Anda di halaman 1dari 57

MODUL PRAKTIKUM

PERSALINAN SUNGSANG

Di susun oleh

Nama : Any Setiany

Nim : 0711000626

Jurusan : Klinik 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INDONESIA MAJU
PROGRAM STUDI DIPLOMAIV KEBIDANAN

PERIODE 2011-2012
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN KLINIK

Mata Ajaran : Askeb Patologis

Kode mata kuliah : 240

Pokok Bahasan : Persalinan Sungsang

Sub Pokok Bahasan : Kontrasepsi Mantap

Jumlah SKS : 2 SKS

Semester :2

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Indonesia Maju

Tanggal : 22 Juni 2012

Waktu : 100 Menit

Tempat : Ruang 306

I. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )


Setelah mendapatkan pengalaman belajar dikelas, peserta didik mampu melakukan
Asuhan Persalinan Sungsang.
II. Tujuan Pembelajaran Khusus ( TIK )

Setelah mendapatkan praktek di ruang, di harapkan :

1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian persalinan sungsang.


2. Peserta didik mampu melaksanakan Asuhan Persalinan Sungsang.
3. Peserta didik mampu menyiapkan alat-alat untuk Asuhan Persalinan
Sungsang Tanpa bantuan dengan benar.

III. Materi

Terlampir.

IV. Metode : Bed Site Teaching

1. Pre Conference
2. Bed Site Teaching
3. Post Conference

V. Kegiatan Belajar Mengajar

NO Kegiatan Clinical Instruktor Kegiatan Peserta Didik


1 Pre Conference : 10 Menit - Menjawab tentang
- Mengkaji kesiapan tujuan Asuhan
peserta didik tentang Persalinan Sungsang.
Asuhan Persalinan - Menunjukan dan
Sungsang. menyebutkan alat-alat
- Melibatkan peserta dan langkah-langkah
didik lain untuk Asuhan Persalinan
meriview alat alat Sungsang.
Asuhan Persalinan - Menanyakan hal-hal
Sungsang. yang belum jelas
- Melibatkan peserta
didik lain untuk
bertanya
- Menyimpulkan
Mengklarifikasi jawaban
2 Bed Side Teaching : 80 - Melakukan Asuhan
menit Persalinan Sungsang.
- Membimbing peserta
didik dalam Asuhan
Persalinan Sungsang.
-
3 Post Conferen : 10 menit - Peserta didik lain
- Menilai dan mengutarakan hal-hal
mengevaluasi yang kurang tepat
pelaksanaan Asuhan - Mmenanyakan yang
Persalinan Sungsang. kurang jelas
- Memberikan - Mendengarkan atau
kesempatan kepada menyimpulkan
peserta didik untuk penjelasan dan
menanyakan yang mengutarakan
belum jelas pendapat.
- Menjawab pertanyaan
yang di ajukan peserta
didik dan melinatkan
peserta didik lain.

VI. Media alat

1. Alat-alat Asuhan Persalinan


2. Pasien

VII. Sumber

1. Obstetri William, 1995


2. ilmu kebidanan Sarwono, 2010, dll

VIII. Evaluasi

1. Selama prosedur
Peserta didik melakukan tindakan.
2. Bentuk
Penilaian penampilan kemampuan
3. Format penilaian penampilan kemampuan terlampir.

CI Pengajar

( ) ( )

Mengetahui
Dosen Pembimbing

( )
LAMPIRAN MATERI

I.Definisi :

a. Malpressentasi : bagian terendah janin yang berada di segmen bahwa rahim, bukan
belakang kepala.
b. Malposisi : penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior.
c. Presentasi bokonG : merupakan letak memanjang dengan bokong sebagaibagian yang
terbawah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong beradadi bagian bawah kavum uteri.
d. Apabila bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendah (Sarwono
Prawirohardjo) :
 Pada pemeriksaan abdomen (kepala teraba di bagian atas, bokong pada daerah
pelvis. Auskultasi menunjukan DJJ lokasinya lebih tinggi daripada yang
diharapkan dengan presentasi verteks).
 Pada pemeriksaan vagina (teraba bokong atau kaki)
e. Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus
dan bokong di bawah (Prof, Dr. Rustam Mochtar, MPH)
Dengan insiden 3-4% dari keseluruhan kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan (≥37minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara
25-30% dan sebagian besar akan berubah menjadi preseentasi kepala setelah umur kehamilan
34minggu.
II. Etiologi
Menjelang kehamilan aterm, cavum uteri telah mempersiapkan janin pada letak
longitudinal dengan presentasi puncak kepala.
Faktor predoposisi untuk presentasi bokong diluar usia gestasi adalah
 Relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas
 Janin multiple
 Hidramion
 Oligohidramion
 Hidrosefalus
 Anesefalus
 Riw.presentasi bokong
 Fiksasi kepala janin pada PAP tidak baik
 Janin mudah bergerak
 Gemeli
 Kelainan uterus
 Janin sudah lama mati

