I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanggal : .............................
II
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui di : Jakarta
Tanggal : ...............
Pembimbing
III
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui di : Jakarta
Tanggal : ...............
Pembimbing
IV
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
(.......................................)
Penguji 1
(.......................................)
Disetujui di : Jakarta
Tanggal : ................
V
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui di : Jakarta
Tanggal : ...............
VI
DAFTAR ISI
VII
2.3.2. Kadar Air................................................................................................18
2.3.3. Kadar Abu...............................................................................................19
2.3.4. Berat Ekivalen........................................................................................19
2.3.5. Kadar Metoksil.......................................................................................20
2.3.6. Kadar Asam Galakturonat.....................................................................20
2.3.7. Derajat Esterifikasi................................................................................20
2.4. Ekstraksi.........................................................................................................21
2.4.1. Asam Asetat............................................................................................22
BAB III...........................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................23
3.1. Bahan dan Alat...............................................................................................23
3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian:.................................23
3.1.2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian..........................................23
3.2. Prosedur Penelitian........................................................................................24
3.2.1. Analisa Kuantitatif.................................................................................24
3.2.2. Diagram Alir Penelitian.........................................................................26
BAB IV............................................................................................................................27
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................27
4.1. Hasil.................................................................................................................27
4.1.1. Rendemen Pektin....................................................................................27
4.1.2. Analisa Kuantitatif.................................................................................27
4.2. Pembahasan....................................................................................................28
4.2.1. Pengaruh konsentrasi Asam Asetat dan waktu ekstraksi terhadap
rendemen pektin.....................................................................................................28
4.2.2. Karakterisasi Pektin...............................................................................29
BAB V.............................................................................................................................30
PENUTUP.......................................................................................................................30
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................30
5.2. Saran...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................31
LAMPIRAN.....................................................................................................................33
Dokumentasi penelitian :...........................................................................................33
Perhitungan Analisa karakterisasi pektin :..............................................................36
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1
teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan gel. Semakin
tinggi derajat metilasi semakin tinggi suhu pembentukan gel.
1.3. Hipotesa
1. Adanya pengaruh konsentrasi pelarut terhadap rendemen pektin
hasil.
2. Adanya pengaruh waktu ekstraksi terhadap rendemen pektin hasil.
2
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah waktu ekstraksi dan
konsentrasi pelarut.
Variabel Tetap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pisang
2.1.1. Deskripsi Tanaman Pisang
Tanaman pisang tergolong famili Musaceae yang termasuk
kedalam genus Musa dengan 2 spesies liar yaitu Musa acuminata
Colla dan Musa Balbisiana Colla (Simmonds, 1996). Persilangan
keduanya menghasilkan keturunan yang memiliki tingkat ploidi
yang beragam. Pisang budidaya yang diturunkan secara murni dari
3
spesies Musa acuminata diberi simbol AA, yang triploid diberi
simbol AAA dan tetraploid AAAA. Adapun hasil persilangan Musa
acuminata dan balbisiana yang triploid diberi simbol AAB atau
ABB. Pisang Musa acuminata (AA) enak dimakan, sedangkan
pisang Musa balbisiana (BB) tidak enak dimakan dan selalu berbiji
(Simmonds & Shepherd, 1995)
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Pisang Berdasarkan Genom
(Valmayor et,al, 1991)
4
karena pisang termasuk ke dalam buah yang mengandung gizi
lengkap. Menurut ilmuan dari Universitas John Hopkins di
Amerika Serikat bahwasannya potasium yang terkandung dalam
buah pisang sangat membantu dalam proses pemindahan garam
dalam tubuh, sehingga dapat cepat menurunkan tekanan dalam
darah (Mulyati, 2005)
Berikut data kandungan pisang berdasarkan genotipnya.
