Anda di halaman 1dari 3

Budidaya Cabai Rawit Ramah Lingkungan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pertanian Berlanjut


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU

Dosen Pengampu:

Disusun oleh :

1. Mohammad Wasil Budi S. 175040118113026


2. Adhytia Hardiansyah H. 175040118113030
3. M. Krisna Dwi Nugroho. 175040118113043
4. Bagus Triwibowo 175040118113048

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L .) berasal dari Amerika
Latin dengan garis lintang 0-30 LU dan 0-30 LS. Di Indonesia tanaman ini
dapat ditanam di daerah tegalan dengan kisaran ketinggian tempat 0 – 1000
m di atas permukaan laut, di daerah yang bersuhu antara 26 – 300C, dengan
curah hujan 1.000 – 3.000 mm/tahun. Cabai termasuk tanaman semusim
(annual) berbentuk perdu, berdiri tegak dengan batang berkayu, dan banyak
cabang. Tinggi tanaman dewasa antara 65-120 cm. lebar mahkota tanaman
50-90 cm. (Setiadi, 2006)
Kondisi tanah secara umum harus subur, pertumbuhan optimum pada
tanah yang ber pH 6,0-7,0 berstruktur remah/gembur, peresapan air dan
sirkulasi udara lancar. Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam
budidaya cabai rawit, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan,
perlu dilakukan usaha budidaya yang baik. Dengan upaya-upaya yang
dilakukan secara baik ini diharapkan usaha budidaya komoditas ini dapat
dilakukan secara berkelanjutan dan produknya aman untuk konsumsi. (Dinas
Pertanian Palangkaraya, 2014)
Berdasarkan data dan fakta di dilapang, rata-rata petani tetap
menggunakan sistem pertanian tradisional. Namun beberapa petani sudah ada
yang menerapkan pertanian konvensional. Dengan mengaitkan konsep
pertanian berlanjut, tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita sebagai
akademisi terlebih sebagai penerus bangsa. Bagaimana kedepannya kita bisa
menentukan langkah-langkah yang tepat agar dimasa mendatang pertanian
kita tetap bisa bertahan dengan diiringi perkembangan teknologi yang
semakin pesat.
Data di lapangan menunjukkan bahwa petani cabai rata-rata hanya
berorientasi pada profit, tanpa begitu memperhatikan aspek yang lain.
Dengan adanya pertanian berlanjut ini, diharapkan kita mampu
mengimplementasikannya dimasa mendatang, terlebih lagi bisa diterapkan
oleh petani saat ini. Pentingnya pertanian berlanjut ini untuk mewujudkan
pertanian yang berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek yakni
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan memperhatikan ketiga aspek
tersebut, maka suatu pertanian dapat dikatakan pertanian berlanjut. Pertanian
berlanjut sendiri memiliki pengertian pertanian yang memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga akan menciptakan sistem pertanian
yang tidak merusak alam serta mampu memberikan profit untuk
kesejahteraan petani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep yang perlu diterapkan dalam budidaya cabai rawit
ramah lingkungan?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam budidaya cabai rawit ramah
lingkungan?
3. Bagaimana rancangan dalam budidaya cabai rawit ramah lingkungan?
4. Bagaimana keterkaitan budidaya cabai rawit ramah lingkungan dengan 10
prinsip konservasi biodiversitas?

C. Tujuan
1. Memahami konsep yang diterapkan dalam budidaya cabai rawit ramah
lingkungan
2. Mampu memahami bagaimana tahapan-tahapan dalam budidaya cabai
rawit ramah lingkungan
3. Mampu memahami bagaimana rancangan dalam mengimplementasikan
budidaya cabai rawit ramah lingkungan
4. Mampu memahami bagaimana keterkaitan budidaya cabai rawit ramah
lingkungan dengan 10 prinsip konservasi biodiversitas

Referensi :
Setiadi. 2006. Cabai Rawit, Jenis dan Budidaya. Jakarta : Penebar Swadaya
Dinas Pertanian dan Peternakan Palangkaraya. 2014. Standar Operasional
Prosedur (SOP) Budidaya Cabai Rawit. Palangkaraya : Dinas Pertanian dan
Peternakan Palangkaraya

Anda mungkin juga menyukai