III. Diagnosa

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

1. Palpasi Leopoid I : kepala janin yang keras dan bulat menepati bagian fundus uteri
dan ballotemen.
Leopoid III : di atas simpisis teraba bagian yang tidak terlalu keras.
Leopoid IV : tidak bundar dan tidak rata ; bokong janin berada diatas PAP.
2. Auskultasi denyut jantung janin paling keras pada daerah sedikit diatas umbilicus.
Bila kepala janin sudah engagement, denyut jantung janin terdengar dibawah
umbilicus.
3. Pemeriksaan dalam : untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os.
Sacrum, tuber ossis ischii, anus.

Dari pemeriksaan penunjang :

1. USG
2. Rontgen

III. Penyulit

Peningkatan frekuesi penyulit ini dapat diperkirakan :

 Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahira yang sulit.


 BBLR pada preterem, pertumbuhan terlambat,
 Prolap tali pusat
 Plasenta previa
 Anomaly janin
 Tumir uterus
 Janin multiple
 Intervensi operatif, terutama SC
IV. Frekuensi

Dua setengah sampai tiga persen dimana 35% adalah complete breech presentation dan
25% adalah incomplete breech presentation.

V. Mekanisme persalinan

Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurag elastis. Pada presentasi kepala
apabila kepala diahirkan, maka bagian janin lain relatif mudah dilahirkan. Tidak demikian
halnya pada presentasi bokong. Hal ini menjadikan persalinan vaginal pada presentasi
bokong lebih berisiko.

Bokong akan memasuki panggul dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik.
Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih cepat dibanding
belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah
panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang
mendorong ke bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa
sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga pada posisi diameter bitrokanter di
pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.

Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam. Perineum
akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih daahulu. Pada saat
itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul
bawah menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter
bitrokanter anteroposterior, diikuti paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi
diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi tranvesal. Kelahiran bagian tubuh lain akan
terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan (manual aid).

VI. Macam –macam letak sungsang

1. Presentasi bokong murni (Frank Breech)


Letak bokong dengan kedua tungkai kaki terangkat keatas, kadang kaki sampai
menyentuh telinga.
2. Presentasi bokong lengkap (complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (incomplete Breech)
Bila satu kaki diatas dan kaki yang lainya dibawah.
4. Letak kaki (Footling Presentation)

V. Penatalaksanaan / Penanganan Persalinan

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpreentasi pada waktu
persalinan. Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

1. Pada saatmasuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondosi janin serta keadaan
umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ da kualitas his dan kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan-asisten penolong perasalinan-dokter anak dan
ahli anaesthesi.
Persalinan spontan pervaginam terdiri dari 3 tahapan :
1. Fase Lambat :

Mulai lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula)

2. Fase Cepat :
Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
3. Fase lambat :
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.

Tehnik Pertolongan Sungsang spontan pervaginam :

a. Cara Bracht :

1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5


cm.
2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase
cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.
3. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin
dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian
belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin (gambar 1)
4. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut ibu (
gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir .
5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada
pinggang janin (gambar 2)
6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan ( gerak
mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah kanan
sesuai dengan posisi punggung anak.
7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-
dahi dan seluruh kepala anak.
8. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan
lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin
9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada
persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht


Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

Prognosis

 Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala.


 Prognosa lebih buruk oleh karena:
o Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya
peristiwa “after coming head”.
o Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.

Sebab kematian anak:

1. Talipusat terjepit saat fase cepat.


2. Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala anak
pada fase lambat kedua.
3. Trauma collumna vertebralis.
4. Prolapsus talipusat.

EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

= manual aid

Terdiri dari 3 tahapan :

1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).


2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
PERSALINAN BAHU DAN LENGAN

Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam

1. Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong
berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior
superior ; ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha
(gambar 3) .
2. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan lahir.
3. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara
berikut:
1. Lovset.
2. Klasik.
3. Müller.

