Anda di halaman 1dari 9

Amalan-Amalan Di Bulan Puasa Sesuai

Sunnah Rasul SAW


Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh hikmah dan ampunan, ini merupakan bulan suci bagi
umat islam karena di bulan ramadhan berbagai hal dapat menjadi pahala, bahkan tidurnya orang
yang berpuasa di bulan ramadhan pun menjadi pahala. Jadi jangan sia-siakan bulan suci
ramadhan karena belum tentu kita semua dapat melihatnya lagi, umur siapa yang tahu sebab
hanya ALLAH SWT yang mengetahui jumlah umur kita semua.
Di bulan suci ramadhan, sebaiknya manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, walaupun tidur
merupakan pahala bagi orang yang berpuasa tetapi bukan berarti kita hanya tidur saja. Karena
tidur itu perumpamaan terendah, jika tidur mendapatkan pahala bagaimana jika melakukan
ibadah sesuai sunnah Rasul SAW, tentu memiliki nilai yang lebih baik kan?.
Perintah puasa di bulan ramadhan tentu berdasarkan Al-Quran yang saya kira sebagian besar
orang sudah mengetahuinya, puasa ramadhan hanya untuk orang-orang beriman, bagi yang
memang tidak berpuasa maka dia bukanlah orang yang beriman.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]
Berikut ini adalah amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan puasa ramadhan sesuai sunnah
rasul saw:
1. Berpuasa (Shiyam)
Amalan yang utama di bulan Ramadhan tentu saja berpuasa. Hal ini diperintahkan Allah swt.
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 183-187. Karena itu, agar puasa kita tidak sia-sia,
perdalamlah wawasan kita tentang puasa yang benar dengan mengetahui dan menjaga rambu-
rambunya. Sebab, puasa bukan sekadar tidak makan dan tidak minum. Tapi, ada rambu-rambu
yang harus ditaati. Kata Rasulullah saw., “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian
mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yagn semestinya diperhatikan, maka hal
itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan
Al-Baihaqi)
2. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
Al-Qur’an diturunkan perama kali di bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah saw. lebih
sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan
lain. Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain
berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami,
dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
Buat target. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka di
bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah
dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Ini bisa dijadikan program unggulan bersama
keluarga.
3. Memberikan makanan untuk berbuka puasa (Ith’amu ath-tha’am)
Amal Ramadhan yang juga dianjurkan Rasulullah saw adalah memberikan santapan berbuka
puasa kepada orang-orang yang berpuasa. “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada
orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu
tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’i)
Sebenarnya memberi makan untuk orang berbuka hanyalah salah satu contoh bentuk
kedermawanan yang ingin ditumbuhkan kepada kita. Masih banyak bentuk sedekah yang bisa
kita lakukan jika kita punya kelebihan rezeki. Peduli dan sigap menolong orang lain adalah sifat
yang ingin dilatih dari orang yang berpuasa.
4. Berdakwah
Selama Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah yang luas, karena, siapapun di bulan itu
kondisi ruhiyahnya sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Jadi, jangan sia-siakan
kesempatan ini. Rasulullah saw bersabda, barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala
sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang
mengamalkannya sedikitpun.
5. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)
Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan).
Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat tarawih dianggap menjadi shalat
wajib karena semakin hari semakin banyak yang ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau
akhirnya melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumah. Ada yang meriwayatkan beliau
melaksanakan shalat tarawih berjamaan hanya tiga hari. Saat itu Rasulullah saw melakukannya
secara berjamaah sebanyak 11 rakaat dengan bacaan surat-surat yang panjang. Tapi, di saat
kekhawatiran akan diwajibakannya shalat tarawih sudah tidak ada lagi, Umar bi Khattab
menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR. Abdur Razzaq dan
baihaqi).
6. I’tikaf
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di
masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling
sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh
kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-
Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak
pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
7. Lailatul Qadar
Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah.
Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida
meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10
hari terakhir bulan Ramadhan. Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul
qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk
mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah
doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik
Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.
8. Umrah
Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya akan
berlipat-lipat. Rasulullah saw. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila
datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara denagn haji
bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)
9. Perbanyaklah Taubat
Selama bulan Ramadhan, Allah swt telah membukakan pintu ampunan bagi hamba-hambanya
dan setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api neraka.
Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah
kita.
10. Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-
perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan
puasa dan untuk membantu fakir miskin.
Demikianlah beberapa amalan yang dianjurkan oleh Rasululloh SAW untuk bulan ramadhan,
semoga kita semua bisa melakukannya karena ALLAH SWT dan dapat menemukan lailatul
qadar di bulan ramadhan ini. AMIIIIINNN….

