Anda di halaman 1dari 27

Kegiatan Kepelabuhanan Dan Potensi Pencemaran Di Pelabuhan

Berbagai kegiatan yang baik di perairan pelabuhan maupun di daratan pelabuhan


dapat mengakibatkan pencemaran di kawasan pelabuhan. Pencemaran perairan, baik itu di
kolam pelabuhan, alur maupun ambang luar merupakan isu pokok masalah lingkungan di
pelabuhan. Pencemaran ini terjadi karena masuknnya limbah dalam bentuk cair maupun
padat ke dalam perairan pelabuhan. Buangan limbah ini meyebabkan kualitas air laut turun
sampai tingkat tertentu.

Kegiatan Kepelabuhanan

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan


bahwa untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan umum, ditetapkan batas-batas daerah
lingkungan kerja dan derah lingkungan kepentingan kepelabuhanan berdasarkan rencana
induk yang telah ditetapkan. Batas – batas derah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan umum ditetapkan dengan koordinat geografis untuk menjamin
kegiatan pelabuhanan.

Sumber Pencemaran

Sumber pencemaran lingkungan di wilayah perairan pelabuhan yang berasal dari daratan
adalah dari kegiatan :

1. Industry
2. Perkantoran
3. Permukiman
4. Bongkar – muat penumpang
5. Pengurungan/reklamasi
6. Erosi lahan
7. Limbah domestic
Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan di laut antara lain;
1. Kegiatan pelayaran
2. Pengerukan alur/kolam

Beberapa sumber penghasil limbah ini merupakan asal mula terjadinya pencemaran di
perairan pelabuhan. Pada umumnya limbah yang dihasilkan tersebut berbentuk padat, cair
dan gas maupun kebisingan.
Air Bersih dan Ruang Lingkupnya

Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah murni. Air
alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam juga mengandung
miroorganisme. Apabila kandungan air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak layak
diminum masih bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya irigasi, industry, maupun
kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan masih banyak yang
lainnya.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari dan memiliki peranan penting dalam kawasan perencanaan. Dimana bersumber
dari air permukaan (sungai) dan dari mata air pegungungan yang dikelolah oleh PDAM dan
masyarakat. Sasaran rencana kebutuhan air bersih dikategorikan berdasarkan kebutuhan
penduduk dan kebutuhan aktivitas.

Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan yang digunakan untuk menunjang
segala kegiatan manusia yang meliputi kebutuhan air domestik dan non domestik, air irigasi
dan pengelontoran kota.

Dalam dokumen kementrian PU, berupa Petunjuk Teknis Penyadaian Sistem


Penyediaan Air Minum Perkotaan (1998), disebutkan bahwa standar kebutuhan air bersih per
orang beda menurut kategori kota dan jumlah penduduk dimana mereka berada. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Standar Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota


Jumlah Penduduk Konsumsi Air
Kategori Kota
(orang) (1/orang/hari)
Metropolitan Lebih dari 1.000.000 190
Besar 500.000 - 1.000.000 170
Sedang 100.000 - 500.000 150
Kecil 20.000 - 100.000 130
Kota Kecamatan 3.000 - 20.000 100
Desa Kurang dari 3.000 60
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum
Perkotaan, 1998.
Perhitungan Kebutuhan Air

1. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)


Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti; masak,
minum, mencuci dan keperluan lainnya. Dimana satuan yang digunakan adalah
liter/orang/hari
2. Kebutuhan Air Non Domestik
Standar Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar
keperluan rumah tangga termasuk industry, komersial, dan sara penunjang yang
mencakup kebutuhan perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas
lainnya.

Tabel. Standar Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota


Sektor Nilai Satuan
Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari
Puskesmas 200 Liter/unit/hari
Masjid 5 Liter/orang/hari
Kantor 10 Liter/pegawai/hari
Pasar 12000 Liter/hektar/hari
Hotel 150 Liter/bed/hari
Rumah Makan 100 Liter/tempat duduk/hari
Kompleks Militer 60 Liter/orang/hari
Kawasan Industri 0.2-0.8 Liter/detik/hari
Kawasan Pariwisata 0.1-0.3 Liter/detik/hari
Stasium/Terminal 3 Liter/penumpang/hari
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

Tabel. Standar Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota


Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 Liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari
Masjid 5 Liter/orang/hari
Pasar 12000 Liter/hektar/hari
Komersial Industri 150 Liter/bed/hari
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
Berdasarkan pada Pedoman/Petunjuk Teknis dan Manajemen Air, Depkimpraswil,
(2002), kebutuhan harian maksimum dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata dengan
menggunakan pendekatan sebagai berikut.