1. Persalinan bahu dengan cara LOVSET.

Prinsip :

Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum jam
sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahir
didepan (dibawah simfsis).

Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :

 Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul)
 Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang dibanding
lengkungan dinding sacrum disebelah belakang

Sehingga setiap saat bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi
bahu anterior

Tehnik :

Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.

Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 5 Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang
berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
dilahirkan
Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu
belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :

1. Tehnik sederhana.
2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

2. Persalinan bahu dengan cara KLASIK

 Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER.


 Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah
simfisis.
 Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.

Prinsip :

Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan kemudian
melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis

Tehnik :
Gambar 7 Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

Gambar 8 Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong berada
diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan
gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk tangan
kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan gerakan
“mengusap muka janin ”, lengan posterior bawah bagian anak dilahirkan.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.

Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil dilakukan traksi
curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan punggung janin pada punggung ibu”
dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka lengan
tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:

o Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak
dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari
lain didepan dada.
o Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan
depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada no 2

Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu

Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi

3. Persalinan bahu dengan cara MüELLER

 Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ;
disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
 Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan
telunjuk jari tangan kiri penolong)
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER:

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.


2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin
sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan
dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai arah
tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir
dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset
pada gambar 10)

Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu
jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.

Melahirkan LENGAN MENUNJUK.

Nuchal Arm

Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah bila pada persalinan sungsang, salah satu lengan
anak berada dibelakang leher dan menunjuk kesatu arah tertentu.

Pada situasi seperti ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan yang bersangkutan
dirubah menjadi didepan dada.

Gambar 11 Lengan menunjuk ( “ nuchal arm”)


Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior : (dekat dengan sakrum)

1. Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada
dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh anak dan jari-jari lain didepan dada.
2. Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan yang dibelakang leher
sehingga lengan tersebut akan menjadi berada didepan dada (menjadi lengan depan).
3. Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara KLASIK.

Gambar 12 Lengan kiri menunjuk kekanan

Gambar 13 Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)


Gambar 14 Menurunkan lengan anak

Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior : (dekat dengan sinfisis) maka :

Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak pada cara memegang
tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu jari penolong berada didepan dada sementara
jari-jari lain dipunggung janin.

Melahirkan LENGAN MENJUNGKIT

Yang dimaksud dengan lengan menjungkit adalah suatu keadaan dimana pada persalinan
sungsang pervaginam lengan anak lurus disamping kepala.

Keadaan ini menyulitkan terjadinya persalinan spontan pervaginam.

Cara terbaik untuk mengatasi keadaan ini adalah melahirkan lengan anak dengan cara
LOVSET.

Gambar 15. Melahirkan lengan menjungkit


Bila terjadi kemacetan bahu dan lengan saat melakukan pertolongan persalinan
sungsang secara spontan (Bracht), lakukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan
bahwa kemacetan tersebut tidak disebabkan oleh lengan yang menjungkit.

PERSALINAN KEPALA

~ After Coming Head

Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan
berbagai cara :

1. Cara MOURICEAU
2. Cara PRAGUE TERBALIK

1. Cara MOURICEAU ( Viet – Smellie)


Gambar 16 Tehnik Mouriceau

Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin, jari tengah
dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa
canina.

1. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.
2. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain.
3. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
4. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.

2. Cara PRAGUE TERBALIK

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap
simfisis.

Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas
telapak tangan tersebut.

Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil
melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.

Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.


Gambar 17 Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

EKSTRAKSI TOTAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak dikerjakan


sepenuhnya oleh penolong persalinan.

Jenis ekstraksi total :

1. Ekstraksi bokong
2. Ekstraksi kaki

EKSTRAKSI BOKONG

Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah berada didasar
panggul.

Tehnik :

1. Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan lahir
dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait.
Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan
tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan
19)
2. Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis, jari
telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak
melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
3. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan janin
dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan

Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan kedua
tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

EKSTRAKSI KAKI
1. Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka
labia.
2. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi
paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.(gambar 21)
3. Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk
mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22)
4. Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan
dituntun keluar dari vagina (gambar 23)

Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan


menyelusuri bokong sampai fosa poplitea

Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki janin
Gambar 23 c, d , e

Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver
Pinard)
1. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang
kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai
pangkal paha lahir
2. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang
paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan pegangan ini
pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir ( gambar 24)

3. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan
trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir. (Gambar 25)

4. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam
dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala seperti
yang sudah dijelaskan.
Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak.
Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi
curam bawah untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat .

Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin
(jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat.
Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan

Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti
dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang
dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan lengan
belakang.