Tabel 2.2. Kandungan Buah Pisang (Florent, et.al.,2015)
Genotip
Kandungan Pisang
AAA AAB ABB
Kandungan proksimat (% berat kering)
Kadar air 92,29 93,73 92,88
Kadar abu 12,25 9,88 15,69
Total Karbohidrat 22,36 62,19 45,73
Protein 10,35 8,89 10,06
Lemak 4,95 8,81 15,69
Total Serat makanan 45,28 9,40 16,94
Komposisi makromineral (mg/100g)
Kalsium 687 570 482
Magnesium 273 211,3 232
Posfor 211 217 296,6
Kalium 6480 5246,6 5016,6
Natrium 4,7 6,4 5,1
Komposisi mikromineral (mg/100g)
Fe 158,13 166,16 151,26
Cu 5,43 3,07 3,07
Zn 22,53 17,20 22,52
Mn 46,60 37,30 32,46
5
keasaman tanah (pH) sekitar 4,5-7,5. Curah hujan 2000-2500
mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah
mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka
tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2008).
Pohon pisang menyerupai tanaman herbal Perennial (tetap
hijau) dengan tinggi pohon 2-9 m (Verheij & Coronel, 1992).
Tanaman pisang berbatang sejati. Batang sejati tanaman pisang
tersebut berupa umbi batang yang berada di dalam tanah. Batang
tanaman pisang bersifat keras dan memiliki titik tumbuh (mata
tunas) yang akan menghasilkan daun dan bunga pisang. Sementara
bagian yang berdiri tegak menyerupai batang adalah batang semu
yang terdiri atas pelepah-pelepah daun panjang (kelopak daun)
yang saling membungkus dan menutupi, dengan kelopak daun yang
lebih muda berada pada bagian dalam. Dengan demikian,
kedudukannya kuat dan kompak, tampak seperti batang. Batang
semu tanaman pisang bersifat lunak dan banyak mengandung air
(Cahyono, 2009)
Akar pohon pisang tumbuh pada umbi batang, berupa akar
serabut dan tidak memiliki akar tunggang (Cahyono, 2009). Akar
pisang tumbuh menyebar 4-5 m ke arah lateral (menyamping) dan
75-150 cm ke arah pusat bumi tergantung kepada varietasnya
(Verheij & Coronel, 1992).
Tunas pisang berbentuk silinder pseudostem dengan pelepah
daun yang bertumpuk dan melingkari satu dengan lainnya sehingga
menghasilkan gulungan yang keras berdiameter 20-50 cm. Daun
yang baru tumbuh mulai dari bagian tengah kumpulan dahan terus
menjalar ke atas melewati bagian tengah dari pseudostem dengan
helaian daun yang melingkar tebal (Verheij & Coronel, 1992).
Daun pisang yang telah membuka berbentuk seperti bujur
mata pisau dengan panjang sekitar 150-400 cm dan lebar 70-100
6
cm dengan daun yang menempel pada dahannya berbentuk rapih
dan urat-uratnya tersusun sejajar (Verheij & Coronel, 1992). Daun
pisang memiliki lapisan lilin pada permukaan bagian bawahnya
serta tidak memiliki tulang daun pada bagian pinggirnya sehingga
daun pisang mudah sekali robek bila terhempas angin (Cahyono,
2009)
Bunga tanaman pisang berbentuk bulat lonjong dengan
bagian ujung runcing. Bunga tanaman pisang yang baru muncul,
biasa disebut jantung pisang. Bunga tanaman pisang terdiri atas
tangkai bunga, daun penumpu bunga atau pelindung bunga
(seludang bunga) dan mahkota bunga. Seludang bunga berwarna
merah tua, tersusun secara spiral, berlapis lilin dengan ukuran
panjang 10-25 cm. Seludang bunga akan rontok setelah bunga
mekar. Mahkota bunga berwarna putih dan tersusun melintang
sebanyak dua baris. Bunga tanaman pisang berkelamin satu dengan
benang sari berjumlah lima buah. Bakal buah berbentuk persegi
(Cahyono, 2009)
7
Gambar 2.1. Pisang Uli (Kuntarsih, 2012)
8
10,09%; 18,01% serat kasar; 5,17% lemak; 55, 59% bahan kering;
kalsium 0,36%,; fosfor 0,10% dan energi sebesar 3727 kkal/kg
(Adlin, 2008) serta mengandung gula berupa glukosa 14,6% dan
sukrosa 56% (Goewert & Nicholas, 1980).
