BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar DHF (Dengue Hemoragic Fever)
a. Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk. Demam berdarah dengue
adalah penyakit akut dengan onset mendadak yang biasanya dengan
gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam (Cunha, 2012).
Demam berdarah dengue adalah infeksi yang ditularkan nyamuk
ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Dalam
beberapa tahun terakhir, transmisi telah meningkat terutama di daerah
perkotaan dan semi perkotaan dan telah menjadi masalah kesehatan
utama masyarakat internasional (WHO, 2012).
b. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan
dikenal ada 4 serotipe. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium
dioksikolat, stabil pada suhu 70ο C. Dengue merupakan serotipe yang
paling banyak beredar. Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn
Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes
Aegepty ).
c. Patofisiologi
Masuknya virus dengue ke dalam tubuh membuat pasien
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti betina dimana nyamuk betina sering melakukan gigitan berulang
dan kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Hal ini dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 maka C3a dan C5a akan dilepas,
dua peptida yang berguna untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-
saat permulaan demam dan mencapai puncaknyapada saat renjatan. Pada
pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai
lebih dari 30%. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler
ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam
rongga peritoneum, pleura dan perikard. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
6
d. Pohon Masalah
Web Of Caution
DHF (Dengue Haemoragic Fever)
Viremia
DHF
Aktivasi sistem
Mengaktifkan komplemen Depresi sumsum Merusak sel-sel hati Hepatomegali Pasien dan
monosit dan tulang belakang dan Pasien dan keluarga cemas
Rusaknya aktivasi keluarga tidak dan takut dengan
makrofag Terbentuk peptide C3a pemdekan masa Menekan lambung
sistem koagulasi paham mengenai
hidup trombosit
darah di hati Meningkatkan asam proses penyakit status kesehatan
Pelepasan zat Melepaskan lambung pasien
pirogen endogen histamin
trombositopenia Mual, muntah
Merangsang sel-sel Menimbulkan Resiko anoreksia Ansietas
perdaraha Pendarahan di GI Defisiensi
endoter hipotalamuskeluhan gatal pada 2 Pengetahuan
n (Hematemesis,
kulit melena), ptekie, Mual
Mengeluarkan asam
arakhidonat epistaksis
Gangguan
Memacu kerja thermostat Penurunan kadar Hb
rasa
hipotalamus
nyaman
3
8
1
1 2 3
Peningkatan pemearbilitas Transpor O2 terganggu
Suhu tubuh neningkat, dinding kapiler dan pembuluh darah
kulit teraba hangat
Kebocoran plasma Suplai O2 ke Penurunan suplai O2
Peningkatan laju cerebral menurun
Kondisi anaerob ke traktus GI
Hipertermia metabolisme Loss protein Kehilangan cairan, Peningkatan
elektrolit, hematokrit produksi asam
Penurunan tekanan Motilitas usus
Kurang energi untuk meningkat laktat
onkotik Nyeri kepala menurun
beraktivitas
Transudasi cairan Berkurangnya cairan
keletihan intravaskuler ke intersisil intravaskuler Mialgia, konstipasi
Hipovolemia , artralgia
Hipovolemia hipotensi
Kekurangan
Volume Cairan
9
e. Klasifikasi
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan WHO tahun 2009, demam
dengue diklasifikasikan menjadi tiga, yakni :
1. Dengue tanpa tanda-tanda bahaya
Kemungkinan bahaya
Tinggal atau bepergian ke area endemis dengan demam,
ditambah dengan dua tanda gejala berikut ini:
a. Nyeri kepala
b. Malaise
c. Mialgia
d. Artralgia
e. Nyeri retro-orbital
f. Anoreksia
g. Nausea
h. Muntah
i. Diare
j. Flushed skin
k. Ruam (ptekie, Herman’s sign)
Dan pemeriksaan laboratorium paling tidak perefer lengkap
(leukopenia dengan atau tanpa trombositopenia) dan/atau tes antigen
dengan NS 1 atau tes antibodi dengue IgM .
