Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
RESNI (18071244670)
SILVIE DWI ANANDA (1807124570)
GHINA AMELIA PUTRI (1807111301)
RAFIKA PUSPA SAFITRI (1807124421)
GABRIELLA SIORINA RIOTTA (1807111394)
KELOMPOK 2
KELAS : TEKNIK LINGKUNGAN S1 A
DOSEN PEMBIMBING : GUNADI PRIYAMBADA, ST,.MT.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penerapan prinsip – prinsip good governance pada level
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah serta apa saja yang sudah
dilakukan dan apa yang masih lemah
2. Mengetahui apa saja contoh kebijakan pemerintah daerah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
BAB II
PEMBAHASAN
5. Desentralisasi (decentralitation);
Desentralisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai
penyelenggaraan pemerintahan yang memberikan kekuasaan lebih besar
kepada daerah, baik dalam hal penyerahan tugas, kewajiban, kewenangan
dan juga tanggung jawab. Desentralisasi diharapkan agar daerah yang
bersangkutan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Desentralisasi berdasarkan Pasal 18 UndangUndang Dasar 1945
disebutkan sebagai “Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar
dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawarahan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-
usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.”
Desentralisasi dalam Good Environmental Governance ditekankan
pada permasalahan sejauh mana hak pengelolaan sumberdaya alam
ditempatkan. Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 Ayat 2 disebutkan bahwa
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.” Serta Ayat 3 yang
berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat.” Meninjau dari peraturan yang berlaku di Indonesia,
maka dalam pengelolaan sumberdaya alam yang ada merupakan
kewenangan negara dan tidak semerta-merta dimiliki oleh rakyat, sehingga
jika suatu sumberdaya alam berada disekitar pemukiman rakyat, tidak
berarti menjadi hak rakyat sekitar dan tetap harus dikelola oleh negara.
Negara dalam pengelolaannya menjadi tanggung jawab dari
kementerian terkait, dalam hal ini pengelolaan sumberdaya alam yang
berada di daerah dikelola oleh pusat yang berada jauh dari letak
sumberdaya alam itu berada. Desentralisasi dalam hal ini diharapakan
dapat terlaksana hingga pada level paling bawah. Pengelolaan lingkungan
ini bisa dimulai dari level pemerintahan pusat, turun pada tingkat regional
dan turun lagi hingga pada level lokal. Karena pada dasarnya mereka yang
berada pada level lokal lebih memahami permasalahan dan situasi yang
sedang dihadapi sehingga diharapkan dari hal itu dapat diperoleh sebuah
keputusan yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada dan tidak merugikan
banyak pihak.
3.1. Kesimpulan
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan merupakan bagian dari
penataan ruang kawasan perkotaan yang memiliki manfaat kehidupan
yang sangat tinggi, tidak saja dapat menjaga dan mempertahankan kualitas
lingkungan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan identitas kota.
2. Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau
rancanggan undang-undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap
yang pasti dalam menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa
serta mengapa hal tersebut harus di lakukan.
3. Good Governance merupakan pengertian dalam hal yang luas sehingga
untuk memberikan arti serta defenisi tidak semudah mengartikan kata
perkata melainkan perlunya aspek –aspek serta pemikiran yang luas
menyangkut bidang tersebut.
4. Perlunya pengertian menggenai aspek-aspek dalam Good
Governance sehingga tidak ada kesalahan dalam aplikasinya.
5. Penerapan Good Governance dalam sistem kepemerintahan saat ini sangat
di perlukan karena peranan perintah dalam memajukan suatu negara
sangatlah besar.
3.2. Saran
Saran untuk membenahi kelemahan-kelemahan dalam penegakkan
prinsip good governance di Indonesia yaitu:
1. Integritas dan nilai etika perlu ditingkatkan atau dikomunikasikan dengan
perilaku yang terbaik dan melibatkan pihak terkait. Karena sebaik apapun
desain sebuah pengawasan tidak akan terlaksana dengan efektif, efisien dan
ekonomis jika dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki integritas dan
nilai etika yang rendah.
2. Kinerja Inspektorat atau pengendalian intern perlu terus ditingkatkan
meskipun penulis mengusulkan sektor publik, namun itu bukan berarti
mengabaikan sektor pengawasan intern.
DAFTAR PUSTAKA
Jenks, Mike dan Nicola Jones. 2010. Future Form and Design for Sustainable
Cities. New York: Overlook Press.
Joga, N dan Ismaun. 2011. RTH 30% Resolusi Kota Hijau. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mirsa, Rinaldi. 2011. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.