ERTAMA: SHIYAM

Amaliah terpenting pada bulan Ramadhan adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam
firman Allah yang berbunyi:

١٨٣- ‫ڪ يم لههعللنك يم تهتلنقوُهن‬


‫ب هعهلىَ ٱللذذيهن ذمن قهيبلذ ن‬
‫صهياَنم هكهماَ نكتذ ه‬ ‫يهــ ـأ هيَيههاَ ٱللذذيهن هءاهمننوُاا نكتذ ه‬
‫ب هعلهيي ن‬
‫ڪنم ٱل ص‬

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS al-Baqarah: 183)

Nabi SAW juga bersabda,

Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat ‘laa ilaha illallah’ dan bahwa Muhammad
adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji, dan berpuasa ramadhan. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar)

Mengenai keutamaan puasa, Rasulullah SAW bersabda:

Setiap amal anak Adam kebaikannya dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah
Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang
akan memberikan pahalanya, ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwatnya dan
makanannya karena Aku.” (Lafazh hadits dari Imam Muslim)

Dari Abu Umamah, berkata:” Ya, Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan
mengantarkanku masuk surga. Beliau menjawab: Engkau wajib berpuasa, sesungguhnya puasa
tidak ada tandingannya, atau beliau bersabda, tidak ada semisalnya.”

Dari Abu Said Al-Khudri secara marfu’:

Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali karenanya Allah akan
menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh 70 tahun perjalanan. (HR. Al-Bukhari)

Berkaitan dengan amaliah ini, seseorang hendaklah memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh, didasari iman dan mengharap pahala Allah
semata

RasulullahSAW bersabda:

Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap
ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni. (HR Bukhari Muslim dan Abu Dawud),

2. Tidak meninggalkan puasa tanpa sebab-sebab yang dibenarkan

Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mesti ditunaikan, tanpa uzur syar’i (halangan yang
bisa dibenarkan menurut syari’at), maka seorang muslim tidak boleh meninggalkan puasa. Ini
merupakan dosa yang sangat besar sehingga tidak bisa ditebus meskipun seseorang berpuasa
sepanjang masa.

3. Melaksanakan puasa sesuai aturan yang telah ditetapkan

Ibadah puasa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang harus
dipatuhi, meliputi: syarat sah puasa, rukun puasa, pembatal-pembatal puasa dan lain-lain.

4. Menjaga puasanya dari perkara-perkara yang dapat membatalkan atau merusak pahalanya

Puasa merupakan pendidikan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak benar, bila hal itu tidak
bisa ditinggalkan, maka tidak ada nilai atau paling tidak berkurang nilai ibadah seseorang

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan bohong dan suka mengerjakannya, maka Allah tidak memandang perlu
orang itu meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al-Khamsah).

5. Melakukan hal-hal yang dianjurkan seperti: bersegera berbuka, mengakhirkan waktu sahur,
dan lain-lain.

KEDUA: SHALAT TARAWIH

Para ulama sepakat bahwa shalat Qiyamu Ramadalan (Shalat Tarwih) itu disyariatkan. Nabi
Muhammad SAW menganjurkan agar kita menghidupkan malam ramadhan dengan
memperbanyak shalat tersebut di sepanjang malam Ramadhan. Dasarnya adalah hadits Nabi
Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah SAW menganjurkan (shalat) qiyami Ramadhan
kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa
mengerjakan (shalat) qiyami Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni
dosanya yang telah lalu. [HR. Al- Bukhari dan Muslim].

Dalam melaksanakan Shalat Qiyamu Ramadhan, hendaklah dicontoh tata cara shalat Nabi
Muhammad SAW, baik mengenai jumlah rakaatnya maupun kualitasnya. Nabi melaksanakan
shalat Qiyamu Ramadhan sebanyak 11 rakaat dengan cara-cara yang bervariasi: dengan cara
jumlah rakaat 4+4+3, atau 2+2+2+2+2+1 atau dengan cara lain.