KOMPLIKASI PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

Komplikasi ibu

1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi

Komplikasi anak

 Sufokasi / aspirasi :

Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang
menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin
untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.

 Asfiksia :

Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat

 Trauma intrakranial:

Terjadi sebagai akibat :

 Panggul sempit
 Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
 Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)

 Fraktura / dislokasi:

Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif

 Fraktura tulang kepala


 Fraktura humerus
 Fraktura klavikula
 Fraktura femur
 Dislokasi bahu

 Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan
pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat
regangan pada leher saat membebaskan lengan.

a. Persiapan Alat :
1. Sarung tangan 1 pasang

2. Partus set (klem kocher, 2 buah gunting, gunting episiotomi 1 buah, gunting tali pusat 1
buah, haas 3 buah, tali pusat 1 buah)
3. Slym bayi/ De Lee 1 buah
4. Uterotonika : oksitocin 1 ampul
5. Lidocain 2 ampul
6. Spuit 5 cc 2 buah
7. Aquabides 1 buah
8. Kapas DTT dan kassa
9. Doek steril 2 buah
10. Tempat sampah medis 1 buah
11. Tempat sampah non medis 1 buah
12. Tempat benda tajam 1 buah
13. Ember berisi cairan bayclin 0,5% 1 buah
14. Schort 1 buah, masker 1 buah
15. Sepatu bot 1 buah dan kaca mata 1 buah
16. Bengkok 1 buah, lampu sorot 1 buah
17. Kain ibu 2 buah, dan pakaian bayi

b.Persiapan pasien
1. Terangkan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Jika pasien tak sadar, terangkan pada
keluarganya.
2. Dapatkan persetujuan tindakan medis (inform consent)
3. Bantu dan usahakan pasien dan keluarganya siap secara mental.
4. Cek kemungkinan alergi dan riwayat medis lain yang diperlukan
5. Siap contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Jika diperkirakan
diperlukan minta darah terlebih dahulu.
6. Cuci dan bersihkan lapangan insisi dengan sabun dan air.
7. Janganlah mencukur rambut pubis karena hal ini dapat menambah resiko inveksi luka.
Rambut pubis hanya dipotong/dipendekan kalau diperlukan.
8. Pantau dan catat tanda vital (td, n, r, s)
9. Berikan pramedikasi yang sesuai
10. Berikan antacid untuk mengurangi keasaman lambung (sodium sitrat 0,3% atau mg trisilikat
300 mg)
11. Pasang kateter dan monitor pengeluaran urine
12. Pastikan semua informasi sudah disampaikan pada seluruh tim bedah.

c. Persiapan Petugas (Penolong) :


1. Memakai baju khusus kamar operasi lengkap dengan topi, masker, dan sandal.
2. Mempersiapkan alat-alat/instrument operasi termasuk :
- Alat penghisap darah/cairan, cairan alat resusitasi bayi, oksigen dan sebagainya.
3. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante operasionum
4. Periksa ulang persediaan darah (bila diperlukan/pada kasus tertentu) dan periksa/cocokan
register darah
5. Penolong cuci tangan
6. Memakai baju/jas operasi dan sarung tangan.
7. Pasien pada posisi terlentang, keadaan sudah dinarkose. Dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik
8. Dipasangkan kain penutup 4-5 buah yang sesuai dengan kebutuhan.

d.Persiapan kamar operasi


1. kamar bedah bersi
2. kebutuhan bedah dan peralatan tersedia, termasuk oksigen dan obat-obatan
3. peralatan gawat daruran tersedia dan dalam keadaan siap pakai
4. baju bedah, kain steril, sarung tangan, kassa, instrument tersedia dalam keadaan steril dan
belum kadaluarsa.
PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK

PROSEDUR PELAKSANAAN KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITA

(MOW)

Nama Mahasiswa :

Nomor Mahasiswa :

Semester :

Aspek yang di uji KASUS Ket


1 2 3 4
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA II
1. Mengamati tanda dan gejala kala II
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung sutik steril sekali pakai didalam partus
set.
3. Mengenakkan baju penutup atau celemek plastic.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah saku.
Mencuci kedua tangan dengan air bersi yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarug tangan disinfeksi tingkat tinggi. (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkannya kembal dipartus/wadah disinfekti tingkat
tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
6. Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan steril) dan meletakkan kembali
dipartus/wadah steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN BAIK.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang
suddah dibasahi air disinfesi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas yang sudah
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptic, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam keadaan
terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 unit. Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa detak denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil penilaian serta asuhan lainnya dalam
bentuk partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan.
 Menjelaskan kepada keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat HIS , bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
 Membimbing ibu meneran.
 Mendukung dan memberikan semangat atas asaha ibu
untuk meneran.
 Menganjurkan ibu istirahat bila tidak ada kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat ibu.
 Memberikan asupan cairan oral.
 Menilai DJJ setiap tidak ada HIS atau setiap 5 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.