Kebutuhan Harian Maksimum = (1.1-1.5) x kebutuhan air rata-rata

Dengan mempertimbangkan pengunjung pada hari puncak untuk kota kecil maka
yang digunakan adalah 1.3.

Air Limbah dan Lingkupnya

1. Defenisi Air Limbah


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dalam bentuk sampah, air kakus, (black water), air
buangan dari aktivitas domestik lainnya (grey water)
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2007 bahwa
air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat digunakan kembali karena
mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar mandi, dan cuci
dengan kuantitas antara 50-80% dari rata-rata pemakaian air bersih (120-140
liter/orang/hari)
Adapun karakteristrik air limbah secara umum :
a. Berukuran mikro
b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebarannya)
d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
2. Standar Kualitas dan Efisiensi Pengolahan
Untuk menentukan tingkat pengolahan yang akan diterapkan dalam perencanaan
perlu dilakukan penentuan efisiensi pengolahan yang akan dicapai. Didalam
pengolahan kualitas air dikenal 2 macam standar kualitas air yaitu:
a. Stream Standard (Standar Aliran)
Stream Standard adalah karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi sumber air
yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air tersebut,
kemampuan mengencerkan, dan membersihkan diri terhadap beban pencemaran.
b. Effluent standard ( Standar buangan)
Adalah karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi air limbah yang akan
disalurkan ke sumber air dimana didalam penyusunannya telah
dipertimbangkan pengaruh terhadap pemanfaatan sumber air yang
menampungnya.
3. Sistem Jaringan Perpipaan Air Limbah
Pengolahan secara terpusat dilakukan dengan menggunakan sebuah IPAL
yang jenisnya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan seperti aspek ekonomi,
aspek teknis, dan sebagainya. Pengaliran limbah cair dilakukan dengan pipa air kotor
(sewerage) yang terpisah dari saluran drainase. Pipa air kotor tersebut terdiri dari pipa
primer (pipa utama) yang menuju IPAL, pipa sekunder dan tersier dengan sistem
pengaliran secara gravitasi menuju IPAL. Agar penyaluran air limbah melalui sistem
perpipaan dengan cara gravitasi dapat terlaksana dengan baik maka perletakan pipa
akan sangat bergantung dari topografi dan permukaan tanah di daerah pelayanan.
4. Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
Dalam proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan
senyawa organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas
mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut. Proses
pengolahan air limbah dengan aktifitas mikro-organisme biasa disebut dengan proses
biologis. Yaitu Aerob dan Anaerob dimana perbedaannya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel. Perbandingan Sistem Pengolahan Aerob dan Anaerob


Parameter Aerob Anaeron
Kebutuhan energi Tinggi Rendah
Tingkat
60-90% 95%
pengolahan
Produksi lumpur Tinggi Rendah
Stabilitas proses
terhadap toksik dan Sedang sampai tinggi Rendah sampai sedang
perubahan beban
Tinggi untuk beberapa limbah
Kebutuhan nutrient Rendah
industri
Bau tidak terlalu berpotensi berpotensi
Kebutuhan Tinggi untuk beberapa limbah
Rendah
alkalinitas industri
Produksi biogas tidak ada ada
Start-up time 2-4 minggu 2-4 bulan
Sumber : Eckenfelder,1998

Perbandingan antara aerob dan anaerob tersebut menjadi dasar pemilihan unit
pengolahan biologi yang tergantung dari karakteristik air limbah yang akan diolah.
Rencana Desain IPAL

