Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI PERBANKAN

(KLIRING)

Ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Perbankan

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

Maryam Ismail (921417082)

Fatrinawaty Alui Kilo (921417121)

Suranti Djakaria (921417136)

Kadek Hartana (921417103)

Noviyanti Baga (921417161)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS EKONOMI

S1 AKUNTANSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan
dengan tepat waktu terwujud dalam makalah kami “Akuntansi Perbankan”.

Besar harapan kami semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat
yang besar baik untuk kami maupun orang lain. Ucapan terimakasih tak lupa
kami sampaikan kepada Dosen Pengajar mata kuliah Akuntansi Perbankan,
kepada teman-teman dan pihak-pihak yang turut mendukung untuk terciptanya
makalah ini.

Akhir kata kelompok kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai referensi.

Ponorogo, 27 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Pengertian Kliring .................................................................................... 2
2.2 Sistem Kliring........................................................................................... 2
2.3 Peserta Kliring .......................................................................................... 2
2.4 Warkat dan Dokumen Kliring .................................................................. 3
2.5 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual .................................. 4
2.6 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring ............................... 5
2.7 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah ...................................................... 5
2.8 Akuntansi Kliring ..................................................................................... 6
2.9 Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi ............................................ 10
2.10 Jenis Biaya Kliring ................................................................................. 14
2.11 Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi ............................................ 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana


kliring untuk memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat
saling memperhitungkan hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis
yang dilakukan masing masing nasabahnya. Transaksi antara nasabaah bank
tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang
lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang bisa saja
dilakukan diluar cara ini namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara
cepat, aman, efektif, dan efisien.

1.2 Tujuan

Untuk memahami pengertian kliring, sistem kliring, sistem peserta kliring,


warkat dan dokumen kliring, jadwal kliring lokal dan pelimpahan hasil
kliring, sistem kliring warkat luar wilayah, serta kliring elektronik dan
otomasi.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kliring


Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggaraan oleh bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.

2.2 Sistem Kliring


Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:

a. Sistem Manual yaitu sistem penyelenggaraan lokal yang dalam pelaksanaan


perhitungan,pembuatan bilyet saldo kliring,serta pemilihan warkat dilakukan
secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem Semi Otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
c. Sistem Otomasi yaitu, sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
peaksanaan perhitungan pembutan bilyet saldo kliring, dan pemilihan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.

2.3 Peserta Kliring


Peserta kliring adalah bank atau bank indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi:

1. Peserta langsung, peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah
kliring yang dengan kantor induknya. Syarat:

a. Kantor Bank yang dapat menjadi peseta langsung:

1. Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari BI

2. Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya diluar negeri
dan telah memperoleh izin kembukaan kantor dari BI.

2
3. Kantor cabang pembantu yang telah memperoleh izin dari BI untuk
beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor cabang induk.

b. Kantor Bank mempunyai kantor lain yang memillki rekening giro disalah
satu kantor BI.

c. Lokasi kantor bank memungkinkan untuk mengikuti kliring secara tertib


sesuai jadwal kliring lokal ( waktu tempuh maksimal 45 menit).

2. Peserta tidak langsung, peserta yang turut serta dalam pelaksaan kliring melalui
dan menggunakan idenitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama.

2.4 Warkat dan Dokumen Kliring


a. Warkat

Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas


beban atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat
yang diperhitungkan adalah :

1. Cek, perintah tak bersyarat pada bank untuk membayar sejumlah uang
tertentu atas beban rekening penarikan cek.
2. Bilyet Giro , perintah kepada bank untuk memindah bukukan uang
sejumlah tertentu atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu
kepada pihak yang tercantum dalam bilyet giro tersebut.
3. Wesel Bank untuk Transfer (WBUT), Wesel yang diterbitkan oleh bank
khusus untuk transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer(SBPT), Surat bukti penerimaan
transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta
penerima dana transfer melalui kiring lokal
5. Nota Debet, warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain
untuk nasabah bank yang menyampaikan warkat.

6. Nota Kredit, warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada


bank lain untuk nasabah bank yang menerima warkat.

3
b. Dokumen Kliring

Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu


dalam proses perhitungan kliring di tempat penyelenggaraan.

2.5 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual


Penyelanggaraan kliring terdiri dari 2 tahap yaitu:

Kliring Penyerahan meliputi kegiatn yang dilakukan di kantor peserta dan di


tempat penyelenggara.

1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring


penyerahan ditempat penyelenggaraan, peserta harus melakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Melaukan pengecekan terrhadap warkat yang akan
dikliringkan apakah warkat tersebut merupakan
warkat yang dapat dikliringkan dan telah
memenuhi spesifikasi sesuai ketenuan yang
berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan engan
rincian nominal warkat serta jumlah lembar dan
jumlah nominal warkat.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan
kliring penyerahan ditepat penyeenggara, wakil peserta
melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring
penyerahan pada jadwal yang telah ditetapkan
dengan mengisi daftar hadir yang disediakan
penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat.

4
d. Mencocokkan rincian yang terpancum pada daftar
warkat kliring penyerahan yang diterima dari
peserta lain dengan warkat yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan
daftar warkat kliring penyerahan yang diserahkan
maupun yang diterima.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas
wakl peserta yang bersangkutan pada neraca kliring
penyerahan, kemudian menyerahkan lemarr pertama
neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegitan tugas penyelenggara:
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan
berdasarkan neraca kliring penyerahan yang
disampakain oleh seluruh wakil peserta.

2.6 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil
kliring ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan BI yang mewilayahi.
Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta
diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraan kliring penyerahan / pengembalian.

Sebagai contoh :

a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30-11.00.


b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00-13.30.

2.7 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan
bilyet giro yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta diwilayah kliring
dimana cek dan bilyet giro dikliringkan.

5
Manfaat penyelesaian pembayaran Cek/BG luar kota :

1. Untuk penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat


berupa efesiensi dalam (same day settement).
2. Dalam efektivitas cek/BG sesuai jadwal kliring lokal tempat dikliringkan
3. Untuk seluruh biaya atas proses wakat pada Bank Indonesia ada kesamaan
dengan warkat lokal lainya. Dari kemudahan tersebut diaharapkan bisa
meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah

2.8 Akuntansi Kliring


Berikut ini adalah transaksi kliring beserta pencatatannya: peserta kliring
adalah Bank Mega, Bank Lippo, dan Bank Niaga Jakarta. Transaksi berikut ini
merupakan transaksi yang diselesaikan melalui kliring lokal.

1. Nasabah Bank BRI Jakarta dengan nama Denis Setiawan sudah menarik
cek no.011.000.12 sejumlahRp 50.000.000 dan cek no.011.000.13
sejumlah Rp 30.000.000 untuk membayar pembelian elektronik kepada
nasabah giro Bank Mega Jakarta yang bernama Drajat.
2. Bank Mega Jakarta telah menerima bilyet giro dari Erika untuk
keuntungan nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp50.000.000 yang
bernama Fahmi.
3. Telah menarik cek untuk membayar barang dagangan oleh Nasabah Niaga
Jakarta yang bernama Candra, kepada nasabah Bank Mega Jakarta sebesar
Rp60.000.000 yang bernama Yanti,
4. Bank BRI Jakarta telah diterima warkat debet masuk sebesar
Rp20.000.000 untuk beban nasabah giro Dwiwahyu. Bank Niaga Jakarta
memberkan warkat melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro
Fitri.
Diminta:
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
2. Neraca kliring pada tiap-tiap bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga
kliring

6
Jawab:
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring

Transaksi Keterangan Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

1. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 80.000.000

Cr. RAR Kliring 80.000.000

1. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 80.000.000

Cr. Giro Drajat 80.000.000

2. Kliring 1 Dr. Giro Erika 50.000.000

Cr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

3. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 60.000.000

Cr. RAR Kliring 60.000.000

3. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 60.000.000

Cr. Giro Yanti 60.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Mega Jakarta

Pencatatan jurnal di Bank BRI Jakarta

Kredit
Transaksi Keterangan Rekening Debet (Rp.)
(Rp.)

1. Kliring 2 Dr. Giro Danis Setiawan 80.000.000

Cr. Giro BI 80.000.000

4. Kliring 2 Dr. Giro Dwiwahyu 20.000.000

Cr. Giro BI 20.000.000

7
Pencatatan Jurnal di Bank Niaga Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

2. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

Cr. Giro Fahmi 50.000.000

3. Kliring 2 Dr. Giro Candra 60.000.000

Cr. Giro BI 60.000.000

4. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 20.000.000

Cr. RAR Kliring 20.000.000

4, Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 20.000.000

Cr. Giro Fitri 20.000.000

2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring.

