
10
1 0 1 2 3 3 2
3. Pembiayaan Kesehatan.
Dalam tiga tahun terakhir terutama sejak era otonomi daerah komitmen
pemerintah untuk pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi
harapan. Hal ini didukung dengan kesepakatan dan dukungan Bupati dengan
penambahan sebesar 15–20% dari APBD belum terealisasi, hal ini dukungan
APBD yang diberikan hanya sebesar 5%. Dengan demikian komitmen politik ini
belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang diharapkan.
Anggaran Kesehatan sebagai sumber pembiayaan puskesmas dalam
melaksanakan upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya berasal dari
APBD dalam bentuk operasional Puskesmas,dana BPJS dan BOK.
Secara umum alokasi pembiayaan sektor kesehatan pada masa mendatang
perlu mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi
34
sekarang, hal ini juga sesuai dengan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) yakni minimal 5% dari PDRB. Besarnya pembiayaan kesehatan yang
proporsional sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya diperlukan untuk
menjamin terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, secara
adil, merata dan terjangkau. Hal ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan
akses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin yang mendapat jaminan
pemeliharaan kesehatan melalui program BPJS/JKN, Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), serta bantuan APBD.
35
Bab
VI PENUTUP
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2018 ini berbagai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan
dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten
Konawe.
Situasi dan kondisi sektor kesehatan hingga tahun 2018 telah memperlihatkan seberapa
jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai menunjukkan kekurangan
dan kelebihan dari upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan yang tentunya juga tidak terlepas
dari kontribusi lintas sektor terkait pada sisi output nampak bahwa perilaku masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat masih rendah. Sementara pada sisi input masih terdapat beberapa
kriteria dari pelayanan kesehatan, manajemen kesehatan dan sumber daya kesehatan yang
masih jauh dari target baik Indonesia Sehat maupun program Konawe Sehat, SPM bidang
kesehatan maupun MGDs, dengan demikian kontribusi lintas sektor terkait seperti pendidikan,
dimana jumlah pendidikan rendah dan pendidikan tinggi masih dibawah angka standar Nasional,
masih rendahnya pelayanan KB dan juga penggunaan air bersih.
Gambaran tersebut merupakan fakta yang harus dikomuniksikan, baik kepada para
pimpinan dan pengelola program kesehatan maupun lintas sektor dan masyarakat di daerah
yang didiskripsikan melalui data dan informasi, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan
data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas
data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Konawe. Disamping itu,
dalam mencermati capaian setiap indikator masih perlu penataan yang lebih maksimal lagi
khususnya dalam menggunakan pendekatan-pendekatan statistik seperti dengan menggunakan
proksi yang tepat dan jelas untuk numerator dan denominator masing-masing indikator.
Uepai, ……………………….2018
Puskesmas Uepai
……………………………………………….
NIP. ………………………………………
36
37