Desain bangunan utama IPAL biofilter yang direncanakan adalah sebagai berikut :
a. Bak equalisasi/ Bak pengumpul terbuat dari pasangan batu bata,
bentuk persegi panjang dilengkapi dengan Bar Screen berupa kawat
yang terbuat dari stainlies.
b. Bak Sedimentasi/ Bak pengendapan awal terbuat dari pasangan batu bata
dan tertutup yang dilengkapi dengan lubang kontrol, bak berbentuk persegi
panjang, air limbah masuk melalui pipa inlet secara gravitasi,
pemeliharaan dengan cara pengurasan manual. Kriteria perencanaan menurut
standar JWWA dalam Said (2006) adalah :
- Waktu tinggal (Retention time)
rata – rata = 3-5 jam
- Beban permukaan (surface loading)
= 20-50 m3/m2/hari.
c. Reaktor Biofilter Anaerob, reaktor ini dipasang secara seri terhadap
reaktor biofilter aerob, dengan bahan pasangan batu bata berbentuk persegi
panjang tertutup, media filter yang digunakan batu apung dan
kerikil/pecahan batu kali dengan diameter 2-3 cm, fluida/ air limbah
dialirkan secara down flow dan upflow. Kriteria perencanaan menurut
standar JWWA dalam Said(2006) adalah :
- Waktu tinggal total rata – rata
= 6-8 jam
- Tinggi ruang lumpur
= 0,4 m
- Tinggi media pembiakan mikroba
= 0,9-1,5 m
- Tinggi air di atas bed media
= 0,2 m
- Beban BOD per volume media
= 0,4 – 4,7kg BOD/m3/hari
- Beban BOD per satuan permukaan media (La)
= 5-30 g BOD/m2/hari.
d. Kebutuhan oksigen :
Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding dengan jumlah
BOD yang dihilangkan. Aerasi dilakukan dengan menghembuskan udara
dari blower melalui Perforated Pipe diffuser yang dipasang di dalam air
dengan buka– tutup secara otomatis. Jika suplai udara dihentikan maka
diffuser akan tertutup secara otomatis (Siregar, 2005).
e. Bak Pengendap Akhir
Bak pengendap akhir terbuat dari pasangan bata dan tertutup dilengkapi
lubang kontrol, bentuk bak persegi panjang dengan pipa inlet dan
outlet secara gravitasi. Bak ini berfungsi sebagai pengendap akhir
sesuai kebutuhan dan air limpasan masuk ke bak khlorinator. Kriteria
perencanaan menurut standar JWWA dalam Said, (2006 ) adalah :
- Waktu tinggal ( Retention time)
rata – rata = 2-5 jam
- Beban Permukaan (SurfaceLoading)
= 20-50 m3/m2/hari
f. Klorinator (Bak pembubuh Kaporit)
Klorinasi direncanakan dengan alat dosing pump/infuse chlorinator, dimana
larutan klorin pada konsentrasi yang terukur dialirkan ke dalam air limpasan
IPAL melalui saluran selang yang dilengkapi pengatur aliran/kran (Said,
2006).
Perhitungan Desain IPAL

1. Desain Bak Pemisah Lemak/Minyak (Grease Removal)


Bak pemisah lemak/minyak (grease removal) yang direncanakan adalah dengan aliran
gravitasi sederhana. Bak ini dilengkapai dengan bar screen pada bagian inletnya.

Volume bak yang diperlukan:

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
= 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
60 𝑥 24
2. Desain Bak Equalisasi/Bak Sumur Pengumpul
Waktu tinggal di dalam bak (HRT) = 2 -8 jam (JWWA dalam Said, 2006)
Volume bak yang diperlukan:
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
= ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
24

3. Desain Bak Pengendapan Awal/Sedimentasi Awal


Waktu tinggal di dalam bak (HRT) = 2 -8 jam (JWWA dalam Said, 2006)
Volume bak yang diperlukan:
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
= ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
24
Beban Permukaan (Surface Loading):
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
dimana waktu tinggal pada saat beban puncak = 1 jam (asumsi beban limbah 2 x
beban permukaan rata-rata).
4. Desain Bak Biofilter Anaerob
Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar beban BOD per volume media
0,4 -4,7 Kg BOD/m3.hari, (Nusa Idaman Said, BPPT, 2006).
Volume media yang diperlukan:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷
=
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷
Dimana volume reaktor 70% dari total volume media.
Beban BOD per volume media :
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
5. Bak Pengendapan Akhir/Bak Sedimentasi Akhir

Volume bak yang diperlukan:


𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑘
= 𝑥 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
24

Waktu tinggal di dalam bak (HRT) = 2 -4 jam (JWWA dalam Said, 2006)

Beban Permukaan (Surface Loading):


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑘 𝑥 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Adapun hasil perhitungan kebutuhan air limbah pelabuhan bantaeng berdasarkan
kebutuhan air dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. … Produksi Limbah Cair di Terminal Pelabuhan Bantaeng


Kebutuhan
Penumpang Kebutuhan Jumlah air
Jumlah Air Bersih air bersih
Tahun (jiwa) air bersih limbah hari
penumpang/hari (L/org/hari) hari puncak
/tahun (L) puncak (L)
(L)
1 2 3 4 5 = (3 x 4) 6 = (5 x 1.3) 6 = (5 x 80%)
2024 5,678 20 3 61 79 63
2029 17,034 61 3 182 237 189
2034 28,389 101 3 303 394 315
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari Perhitungan air bersih maka diperoleh produksi air limbah di Terminal
Penumpang Pelabuhan Bantaeng untuk jangka pendek adalah 63 L/hari, jangka menengah
189 L/hari dan jangka panjang adalah 315 L/hari.