Bank Mega

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

1. WDK 80.000.000 2. WKK 50.000.000

3. WDK 60.000.000

Menang Kliring 90.000.000

Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000

8
Bank BRI

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

1. WDM 80.000.000

Kalah Kliring 100.000.000 4. WDM 20.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Bank Niaga

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

2. WKM 50.000.000 2. WDM 60.000.000

4. WKM 20.000.000

Menang Kliring 10.000.000

Jumlah 70.000.000 Jumlah 70.000.000

3. Neraca kliring yang disajikan Bank Indonesia.

Bank Indonesia

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

Bank Lippo 100.000.000 Bank Mega 90.000.000

Bank Niaga 10.000.000

Menang Kliring 10.000.000

9
Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

2.9 Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama
dengan kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan
adalah pada penggunaan teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan
kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo
kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada
Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring
elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat
Komputer kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan
Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer
pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan
elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring
lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk
mengirim Data Keuangan Elektroinik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi
hasil perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud
JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara
TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki
password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan


sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD


digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel

10
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat
yang diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan
jumlah nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada
bundel warkat yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai
saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan
simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang
dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi
atau elektronik. MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear
band terdiri dari :

1. Nomor Warkat: 6(enam) digit;


2. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
3. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
4. Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
5. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta
nomor urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian
bank dapat pula menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya
nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau
Bilyet Giro. Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka.

11
Pencantuman nomor warkat yang kurang dari 6(enam) digit, harus diawali
dengan angka “0” (nol). Sedangkan unutk nomor warkat yang melebihi
6(enam) digit hanya dicantumkan 6(Enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan
kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol domestik.

2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima
warkat. Untuk keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang
terdiri dari :

1. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank


2. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
3. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
4. Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta
penerima paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor
rekening yang kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali dengan angka “0” (nol),
sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya
dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan
karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan dengan angka
“0000000001” dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap nama serta nomor
rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening ini diakhiri dengan
simbol domestik.

4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur
sebagai berikut :

1. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
2. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut :

12
1) 00 sampai dengan 09 untuk cek;

2) 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;

3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;

4) 30 sampai dengan 29 untuk SBPT;

5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :

a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45,


untuk transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah)

b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal


diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk
transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam
kliring.

6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai


berikut :

a) Sandi transaksi 50, untuk :

1. Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang


pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia
yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal
serta jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan
elektronik; dan

13
2. Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar
Bank (PUAB), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS),
transaksi valuta asing antar bank dan atau transaksi
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU);

b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;

c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia


(SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted.
Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan
menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder
dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada
warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka
termasuk 2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
2. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari
Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana
dimaksud diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan
kanannya.

2.10 Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi
maupun secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya
kliring ini menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara
umum biaya kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring.

14
Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang
dimiliki oleh peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,


otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan
biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya
biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring
yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.

2.11 Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi


Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak
berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kliring merupakan suatu tata cara penagihan surat-surat berharga/warkat
dari satu bank peserta kliring terhadap bank pesertaa kliring lainnya dalam satu
wilayah kliring yang diselenggarakan oleh bank Indonesia.

Berdasarkan sistim penyelenggaraannyaa, kliring dapat menggunaakan:

a. Sistim manual, yaitu sistim penyelenggaraan liring lokaal yang daalam


pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo liring serta pemilahaan
warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistm penyeeenggran kliring lokal yaang dalam
pelkssanaan perhitngan dan peembuataan Bilyet Saldo kliring dilakukaan
ecara otomasi, sedangkn pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh
setiap peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilihan
warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring local secara elektronik
yang selanjutnya disebut Kliring Elektronik adalah penyelenggaraan
kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet
Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik (DKE) disertai
dengan penyampaian Warkat peserta kepada penyelenggara untuk
diteruskan kepada peserta penerima.

16
DAFTAR PUSTAKA
Purnamawati, I Gusti Ayu dkk, 2004. Akuntansi Perbankan Teori dan Soal
Latihan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Taswan, 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah


Edisi III . Yogyakarta: UPP STIM YKPN

17

Anda mungkin juga menyukai