14. Jika pembukaan sudah lengkap meletakkan kain dan handuk


bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16. Membuka partus set .
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG.

18. Instruksikan pasien agarvmengedan dengan benar selama his .


 Mengedan dengan benar : mulai dengan menarik nafas
dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong
ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat
lutut, angkat kepala dan lihat ke pusar.
19. Pimpin berulang kali hingga bokong turun kedasar panggul,
lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum
sudah tipis.
20. Melahirkan bayi:
a. Cara Bracht :
 Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara
bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang
paha, jari-jari lain memegang daerah panggul).
 Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin.
o Bila terdapat hambatan pada tahap lahir setinggi
scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut ke
metode manual aid yang sesuai.
 Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.
 Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula
inferior tampak dibawah simfisis (dengan mengikuti
gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan
kearah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan
lahirnya badan bayi.
 Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi,
dan kepala.
o Pada umumnya, bayi dengan presentasi bokong
memerlukan perawatan segera setelah lahir.
 Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan bayi dengan
handuk hangatkan, bersihkan jalan nafas bayi oleh
asisten, tali pusat dipotog.
 Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk
laktasi/kontak dini.
Catatan : bila pada tahap ini ternyata teradi hambatan pengeluran saat
tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan
pertolongan dengan cara klasik atau muller (manual aid).
b. Cara Ekstraksi kaki :
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala
kegawatan ibu-bayi.
 Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri
bokong , pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga
kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong
fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki
dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari
vagina sampai batas lutut.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu
kedua ibu jari diletakkan dibelakang paha, sejajar
sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan betis,
kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.
 Pegangan dipidahkan kepangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari dibeakang paha, sejajar sumbu
panjang paha dan jari lain didepan paha.
 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trochanter
depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan
yang sama dielevasi keatas hingga trochanter belakang
lahir. Bila kedua trochanter telah lahir berarti bokong
lahir.
 Sebalikna bila kaki belakang yang dilahirkan lebh
dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah
trochanter belakang dan untuk melahirkan trochanter
depan maka pangkal paha ditarik terus curam kebawah.
c. Cara Klasik
 Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan
jika dengan cara brach bahu dan tangan tidak bisa lahir.
 Prosedurnya :
 Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan
dilahirkan sehngga bokong dan kaki lahir.
 Tali pusat dikendorkan.
 Pegang kaki dan pergelangan kaki dengan satu tangan
dan tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan menariknya
kearah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi
yang berada di belakang, dengan tangan kanan dan
menariknya ke kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang.
 Masukkan 2 jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lenga bayi.
 Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki
ditarik kearah bawah kontak lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.
Catatan : bila pada tahap ini, sulit untuk melahirkan bahu belakang
maka lakukan cara muler (melahirkan bahu depan terlebih dahulu).
d. Cara Muller
 Penegluaran bahu dan tangan sacara muller dilakukan
jika dengan cara brach bahu dan tangan tidak bisa lahir.
 Melahiran bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik,
kearah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
 Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan
langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan
belakang.
e. Cara Louvset (diakukan bila lengan bayi terjungkit di
belakang kepala/nucbal arm) .
 Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi
dengan kedua tangan.
 Memutar bayi 180⁰ dengan lengan bayi yang terjungkit
ke arah penunjuk jari tangan yang nuchal.
 Memutar kembali 180⁰ ke arah yang berlawanan ke
kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan
dilahirkan secara klasik/muler.
f. Cara Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara
manual aid/bila dengan bracht belum lahir).
 Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan
bayi seolah-olah menunggang kuda (untuk penolong
kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
 Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
 Tangan kanan memegang/mencekram bahu tengkuk
bayi.
 Minta seseorang asisten menekan fundus uteri.
 Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus
uteri penolong persalinan melakukan tarikan kebawah
sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu/mulut.
Cunan Viper : digunakan kalau pengeluaran kepala bayi
dengan bracht atau mauriceau gagal.
Caranya : tangan dan badan bayi dibungkus kain steril,
diangkat ke atas, cunan viper dipasang melintang terhadap
panggul dan kepala kemudian ditarik.
VII.PENANGANAN BAYI LAHIR
21. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
22. Segera mengeringkan bayi, membukuskan kepala dan badan
bayi kecuali bagian tai pusat.
23. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(kearah ibu).
24. Memegang tali pusat dengan mengunakan satu tangan,
melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantra
kedua klem tersebut (tunggu bila tali pusat tidak berdenyut).
25. Mengganti handuk yang basah dengan kain yang kering dan
bersih untuk menyelimuti bayi.
26. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendaki.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA
TIGA.
27. Meletakkan kain bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk mengetahui adakah janon kedua.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah melahirkan bayi, memberikan
suntikkan oksitosin 10 unit IM 1/3 paha kanan atas ibu bagian
luar, setelah mengaspirasikan terlebih dahulu.
PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI.
30. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10cm dari vulva.
31. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat
diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
32. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah belakang (dorso-
kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 detik,
menghetikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kotraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi ibu atau seseorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting
susu ibu.
MENGELUARKAN PLASENTA
33. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kearah bawah dan keudian kearah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada urterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit.
o Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
o Menilai kandung kemih dan mengkaterisasi
kandung kemih dengan menggunakan tekhnik
aseptic jika perlu.
o Meminta keluarga untuk membuat rujukan .
o Mengulangi penanganan tali pusat selama 15
menit.
o Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
34. Jika plasenta terlilhat introitus vagina, melanjutkan kelairan
plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilih. Dengan
lembut dan bertahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
steril dan memeriksa vagina serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forceps steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.
PEMIJATAN UTERUS
35. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakuakan
massage uterus, meletakkan telapak tangan difundus dan
melakukan massage dengan gerakkan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
IX. MENILAI PERDARAHAN
36. Memriksa kedua sisa plasenta baik yang menempel ke ibu
maupu ke janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakka pkasenta ke
dalam kantung plastic atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
massage selam 15 detik mengambil tindakkan yang
sesuai.
37. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
pervaginam.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN.
38. Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan
baik. Mengevakuasi perdarahan pervaginam.
39. Mencelupkan kedua tangan yang memakai saarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang
masih bersarung tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi
dan mengeringkannya dengan kain bersih.
40. Menepatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan talil disinfeksi tingkat tinggi dengan sampul
mati disekeliling tali pusat sekitar 1cm dari pusat.
41. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian tali pusat yang
bersebra gan dengan simpul mati yang pertama.
42. Melepaskan klem dan meletakkanya di dalam larutan klorin
0,5%.
43. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya
dengan handuk atau kain kering dan bersih.
44. Menganjuran ibu untuk memulai pemberian ASI
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
45. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi.
46. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
47. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi membersihkan cairan ketuban, lender dan darah.
48. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
49. Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilasnya
dengan air bersih.
50. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
51. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
EVALUASI
52. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada 2jam pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,lakukan
penjahitan dengan anesthesi local dan menggunakan teknik yang
sesuai.
53. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
massage uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
54. Mengevaluasi kehilangan darah.
55. Memeriksa tekana darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1jam pertama pasca persalinan.
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan.
DOKUMENTASI .
Melengkapi partograf.