Tabel. … Produksi Limbah Cair di Mesjid Pelabuhan Bantaeng

Jumlah
Kebutuhan
Penumpang Kebutuhan Jumlah air
Jumlah Air Bersih air bersih
Tahun kapal air bersih limbah hari
Pengunjung (L/org/hari) hari
dalam satu (L) puncak (L)
puncak (L)
trip (orang)
6 = (5 x
1 2 3 = (2 x 0.5) 4 5 = (3 x 4) 6 = (5 x 80%)
1.3)
2024 87 43 5 216 281 225
2029 130 65 5 325 422 337
2034 303 151 5 757 984 787
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari Perhitungan air bersih maka diperoleh produksi air limbah di Mesjid Pelabuhan
Bantaeng untuk jangka pendek adalah 225 L/hari, jangka menengah 337 L/hari dan jangka
panjang adalah 787 L/hari.
Tabel. Produksi Limbah Cair di Kantor Pelabuhan Bantaeng

Kebutuhan
Kebutuhan Air Jumlah air
Jumlah Kebutuhan air air bersih
Tahun Bersih limbah hari
(jiwa)/hari bersih (L) hari puncak
(L/org/hari) puncak (L)
(L)
1 2 3 4 = (2 x 3) 5 = (4 x 1.3) 6 = (5 x 80%)
2024 6 10 60 78 62
2029 11 10 110 143 114
2034 16 10 160 208 166
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari Perhitungan air bersih maka diperoleh produksi air limbah di Kantor Pelabuhan
Bantaeng untuk jangka pendek adalah 62 L/hari, jangka menengah 114 L/hari dan jangka
panjang adalah 166 L/hari.

Tabel. Produksi Limbah Cair di Pos Jaga Pelabuhan Bantaeng

Kebutuhan
Kebutuhan Air Jumlah air
Jumlah Kebutuhan air air bersih
Tahun Bersih limbah hari
(jiwa)/hari bersih (L) hari puncak
(L/org/hari) puncak (L)
(L)
1 2 3 4 = (2 x 3) 5 = (4 x 1.3) 6 = (5 x 80%)
2024 2 10 20 26 21
2029 2 10 20 26 21
2034 2 10 20 26 21
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari Perhitungan air bersih maka diperoleh produksi air limbah di Pos Jaga Pelabuhan
Bantaeng untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang adalah 21 L/hari. Adapun
jumlah produksi air limbah Pelabuhan Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Jumlah Produksi Air Limbah di Pelabuhan Bantaeng

Produksi Limbah (L/hari)


Tahun Pos
Terminal Mesjid Kantor Jumlah
Jaga

2024 63 225 62 21 371


2029 189 337 114 21 662
2034 315 787 166 21 1290
Sumber : Hasil Analisa Tim
Dari perhitungan produksi air limbah di pelabuhan bantaeng maka diperoleh produksi
air limbah untuk jangka pendek adalah 371 L/hari, jangka menengah 662 L/hari dan Jangka
Panjang 1290 L/hari.

Dari jumlah produksi air limbah selanjutnya dapat dihitung desain teknis IPAL
Pelabuhan Bantaeng. Adapun Rekap hitungan dimensi IPAL dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Rekap Dimensi IPAL di Pelabuhan Bantaeng

Vol. Yang Dimensi Bak


No. Nama Bak
diperlukan m3
P L T Freeboard
1 Bak Pre Treatment 0.4 0.74 0.74 0.74 0.2
2 Bak Pemisah Lemak/minyak 0.4 0.74 0.74 0.74 0.2
3 Bak Equalisasi 0.8 0.94 0.94 0.94 0.2
4 Bak Pengendapan Awal 0.8 0.94 0.94 0.94 0.2
5 Bak Biofilter Anaerob 0.8 0.94 0.94 0.94 0.2
6 Bak Pengendapan Akhir 0.8 0.94 0.94 0.94 0.2
Sumber : Hasil Analisa Tim