“Dari Aisyah ra. Diriwayatkan bahwa ketika ditanya tentang shalat Nabi di bulan Ramadhan
Aisyah berkata: pada bulan Ramadhan maupun yang lainnya, Nabi tidak pernah melakukan
shalat lebih dari sebelas rakaat. Nabi SAW kerjakan empat rakaat, jangan engkau tanyakan
tentang elok dan lamanya, kemudian Nabi kerjakan lagi empat rakaat dan jangan engkau
tanyakan tentang elok dan lamanya. Lalu Nabi kerjakan shalat tiga rakaat”. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dalam hadits lain disebutkan:

Dari ‘Aisyah isteri Nabi SAW, dia berkata; Rasulullah SAW pernah shalat antara habis shalat
isya’ yang biasa disebut ‘atamah hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap
dua rakaat beliau salam, dan beliau juga melakukan witir satu rakaat. Jika muadzin shalat fajar
telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muadzin telah menemui beliau, maka beliau
melakukan dua kali raka’at ringan, kemudian beliau berbaring diatas lambung sebelah kanan
hingga datang muadzin untuk iqamat.”

Dengan memperhatikan tatacara shalat Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim semestinya seseorang meneladani beliau baik menyangkut jumlah
rakaatnya maupun kualitasnya, yakni melaksakan shalat sebanyak 11 rakaat dengan amat bagus
dan lama.

KETIGA: TADARUS

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran untuk menjadi pedoman manusia dari segala
macam aktifitasnya di dunia. Allah SWT berfirman:

ۚ ‫ت صمهن ٱيلهنهدـى هوٱيلفنيرهقاَ ذ‬ ‫د‬ ‫ي‬


١٨٥- ‫ن‬ ‫ى نأنُذزهل ذفيذه ٱلقنيرهءانن هنددى صلللناَ ذ‬
‫س هوبهيصنهــ د ت‬ ‫ضاَهن ٱللذذ ـ‬
‫هشيہنر هرهم ه‬

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). [Qs. al-Baqarah: 185]

Dalam sebuah Hadits dijelaskan bahwa setiap bulan Ramadhan Rasulullah SAW melakukan
tadarus al-Qur’an bersama Malaikat Jibril
“Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW adalah orang yang
paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Malaikat Jibril pada
setiap malam pada bulan Ramadhan, dan mengajaknya membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Ketika ditemui Jibril, Rasulullah adalah lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan.”
(Muttafaq ‘Alaih).

Oleh karenanya pada bulan ini umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an
untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat yang terbaik dengan petunjuk
Al-Qur’an. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al-Qur’an baik secara tilawah
(membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfidzh (mengamalkan), ta’lim
(mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman).

Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR
Bukhari)

Dalam hadits lain disebutkan:

Dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Puasa dan al-Quran akan memberi
syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Allah, saya telah
menghalanginya dari makanan dan syahwatnya, maka berilah aku hak syafaat untuknya”. Al-
Quran juga berkata, ‘Ya Allah, aku telah menghalanginya dari tidur di waktu malam, maka
berikan padaku syafaat untuknya.” Lalu keduanya diizinkan untuk memberi syafaat.” (HR
Ahmad dan Hakim).

KEEMPAT: SHADAQAH

Sebagaimana disebutkan di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas
bahwa Rasulullah SAW di bulan Ramadhan menjadi orang yang paling dermawan melebihi
kedermawanannya di bulan-bulan lain. Karenanya kita mesti mencontoh beliau, di bulan yang
penuh barakah ini kita perbanyak bersadaqah dengan menyesihkan sebagian harta kita untuk
dikeluarkan bagi kepentingan fi sabilillah atau membantu kaum fuqara’ dan masakin.

Rasulullah SAW bersabda:

“Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai dan sedekah
akan memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seorang laki-laki
pada pertengahan malam.”

Dan salah satu bentuk shadaqah yang dianjurkan adalah memberikan ifthar (= santapan berbuka
puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau:
“Barangsiapa yang memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat
pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa
tersebut” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

KELIMA: I’TIKAF

Salah satu amaliah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan adalah
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‘tikaf di masjid, Dalam sebuah Hadist disebutkan:

“Dari Ibnu Umar RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW selalu beri‘tikaf pada
sepuluh hari yang penghabisan di bulan Ramadhan.” (Muttafaq ‘Alaih).

Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan
Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan
hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk
mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga
mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.

KEENAM: DZIKIR, DO’A DAN ISTIGHFAR

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kebaikan pahalanya dilipatgandakan, oleh karena itu
jangan membiarkan waktu sia-sia tanpa aktifitas yang berarti. Diantara aktifitas yang sangat
penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat Islam adalah memperbanyak
dzikir, do’a dan istighfar. Bahkan do’a orang-orang yang berpuasa sangat mustajab, maka
perbanyaklah berdo’a untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain, khususnya yang sedang
ditimpa kesulitan dan musibah.