Keterangan

Nilai 4: Bila dikerjakan sendiri dengan benar

Nilai 3 : Bila dikerjakan dengan bantuan

Nilai 2 : Bila dikerjakan kurang benar


Nilai 0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah Akhir yang diperoleh mahasiswa jumlah items

CI Pengajar

() ()

JOB SEET

a. Pemeriksaan Asuhan Persalinan Sungsang.

ASUHAN PERSALINAN SUNGSANG


PERALATAN DAN BAHAN

ALAT BAHAN
1. Sarung tangan 1 pasang PASIEN

2. Partus set (klem kocher, 2 buah gunting,


gunting episiotomi 1 buah, gunting tali
pusat 1 buah, haas 3 buah, tali pusat 1
buah)
3. Slym bayi/ De Lee 1 buah
4. Uterotonika : oksitocin 1 ampul
5. Lidocain 2 ampul
6. Spuit 5 cc 2 buah
7. Aquabides 1 buah
8. Kapas DTT dan kassa
9. Doek steril 2 buah
10. Tempat sampah medis 1 buah
11. Tempat sampah non medis 1 buah
12. Tempat benda tajam 1 buah
13. Ember berisi cairan bayclin 0,5% 1
buah
14. Schort 1 buah, masker 1 buah
15. Sepatu bot 1 buah dan kaca mata 1
buah
16. Bengkok 1 buah, lampu sorot 1 buah
17. Kain ibu 2 buah, dan pakaian bayi