Adapun gambar rencana design IPAL Pelabuhan bantaeng dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar …. Rencana Desing IPAL Pelabuhan Bantaeng
(Sumber : Hasil Analisa Tim)
Sampah dan Lingkupnya

Defenisi Sampah dan Jenis Sampah

Manusia dan aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk
memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses
pemanfaatan sumber daya tersebut, manusia akan menghasilkan limbah padat atau
disebut juga sampah. Sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa
zat organik maupun anorganik ini bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga langsung dibuang ke lingkungan.
Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008 tentang pengelolahan sampah, bahwa sampah ialah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zar
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna dan dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentukannya, terdapat 2 kategori jenis
sampah yaitu:
1. Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa
organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan
nitrogen. Contohnya : daun-daun, kayu, kertas, tulang, sisa makanan,
sayuran dan buah-buahan.
2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mengandung senyawa
organic, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme.
Contohnya : kaca, kaleng, debu, logam.

Adapun jenis sampah yang disebut limbah bahan berbahaya dan beracun atau
sampah B3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan sesuai defenisi pada Undang-
undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup
yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Komposisi Sampah

Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dapat


dilakukan terhadap sampah. Komposisi menetukan jenis dan kapasitas peralatan, sistem, dan
program penanganannya. Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yang
membentuk suatu kesatuan dalam persentase (%).

Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sampah, karakteristik perilaku


masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda nerdasarkan sampah, karakteristik perilaku
masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganan sampah di sumber
sampah. Pada tabel berikut dapat dilihat komposisi sampah berdasarkan sumber sampah dan
komposisi sampah dari masing-masing sumbernya.

Tabel. Beberapa contoh sumber dan komposisi sampah


No. Sumber Sampah Komposisi Sampah
a. Kertas
b. Karbon
1 Kantor c. Plastik
d. Cartridge printer bekas
e. Sampah Makanan
a. Kertas
b. Kapas bekas
c. Plastik (Pembungkus spuit, spuit bekas)
d. Kaca (botol, obat, pecahan kaca)
2 Rumah Sakit e. Logam ( Jarum sumpit)
f. Perban bekas
g. Potongan jaringan tubuh
h. Sisa-sisa obat
i. Sampah makanan
a. Sampah organik mudah membusuk
b. Kertas/ karton
3 Pasar c. Kayu pengemas
d. Karet
e. Kain
a. Sampah makanan
4 Rumah Makan b. Kertas Pembungkus
c. Plastik Pembungkus
a. Kertas
b. Plastik
5 Lapangan Olahraga
c. Sampah makanan
d. Potongan rumput
a. Ranting/ daun kering
6 Lapangan Terbuka
b. Potongan rumput
a. Kertas
Jalan & Lapangan
7 b. Plastik
Parkir
c. Daun kering
8 Rumah Tangga a. Sampah makanan
No. Sumber Sampah Komposisi Sampah
b. Kertas/karton
c. Plastik
d. Logam
e. Kain
f. Daun, ranting
a. Pecahan bata
b. Pecahan Beton
Pembangunan
9 c. Pecahan Ganting
Gedung
d. Kayu
e. Kertas Plastik
Sumber : Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP, Materi 1 Bidang Sampah,
Dirjen Cipta Karya Kementrian PU, 2011

Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam pengelolaan sampah kota di Indonesia,


sumber sampah dapat dibagi berdasarkan :
1. Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya
2. Pasar
3. Kegiatan komersial seperti pertokoan
4. Kegiatan perkantoran
5. Hotel dan restoran
6. Kegiatan dan isntitusi seperti industry, rumah sakit, untuk sampah u\yang
sejenis sampah permukiman.
7. Penyapuan jalan
8. Taman-taman
Sampah dari masing-masing sumber tersebut dapat dikatakan mempunyai
karakteristik yang khas sesuai dengan besaran dan variasi aktivitasnya. Demikian juga
timbunan (generation) sampah masing-,masing sumber tersebut bervariasi satu
dengan yang lain, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel. Spesifikasi timbunan sampah untuk kota kecil