2.2. Pektin
2.2.1. Senyawa Pektin
Kata pektin berasal dari bahasa latin “pectos” yang berarti
pengental atau yang membuat sesuatu menjadik keras/padat. Pektin
ditemukan oleh Vauquelin dalam jus buah sekitar 200 tahun yang
9
lalu. Pada tahun 1790, pektin belum diberi nama. Nama pektin
pertama kali digunakan pada tahun 1824, yaitu ketika Braconnot
melanjutkan penelitian yang dirintis oleh Vauquelin. Braconnot
menyebut substansi pembentuk gel tersebut sebagai asam pektat
(Herbstreith and Fox, 2005).
Pektin adalah polisakarida kompleks bersifat asam yang
terdapat dalam jumlah yang bervariasi, terdistribusi secara luas
dalam jaringan tanaman, umumnya terdapat di dalam dinding sel
primer dan khususnya di sela-sela antar selulosa dan hemiselulosa.
Pada dasarnya semua tanaman yang berfotosintesis tanpa
terkecuali mengandung pektin namun dalam jumlah yang berbeda
bergantung kepada jenis tanaman dan tingkat kematangannya
(McCready, 1965). Pektin dalam sel tumbuhan berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan, morfogenesis, pertahanan, adhesi
sel, pembentuk struktur dinding sel, agen pengenal, pengembang
sel, dinding penyerap, perkembangan tabung serbuk sari, pengikat
ion, dan perkembangan buah (O’Neill et al.,1990. Willats et
al.,2001). Pektin juga berperan dalam memberikan kekuatan dan
kelenturan pada jaringan tumbuhan ketika berinteraksi dengan
komponen dinding sel yang lain (Carpita and Gibeaut, 1993).
Fungsi lain dari Pektin ialah berfungsi sebagai bahan perekat
antara dinding sel yang satu dengan yang lainnya (Hasbullah,
2001). Pada dinding sel tanaman, pektin berikatan dengan ion
kalsium sehingga memiliki fungsi untuk memperkuat dinding sel
(Wang, et. al, 2002).
Pada umumnya senyawa-senyawa pektin dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok senyawa, yaitu asam
pektat, asam pektinat (pektin), dan protopektin.
Asam Pektat adalah senyawa pektin yang tidak
mengandung gugus metal ester dan terdapat pada buah yang terlalu
matang serta sayuran busuk. Pada asam pektat, gugus karboksil
asam galakturonat dalam ikatan polimernya tidak teresterkan.
Asam pektat dapat membentuk garam seperti halnya asam-asam
10
lain dan terdapat dalam jaringan tanaman sebagai kalsium atau
magnesium pektat. Asam pektinat yang disebut juga dengan pektin,
dalam molekulnya terdapat ester metil pada beberapa gugus
karboksil sepanjang rantai polimer dari galakturonat. Bila pektinat
mengandung metil ester yang cukup, yaitu sekitar 50% dari seluruh
karboksil, maka disebut dengan pektin. Pektin juga dapat
membentuk garam yang disebut dengan garam pektinat, dan dalam
bentuk garam inilah pektin tersebut berfungsi dalam pembuatan jeli
dengan gula dan asam (Winarno, 2004).
Protopektin merupakan istilah untuk senyawa-senyawa
pektin yang tidak larut, yang banyak terdapat pada jaringan
tanaman yang muda. Bila jaringan-jaringan tanaman ini dipanaskan
dalam air yang juga mengandung asam, protopektin dapat berubah
menjadi pektin yang mudah terdispersi dalam air (Winarno, 2004).