KEGIATAN KASUS
1 2 3 4 5 6
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA II
1. Mengamati tanda dan gejala kala II
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung sutik steril sekali pakai didalam
partus set.
3. Mengenakkan baju penutup atau celemek plastic.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah saku.
Mencuci kedua tangan dengan air bersi yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarug tangan disinfeksi tingkat tinggi. (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkannya kembal dipartus/wadah disinfekti
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik.
6. Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik
(dengan memakai sarung tangan steril) dan meletakkan
kembali dipartus/wadah steril tanpa mengkontaminasi
tabung suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN


KEADAAN JANIN BAIK.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas yang suddah dibasahi air disinfesi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas
yang sudah terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara


mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 unit. Mencuci kedua
tangan.
10. Memeriksa detak denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal.
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil penilaian serta asuhan lainnya dalam bentuk
partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan.
 Menjelaskan kepada keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (pada saat HIS , bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
 Membimbing ibu meneran.
 Mendukung dan memberikan semangat atas asaha ibu
untuk meneran.
 Menganjurkan ibu istirahat bila tidak ada kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat ibu.
 Memberikan asupan cairan oral.
 Menilai DJJ setiap tidak ada HIS atau setiap 5 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.

14. Jika pembukaan sudah lengkap meletakkan kain dan


handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah
bokong ibu.
16. Membuka partus set .

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG.

18. Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama


his .
 Mengedan dengan benar : mulai dengan menarik nafas
dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong ke
abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat lutut,
angkat kepala dan lihat ke pusar.
19. Pimpin berulang kali hingga bokong turun kedasar
panggul, lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva
dan perineum sudah tipis.
20. Melahirkan bayi:
a. Cara Bracht :
 Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari-jari lain memegang
daerah panggul).
 Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin.
o Bila terdapat hambatan pada tahap lahir
setinggi scapula, bahu atau kepala maka
segera lanjut ke metode manual aid yang
sesuai.
 Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.
 Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus
scapula inferior tampak dibawah simfisis (dengan
mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
 Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung,
dahi, dan kepala.
o Pada umumnya, bayi dengan presentasi
bokong memerlukan perawatan segera
setelah lahir.
 Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan bayi
dengan handuk hangatkan, bersihkan jalan nafas
bayi oleh asisten, tali pusat dipotog.
 Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu
untuk laktasi/kontak dini.
Catatan : bila pada tahap ini ternyata teradi hambatan pengeluran
saat tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan
pertolongan dengan cara klasik atau muller (manual aid).
b. Cara Ekstraksi kaki :
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala
kegawatan ibu-bayi.
 Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri
bokong , pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang
lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu
kedua ibu jari diletakkan dibelakang paha, sejajar
sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan betis,
kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha
lahir.
 Pegangan dipidahkan kepangkal paha setinggi
mungkin dengan kedua ibu jari dibeakang paha,
sejajar sumbu panjang paha dan jari lain didepan
paha.
 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai
trochanter depan lahir. Kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dielevasi keatas hingga
trochanter belakang lahir. Bila kedua trochanter
telah lahir berarti bokong lahir.
 Sebalikna bila kaki belakang yang dilahirkan lebh
dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah
trochanter belakang dan untuk melahirkan
trochanter depan maka pangkal paha ditarik terus
curam kebawah.