No Komponen sumber Satuan Volume (L) Berat (Kg)
1 Rumah Permanen orang/hari 2.25-2.50 0.350-0.400
2 Rumah Semi Permanen orang/hari 2.00-2.25 0.300-0.350
3 Rumah non-Permanen orang/hari 1.75-2.00 0.250-0.300
4 Kantor pegawa/hari 0.50-0.75 0.250-0.300
5 Toko/ruko petugas/hari 2.50-3.00 0.150-0.350
6 Sekolah murid/hari 0.10-0.15 0.010-0.020
7 Jalan arteri sekunder m/hari 0.10-0.15 0.020-0.100
8 Jalan kolektor m/hari 0.10-0.15 0.010-0.050
9 Jalan sekunder m.hari 0.05-0.10 0.005-0.025
10 Jalan lokal m/hari 0.20-0.60 0.100-0.300
Sumber : Departemen PU
Tabel. Timbunan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Volume Berat
No Klasifikasi Kota
(L/Orang/Hari) (Kg/Orang/Hari
1 Kota Besar (500.000-1.000.000 jiwa) 2.75 - 3.25 0.70 - 0.80
2 Kota Sedang (100.000-500.000 jiwa) 2.75 - 3.25 0.70 - 0.80
3 Kota Kecil (20.000-100.000 jiwa) 2.50- 2.75 0.625 - 0.70
Sumber : Departemen PU

Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan

Sampah Perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. Dalam menangani pengelolaan
sampah perkotaan ini akan selalu mengacu pada SNI 19-2454-2002 mengenai Tata Cara
Teknik Operasional Sampah Perkotaan. (BSN, 2002).

1. Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah Perkotaan


Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan
pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu
dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Skema teknik operasional
pengelolahan persampahan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar …. Diagram Teknik Operasional Pengelolahan Persampahan


(Sumber : BSN 2002)
2. Pewadahan Sampah
a. Pola Pewadahan
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah
yaitu:
1) Sampah Organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah, sisa makanan
dengan wadah warna gelap.
2) Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya, dengan wadah
warna terang.
3) Sampah Bahan berbahaya beracun rumah tangga, dengan warna merah
yang diberi lambing khusus atau sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Pola Pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilaihan, baik untuk pewadahan individual
maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolahan sampah.
c. Kriteria lokasi dan penempatan wadah
Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:
1) Wadah individual ditempatkan:
o Di halaman muka
o Di halaman belakang untuk sumber sampah dari pelabuhan
2) Wadah komunal ditempatkan:
o Sedekat mungkin dengan sumber sampah
o Tidak mengganggu pemakaian jalan atau sarana umum lainnya
o Di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk
pengoperasiannya
o Di ujung gang kecil
o Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah pejalan kaki)
minimal 100 m jarak antar wadah sampah.
d. Persyaratan bahawn wadah
Persyaratan bahan adalah sebagai berikut:
o Tidak mudah rusak dan kedap air
o Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat
o Mudah dikosongkan

Persyaratan untuk bahan dengan pola individual dan komunal seperti pada tabel
berikut.
Tabel. Karakteristik Wadah Sampah
Pola
Pewadahan Individual Komunal
Karakteristik
Kotak,silinder,container, bin
Kotak,silinder,container, bin
Bentuk (tong), semua bertutup dan
(tong), semua bertutup
kantong plastik
Ringan, mudah dipindahkan Ringan, mudah dipindahkan dan
Sifat
dan mudah dikosongkan mudah dikosongkan
LogaM, plastik, fiberglass, LogaM, plastik, fiberglass, kayu,
Jenis
kayu, bambu, rotan bambu, rotan
Pengadaan Pribadi, instansi pengelola Pribadi, instansi pengelola
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2002

e. Pengadaan wadah sampah


Pengadaan wadah sampah untuk:
o Sampah individual oleh pribadi atau instansi atau pengelola
o Sampah komunal oleh instansi komunal
3. Pengumpulan Sampah
a. Pola Pengumpulan
Diagram pola pengumpulan sampah seperti pada gambar berikut.

Gambar …. Diagram Teknik Operasional Pengelolahan Persampahan


(Sumber : BSN 2002)
Gambar …. Konsepsi ruang masing-masing pola operasional persampahan
(Sumber : BSN 2002)
Keterangan :

Perhitungan Timbunan Sampah di Pelabuhan Bantaeng


Dalam perencanaa infrastruktur persampahan dihitung terlebih dahulu jumlah
timbunan sampah per hari di kawasan Pelabuhan Bantaeng. Berikutnya adalah ukuran tempat
pembuangan sementara (TPS) pada kawasan pelabuhan. Dimana untuk jumlah sampah pada
hari puncak menggunakan range 1.5 (1.1-1.5).
Adapun hasil perhitungan produksi sampah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Timbunan Sampah di Gudang Pelabuhan Bantaeng
Jumlah Produksi Produksi Timbunan
Jumlah
Tahun Barang Sampah/barang Sampah/org/hari sampah pada
Barang/ hari
/tahun (L) (L) hari puncak (L)
1 2 3 4 5 = (3 x 4) 6 = (5 x 1.5)
2024 6374 17 3 52 79
2029 14680 40 3 121 181
2034 22786 62 3 187 281
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari hasil proyeksi bongkat muat barang, jika diasumsikan produksi sampah per
barang adalah 3 liter, maka diperoleh timbunan sampah di Gudang Pelabuhan Bantaeng
untuk jangka pendek adalah 79 L/hari, jangka menengah adalah 181 L/hari dan jangka
panjang adalah 281 L/hari.