11
Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat
saling berikatan dengan ion atau sehingga berkas-berkas
polimer berlekatan satu sama lain. Ini menyebabkan rasa lengket
pada kulit (Anonim, 2010).
Pektin berisikan ratusan sampai ribuan unit sakarida yang
berada dalam ikatan seperti konfigurasi, hal ini didasarkan kepada
bobot molekul yang berkisar antara 50.000 sampai 150.000 dalton.
Gula netral juga terdapat dalam untaian pektin ini. Rhamnosa
merupakan komponen terkecil dalam untaian inti dan dapat
menjadikan rantai untaian pektin yang kusut menjadi lurus, dan
gula netral yang lain seperti arabinosa, galaktosa, xylosa juga
terdapat pada sisi rantainya (Oakenful, 1991).
Molekul pektin tidaklah lurus, melainkan bergulung dengan
ikatan hidrogennya lebih sedikit ketimbang ikatan hidrogen dalam
polimer lurus seperti selulosa (Deman, 1989). Sterling (1963)
menunjukan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh konformasi
rantai, posisi polar gugus hidroksi C2 dan C3, tidak ada tarik
menarik antara gugus hidroksil ini dengan gugus metil dan muatan
yang ditimbulkan oleh gugus karboksil yang terdisosiasi.
12
sedangkan pektin dengan kadar metoksil rendah larut dalam alkali
dan asam oksalat. Pektin tidak dapat larut dalam aseton dan
alkohol (Kirk dan Othmer, 1952).
Menurut Towle dan Christensen (1973) kelarutan pektin
dalam air ditentukan oleh jumlah gugus metoksil, distribusinya,
dan bobot molekulnya. Secara umum, kelarutan akan meningkat
dengan menurunnya bobot molekul dan meningkatnya gugus metil
ester. Namun pH, suhu, jenis pektin, garam dan adanya zat organik
seperti gula juga mempengaruhi kelarutan pektin.
13
Kulit 17,44
Daging buah 17,63
Kubis 4,57
Wortel 7,14
Bayam 11,58
14
Pektin termasuk jenis serat pangan yang larut air dan mudah
difermentasi oleh mikroflora usus besar (Gallaher, 2000).
Dalam hal menurunkan kadar kolesterol, telah dilaporkan
bahwa pektin dapat menurunkan koleterol darah dengan baik
(Sriamonsark, 2001). Mengkonsumsi sekurangnya 6g/hari dapat
menurunkan kadar kolesterol secara signifikan (Ginter et al.,1979).
Mietinnen dan Tarplia (1977) melaporkan terjadi pengurangan
kolesterol dalam serum sebanyak 13% setelah 2 minggu
pengobatan menggunakan pektin.
15
dalam dinding sel tanaman, juga dapat menyatukan satu molekul
pektin yang lain sehingga terbentuk suatu jaringan yang dapat
merangkap air (Nurhikmat, 2003). Meyer (1978) menyatakan
bahwa protopektin merupakan molekul dengan berat yang tinggi,
terbentuk dari beberapa rantai molekul pektin atau dengan polimer
lainnya. Protopekin tidak dapat larut dalam air karena berada
dalam bentuk garam-kalsium-magnesium pektinat. Proses
pelarutan protopektin menjadi pektin terjadi karena adanya
penggantian ion kalsium dan magnesium oleh ion hidrogen
ataupun dikarenakan putusnya ikatan antara pektin dengan
selulosa. Semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen, maka semakin
tinggi pula kemampuan menggantikan ion kalsium dan
magnesium, dengan kata lain kemampuan untuk memutuskan
ikatan pektin dengan selulosa akan semakin tinggi pula sehingga
pektin yang larut akan bertambah (Meyer,1978).
