TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Gambar 2.1. Tanaman sirih hijau (P. betle L.) ( Dwivedi and Tripathi, 2014)
6
7
Tanaman sirih hijau merupakan tanaman perdu dan merambat dengan daun
tunggal, bulat panjang, pangkal daun berbentuk jantung, ujing meruncing, tepi
daun rata dengan panjang 5-8 cm dan lebar 2-5 cm, memiliki tangkai, permukaan
halus, tulang daun menyirip dan berwarna hijau atau hijau tua. Batang berwarna
hijau, berkayu, bulat dan berbuku-buku. Bunga majemuk berbentuk bulir dengan
daun pelindung ± 1 mm, berbentuk bulat panjang, kepala putik tiga sampai lima
berwarna putih, hijau kekuningan. Buah berbentuk bulat berwarna hijau keabu-
2000).
2.1.3 Kandungan kimia dan bioaktivitas antifungi tanaman daun sirih hijau
minyak atsiri (Departemen Kesehatan RI, 2000). Dalam daun sirih hijau juga
adanya senyawa alkaloid, tanin, karbohidrat, asam amino dan steroid. Komponen
utama pada daun sirih hijau yaitu minyak atsiri yang mengandung 2 senyawa
daun sirih hijau memiliki aktivitas terhadap C. albicans dengan daya hambat
sebesar 7,2 mm dengan metode difusi disk. Selain itu, dalam penelitian
8
Nanayakarra, et al. (2014), dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih hijau
albicans dengan metode difusi agar. Aznita, et al. (2011), dalam penelitiannya
melaporkan bahwa ekstrak air daun sirih hijau mampu memberikan daya hambat
yaitu senyawa terpen seperti carvacol, linalool dan eugenol. Kawsud, et al. (2014)
melaporkan bahwa, ekstrak etanol daun sirih hijau diketahui memiliki aktivitas
dengan fase gerak toluene : etil asetat (90 : 10 v/v) dengan kandungan senyawa
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycota
Class : Saccharomyces
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
(Hasanah, 2012)
9
Candida albicans merupakan suatu ragi berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6 µm sampai 2-5,5 µm x 5-28,5 µm. C. albicans
berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari
tunas yang disebut blastospora (Siregar, 2002). C. albicans dikenal sebagai fungi
(kandida pada urin), kandidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer atau
bahkan dapat menjadi komplikasi penyakit kanker. C. albican dapat tumbuh pada
suhu 37oC dalam kondisi aerob, C. albicans mempunyai waktu generasi yang
lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob
C. albicans disebut juga jamur dimorfik yang terdapat dalam bentuk sel ragi
(blastospora) dan hifa semu (pseudohifa). Sel ragi berbentuk bulat hingga oval
dan mudah terpisah satu sama lain. Pseudohifa tersusun memanjang dan
berbentuk elips yang menempel satu sama lain pada bagian septa yang
berkonstriksi dan tumbuh dalam pola bercabang yang berfungsi untuk mengambil
nutrisi yang jauh dari sel induk atau koloni (Maharani, 2012). C. albicans pada
media Saboraud Dextrose Agar membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas,
yaitu: menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna
putih kekuning-kuningan dan berbau ragi. Jamur candida dapat hidup dalam
C. albicans yaitu adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan
utama dalam interaksi antara sel jamur dan substrat host. Interaksi ini
Adhesi melibatkan interaksi antara ligan dan reseptor pada sel inang dan proses
melekatnya sel C. albicans ke sel inang. Perubahan bentuk dari khamir ke filamen
terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu
cara Candida spp untuk mempertahankan diri dari obat-obat antifungi. Produksi
imunitas host. C. albicans tidak hanya melekat, namun juga melakukan penetrasi
2012).
11
2.3 Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh
Candida albicans atau terkadang spesies kandida lain yang dapat menyerang
berbagai jaringan tubuh (Siregar, 2002). Prevalensi kandidiasis salah satunya yaitu
tersebut dapat terjadi karena negara Indonesia merupakan daerah yang beriklim
mempunyai resiko infeksi kandidiasis yang lebih tinggi dimana 31,8% terjadi
Infeksi kandida dapat berlangsung secara endogen dan eksogen atau kontak
langsung. Infeksi endogen lebih sering terjadi karena kandida bersifat saprofit di
dalam traktus digestivus. Bila terdapat faktor predisposisi, kandida dapat lebih
Infeksi eksogen atau kontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel
pada kulit atau selaput lendiri sehingga dapat menimbulkan kelainan pada kulit
(Siregar, 2002).
2.4 Iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca dalam suatu periode yang panjang. Iklim
a. Zona Iklim Panas, antara ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut,
e. Zona Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4000 meter di atas
permukaan laut.
(Utoyo, 2007)
seperti suhu, persedian air dan penyinaran matahari. Iklim akan mempengaruhi
(Haryanti, 2008).
2.5 Ekstraksi
polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar pada pelarut non polar. Proses
ekstraksi dimulai dari kontak pelarut dengan dinding sel tanaman, penetrasi
13
pelarut ke dalam sel tumbuhan, pelarutan zat aktif dalam sel, difusi zat aktif ke
luar sel dan pengumpulan zat aktif yang telah terekstraksi (Sticher, 2008).
bahan yang akan diekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bundar yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak (kondensor), lalu dipanaskan
sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan terkondensasi
oleh kondensor dan akan kembali ke dalam labu alas bundar (Putri, 2014).
Keuntungan dari metode refluks yaitu dibutuhkan pelarut yang lebih sedikit dan
waktu yang lebih cepat jika dibandingan dengan metode maserasi, selain itu
mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas biologi dari suatu analit yang
mencari senyawa antibakteri atau antifungi baru, kontrol kualitas antimikroba dan
seperti difusi agar dan dilusi yaitu dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas
yang paling sering digunakan karena metodenya yang sederhana dan lebih mudah
meletakkan plat KLT hasil elusi senyawa yang akan diuji di atas media padat yang
dkk., 2008).
senyawa aktif ke dalam medium agar yang dapat menghasilkan zona hambatan
antara senyawa aktif dengan nilai Rf yang sama. Dengan metode KLT
dapat langsung diamati pada medium agar (Khaerati dan Ihwan, 2011).
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara
kimia yang biasa dilakukan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu
pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika
15
yang dapat dilakukan untuk menampakan bercak yaitu dengan cara pencacahan
untuk senyawa yang dapat berfluoresensi akan membuat bercak akan terlihat jelas.
Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak (Gandjar dan Rohman,
2007):
intensitas bercak.
bercak yang gelap atau bercak yang berfluoresensi terang pada dasar yang
berfluoresensi seragam.
c. Menyemprot plat KLT dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu
tampak. Solut-solut yang menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak (peak)
dalam uji KLT bioautografi dilakukan dengan mereaksikan lempeng plat KLT