Tabel. Timbunan Sampah di Kantor Pelabuhan Bantaeng


Produksi Timbunan sampah
Jumlah Produksi
Tahun Sampah/org/hari pada hari puncak
(jiwa) Sampah/orang
(L) (L)
1 2 3 4= (2 x 3) 5 = (4 x 1.5)
2024 8 0.75 6 9
2029 13 0.75 10 15
2034 18 0.75 14 20
Sumber : Hasil Analisa Tim

Berdasarkan tabel diatas jika diasumsikan produksi sampah/orang adalah 3 liter maka
timbunan sampah di Kantor Pelabuhan Bantaeng untuk jangka pendek adalah 9 L/hari,
jangka menengah adalah 15 L/hari dan jangka panjang adalah 20 L/hari.

Tabel. Timbunan Sampah di Pos Jaga Pelabuhan Bantaeng


Produksi Timbunan sampah
Jumlah Produksi
Tahun Sampah/org/hari pada hari puncak
(jiwa) Sampah/orang
(L) (L)
1 2 3 4= (2 x 3) 5 = (4 x 1.5)
2024 2 1.5 3.00 4.5
2029 2 1.5 3.00 4.5
2034 2 1.5 3.00 4.5
Sumber : Hasil Analisa Tim
Berdasarkan tabel diatas jika diasumsikan produksi sampah/orang adalah 1.5 liter
maka timbunan sampah di Pos Jaga Pelabuhan Bantaeng untuk jangka pendek, menengah
dan jangka panjang adalah 4.5 L/hari.

Tabel. Timbunan Sampah di Terminal Pelabuhan Bantaeng


Penumpang Produksi Produksi Timbunan
Jumlah
Tahun (jiwa) Sampah/barang Sampah sampah pada
penumpang/hari
/tahun (L) org/hari (L) hari puncak (L)
1 2 3 4 5 = (3 x 4) 6 = (5 x 1.5)
2024 5678 16 1.5 23 35
2029 17034 47 1.5 70 105
2034 28389 78 1.5 117 175
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari hasil proyeksi bongkat muat penumpang, jika diasumsikan produksi sampah per
barang adalah 1.5 liter, maka diperoleh timbunan sampah di Terminal Pelabuhan Bantaeng
untuk jangka pendek adalah 35 L/hari, jangka menengah adalah 105 L/hari dan jangka
panjang adalah 175 L/hari.

Tabel. Timbunan Sampah Kapal Penumpang di Pelabuhan Bantaeng


Penumpang Produksi Timbunan
Jumlah Produksi Sampah
Tahun (jiwa) Sampah/kapal sampah pada
barang/hari org/hari (L)
/tahun (L) hari puncak (L)
1 2 3 4 5 = (3 x 4) 6 = (5 x 1.5)
2024 5678 16 2.5 39 58
2029 17034 47 2.5 117 175
2034 28389 78 2.5 194 292
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari hasil proyeksi bongkat muat penumpang, jika diasumsikan produksi sampah per
orang di kapal adalah 2.5 liter, maka diperoleh timbunan sampah di Terminal Pelabuhan
Bantaeng untuk jangka pendek adalah 58 L/hari, jangka menengah adalah 175 L/hari dan
jangka panjang adalah 292 L/hari.
Tabel. Timbunan Sampah Masjid di Pelabuhan Bantaeng
Timbunan sampah
Jumlah Produksi Produksi
Tahun pada hari puncak
(jiwa) Sampah/hari Sampah/hari (L)
(L)
1 2 3 4= (2 x 3) 5 = (4 x 1.5)
2024 43 0.5 22 32
2029 65 0.5 32 49
2034 151 0.5 76 114
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari hasil asumsi pengungjung masjid di Pelabuhan Bantaeng, jika diasumsikan


produksi sampah per orang di masjid adalah 0.5 liter, maka diperoleh timbunan sampah di
Masjid Pelabuhan Bantaeng untuk jangka pendek adalah 32 L/hari, jangka menengah adalah
49 L/hari dan jangka panjang adalah 114 L/hari. Adapun jumlah timbunan sampah di
Pelabuhan Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Jumlah Timbunan Sampah di Pelabuhan Bantaeng