d. Cara Klasik
 Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik
dilakukan jika dengan cara brach bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
 Prosedurnya :
 Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan
dilahirkan sehngga bokong dan kaki lahir.
 Tali pusat dikendorkan.
 Pegang kaki dan pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan
menariknya kearah kanan atas ibu, untuk melahirkan
bahu kiri bayi yang berada di belakang, dengan
tangan kanan dan menariknya ke kiri atas ibu, untuk
melahirkan bahu kanan bayi yang berada di
belakang.
 Masukkan 2 jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lenga bayi.
 Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki
ditarik kearah bawah kontak lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.
Catatan : bila pada tahap ini, sulit untuk melahirkan bahu belakang
maka lakukan cara muler (melahirkan bahu depan terlebih dahulu).
c.Cara Muller
 Penegluaran bahu dan tangan sacara muller
dilakukan jika dengan cara brach bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
 Melahiran bahu depan terlebih dahulu dengan
menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan.
 Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan
langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
e. Cara Louvset (diakukan bila lengan bayi terjungkit di
belakang kepala/nucbal arm) .
 Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi
dengan kedua tangan.
 Memutar bayi 180⁰ dengan lengan bayi yang
terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang nuchal.
 Memutar kembali 180⁰ ke arah yang berlawanan ke
kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan
lengan dilahirkan secara klasik/muler.
f. Cara Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara
manual aid/bila dengan bracht belum lahir).
 Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah-olah menunggang kuda (untuk
penolong kidal meletakkan badan bayi di atas
tangan kanan).
 Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di
maksila.
 Tangan kanan memegang/mencekram bahu tengkuk
bayi.
 Minta seseorang asisten menekan fundus uteri.
 Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan
fundus uteri penolong persalinan melakukan tarikan
kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing
jari yang dimasukkan untuk menekan dagu/mulut.
Cunan Viper : digunakan kalau pengeluaran kepala bayi
dengan bracht atau mauriceau gagal.
Caranya : tangan dan badan bayi dibungkus kain steril,
diangkat ke atas, cunan viper dipasang melintang
terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik.
VII.PENANGANAN BAYI LAHIR
 Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletkan bayi di tempat yang memungkinkan).
 Segera mengeringkan bayi, membukuskan kepala dan
badan bayi kecuali bagian tai pusat.
 Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira
3cm dari pusat bayi. Melakukan urutan tali pusat mulai dari
klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (kearah ibu).
 Memegang tali pusat dengan mengunakan satu tangan,
melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
diantra kedua klem tersebut (tunggu bila tali pusat tidak
berdenyut).
 Mengganti handuk yang basah dengan kain yang kering dan
bersih untuk menyelimuti bayi.
 Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika
ibu menghendaki.

VI. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA


TIGA.
 Meletakkan kain bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk mengetahui adakah janon kedua.

 Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik.


 Dalam waktu 1 menit setelah melahirkan bayi, memberikan
suntikkan oksitosin 10 unit IM 1/3 paha kanan atas ibu
bagian luar, setelah mengaspirasikan terlebih dahulu.

VI. PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI.


 Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10cm dari
vulva.
 Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu,
tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah belakang
(dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah
30 detik, menghetikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kotraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi ibu atau seseorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan
putting susu ibu.
VI. MENGELUARKAN PLASENTA
 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran
sambil menarik tali pusat kearah bawah dan keudian
kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada urterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit.
o Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
o Menilai kandung kemih dan mengkaterisasi
kandung kemih dengan menggunakan
tekhnik aseptic jika perlu.
o Meminta keluarga untuk membuat rujukan .
o Mengulangi penanganan tali pusat selama 15
menit.
o Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
 Jika plasenta terlilhat introitus vagina, melanjutkan kelairan
plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilih.
Dengan lembut dan bertahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
steril dan memeriksa vagina serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem
atau forceps steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
VI. PEMIJATAN UTERUS
 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakuakan massage uterus, meletakkan telapak tangan
difundus dan melakukan massage dengan gerakkan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
VI. MENILAI PERDARAHAN
 Memriksa kedua sisa plasenta baik yang menempel ke ibu
maupu ke janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakka
pkasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
massage selam 15 detik mengambil tindakkan yang
sesuai.
 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
pervaginam.

VI. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN.


 Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan
baik. Mengevakuasi perdarahan pervaginam.
 Mencelupkan kedua tangan yang memakai saarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang
masih bersarung tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih.
 Menepatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan talil disinfeksi tingkat tinggi
dengan sampul mati disekeliling tali pusat sekitar 1cm dari
pusat.
 Melepaskan klem dan meletakkanya di dalam larutan klorin
0,5%.

 Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya


dengan handuk atau kain kering dan bersih.

 Menganjuran ibu untuk memulai pemberian ASI

VI. KEBERSIHAN DAN KEAMANAN


 Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi.

 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam


tempat sampah yang sesuai.
 Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi membersihkan cairan ketuban, lender dan
darah.

 Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu


memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

 Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk


melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilasnya
dengan air bersih.
 Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5% membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

EVALUASI
 Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada 2jam pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,lakukan
penjahitan dengan anesthesi local dan menggunakan teknik
yang sesuai.
 Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
massage uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

 Mengevaluasi kehilangan darah.


 Memeriksa tekana darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1jam pertama pasca persalinan.
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan.
DOKUMENTASI .
Melengkapi partograf.

Anda mungkin juga menyukai