Kisaran tingkat keasaman (pH) pada ekstraksi pektin adalah
1,2-3,0. Jika pH terlalu rendah, maka protopektin tidak dapat
berubah menjadi pektin secara optimal. Demikian juga apabila pH
terlalu tinggi maka pektin akan berubah menjadi asam pektat
sehingga tidak dapat membentuk gel (Manalo, et.al, 1985).
Menurut Towle dan Christensen (1973) kelarutan pektin
dalam air ditentukan oleh jumlah gugus metoksil, distribusinya dan
bobot molekulnya. Secara umum kelarutan akan meningkat dengan
menurunnya bobot molekul dan meningkatnya gugus metil ester.
16
Kadar Air Maks 12%
Kadar Abu Maks 10%
Kadar Asam Galakturonat Min 35%
Derajat Esterifikasi
Rendemen (%) =
17
abu dalam pektin semakin rendah (Budiyanti et.al., 2008 dalam
Tarigan et.al., 2012).
Prinsip penetapan kadar abu adalah bahan dipanaskan pada
tempratur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi
dan menguap, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan
unsur anoranik (DepKes, 2000).
Perhitungan Kadar Abu :
18
menentukan kemurnian dan derajat esterifikasi, serta untuk
mengevaluasi sifat fisik dari pektin (Ranggana, 1997)
Perhitungan Kadar Asam Galakturonat :
Kadar (%) =
2.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Depkes RI, 2000). Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif
yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat,
karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam
berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang
terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Atikah,2013).
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi
adalah jenis dan mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik, harus
memenuhi persyaratan :
19
Selektif dapat melarutkan semua zat wangi dengan cepat sempurna
dan sedikit mungkin melarutkan bahan lain seperti lilin, pigmen,
senyawa albumin.
Pelarut harus mempunyai tiitk didih yang seragam dan cukup rendah
agar pelarut mudah diuapkan.
Pelarut tidak mudah larut dalam air.
Pelarut harus bersifat inert dan tidak mudah terbakar.
Harga pelarut harus serendah mungkin dan mudah didapat.
Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
adalah Asam Asetat.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
21
Kulit pisang dicuci dan dipotong menjadi potongan-potongan kecil,
lalu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar air. Setelah kering
kulit pisang tersebut dihaluskan menggunakan blender. Masukkan 10 gram
kulit pisang kering tersebut ke dalam labu. Sebagai pelarut digunakan Asam
Asetat dengan Normalitas 0.05 N, 0.1 N, dan 0.15 N sebanyak 200 ml.
Sampel diekstraksi pada kondisi operasi yaitu pada suhu 80°C. Waktu
ekstraksi dihitung saat tercapai kondisi operasi sesuai variable percobaan
yaitu 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Setelah diekstraksi, bahan disaring
dengan kertas saring dalam keadaan panas. Filtrat dari hasil penyaringan
ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1: 1 sambil
diaduk-aduk sehingga terbentuk endapan. Pengendapan selama 24 jam.
Presipitat dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring dengan
menggunakan kertas saring. Lakukan pemurnian presipitat dengan
menggunakan etanol secara berulang-ulang. Setelah itu keringkan dalam
oven pada suhu 37-450C sampai diperoleh berat yang konstan. Pektin kering
ditimbang sebagai hasil.
22
(ii) Timbang 0,5000 g pektin dalam cawan porselen yang telah
diketahui bobotnya, kemudian masukkan kedalam tanur
pada suhu 600 °C selama 4 jam.
(iii) Residu kemudian didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang untuk mengetahui berat konstan.