Produksi Limbah (L/hari)


Tahun
Pos Kapal
Terminal Mesjid Kantor Gudang Jumlah
Jaga Pelabuhan
2024 35 32 9 5 79 58 218
2029 105 49 15 5 181 175 529
2034 175 114 20 5 281 292 886
Sumber : Hasil Analisa Tim

Dari perhitungan sampah di setiap sector dapat diketahui timbunan sampah di


Pelabuhan Bantaeng untuk jangka pendek adalah 218 L/hari, jangka menengah adalah 529
L/hari dan jangka panjang adalah 886 L/hari.

Desain Tempat Sampah


Untuk pemodelan tempat sampah dibutuhkan beberapa bentuk wadah sampah untuk
masing-masing fasilitas di Pelabuhan Bantaeng, seperti gudang, terminal penumpang, kapal,
kantor, dan sebagainnya. Ada beberapa kriteria wadah yang digunakan berikut spesifikasinya.
Tabel. Jenis Wadah Sampah Beserta Spesifikasinya
Jenis Wadah Spesifikasi
Kapasitas 50 liter
ukuran 60x40x30 cm
Tempat Sampah tanam 3 in 1
Tiang Besi Tanam atau Moveable
bahan fiberglass
Kapasitas 40 liter
Tempat Sampah Single Kotak ukuran 40x30x26
bahan fiberglass
ukuran 90x50x40 cm
Tempat Sampah beroda tertutup Kapasitas : 120 liter, roda dua buah ukuran 7"
Bahan Fiberglass tebal 5 mm

Contoh gambar untuk tempat sampah yang akan digunakan dapat dilihat sebagai
berikut.

Gambar …. Tempat Sampah Beroda Tertutup (120L)

Gambar …. Tempat Sampah 3 in 1 (50L)


Gambar …. Tempat Sampah Single Kotak (40L)
Adapun jenis dan jumlah wadah yang dibutuhkan di setiap fasilitas pelabuhan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Jenis dan Jumlah wadah yang dibutuhkan setiap fasilitas
Jumlah
Jumlah
Kebutuhan Jumlah Wadah yang Kapasitas
Fasilitas Wadah yang
Harian Digunakan Wadah
Dibutuhkan'
Maksimum
Tong Sampah tanam 3 in 1 50 10
Terminal Penumpang 175
Tong Sampah single kotak 40 25
Tong Sampah beroda
Kapal Penumpang
292 tertutup 120 8
Tong Sampah beroda
Gudang
281 tertutup 120 8
Kantor 20 Tong Sampah tanam 3 in 1 50 2
Masjid 114 Tong Sampah single kotak 40 15
Pos Jaga 4.5 Tong Sampah single kotak 40 1
Sumber : Hasil Analisa Tim

Desain Tempat Pembuangan Sementara


Dari hasil perhitungan produksi sampah setiap sektor yang telah dilakukan. Dieproleh
jumlah timbunan sampah untuk jangka panjang (2034) di pelabuhan bantaeng adalah 886
L/hari, sehingga direncanakan TPS berukuran 300 cm3 berkapasitas 3000L, dengan
pertimbangan pemindahan tempat sampah dari TPS ke TPA tidak dilkakukan setiap hari.
Adapun desain Tempat Pembuangan Sementara dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar …. Desain TPS tampak atas
Desain Tempat Pembuangan Sementara
1. Perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut:
a. Rotasi antar 8-24 jam
b. Periodisasi : 8 jam, 12 jam, atau maksimal 18 jam sekali, tergantung dari kondisi
komposisi sampah yaitu :
1) Semakin besar presentasi sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal
sehari 3 kali
2) Untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal
yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 kali sehari.
3) Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
2. Pelaksana
Pengumpulan sampah dan penyapuan sampah dilaksanakan oleh petugas kebersihan
pelabuhan.
3. Lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Lokasi TPS adalah sebagai berikut:
a. Mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah
b. Tidak jauh dari sumber sampah
c. Kapasitas TPS sesuai dengan jumlah maksimal produksi sampah.

Anda mungkin juga menyukai