“Tiga do’a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan
do’anya orang teraniaya. Allah mengangkat do’anya ke awan dan membukakan pintu-pintu
langit. ‘Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang.” (HR Ahmad dan
Tirmidzi).

 Do’a pada Lailatul Qadar

Lailatul Qadar (malam kemuliaan) merupakan salah satu keistimewaan yang Allah berikan
kepada umat Islam melalui Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam. Malam ini nilainya lebih baik
dari 1.000 bulan biasa. Jika kita bermaksud hitung-hitungan, ini berarti setara dengan 83 tahun!
Malam kemuliaan itu waktunya dirahasiakan Allah SWT. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk mencarinya. Rasulullah bersabda:

“Carilah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan carilah pada hari kesembilan, ketujuh dan
kelima”. Saya berkata, “Wahai Abu Said, engkau lebih tahu tentang bilangan”. Abu Said
berkata:”Betul”. Tanya saya, “Apa yang dimaksud dengan hari kesembilan, ketujuh dan
kelima”. Dia berkata:”Jika sudah lewat 21 hari, maka yang kurang 9 hari, jika sudah 23 yang
kurang 7 dan jika sudah lewat 5 yang kurang 5” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Al-
baihaqi)

Ketika kita mendapatkannya atau memasuki hari-hari tersebut, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ummul Mukminin Aisyah untuk berdoa di
malam-malam itu. Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan
mendapatkan malam lailatul Qodar, apa yang harus aku ucapkan?”, beliau menjawab:
Ucapkanlah;

‫الللههمم إإنمكك كعفهوو تهإحبب اللكعلفكو كفاَلع ه‬


ِّ‫ف كعنني‬

“ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNI..”

Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pema’af, mencintai kema’afan, maka ma’afkanlah aku.”

(HR. Ibnu Majah, yang dishahihkan oleh Al Albani)

KETUJUH: UMRAH

Umrah pada bulan Ramdhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala
yang berlipat-lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah kepada seorang
wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan:

‫ضاَنن هفاَاعتهذمذرى فهإ ذلن نعامهرةد ذفيذه تهاعذدنل هحلجةد‬


‫ فهإ ذهذا هجاَهء هرهم ه‬.

Agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara
dengan haji bersama Rasulullah SAW (HR.Bukhari dan Muslim).

Umrah di bulan Ramadhan ini keutamaannya menyerupai ibadah haji. Diriwayatkan oleh kedua
imam hadits utama, Bukhari dan Muslim, suatu hadits yang bunyinya sebagai berikut:

Dari Ibnu Abbas RA, dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada seorang wanita
Anshar, “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab, “Kami
tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak
dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami
yang digunakan untuk mengairi tanaman.” Nabi bersabda,”Maka apabila datang Ramadhan,
berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji.” Dalam
riwayat lain, disebutkan Nabi bersabda, “Seperti haji bersamaku.”

Apa maksud sabda Nabi tersebut? Apakah itu hanya berlaku untuk perempuan yang rela
mengalah kepada suami dan anaknya untuk pergi haji itu?

Ada tiga pendapat tentang ini. Pertama, hadits ini khusus untuk wanita yang diajak bicara oleh
Nabi SAW.

Kedua, keutamaan umrah ini bagi orang yang berniat haji, lalu ia tidak mampu mengerjakannya,
dan kemudian ia menggantinya dengan umrah di Ramadhan. Sehingga ia mendapat pahala haji
secara sempurna bersama Rasulullah SAW karena terkumpul dalam dirinya niat haji dalam
pelaksanaan umrah. Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir termasuk ulama yang menyimpulkan
demikian.

Pendapat ketiga, yang dipegang oleh Empat Imam Mazhab, meyakini bahwa keutamaan dalam
hadits ini bersifat umum bagi setiap orang yang berumrah di bulan Ramadhan. Ini berlaku bagi
semua orang.

Penguat pendapat ketiga ini, antara lain: (1) Hadits-hadits seperti itu diriwayatkan oleh sejumlah
sahabat. Dan mayoritas riwayat mereka tidak menyebutkan kisah wanita penanya yang ditinggal
oleh suami dan anaknya itu. (2) Praktik kaum muslimin sepanjang masa dari kalangan sahabat,
tabi’in, hingga kini. Yakni sangat semangat melaksanakan umrah di bulan Ramadhan untuk
mendapatkan pahala ini.

Demikianlah, jika kita mampu, tentu sangat diutamakan untuk berumrah di bulan Ramadhan.
Wallahu a’lam. ****

Narasumber artikel ini:

Zaini Munir Fadloli

Anda mungkin juga menyukai