Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Etik dan Moral dalam Keperawatan

Oleh Natasya Rosa Fariska Alexandra, 1806140193, PDK Kelas B

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial akan selalu


melakukan proses interaksi antara satu dengan yang lainnya. Ketika dua individu
berinteraksi satu sama lain, dibutuhkan suatu hal yang mendasari seseorang dalam
mengambil keputusan terkait benar atau tidaknya suatu hal, nilai yang berfungsi
sebagai landasan berperilaku, serta norma yang mendasari seseorang dalam bertingkah
laku, sehingga tercipta perilaku yang sesuai dalam masyarakat. Dalam keperawatan,
etika dan moral sangat penting untuk dimiliki oleh seorang perawat. Namun, kepada
siapa sajakah seorang perawat harus menerapkan hal tersebut? Oleh karena itu, dalam
lembar tugas mandiri ini, akan dibahas mengenai hal tersebut.

Etika berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos, yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan, karena tidak terdapat undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal tersebut.. Etika memberi keputusan mengenai tindakan
yang benar atau bermoral. (Suhaemi, 2002). Etika berhubungan dengan hal yang baik
dan tidak baik, peraturan untuk perbuatan atau tindakan yang mempunyai prinsip benar
atau salah. Sebagai cabang dari filsafat, etika lebh menekankan pada bagaimana
manusia harus bertindak, dan bukan pada keadaan manusia (Utami, Agustine, & Happy,
2016).

Sedangkan yang dimasud dengan moral merujuk pada standar pribadi atau
perorangan tentang bernar-salah atau tingkah laku, karakter, atau sikap. Terkadang,
tanda pertama terhadap sifat moral adalah ketika adanya kesadaran yang timbul atau
pemahaman berdasarkan perasaan, seperti rasa bersalah, harapan, atau malu (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2004). Pengertian selanjutnya mengenai moral adalah sesuatu
yang berkaitan atau aada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah
dan baik buruknya tingkah laku (Wantah, 2005). Moral juga bisa disebut sebagai suatu
keyakinan tentang benar atau salah, baik atau buruk, yang sesuai dengan kesepakatan
sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Menurut Suhaemi (2004), moral
berasal dari bahasa Latin yang artinya adat dan kebiasaan. Moral merupakan perilaku
yang diharapkan masyarakat yang merupakan standar perilaku dan nilai yang harus
diperhatikan.

Keperawatan sebagai pelayanan profesional dituntut untuk memberikan


pelayanan yang berkualitas dalam melakukan asuhan keperawatan. Etika profesi
keperawatan merupakan alat untuk mengukut perilaku moral dalam keperawatan.
Keputusan yang diambil oleh seorang perawat haruslah diambil berdasarkan kode etik
sebagai standar untuk mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat. Dengan
adanya kode etik keperawatan, suatu organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan
kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada
masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam
Suhaemi, 2002). Secara umum, etika profesi keperawatan memiliki tujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan
antar sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada perawat.

Dalam penerapannya, seorang perawat harus bisa menerapkan etik maupun


moral dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien, masyarakat, maupun ketika
bekerja sama dengan profesi lainnya. Hal ini terdapat pada kode etik keperawatan.
Kode etik merupakan pernyataan formal ideal dan nilai kelompok, dan merupakan
serangkaian prinsip etik yang dianut oleh anggota kelompok, merefleksikan penilaian
moral anggota kelompok, dan digunakan sebagai standar untuk tindakan profesional
seorang perawat (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004). Penerapan etik dan moral
akan mencapai puncaknya ketika seorang perawat mencoba dan mencontoh perilaku
pengambilan keputusan yang etis untuk membantu menyelesaikan masalah etika.

Berdasarkan kasus pemicu 3, penerapan etik dan moral seorang perawat kepada
pasien terlihat belum maksimal. Dari kasus pemicu 3, dapat diketahui bahwa perawat
menggunakan ponsel untuk tujuan yang tidak jelas ketika sedang bertugas. Namun, hal
ini tidak dapat dikatakan salah sepenuhnya, karena sebuah penelitian juga
menyebutkan bahwa 70% mahasiswa keperawatan menggunakan personal digital
assistant (PDA) dalam proses belajar (Tempelhof, 2009 dalam Phillipi & Wyatt, 2011).
Dimana tentu saja penggunaan ponsel sebagai teknologi informasi tidak selalu
menghambat pekerjaan seorang perawat, tetapi juga mendukung proses keperawatan
itu sendiri.