23
3.2.2. Diagram Alir Penelitian
Ampas C Penyaringan
),
9
0
ethanol 96% Filtrat
m
e
n
it Pengendapan
(24 jam)
Pengeringan
400C (4-5 jam)
Analisa Pektin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
24
Konsentrasi Waktu Berat Sampel Rendemen Rendemen
Suhu Pektin
Asam Ekstraksi Kulit Pektin
(°C)
Asetat (N) (Jam) Pisang (g) (g) (%)
0,05 1 10,0023 0,2473 2,47
0,1 1 10,0037 0,3839 3,84
0,15 1 10,0021 0,5024 5,02
0,05 1,5 10,0017 0,3382 3,38
80 0,1 1,5 10,0025 0,4573 4,57
0,15 1,5 10,0019 0,5642 5,64
0,05 2 10,0034 0,5028 5,03
0,1 2 10,0038 0,6622 6,62
0,15 2 10,0026 0,8145 8,14
4.2. Pembahasan
25
Grafik diatas menunjukkan bahwa rendemen pektin
terbesar diperoleh pada konsentrasi 0.15 N dengan waktu ekstraksi
selama 2 jam dengan nilai 8.14 %, sedangkan rendemen pektin
terkecil diperoleh pada konsentrasi 0.05 N dengan waktu ekstraksi
selama 1 jam dengan nilai 2.47 %. Grafik diatas juga menujukkan
bahwa semakin lama waktu ekstraksi dan semakin tinggi
konsentrasi pelarut, maka semakin besar pula rendemen pektin
yang dihasilkan
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kulit pisang uli dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
pektin dengan dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut Asam Asetat. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa temperature berpengaruh terhadap
rendemen pektin, semakin besar temperatur maka semakin besar pula
rendemen pektin yang didapatkan, begitu juga waktu esktraksi, semakin
lama waktu ekstraksi maka semakin besar pula rendemen pektin yang
didapatkan.
Pektin yang dihasilkan belum termasuk ke dalam standar pektin
menurut International Pectin Association dikarenakan hasil berat ekivalen
dan kadar air belum memenuhi spesifikasi. Dari data yang di dapatkan,
27
pektin dari kulit pisang uli ini termasuk ke dalam pektin bermetoksil rendah,
karena kadar metoksil yang didapatkan kurang dari 7,12 %. Pektin yang
dihasilkan juga termasuk ke dalam pektin berester rendah, karena kadar
derajat esterifikasi yang didapatkan kurang dari 50 %.
Berdasarkan hasil karakterisasi, di peroleh nilai berat ekivalen
1857 mg, kadar metoksil 3,15 %, kadar asam galakturonat 55,81 %, kadar
air 13,06, kadar abu 4,94 %, danderajat esterifikasi 32,08 %.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan
penambahan variabel konsentrasi pelarut, waktu, jenis pelarut, serta suhu
sehingga didapat jumlah pektin yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Sofiana, H., Triaswuri, K., Sasongko. S.B. (2012). Pengambilan Pektin Dari Kulit
28
Towle, G. A. dan Christensen (1973) Pectin. Dalam R. L Whistler (ed). Industri
Winamo, F. G., (2003). Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. Bogor, Gramedia,
CetakaN
Kohn, R. (1982). Binding of Toxic Cation to Pectin, Its Oligomeric Fragment and
Goewert, R.R. and H.J. Nicholas, 1980. Banana Peel Sugars As A Source of Food
Gramedia pustaka
Ginter, E., et al. (1979). Natural Hypocholestrolemic Agent: pectin plus acorbic
406-408
Herbstreith, K, dan G. Fox. 2005. Pectin. Herbstreith & Fox Corporete Group.
German
29
McCREADY, R.M. Extraction of The Pectin From The Citrus Pells and
(1965)167-170
O’Neill, M., Albersheim, P., Darvill, A., 1990. The pectic polysaccharides of
primary cell wall. In: dey, D.M. (Ed), Methods In Plant Biochemistry,
LAMPIRAN
Dokumentasi penelitian :
30
Penghalusan dan pengeringan kulit pisang
Proses ekstraksi
31
Proses pengendapan
32
Rendemen pektin
= = 1857 mg
=3,15 %
33
=
=55,81 %
=13,06 %
=4,94 %
=32,08 %
34