Diagnosis pasti dengue :
a. Isolasi kultur virus
b. Polymerase Chain Reaction (PCR)
2. Dengue dengan tanda-tanda bahaya
Tinggal atau bepergian ke area endemis dengue dengan demam
antara 2 sampai 7 hari, ditambah salah satu gejala berikut ini :
a. Nyeri atau nyeri tekan abdomen
b. Muntah persisten
c. Tanda klinis akumulasi cairan
d. Perdarahan mukosa
e. Letargi, lemah
10
f. Pembesaran hati
g. Laboratorium: peningkatan hematokrit dan atau penuruann
trombosit
3. Dengue berat
Tinggal atau bepergian ke area endemis dengue dengan demam
antara 2 sampai 7 hari dan dengan manifestasi klinis dengue di atas
dengan atau tanpa tanda-tanda bahaya, ditambah dengan :
Kebocoran plasma berat yang mengakibatkan:
- Syok
- Akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan
Perdarahan berat
- Epistaksis tidak terkendali
- Hematemesis dan atau melena
- Perdarahan otak
- Hematuria grosmakroskopik
- Hematoskezia
Gangguan organ berat
- Hati: SGOT atau SGPT ≥1000
- Sistem saraf pusat, misalnya kejang, gangguan kesadaran
- Jantung: mis: miokarditis
- Gagal ginjal (Kapita Selekta Kedokteran, 2014)
Sedangkan menurut Dinda (2010), DHF diklasifikasikan
berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi
4 derajat:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit, seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi dan
perdarahan lain.
11
c. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
d. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
f. Manifestasi Klinis
Secara umum tanda dan gejala yang ditampilkan oleh demam berdarah
dengue adalah:
1. Gejala awal meliputi:
nafsu makan menurun
demam
sakit kepala
rasa tidak enak
nyeri otot
muntah
g. Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithorax
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemithorax. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.
Laboratorium
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat
ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%dari jumlah total leukosit
yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit ; umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8.
Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai dari hari ke-3 demam.
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau
kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
13
h. Penatalaksanaan Medis
Tata laksana DHF secara umum adalah tirah baring, pemberian
cairan, medikamentosa simtomatik, dan antibiotik hanya apabila terdapat
infeksi sekunder. Selanjutnya, tata laksana spektrum DHF dibagi menjadi
5 protokol berdasarkan PAPDI, Divisi Tropik dan Infeksi, dan Divisi
Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (Kapita Selekta Kedokteran, 2014)
14
Hb, Ht, Trombo Hb, Ht, Trombo Hb, Ht normal Hb, Ht meningkat
normal 100.000-150.000 trombo < 100.000 trombo menurun
Suspek DHF
Perdarahan spontan dan masif (-)
syok (-)
Hb, Ht (n) trombo < 100.000 Hb, Ht meningkat 10-20% Hb, Ht meningkat
infus kristaloid * trombo < 100.000 >20%
Hb, Ht trombo /24 jam infus kristaloid * trombo < 100.000
Hb, Ht trombo /24 jam
Syok (-)
Keterangan: parameter pemeriksaan hemostatis pada kasus DHF : PT, APTT, fibrinogen, D-
Dimer. Bila tidak terdapat fasilitas untuk pemeriksaan tersebut, sebagai alternatif dapat
dikerjakan BT/CT dan tes parakoagulasi (ethanol gelation test untuk deteksi fibrin
monometer)
16
Airway :
Breathing: O2 1-2 L/ menit dengan kateter nasal. Bila lebih, dipakai sungkup muka
Circulation: cairan kristaloid dan/atau koloid 10-20 mL/kgBB secepatnya (bila
mungkin < 10 menit)
Perhatikan : tanda-tanda hipovolemia, hipovolemia/ overload dan respon pemberian
cairan setelah 15-30 menit
Cek AGD, Hb, Ht, Elektrolit, Ur, Kr, golongan darah
Ht Ht
PERBAIKAN
PERBAIKAN Kristaloid 3 mL/kg/jam dalam 1 jam
PERBAIKAN
Perbaikan
Pasang PVC
Kristaloid
dipantau 10-
15 menit
Stop Infus Hipovolemik
Tetap syok Normovolemik
PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid
PERBAIKAN 15ml/kg/jam
Tatalaksana sesuai
protokol syok dan
pendarahan
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat DHF antara lain:
a) Ensepalopati.
b) Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
c) Gagal napas.
d) Anemia
e) Gagal ginjal
f) Perdarahan
g) Disorientasi
19
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh,
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai
dengan kulit terasa hangat, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran
normal, takikardia, kulit kemerahan
3. Mual berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia) ditandai dengan
melaporkan mual, rasa asam dimulut, sensasi muntah
4. Keletihan berhubungan dengan status penyakit ditandai dengan letargi,
lesu, kurang energi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal, mengekspresikan perilaku (meringis, gelisah,
iritabilitas)
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal ditandai dengan perubahan pada pola defekasi, distensi
abdomen, nyeri abdomen, mual
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
ditandai dengan melaporkan rasa gatal, iritabilitas
8. Resiko pendarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
(trombositopenia)
9. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan gelisah, khawatir
11. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
ditandai dengan pengungkapan masalah (kurang mengerti mengenai
proses penyakit, komplikasi, pengobatan)
c. Intervensi/ Perencanaan
Rencana keperawatan di susun berdasarkan prioritas, dimana perencanaan
disesuaikan dengan prioritas diagnosa yang paling mengancam jiwa pasien.
21
NOC NIC
Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Lakukan pengkajian nyeri
Definisi: pengalaman sensori dan emosional keperawatan selama…..x 24 jam secara komprehensif termasuk
yang tidak menyenangkan yang muncul diharapkan nyeri dapat teratasi lokasi, karakteristik, durasi,
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau dengan frekuensi, kualitas dan faktor
potensial atau digambarkan dalam hal Kriteria hasil: presipitasi
Mampu mengontrol
kerusakan sedemikian rupa (International Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri (tahupenyebab
Association for the Study of Pain): awitan ketidaknyamanan
nyeri, mampu Gunakan teknik komunkaiksi
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
menggunakan teknik terapeutik untuk mengetahui
ringan hingga berat dengan akhit yang dapat
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung
mengurangi nyeri, Kaji kultur yang
< 6 bulan
mencari bantuan) mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa nyeri Evalusai pengalaman nyeri
Batasan karakteristik
Perubahan selera makan berkurang dengan masa lampau
Perubahan tekanan darah Evaluasi bersama pasien dan
Perubahan frekuansi jantung manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
Perubahan frekuensi pernapsan
ketidakefektifan kontrol nyeri
32
Bleeding reduction :
wound/luka
Lakukan manual
pressure (tekanan)
pada area perdarahan
Gunakan ice pack
pada area perdarahan
Lakukan pressure
dressing (perban yang
menekan) pada area
luka
Tinggikan ektremitas
yang perdarahan
Monitor ukuran dan
karakteristik
hematoma
Monitor nadi distal
dari area yang luka
atau perdarahan
Instruksikan pasien
untuk menekan area
luka pada saat bersin
45
atau batuk
Instruksikan pasien
untuk membatasi
aktivitas
Observasi adanya
darah dalam
sekresi cairan
tubuh : emesis,
feces, urine, residu
lambung, dan
drainase luka
Monitor complete
blood count dan
leukosit
Kolaborasi dalam
pemberian terapi :
Lactulose atau
vasopressin
Lakukan
pemasangan NGT
untuk memonitor
sekresi dan
46
perdarahan
lambung
Lakukan bilas
lambung dengan
NaCl dingin
Dokumentasikan
warna, jumlah dan
karakteristik feses
Hindari pH
lambung tang
ekstrem dengan
kolaborasi
pemberian antacids
atau histamine
blocking agent
Kurangi faktor
stress
Pertahankan jalan
nafas
Hindari
penggunaan
anticoagulant
47
Monitor status
nutrisi pasien
Berikan cairan
Intra vena
Hindari
penggunaan
aspirin dan
ibuprofen
48
oksigenasi
Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya CVP, MAP, tekanan
kapiler pulmonal/ arteri)
Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika
tersedia
Memantau tingkat karbon
dioksida sublingual dan atau
tonometry lambung, sesuai
Memonitor gejala gagal
pernapasan (misalnya rendah
PaO2 peningkatan PaO2
tingkat, kelelahan otot
pernapasan)
Monitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial, koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat, budaya,
51
autonom (sumber yang sering kali tidak teratasi dengan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan
spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
apa yang dirasakan selama
perasaan takut yang disebabkan oleh Kriteria hasil :
prosedur
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini Klien mampu Pahami perfektif pasien
merupakan isyarat kewaspadaan yang mengidentifikasi dan terhadap situasi stress
memperingatkan individu akan adanya mengungkapkan gejala Temani pasien untuk
bahaya dan memampukan individu untuk cemas memberikan keamanan dan
bertindak menghadapi ancaman. Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan, dan Dorong keluarga untuk
Fisiologis
o Wajah tegang, tremor tangan
o Peningkatan keringat
o Peningkatan ketegangan
o Gemetar, tremor
o Suara bergetar
Simpatik
o Anoreksia
o Eksitasi kardiovaskular
o Diare, mulut kering
o Wajah merah
o Jantung berdebar-debar
o Peningkatan tekanan darah
o Peningkatan denyut nadi
o Peningkatan reflek
o Peningkatan frekuensi pernapasan,
pupil melebar
o Kesulitan bernapas
o Vasokontriksi superficial
o Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
o Nyeri abdomen
o Penurunan tekanan darah
o Penurunan denyut nadi
o Diare, mual, vertigo
o Letih, gangguan tidur
o Kesemutan pada ekstremitas
o Sering berkemih
55
o Anyang-anyangan
o Dorongan segera berkemih
Kognitif
o Menyadari gejala fisiologis
o Bloking pikiran, konfusi
o Penurunan lapang persepsi
o Kesulitan berkonsentrasi
o Penurunan kemampuan untuk
belajar
o Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
o Ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak
spesifik
o Lupa, gangguan perhatian
o Khawatir, melamun
o Cenderung menyalahkan
orang lain
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/ kontaminasi interpersonal
Penularan penyakit interpersonal
Krisis maturasi, krisis situasional
Stress, ancaman kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada (status ekonomi,
lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
Konflik tidak disadari mengenai
tujuan penting hidup
Konflik tidak disadari mengenai nilai
yang esensial/ penting
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
57
faktor yang berhubungan proggram pengobatan yang biasa muncul pad penyakit
pasien dan keluarga
keterbatasan kognitif dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan gambarkan proeses penyakut
salah interpretasi informasi identifikasi kemungkinan
prosedur yang dijelaskan
kurang pajanan secara benar penyebab
kurang minat dalam belajar pasien dan keluarga sediakan informasi pada psien
tentang kondisi
58
d. Implementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan ialah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan
yang diuraikan dalam kriteria hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau
implementasi yang dilakukan sesuai atau mengacu pada perencanaan yang
telah disusun.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil dari proses keperawatan yang mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan. Evaluasi sesuai dengan rencana tujuan atau kriteria
hasil.
f. Perencanaan Pulang
1. Obat
Memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang obat yang harus
dilanjutkan diminum atau dikonsumsi di rumah seperti : vitamin, anti
emetic, antipiretik.
2. Lingkungan
Memberitahu kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan Pola
Hidup Bersih Sehat (PHBS) , buang sampah pada tempatnya , dan
perbaiki tempat penyimpanaa air untuk mencegah nyamuk
berkembang biak dengan menutup tempat penampungan
,mengosongkan air tergenang dari ban bekas , kaleng bekas , dan pot
bunga , serta melakukan abatesasi.
3. Perawatan
Memberitahu pasien untuk istirahat yang cukup. Untuk perlindungan
agar menggunakan obat anti nyamuk.
4. Pengajaran kesehatan
Mengajarkan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, memberitahu jadwal kontrol ,
hasil pemeriksaan penunjang yang dibawa pulang dan kondisi pasien
pada saat pulang , tetap berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
60
5. Diit
Menganjurkan kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi
kalori , tinggi protein , minum yang cukup , diselingi minuman sari
buah-buahan.