Selain itu, sebuah penelitian tentang penggunaan ponsel di Cape Coast


Teaching Hospital (CCTH) menyatakan bahwa penggunaan ponsel sudah biasa terjadi.
Mahasiswa klinis, dokter, perawat, dan bidan secara terbuka terlihat sedang melakukan
browsing, melakukan texting, dan berbicara melalui telepon selama jam kerja selama
berada di ruang gawat darurat, ruang konsultasi, maupun bangsal umum. Responden
berpendapat bahwa mengakses ponsel selama praktik medis tidak akan mengganggu
pengiriman layanan, melainkan memfasilitasi layanan yang efektif dan
berkesinambungan, mempercepat akses informasi kesehatan, dan membantu
meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan perawatan kepada pasien (Keney &
Achampong, 2018).

Perawat dalam kasus pemicu 3 dikatakan belum menunjukkan etika dan moral
karena menggunakan ponsel dengan tujuan yang tidak jelas ketika sedang
melaksanakan tugas. Tindakan seperti yang ada dalam kasus tersebut akan
mengganggu kedekatan intervensi seorang perawat terhadap klien, karena perawat
akan menjadi lalai akan tugasnya, tidak fokus, tidak professional, serta melanggar etika
keperawatan (Potter & Perry, 2009). Tindakan tidak professional ini meliputi tidak
kompeten atau kelalaian berat, tuduhan melakukan praktik tanpa surat izin, pemalsuan
rekam medis klien, dan cara illegal memperoleh, menggunakan, atau menyimpan zat
tercatat. Perawat juga dapat dikatakan tidak professional karena telah melanggar nilai
dan kode etik keperawatan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kode etik keperawatan


merupakan pernyataan formal ideal dan nilai kelompok, dan merupakan serangkaian
prinsip etik yang dianut oleh anggota kelompok, merefleksikan penilaian moral
anggota kelompok, dan diunakan sebagai standar untuk tindakan profesional seorang
perawat (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004). Pada kasus tersebut, perawat
melanggar kode etik keperawatan, dimana kode etik tersebut sebenarnya memiliki
tujuan untuk memberikan standar etik untuk tindakan profesional dan mengingatkan
perawat tentang tanggung jawabnya untuk merawat pasien. Head nurse dan nurse
officer sudah menyampaikan kepada perawat tersebut untuk tetap memperhatikan
tanggung jawabnya sebagai seorang perawat, dan fokus pada perawatan pasien. Namun,
perawat pelaksana tetap tidak menunjukan perubahan perilaku. Salah satu cara untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan teguran berupa surat peringatan.
Selain itu, ada baiknya apabila pihak rumah sakit membuat peraturan terkait dengan
pelarangan penggunaan ponsel pada jam kerja, kecuali ketika terdapat kepentingan
mendesak.

Untuk mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dengan baik oleh
pasien, masyarakat, maupun profesi lain, seorang perawat haruslah memiliki dan
menerapkan etik dan moral dalam melaksanakan tugasnya. Etika dan moral merupakan
hal yang sangat penting bagi seorang perawat ketika berhubungan dengan pasien,
masyarakat, maupun profesi kesehatan lainnya. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan seilain memperhatikan kebutuhan pasien, juga mempertimbangkan baik
dan buruknya suatu tindakan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien,
seorang perawat harus mampu mempelajari dan memahami etika dan moral yang ada,
serta mampu untuk menggunakan teknologi dengan bijak dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien, sehingga klien mendapatkan pelayanan kesehatan
yang maksimal.
Daftar Pustaka

Keney, G., & Achampong, E. (2018). The Effect of Mobile Phone Use in Clinical
Practice in Cape Coast Teaching Hospital. Online Journal of Public Health
Informatics.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamental of Nursing;
Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Pearson Education Inc.
Phillipi, J. C., & Wyatt, T. H. (2011). Smartphones in Nursing Education. CIN-
Computer Informatics Nursing, 449-454.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Suhaemi, M. E. (2002). Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Wantah, M. J. (2005). Pengembangan Disipilin dan Pembentukan Moral pada Usia
Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai