Anda di halaman 1dari 48

Sejarah Banser

Tahun 1924 dengan berlatar belakang pada berdirinya organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan seperti Jong

Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes berdiri organisasi kepemudaan Syubbanul Wathan

yang berarti Pemuda Tanah Air yang berdiri di bawah panji Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab

Hasbullah dan dipimpin oleh Abdullah Ubaidmelalui media khusus telah memiliki anggota 65 orang. Perkembangan

selanjutnya Subbanul Wathan disambut baik oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) sebagai elemen unsur pemuda

sehingga ratusan pemuda mencatatkan diri sebagai anggota, karena aktifitas organisasi ini menyentuh kepentingan

dan kebutuhan pemuda saat itu.

Karena Subbanul Wathan telah diterima baik oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) pemuda maka

membentukorganisasi kepanduan yang diberi nama Ahlul Wathan (Pandu Tanah Air) sebagai inspektur umum

kwartir Imam Sukarlan Suryoseputro. Kelanjutan perkembangan organisasi ini sampai apada masalah-masalah

Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang menitikberatkan pada aspek kebangsaan dan pembelaan tanah air

Dari perkembangan-perkembangan yang terjadi inilah maka ANO kemudian menjadi Gerakan Pemuda Ansor dan

Banoe menjadi Barisan Ansor Serbaguna atau disingkat dengan Banser

Setelah Nahdlatul Ulama (NU) berdiri (31 Januari 1926) kegiatan organisasi agak mengendor karena beberapa orang

pengurusnya aktif dan disibukkan untuk mengurus organisasi NU.

Atas dasar pemikiran dan upaya Abdullah Ubaid dan Thohir Bakri pada tahun 1930 mengembangkan dan

membangun organisasi yang berpengaruh di tingkat nasional yang diberi nama Nahdlatus Subban (Kebangkitan

Pemuda), yang dipimpin oleh Umar Burhan.

Dengan latar belakang pengarahan KH. Abdul Wahab (guru besar kaum muda waktu itu) beliau menyebut beberapa
ayat suci Al-Qur’an yang mengisahkan kesetiaan para sahabat Al-Khawariyyin yang tidak kepalang tanggung

menolong perjuangan para Nabi menyiarkan ajaran Islam dengan pengorbanan lahir maupun batin, mereka tampil

sebagai pejuang yang tangguh dalam membela dan membentengi perjuangan Islam, kemudian Nabi memberi nama

penghormatan kepda mereka dengan sebutan Ansor yang berarti mereka yang menolong. Kemudian pada tanggal 24

April 1934 berdirilah organisasi ANO yang berarti Ansoru Nahdlatul Oelama yang dimaksudkan dapat mengambil

berkah (Tabarrukan) atas semangat perjuangan para sahabat Nabi dalam memperjuangkan dan membela serta

menegakkan agama Allah. Diharapkan kelak senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat ansor yang selalu

bertindak dan bersikap sebagai pelopor dalam memberikan pertolongan untuk menyiarkan, menegakkan dan

membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen yang seharusnya senantiasa dipegang teguh oleh para anggota Gerkan

Pemuda Ansor.
Melalui kongres I tahun 1936, Kongres II Tahun 1937 dan Kongres III tahun 1938 memutuskan ANO mengadakan

Barisan Berseragam yang diberi nama Banoe (Barisan Nahdlatul Oelama) dengan merinci jenis riyadloh yang

diperbolehkan:

1. Pendidikan baris berbaris

2. Latihan Lompat dan Lari

3. Latihan angkat mengangkat

4. Latihan ikat mengikat (Pioner)

5. Fluit Tanzim (belajar kode/isyarat suara)

6. Isyarat dengan bendera (morse)

7. Perkmpungan dan perkemahan

8. Beljar menolong kecelakaan (PPPK)

9. Musabaqoh Fil Kholi (Pacuan Kuda)

10. Muromat (melempar lembing dan cakram)

Kedudukan dan Peran Banser

Kedudukan Banser

Banser atau Barisan Ansor Serbaguna merupakan tenaga inti GP Ansor sebagai penggerak, pengemban, dan
pengaman program-program sosial kemasyarakatan yang keanggotaannya memiliki kualifikasi: disiplin dan dedikasi

tinggi, ketahanan fisik dan mental yang tangguh, penuh daya juang dan dapat mewujudkan cita-cita GP Ansor dan

kemaslahatan umum.

Banser memiliki pola hubungan instruktif, koordinatif dan konsultatif baik secara vertikal maupun horisontal di

seluruh satuan koordinasi melalui Pimpinan GP Ansor.

Tugas dan Kegiatan Utama Serta Tanggungjawab Banser

Tugas dan kegiatan utama Banser meliputi:

1. Kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan untuk pembangunan


2. Pengamanan lingkungan
3. Kegiatan bela negara
Tanggungjawab Banser meliputi:

1. Menjaga, memelihara, menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan organisasi khususnya dan terutama bagi
keluarga Nahdlatul Ulama
2. Bersama dengan kekuatan bangsa lain untuk tetap menjaga dan menjamin keutuhan bangsa dari segala
ancaman, hambatan, gangguan dan tantangan.
3. Dalam pelaksanaan keorganisasian, Banser dikendalikan dan diawasi oleh GP Ansor di semua tingkatan
dengan pola mekanisme koordinasi Ketua GP Ansor mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi
kepada Komandan di semua tingkatan. Sedangkan hubungan antara Komandan kepada Ketua GP Ansor
disemua tingkatan hanya terbatas pada hubungan konsultatif. Pola pelaksanaan organisasi ini menunjukkan
bahwa pemberian status semi otonom pada Banser merupakan kewenangan yang diberikan oleh Ketua GP
Ansor pada Satuan Koordinasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan internbal Banser, sedangkan untuk
kepentingan eksternal harus terkait langsung dengan ketua GP Ansor.
4. Pengertian semi otonom seperti dijelaskan di atas harus dipahami secara menyeluruh oleh para pelaksana
Organisasi Banser, sehingga akan dapat mengantisipasi terjadinya ketimpangan organisasi dimana Banser
merasa memiliki nilai lebih ketimbang GP Ansor sehingga mereka tidak mau dikendalikan dan diarahkan
oleh GP Ansor.
5. Mekanisme kerja antara GP Ansor dengan Bansere di semua tingkatan memenuhi mekanisme sbb:

Paradigma Baru Banser

Banser sebagai kader inti yang menjadi bagian integral GP Ansor sudah mulai melakukan perubahan internal.

Perubahan paradigma Banser yang sebelumnya berorientasi militeristik telah ditinjau-ulang karena tidak sejalan lagi

dengan semangat zaman. Kini Banser tidak hanya ditempatkan sebagai kekuatan paramiliter dan penjaga

keamanaan, akan tatapi Banser telah memiliki paradigma baru yang berorientasi pada semangat civil society yang

juga diprogramkan GP Ansor. Ini berarti Banser ke depan ditempatkan menjadi sayap kekuatan GP Ansor yang

berorientasi pada kerja-kerja kemanusiaan yang konkret, peduli, dan ramah. Kekuatan Banser hendaknya senantiasa

menjadi alat kepanjangan GP Ansor untuk menolong dan bertindak demi kemanusiaan, khususnya bagi warga NU,
umat Islam, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Ini berarti Banser tidak hanya bertugas mengamankan

situasi dan kondisi, serta lingkungan dimana kekuatan Banser berada. Akan tetapi Banser paling tidak dapat menjadi
kekuatan semacam Satkorlak atau Tim SAR yang bertugas untuk menyelamatkan masyarakat dari penderitaan

hidupnya, baik penderitan akibat bencana alam yang sering terjadi, maupun penderitaan sosial dan ekonomi.

Pelatihan-pelatihan ketrampilan menjadi prioritas Banser, sehingga dengan demikian paradigmanya terus bergeser

ke arah pemberdayaan masyarakat sipil yang berorientasi kemanusiaan dan profesionalisme.

PERATURAN ORGANISASI

BARISAN ANSOR SERBAGUNA (BANSER)

Pasal 1

UMUM

Yang dimaksud dengan Barisan Ansor Serbaguna selanjutnya disingkat (BANSER) dalam peraturan organisasi ini

adalah tenaga inti Gerakan Pemuda Ansor sebagai kader penggerak, pengemban dan pengaman program-program

sosial kemasyarakatan Gerakan Pemuda Ansor. Kader dimaksud adalah anggota Gerakan Pemuda Ansor yang

memiliki kwalifikasi : Disiplin dan dedikasi yang tinggi, ketahanan fisik dan mental yang tangguh, penuh daya juang

dan religius sebagai benteng ulama dan dapat mewujudkan Gita-cita Gerakan Pemuda Ansor dan kemaslahatan

umum.

Pasal 2

Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi

1. Fungsi Utama Banser adalah:

a. Fungsi Kaderisasi BANSER merupakan perangkat organisasi Gerakan Pemuda Ansor sebagai kader terlatih untuk

pengembangan kaderisasi dilingkungan Gerakan Pemuda Ansor.

b. Fungsi Dinamisator BANSER merupakan perangkat organisasi Gerakan Pemuda Ansor yang berfungsi sebagai

pelopor penggerak program-program Gerakan Pemuda Ansor.

c. Fungsi Stabilisator BANSER merupakan perangkat organisasi Gerakan Pemuda Ansor yang berfungsi sebagai

pengaman program-program sosial kemasyarakatan Gerakan Pemuda Ansor.

2. Tugas Banser

a. Merencanakan, mempersiapkan dan mengamalkan Gita-Gita pejuangan Gerakan Pemuda Ansor serta

menyelamatkan dan mengembangkan hasil-hasil perjuangan yang telah di capai.


b. Melaksanakan program sosial kemasyarakatan dan program pembangunan yang berbentuk rintisan dan
partisipasi.

c. Membantu terselenggaranya SISHANKAMRATA di lingkungan Gerakan Pemuda Ansor dan lingkungan sekitarnya.

3. Tanggung Jawab BANSER adalah:

a. Menjaga, memelihara dan menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan Gerakan Pemuda Ansor khususnya dan NU

umumnya

b. Bersama dengan kekuatan Bangsa yang lain untuk tetap menjaga dan menjamin keutuhan bangsa dari segala

ancaman, hambatan, gangguan dan tantangan.

Pasal 3

Kegiatan

Kegiatan BANSER adalah kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan, pembangunan serta bela Negara yang tehnis

pelaksanaanya berpedoman pada program kegaiatan Banser.

Pasal 4

Keanggotaan

1. Anggota BANSER adalah anggota Gerakan Pemuda Ansor.

2. Keanggotaan SANSER ditetapkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sehat fisik dan mentalnya

b. Memiliki tinggi badan sekurang-kuranya 160 cm, kecuali memiliki kecakapan khusus.

c. Telah lulus mengikuti Pendidikan dan Latihan dasar BANSER.

d. Memiliki dedikasi dan loyalitas kepada Gerakan Pemuda Ansor.

3. Anggota kehormatan diberikan kepada mantan anggota BANSER yang berusia diatas 45 tahun dan atau tokoh

masyarakat yang berperan dalam menggerakkan BANSER.

Pasal 5

Pengesahan dan Tanda Anggota

1. Keanggotaan BANSER disyahkan Kepala Satkorcab dan diketahuinya oleh Ketua Gerakan Ansor Cabang/Daerah

masing-masing.

2. Setiap an9gota BANSER wajib memiliki kartu tanda anggota BANSER.

3. Format Kartu Tanda Anggota ditetapkan oleh Satkornas dan diterbitkan oleh Satkorwil.
4. Khusus pengurus Satkornas dan Satkorwil, Kartu Tanda Anggota ditetapkan oleh Satkornas.

5. Penerbitan dan penggunaan kartu Tanda Anggota diatur dalam pedoman Keanggotaan BANSER.
Pasal 6

Pendidikan

1. Pendidikan Kebanseran Meliputi:

a. Pendidikan dan Pelatihan dasar (DIKLATSAR)

b. Kursus Banser Lanjutan (SUSBALAN)

c. Kursus Banser Pimpinan (SUSBAMPIM)

d. Kursus Pelatih Banser (SUSPELA T)

e. Pendidikan dan Latihan Kejuruan (DIKLA T JUR)

2. Teknik Pelaksanaan Pendidikan diatur Pedoman Pendidikan.

Pasal 7

Hak dan Kewajiban Anggota

1. Setiap anggota BANSER berhak :

a. Mengenakan seragam BANSER dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun tugas lapangan.

b. Mendapatkan pendidikan dan latihan dalam upaya meningkatkan prestasi kemampuan yang dimilikinya.

c. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan hukum, penghargaan sesuai prestasi dan pengabdian yang dimilikinya.

2. Setiap Anggota BANSER wajib :

a. Mentaati peraturan organisasi

b. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi.

c. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.


d. Melaksanakan Tata Sikap dan prilaku Banser dalam dan di luar kedinasan (sebagaimana dijelaskan dalam

peraturan tata sikap dan perilaku Banser didalam kedinasa dan luar kedinasan).

Pasal 8

Satuan Koordinasi

1. Pimpinan Gerakan Pemuda Ansor disemua tingkatan bertanggung jawab melakukan koordinasi, mengendalikan

dan mengawasi segala sesuatu mengenai BANSER pada ruang lingkup kepemimpinannya didelegasikan kepada salah

seorang pengurus harian.

2. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut dibentuk Satuan Koordinasi BANSER ditingkat Pimpinan Pusat,

Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting yang masing-masing dipimpin
oleh seorang Kepala.

3. Ditingkat pusat dibentuk Satuan Koordinasi Nasional (SATKORNAS) BANSER yang dipimpin oleh seorang Kepala
Satkornas diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Annsor.

4. Ditingkat Wilayah dibentuk Satuan Koordinasi Wilayah (SATKORWIL) BANSER yang dipimpin oleh seorang

Kepala Satkorwil diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor.

5. Ditingkat Cabang dibentuk Satuan Koordinasi Cabang (SATKORCAB) BANSER yang dipimpin oleh seorang Kepala

Satkorcab diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor.

6. Ditingkat Anak Cabang dibentuk Satuan Koordinasi Rayon (SATKORYON) BANSER yang dipimpin oleh seorang

Kepala Satkoryon diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor.

7. Ditingkat Ranting dibentuk Satuan Koordinasi Kelompok (SATKORPOK) BANSER yang dipimpin oleh seorang

Kepala Satkorpok diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Ranting Gerakan pemuda Ansor.

8. Mekanisme pembentukan satuan koordinasi disemua tingkatan koordinasi diatur dalam pedoman pembentukan

satuan koordinasi.

Pasal 9

Pola dan Mekanisme Koordinasi

1. Hubungan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor kepada Kepala Satkornas dan atau hubungan Ketua Gerakan

Pernuda Ansor kepala dimasing-masing tingkatan bersifat instruktif dan hubungan sebaliknya bersifat konsultatif.

2. Hubungan Kepala Satkornas kepada ketua-ketua, sekretaris, dan Bendahara Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda

Ansor bersifat koordinatif.

3. Hubungan Kepala kepada Wakil Kepala ditingkat masing-masing bersifat instruktif dan hubungan sebaliknya

bersifat konsultatif.

4. Hubungan Wakil Kepala kepada para Asisten, Biro-biro, Satuan Pengawas dan Sekretaris serta antara komandan-

komandan pasukan pada tingkatan masing-masing bersifat instruktif dan hubungan sebaliknya bersifat konsultatif.

5. Hubungan antar Asisten, antar Biro, antar Satuan Pengawas dan Sekretaris serta komandan pasukan pada masing-
masing tingkatan bersifat koordinatif.

6. Hubungan Satkornas, Satkorwil, Satkorcab, Satkoryon dan Satkorpok bersifat instruktif dengan sepengetahuan

ketua GP. Ansor di semua tingkatan masing-masing,

Pasal 10

Pimpinan dan Staf

1. Susunan Satkornas dan Satkorwil:

a. Satu Kepala

b. Satu Wakil Kepala

c. Asisten-Asisten:
1) Asisten Informasi dan Komunikasi (Asinfokom).

2) Asisten Kegiatan (Asgiat).

3) Asisten Administrasi dan Anggota (Asminang).

4) Asisten Perbekalan (Askal).

5) Asisten Perencanaan, Pendidikan dan Latihan (Asrendiklat).

6) Asisten Penelifian dan Pengembangan (Aslitbang).

7) Asisten Kerjasama (Asker).

8) Kepala Satuan Pengawas (Satpas)

9) Sekretaris/Sekretariat.

2. Susunan Satkorcab:

a. Satu Kepala

b. Satu Wakil Kepala

c. Biro-biro:

1) Biro Informasi dan Komunikasi

2) Biro Kegiatan (Rogiat).

3) Biro Administrasi dan Anggota (Rominang).

4) Biro Perbekalan (Rokal).

5) Biro Perencanaan, Pendidikan & Latihan (Rorendiklat).

6) Biro Penelitian dan Pengembangan (Rolitbang).

7) Biro Kerjasama (Roker).

8 Kepala Satuan Pengawas (Satpas)


9) Sekretaris/Sekretariat

Pembentukan unit-unit khusus disesuaikan dengan kebutuhan

3. Susunan Satkoryon dan Satkorpok

Menyesuaikan dengan susunan Satkorcab sesuai dengan kebutuhan dan jumlah anggota.

Pasal 11

Kualifikasi Kepala

1. Kepala BANSER dipilih dari unsur Ketua pengurus Harian Gerakan Pemuda Ansor yang membidangi kebanseran

disemua tingkatan.
2. Kepala BANSER dipilih berdasarkan Rapat Harian Gerakan Pemuda Ansor disemua tingkatan.

3. Pernah mengikuti Diklatsar.

Pasal 12

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala

1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian kegiatan BANSER dengan wewenang komando sesuai dengan

tugas dan fungsi BANSER

2. Membuat, merencanakan kegiatan secara umum (General Planning)

3. Melaksanaan penataan Organisasi secara umum (General Organizing)

4. Menentukan kebijaksanaan umum (General Policy)

5. Menentukan instruksi-instruksi umum (General lntruction)

6. Bersama dengan Wakil Kepala mengadakan pengawasan secara umum (General Supervisor).

7. Memberikan saran dan pandangan kepada Ketua GP. Ansor.

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada pimpinan GP. Ansor.

Pasal 13

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Wakil Kepala

1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian kegiatan BANSER dengan wewenang komando dengan kebijakan

Kepala.

2. Mewakili Kepala jikaKepala Berhalangan

3. Bersama-sama Kepala melaksanakan Tugas dan Tanggung jawabnya

4. Merinci dan membagi tugas para Staf sesuai dengan bidangnya masing-masing.

5. Memantau/mengawasi dan mendampingi sistem dan proses kerja yang dilaksanakan oleh Staf.
6. Memberikan saran dan pandangan kepada Kepala.

7. Menerima laporan secara periodik dari staf untuk dilanjutkan kepada Kepala.

8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan pimpinan.

Pasal14

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Unsur Stat Pembantu Pimpinan (ASISTEN-ASISTEN)

Di Tingkat Satkornas dan Satkorwil

1. ASISTEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI (ASINFOKOM)

a. Menyusun program kerja informasi dan komunikasi secara umum yang mencakup sassran manusia, material dan

operasional
b. Melaksanakan penyimpanan rahasia satuan.

c. Melaksanakan fungsi penggalangan secara khusus baik pengamanan di dalam, maupun pengamanan di luar

(Spealling Saving)

d. Membuat perencanaan pengamanan secara khusus baik pengamanan didalam maupun pengamanan di luar.

e. Mengoptimalisasikan dan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kinerja anggota.

f. Bersama-sama Satuan Pengawas memantau dan menindak setiap kegiatan yang menyimpang dari ketentuan

satuan baik Intern maupun Ekstern.

g. Mendata potensi tirn informasi dan komunikasi disemua Cabang dan membentuk jaringan komunikasi cepat.

h. Mengadakan penyelidikan dan pemantauan tentang situasi dan kondisi baik kedalam maupun keluar tentang

keadaan manusia maupun materiil.

i. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan satuan secara terperinci.

j. Memberikan saran-saran mengenai pengamanan kepada Kepala dan Wakil Kepala

k. Mengadakan pengawasan secara khusus dan terus menerus terhadap pekerjaan (kinerja) Asister dan Anggotanya

serta melaporkan hasilnya kepada Wakil

l. Melaksanakan kajian dari hasil temuan kepengawasan dari berbagai peristiwa yang berdampak pada pelemahan

organisasi berikut menyusun alternatif pemecahan untuk disampaikan kepada Kepala atau Wakil Kepala.

m. Menyusun perencanaan pengoperasian personil berikut wilayah kerjanya.

n. Memberikan saran-saran kepada Asisten lain.

o. Bertindak/ bersikap sebagai mata dan telinga Satuan.

p. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan Intelijen dan pengamanan satuan.

q. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Waki Kepala.

2. ANGGOTA ASISTEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI

a. Membantu Asisten I dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.


b. Mewakili Asisten I apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten I

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten I dan Kepada Wakil

Kepala.

3. ASISTEN II KEGIATAN (ASGIAT)

a. Menyusun program kerja tentang pelaksanaan kegiatan yang bersifat operasional.

b. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Kepelatihan sebagaimana yang direncanakan oleh Rendiklat.

c. Menyusun rencana kebutuhan dan operasional personil pada setiap kegiatan Wilayah.
d. Mengadakan koordinasi antara staf/seksi tentang rencana pelaksanaan di lapangan.

e. Menyusun kegiatan umum dalam kaitannya dengan operasional personil.


f. Menentukan kebijakan-kebijakan khusus yang bersifat operasional.

g. Memberikan saran-saran yang bersifat operasional kepada Kepala.

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Wakil Kepala.

4. ANGGOTA ASISTEN KEGIATAN

a. Membantu Asisten II dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

b. Mewakili Asisten II apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten II

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten II.

5. ASISTEN III ADMINISTRASI DAN KEANGGOTAN (ASMINANG)

a. Menyusun program kerja Administrasi dan pengembagan serta pembinaan anggota.

b. Merencanakan dan menyiapkan Anggota yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan

c. Mempersiapkan segala data yang diperlukan antara lain: Potensi Anggota tingkat ranting, Anak Cabang, Cabang

dan Wilayah.

d. Memampangkan data potensi keanggotaan masing-masing Cabang di Sekretariat.

e. Mempersiapkan segala adminitrasi baik yang berkenaan dengan data-data Anggota maupun dokumentasi-

dokumentasi penting lainnya.

f. Memberikan informasi mengenai keadaan Anggota yang terlibat dalam kegiatan operasional

g. Melaksanakan pembinaan yang mengacu pada peningkatan SDM anggota.

h. Melaporkan/mengkonsultasikan hal-hal yang bersifat adminitrasi kepada Kepala atau Wakil Kepala.

i. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dengan penataan, pengembangan administrasi dan Anggota.

j. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Wakil Kepala.

6. ANGGOTA ASISTEN ADMINISTRASI DAN KEANGGOTAAN

a. Membantu Asisten III dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

b. Mewakili Asiten III apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten III

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten III dan Kepada Wakil

Kepala.

7. ASISTEN IV PERBEKALAN (ASBEK)

a. Menyusun Program yang terkait dengan pemenuhan perangkat lunak dan perangkat keras organisasi yang akan
digunakan dalam kegiatan baik berupa alat-alat, makanan dan komikasi serta obat-obatan.
b. Menyusun dan merencanakan secara matang opersional dan distribusi masing-masing komponen.

c. Bekerja sama dengan Asisten lain tentang perencanaan dan pelaksanaan pemenuhan keperluan perbekalan.

d. Memberikan informasi tentang keadaan logistik kepada seksi-seksi lain.

e. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan pemenuhan perbekalan satuan.

f. Memberikan saran dan pandangan kepada kepala.

g. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Wakil Kepala.

8. ANGGOT A ASISTEN PERBEKALAN

a. Membantu Asisten IV dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

b. Mewakili Asisten IV apabila berhalangan

c. Memberikan sarandan pandangan kepada Asisten IV

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten IV dan Kepada Wakil

Kepala

9. ASISTEN V PENDIDIKAN DAN LATIHAN (ASRENDIKLAT)

a. Menyusun Program kegiatan jangka pendek dan jangka menengah untuk perencanaan pendidikan dan

kepelatihan.

b. Menyusun petunjuk pelaksanaan Pendidikan dan Kepelatihan Banser dj semua tingkatan.

c. Menyusun kurikulum pendidikan dan Latihan meliputi:

1) Kurikulum ODiklatsar

2) Kurikulum Susbalan dan

3) Kurikulum Pendidikan Kejuruan dan Latihan Tambahan. sesuai dengan PO Banser.

d. Menyusun materi pre-test dan Post test sebagai pantauan keberhasilan masing- masing jenjang pendidikan dan

kepelatihan.

e. Menyusun materi Pendidikan dan Kepelatihan mulai dari Diklatsar, Susbalan sampai Pendidikan kejuruan dan

Latihan Tambahan.

f. Melakukan kepengawasan kesesuaian penyampaian ‘materi pendidikan dan latihan yang dilaksanakan oleh

Cabang dan Tim yang ditunjuk oleh Satkorwil.

g. Merencanakan dan menyiapkan sertifikasi Pendidikan dan Kepelatihan tingkat Wilayah dan melaksanakan

penataan pemberian sertifikasi tingkat Cabang.

h. Menyusun Laporan hasil kerja secara periodik:

1) Bulanan

2) Semester
3) T ahunan

4) Masa Hidmat

i. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dengan Rencana Pendidikan dan Latihan.

j. Memberikan saran, pendapat dan peliimbangan kepada Wakil Kepala Staf dan Kepala

k. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Wakil Kepala.

10. ANGGOTA ASISTEN V RENDIKLAT

a. Membantu Asisten V dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

b. Mewakili Asisten V apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten V.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten V dan Kepada Wakil

Kepala

11. ASISTEN VI KERJASAMA (ASKER)

a. Menyusun program kerja jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang terkait dengan Kerjasama internal

maupun Eksternal.

b. Mengatur dan mengembangkan hubungan Satkornas, Satkorwil dengan masyarakat yang meliputi bidang:

1) Peningkatan perekonomian

2) Peningkatan Sumberdaya Manusia dan

3) Pengembangan Organisasi

c. Melaksanakan pendekatan pada insan pers untuk komunikasi optimal eksistensi satkorwil dengan masyarakat.

d. Merencanakan Bhakti Sosial.


e. Melaksanakan kerjasama dengan Organisasi kepemudaan lain untuk pengembangan Banser.

f. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dengan kerjasama organisasi.

g. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada Wakil Kepala dan Kepala.

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten V dan Kepada Wakil

Kepala

12. ANGGOT A ASISTEN VI KERJASAMA

a. Membantu Asisten VI dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

b. Mewakili Asisten VI apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten VI.


d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten VI dan Kepada Wakil

Kepala

13. ASISTEN VII PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (ASLITBANG)

a. Menyusun program kerja yang terkait dengan Pengkajian, penelitian dan pengembangan organisasi

b. Mengembangkan hubungan Satuan banser disemua tingkatan pengkajian yang ada di masyarakat dan pemerintah

misalnya:

1) Balitbangda;

2) Badan pengkajian perkembangan perekonomian;

3) Pusat Penelitian dan Pengkajian Depdiknas, dll.

c. Menyusun konsep penataan organisasi Banser

d. Merencanakan dan melaksanakan Seminar

e. Mencari alternatif terobosan pengembangan personil baik yang terkait dengan pengembangan SDM maupun

pemberdayaan perekonomian.

f. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dg Penelitian dan Pengembangan.

g. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada Kepala Staf atau Komandan.

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban langsung kepada kepala dan Wakil Kepala

14. ANGGOTA ASISTEN VII LlTBANG

a. Membantu Asisten VII dalam menjalankan tug as dan tanggung jawabnya.

b. Mewakili Asisten VII apabila berhalangan.

c. Memberikan saran dan pandangan kepada Asisten VII.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya langsung kepada Assisten VII dan Kepada Wakil
Kepala

Pasal 15

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab BIRO-BIRO Di Tingkat Satkorcab, Satkoryon, Satkorpok

1. Biro Informasi dan Komunikasi (Ro-infokom), disesuaikan dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab

Asinfokom.

2. Biro Kegiatan (Ro-Giat), disesuaikan dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab As-Giat.

3. Biro Perbekalan (Ro-Kal)), disesuaikan dengan tugas, wewenang Dan tanggungjawab As-Kal.

4. Biro Administrasi dan Anggota (Ro-Adminag) disesuaikan dengan tugas, wewenang dan Tanggungjawab As-
Adminag.

5. Biro Perencanaan, Pendidikan dan Latihan (Ro-Rendiklat), disesuaikan dengan tugas, wewenang dantanggung
jawab As-Rendiklat.

6. Biro Kerjasama (Ro-Ker), disesuaikan dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab As-Ker

7. Biro Penelitian dan Pengembangan (Ro-Litbang), disesuaikan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab As-

Litbang.

Pasal 16

Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Satuan Pengawas

A. KEPALA SATUAN PENGAWAS

1. Menyusun program kerja yang terkait dengan pengawasn dan penegakan disiplin dalam satuan dan operasional di

lapangan.

2. Melaksananakan dan menciptakan suasana kekeluargaan dalam satuan.

3. Melalui koordinasi dengan Asisten III Asminang melaksanakan penataan dan penyusunan aturan tata tertib

anggota.

4. Melaksanakan pernantauan terhadap pelaksanaan aturan dan tata tertib.

5. Melaksanakan penindakan terhadap pelanggaran kedisiplinan anggota.

6. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam melaksanakan pengamanan.

7. Membentuk kelompok-kelompok satuan pengawas dalam kegiatan kegiatan di lingkungan satuan.

8. Menjadi contoh dalam pelaksanaan kedisiplinan.

9. Melaksanakan kegiatan lain yang terkait dg ketertiban dan penindakan.

10. Menyampaikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada Wakil Kepala dan I

11. Dalam Operasional lapangan bertanggungjawah kepada Asisten Operasi dan Asisten Intelpam dalam satuan

bertanggungjawab kepada Wakil Kepala

B. WAKIL KEPALA SATUAN PENGAWAS

1. Membantu Kepala SatuanPengawas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Mewakili Kepala bila berhalangan.

3. Memberikan saran dan pandangan kepada Kepala Satuan Pengawas.

4. Bertanggung jawab penuh kepada Kepala Satuan Pengawas

Pasal 17

Sekretariat I Markas

A. SEKRETARIS/SEKRETARIA T

1. Menyusun program yang terkait dengan pemenuhan, perawatan dan penambahan sarana dan prasarana

sekretariat.
2. Bertanggung jawab terhadap keamanan, keindahan dan kebersihan sekretariat.

3. Bertanggung jawab terhadap keluar masuknya barang, alat dan perlengkapan Satuan.

4. Bersama dengan Kepala Satuan Pengawas bertanggungjawab terhadap kedisiplinan didalam satuan.

5. Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya Peraturan Dinas Dalam didalam Sekretariat.

6. Menyusun Jadwal Piket Satuan.

7. Menyampaikan saran, pertimbangan kepada Kepala yang terkait dengan Kesekretariatan.

8. Bertanggung Jawawab langsung kepada Wakil Kepala dan Kepala.

B. WAKIL KEPALA SEKRETARIAT MARKAS

1. Membantu Sekretaris/Sekretariat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Mewaklli Sekretaris/Sekretariat apabila berhalangan.

3. Memberikan saran dan pandangan kepada Sekretaris.

4. Bersama dengan Wakil I Kepala Pengawasan merencanakan pelaksanaan peraturan urusan dinas dalam.

5. Bertanggung jawab penuh kepada Sekretaris dan Wakil Kepala.

Pasal 18

Pakaian Seragam

Corak, desain dan atribut-atribut lain yang dilengkapi pakaian seragam Banser ditentukan pada penjabaran

organisasi Banser.

Pasal 19

Sumber Dana

1. Sumber dana untuk keperluan kegiatan Banser dibebankan kepada Gerakan Pemuda Ansor
2. Dapat mengupayakan sumber-sumber dana melalui usaha-usaha yang legal dan dapat dipertanggungjawabkan

guna membiayai operasional Satuan Banser

3. Sumber-sumter lailn yang tidak mengikat.

Pasal 20

Sanksi

1. Setiap anggota Banser yang melanggar PD/PRT Gerakan Pemuda Ansor dan Peraturan organisasi Banser akan

dikenai sanksi berupa: Teguran, Peringatan dan Pemecatan.

2. Mekanisrne pemberian sanksi diatur dalarn peraturan Disiplin Anggota Banser.

Pasal 21

Penutup
1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan organisasi Banser ini akan diatur kemudian oleh Pimpinan Pusat

melalui peraturan tambahan atau instruksi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.

2. Peraturan organisasi Banser ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

PENJABARAN PERATURAN ORGANIASI

BARISAN ANSOR SERBAGUNA

(BANSER)

Dalam mengikuti perkembangan organisasi yang ada, berdasar dari Temu Wicara Nasional Banser dipandang perlu

melaksanakan penetapan dan penyempurnaan bidang organisasi yang meliputi status, struktur organisasi, Pakaian

seragam banser, Administrasi, kode Etik dan T ata Upacara Banser.

A. STATUS BANSER

1. Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) adalah lembaga semi otonom dari Gerakan Pemuda Ansor

2. Pengertian pada butir (1) diatas, Banser tidak pernah lepas sama sekali dari GP Ansor dan secara struktural

dibawah koordinasi Ketua Umum ditingkat pusat dan Ketua- Ketua pada masing-masing tingkatan di bawahnya.

B. STUKTUR ORGANISASI

1. Stuktur organisasi sebagaimana diatur pada pasal 7-9 (PO Banser) dijabarkan dalam bagian sebagaimana

terlampir.

2. Pola hubungan instruktif dan Koordinatif dan Konsultatif baik secara vertukal maupun horizontal diseluruh satuan

koordinasi melalui Pimpinan GP ansor di masing-masing tingkatan.

C. PAKAJAN SERAGAM

1. Pakaian segaram Banser adalah:

a. Pakaian Dinas Harian (PDH)

b. Pakaian Dinas Lapangan (PDL)

2. Potongan dan model baju untuk PDH sesuai dengan petunjuk dari Pimpinan Pusat GP Ansor (Lihat ketentuan

atribut Banser dan contoh terlampir).

3. Potongan dan model baju untuk PDH adalah loreng lengan panjang, seperti potongan dan model PDL TNI dengan

corak dan paduan empat (4) warna: hijau, cokelat., hitam dan merah hati, sesuai hasil keputusan Konferensi Besar

XII yang diperkuat pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tahun 1998

4. Bentuk Badge sesuai dengan petunjuk Pimpinan pusat Gerakan Pemuda Ansor, emblem (logo) untuk baret

dipasang pada bagian depan sebelah kiri. (Iihat ketentuan atribut Banser dan contoh terlampir).
5. Tali Komando dipakai melingkar bahu sebelah kanan dengan ketentuan
a. Tali Komando untuk Kepala dan Wakil Kepala berwarna merah

b. Tali Komando untuk Staff berwarna biru .

c. Tali Komando untuk Satuan Pengawasn Pengawasan berwarna putih

6. Tanda jabatan bagi Kepala (Satkornas, Satkbrwil, Satkorcab, Satkoryon dan Satkorpok) dipakai pad a saku – baju

luar sebelah kanan, bentuk dan macamnya ditetapkan lebih lanjut oleh satkornas Banser PP GP Ansor.

7. Tanda Kecakapan Khusus (TKK) dipakai di dada sebelah kiri mulai dari saku sampai keatas sesuai dengan

ketentuan. Bentuk dan macamnya ditetapkan lebih lanjut oleh Satkornas Banser PP GP Ansor.

8. Ketentuan PDH sebagai berikut:

a. Terbuat dari bahan katun jenis driil SC 088 sesuai dengan warna seragam hijau POL Brimob.

b. Bentuk PDH:

1) Bentuk Kragh/Leher terbuka.

2) Lengan pendek dengan menggunakan plat pundak kanan dan kiri.

3) Dua saku (kiri dan kanan) di baju, pakai tutup.

4) Menggunakan ped muts (kopiah Banser) warna hitam dengan listkuning dan atas hijau.

5) Di dada kanan dipasang nama yang bersangkutan ditulis pada label nama (papan nama) warna dasar hitam

dengan tulisan putih yang dilengkapi logo Banser sebelum tulisan nama.

6) Di lengan sebelah kanan dipasang bedge (Satkornas, Satkorwil,Satkorcab, Satkoryon dan Satkorpok).

7) Di lengan sebelah kiri dipasang kode wilayah.

c. PDH digunakan pada kegiatan-kegiatan:

1) Aktivitas sehari-hari di Kantor/ruangan.

2) Menghadiri undangan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan.

d. PDL digunakan pada kegiatan


1) Semua kegiatan resmi lapangan

2) Tugas-tugas pengamanan, baik ruangan maupun dilapangan

9. Ketentuan PDL I sebagai berikut:

a. Terbuat dari bahan katun jenis drill SC088 dengan warna hijau Brimob.

b. Bentuk PDL:

1) Bentuk pakaian model Bromob lengan panjang.

2) Di pundak menggunakan plat pendek

3) Baju memakai dua saku (kanan dan kiri), pakai tutup

4) Menggunakan baret/topi lapangan.


5) Di dada kanan dipasang nama yang bersangkutan, ditulis pada kain dengan warna dasar kuning dan tulisan
merah.

6) Di lengan sebelah kanan dipasang bedge Banser, dan diatasnya tanda kesatuan (Satkornas, Satkorwil, Satkorcab,

Satkoryon, Satkorpok)

7) Di lengan sebelah kanan dipasang kode wilayah.

8) Baju dimasukkan dalam celana dan kopel rim masuk pada kolong ikat celana

10. Ketentuan PDL-II sebagai berikut:

a. Terbuat dari bahan yang memadai dan layak dengan warna loreng Banser .

b. Bentuk PDL:

1) Bentuk pakaian model TNI lengan panjang.

2) Di bahu menggunakan plat pendek

3) Baju memakai dua saku (kanan dan kiri), pakai tutup

4) Menggunakan baret/topi lapangan.

5) Di dada kanan dipasang nama yang bersangkutan, ditulis pada kain dengan warna dasar kuning dan tulisan

merah.

6) Di lengan sebelah kanan dipasang bedge Banser, dan diatasnya tanda kesatuan (Satkornas, Satkorwil, Satkorcab,

Satkoryon, Satkorpok)

7) Di lengan sebelah kanan dipasang kode wilayah.

11. Menggunakan Baret

Baret hanya digunakan oleh Anggota Banser yang telah lulus mengikuti Pendidikan dan Latihan Oasar (DIKLA

TSAR) Banser sampai dengan upacara pembaretan.

D. ADMINISTRASI

Karena status Banser semi otonom/sub ordinat dari GP Ansor maka peraturcm administrasi Banser diserahkan
kepada satuan koordinasi Banser itu sendiri.

Untuk keseragaman administrasi Banser, maka dalam pelaksanaan kegiatan menggunakan stempel dan surat

terpisah dengan GP Ansor sebagai berikut:

1. Surat intern Banser ditiap-tiap tingkatan, cukup di tanda tangani Komandan dengan tembusan ke Pimpinan GP

ansor sebagai laporan pada masing-masing tingkatan.

2. Surat ekstrenal keluar lingkungan GP Ansor di tandatangani Komandan Banser diketahui oleh Pimpinan GP Ansor

di tiap-tiap tingkatan.

3. Bentuk kop surat dan stempel sebagaimana ketentuan atribut dan contoh terlampir.

4. Bentuk dan penomoran surat di lingkungan Banser mengikuti bentuk dan penomoran sebagaimana GP Ansor
Termasuk didalamnya kode stempel. Untuk kelengkapan Administrasi Banser maka setiap jenjang kepengurusan
Banser harus di lengkapi:

a. Kop surat

b. Stempel

c. Papan nama

d. Sekretariat

e. Kelangkapan Administrasi lainnya

E. KODE ETIK DAN DOKTRIN

1. Kode etik banser adalah kode etik kader GP Ansor

2. Doktrin Banser adalah Ooktrin GP Ansor

3. Ikrar/Janji Banser adalah Nawa Prasetya GP Ansor

F. NAWA PRASETYA BANSER

1. Kami Barisan Ansor Serbaguna, bertaqwakepada Allah SWT.

2. Kami Barisan Ansor Serbaguna, setia kepada Pancasila dan UUO 1945.

3. Kami Barisan Ansor Serbaguna, memegang teguh cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

4. Kami Barisan Ansor Serbaguna, taat dan ta’dhim kepada khittah NU 1926.

5. Kami Barisan Ansor Serbaguna, setia dan berani membela kebenaran dalam wadah perjuangan Ansor, demi

terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia.

6. Kami Barisan Ansor Serbaguna, peduli terhadap nasib umat manusia tanpa memandang suku, bangsa, agama dan

golongan.

7. Kami Barisan Ansor Serbaguna, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kebenaran keadilan dan demokra1

8. Kami Barisan Ansor Serbaguna, siap mengorbankan seluruh jiwa, raga dan harta demi mencapai Ridho Allah
9. Kami Barisan Ansor Serbaguna, senantiasa siap siaga membela kehormatan dan martabat bangsa dan Negara

Republik Indonesia.

G. PERILAKU BANSER

1. Bertaqwa kepada Allah SWT dan mengamalkan ajaran Islam Ahlusunnah Wal Jamaah.

2. Berperilaku jujur, disiplin dan bertanggungjawab.

3. Siap melaksanakan tugas dengan iklas penuh pengabdian.

4. Bersikap hormat kepada sesama dan taat kepada Pimpinan.

H. BAI’ AT BANSER
Bismillahirrohmanirrohiim,

Asyhadu Anllaa illaaha IIlaliah wa Asyhadu ann a Muharnmadar Rasulullah.

Dengan ihlas dan bertaqwa kepada Allah SWT. saya berbai’at:

1. Senantiasa akan menjalankan kewajiban terhadap Allah SWT dan Rosulnya

2. Senantiasa tampa pamrih mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila

serta UUD 1945 secara murni dan konsekwen.

3. Senantiasa berjuang mengembangkan ajaran Islam Ahlusunnah Wal Jamaah.

4. Senantiasa setia menjalankan tugas-tugas organisasi GP Ansor secara Ikhlas, konsekwen dan bertanggung jawab.

5. Senantiasa tunduk dan patuh kepada pimpinan serta memegang teguh disiplin.

JEJAK PENGABDIAN

Banser atau Barisan Ansor Serbaguna merupakan tenaga inti Gerakan Pemuda Ansor. Ia sebagai kader penggerak,

pengemban, dan pengaman program-program sosial kemasyarakatan yang keanggotaannya memiliki kualifikasi

disiplin dan dedikasi tinggi, ketahan fisik dan mental yang tangguh, penuh daya juang dan dapat mewujudkan cita-

cita organisasi dan kemaslahatan umum.

Pada halaman ini disajikan secara singkat pengabdian Banser di berbagai daerah yang pernah dipublikasikan oleh

berbagai media massa, dengan maksud agar masyarakat luas dapat memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang

Banser khususnya dan GP Ansor pada umumnya. Rekaman data dimulai tahun 2005.

* 30 Banser Jatim Bangun Rumah Di Aceh (Januari 2005)

Sebanyak 30 orang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jawa Timur dengan keahlihan tukang bangunan

diberangkatkan sebagai relawan untuk membangun rumah swadaya bagi rakyat Aceh pasca tsunami hasil kerjasama

GP Ansor Pusat dan Walubi (Wali Umat Buddha Indonesia) Pusat. Banser Jatim ini merupakan pioner dari Banser
lain se-Indonesia yang akan berangkat ke Aceh secara bergiliran untuk mengabdikan diri. (MIO/Nuonline/hr)

* Banser Kebumen Laksanakan Kerja Bakti dan Bakti Sosial di Lokasi Bencana (Desember 2005)

150 anggota GP Ansor dan Banser Kebumen melakukan kegiatan sosial kerja bakti ratusan anggota Banser dan

Ansor Kebumen di Desa Argopeni, Karangduwur, dan Srati, Kecamatan Ayah, Kebumen yang terkena musibah tanah

longsor. Ketua GP Ansor Kebumen Mohamad Sudjangi didampingi Komandan Banser K Mansur Durmuji

menjelaskan, pihaknya menerjunkan 150 personel untuk bekerja bakti membongkar longsoran bukit di Ayah itu

selama lima hari. Kegiatan sosial ini dapat membersihkan jalan dan jembatan, serta menormalkan aliran sungai yang

tertutup lumpur.
Dia menyatakan, kerja bakti itu dilakukan lantaran bila tidak segera ditangani, longsoran bukit yang ada bisa

mengancam mobilitas warga di beberapa desa pantai selatan, antara lain Desa Argopeni, Karangduwur, Jintung, dan

Pasir (Kecamatan Ayah), serta Desa Karangbolong Buayan.

* Banser di Seluruh Indonesia Amankan Perayaan Natal (Desember 2005)

Barisan Serba Guna (Banser) yang merupakan bagian dari GP Ansor turut mengamankan perayaan Natal tahun 2005

dengan menurunkan 11.430 personelnya di 1.175 gereja yang berada di 29 propinsi seluruh Indonesia.

Para anggota Banser tersebut mulai turun ke lapangan mulai pukul 17.00 waktu setempat tanggal 24 Desember

ketika umat Kristiani mulai melakukan Misa sampai dengan 02.00. Mereka dibagi dalam pengamanan di jalan raya

(Pamlantas), pengamanan di pintu masuk (Pamgerbang), dan pengamanan seputar gereja (Pampatroli). Tradisi

pengamanan gereja oleh Banser sudah berlangsung cukup lama sebagai wujud toleransi beragama dari Nahdlatul

Ulama. Bahkan pada tahun 2000 di Mojokerto, terdapat anggota Banser yang meninggal karena mengamankan

bom yang mau meledak di gereja. (NUonline, MI, SP/hr)

* Banser DKI Jakarta Amankan Rumah Komunitas Eden (Desember 2005)

Satkorwil Banser DKI melakukan pengamanan sebuah rumah yang menjadi tempat berkumpul sebuah aliran yang

menyebut diri sebagai Komunitas Eden di Jalan Mahoni 30 Jakarta Pusat. Komandan Satkorwil Banser DKI Jakarta,

Avianto Muhtadi menyatakan, khusus di rumah Komunitas Eden, pihaknya menurunkan 25 personil guna

mengantisipasi ancaman gangguan di rumah tersebut. Pasalnya beberapa hari sebelumnya rumah tersebut sempat

dikepung oleh ratusan orang karena dianggap sebagai tempat aliran sesat.

* Banser Seluruh Indonesia Turut Amankan Tahun Baru (Januari 2006)

Pada perayaan Natal lalu Banser turut berpartisipasi mengamankan gereja-geraja yang menjadi tempat ibadah umat

Kristiani. Namun untuk perayaan pergantian tahun 2006 Banser juga akan mengamankan tempat-tempat yang

menjadi sentra-sentra ekonomi, seperti pusat perbelanjaan (mal), pabrik-pabrik dan kawasan pemukiman penduduk.

Komandan Satkornas Barisan Serbaguna GP Ansor (Banser), H. Tatang Hidayat, pelebaran konsentrasi pengamanan

itu dilakukan karena pergantian tahun 2005 ke 2006 tersebut tidak hanya dirayakan oleh umat Kristiani saja,

melainkan semua masyarakat. Oleh karenanya pengamanan tidak hanya dipusatkan pada tempat ibadah saja. Untuk

keperluan itu, ungkap Tatang, Satkornas Banser telah menginstruksikan kepada Satkorwil dan Satkorcab Banser se-

Indonesia agar turut berpatisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban pada perayaan tahun baru ini.

(Nuonline/hr)

* Banser Menjadi Pionir Evakuasi Korban Bencana Banjarnegara (Januari 2006)


Evakuasi korban longsor di dukuh Gunungraja desa Sijeruk Banjarmangu Banjarnegara mengalami keterlambatan,

meski tujuh alat berat telah diterjunkan. Disamping karena medan yang sulit, tim evakuasi korban ternyata tidak

cukup mengenal lokasi longsor. Beruntung ada sejumlah anggota Banser yang berasal dari penduduk setempat dan

benar-banar faham lokasi musibah.

Bahkan, sejak awal atau hanya beberapa jam setelah longsor terjadi, Hilal bersama puluhan anggota Banser langsung

terjun ke lapangan untuk meng-evakuasi korban baik yang hidup, maupun yang meninggal. Sebelum ada relawan

yang datang, PCNU setempat langsung mengerahkan Banser, terutama yang berasal dari sekitar desa sekitar daerah

longsor. (Nuonline)

* PCNU Jember Turunkan 200 Banser Bantu Evakuasi Korban Banjir Jember (Januari 2006)

PCNU Jember, Jawa Timur, menurunkan 200 anggota Barisan Serbaguna (Banser) guna membantu mengevakuasi

korban bencana banjir bandang dan longsor di Desa Kemiri, Kacamatan Panti dan Arjasa, Jember.

Bencana banjir dan tanah longsor di Jember mengakibatkan 57 orang tewas dan ratusan rumah roboh. Selain itu,

anggota PCNU juga telah membagikan ratusan bungkus nasi untuk para korban yang saat ini telah dievakuasi di

beberapa tempat yang lebih aman. (ant/hr)

* Ratusan Banser Bantu Bersihkan Puing Akibat Gempa di DIY (Juni 2006)

Tidak kurang dari 300 personil Barisan Ansor Serbaguna (Banser) DIY dibantu 80 personil Banser dari Purworejo,

Jawa Tengah, membantu warga Karanganom, Wonokromo, Pleret, Bantul, mengevakuasi puing-puing bangunan

rumah warga yang hancur akibat gempa. Sebelumnya, warga dilarang mengurusi puing-puing karena dikhawatirkan

terjadi gempa sususulan.

Kegiatan tersebut didukung oleh Dinas Pertanian dan Dewan Ketahanan Pangan DIY, dan dimediasi oleh Tim

Solidaritas Kemnusaiaan (TSK). Pada kesempatan itu Dinas Pertanian memberikan bantuan berupa sembako untuk
sembilan dusun di Kecamatan Pleret. Masing-masing dusun mendapatkan 300 kg beras, gula, mie instan, telur,

kecap, dan minyak goreng.

Dinas Pertanian juga memberikan bantuan sejumlah 225 set alat bongkar berupa; cangkul, cangkul garpu, trisula,

linggis, skrop, dan martil. Pemberian tersebut diberikan oleh Ramana Kamal dan diterima oleh Sofyan, perwakilan

kepala dusun yang juga komandan Banser kecamatan Pleret. (aji)

* Banser Kerahkan Sekitar 3.000 personil Bantu Amankan Arus Mudik-Balik Lebaran 1427 H

Banser PP GP Ansor mendirikan posko-posko lebaran dalam rangka membantu kelancaran arus mudik maupun arus

balik di sepanjang jalur Pantura.


Posko-posko ini didirikan di tempat-tempat strategis di sepanjang jalur sejak H-3 sampai H+6 Lebaran guna

membantu kerja aparat keamanan.

Menurut H Tatang, Kasatkornas, Banser telah memberikan sumbangsihnya buat masyarakat. Meski hanya sekadar

membantu kelancaran arus mudik, kerja banser perlu dihargai. Sebab tanpa kelancaran ini, pasti masyarakat

mengeluh di jalan. Karena tidak dapat menikmati perjalanan mudiknya dengan santai dan nyaman. (aji)

* Banser Bantu Korban Reruntuhan Rumah

Senin, 29 Oktober 2007 15:59

Jember, NU Online

Sebanyak 100 sukarelawanan Barisan Serbaguna (Banser) Ansor dan PCNU Jember, Jawa Timur, memberikan

bantuan warga korban puting beliung di Desa Sumberbaru dan Desa Sumber Bringin, Kecamatan Sukowono, Jember,

Minggu (28/10).

“Mereka akan membantu membuat dapur umum, tenda-tenda darurat dan membersihkan puing-puing rumah yang

dihempas angin,” kata Ketua PCNU Jember KH Muhyiddin Abdussomad, Senin.

Menurut dia, personil Banser itu akan bekerja membersihkan bekas bencana selain keluarga yang menjadi korban

bakal dibantu beras sebanyak 20 kg ditambah minyak goreng dan mie.

“Target pembukaan dapur umum. Selain korban akan dibantu beras sebanyak 20 kilogram per rumah. Saat ini stok

beras yang ada 1 ton dan bisa bertambah,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Linmas) Pemkab

Jember Sudjak Hidayat mengatakan, Pemkab Jember telah mengalokasikan dana bencana untuk membantu korban
puting beliung.

“Dana itu, diambil dari pos dana tak terduga APBD 2007. Sebagian dana sudah langsung didrop ke kecamatan untuk

membantu perbaikan rumah ,” kata Sudjak.

Sementara itu, sejumlah warga korban puting beliung di Kecamatan Sukowono mengaku masih menunggu bantuan

dari pemerintah kabupaten karena tidak ada biaya untuk memperbaiki rumah yang rusak.

Selain itu, minta pemkab segera mengirimkan bantuan berupa bahan makanan karena sebagian warga tidak bisa

mencari nafkah karena rumahnya rusak. Arifin, salah seorang warga Desa Sumberbaru, Kecamatan Sukowono,

Jember, mengatakan akibat bencana puting beliung atap rumahnya rusak sehingga saat hujan turun pasti bocor.
“Saya belum ada uang untuk memperbaiki,” katanya. (ant/lip)
* Tangani Pengungsi, Ansor Buat Posko Terpadu

Blitar (GP-Ansor): Meski Gunung Kelud belum meletus, namun semua penduduk tetap diminta waspada dan tidak

melakukan tindakan yang membuat panik pengungsi. Bahkan kader Ansor bersama penduduk diminta menyatu dan

saling bahu membahu.

“Saat ini Ansor sudah membuat sekitar 11 Posko terpadu yang tersebar di sejumlah tempat

pengungsian.―Demikian dikatakan Ketua PC Ansor Blitar, Imam Kusnin kepada gp-ansor.org di Blitar, 29

Oktober 2007.

Ditambahkanya, keberadaan posko terpadu tersebut juga ditambah dengan lima kader Ansor yang piket setiap

harinya menjaga dan membantu kebutuhan pengungsi di sekitar posko. “Posko terpadu tersebut setiap harinya

diisi lima kader yang piket untuk membantu pengungsi,― ujarnya.

Menurut Kusnin, ada sekitar 300 personil Banser yang sudah siaga guna membantu Satkorlak dan aparat pemda

setempat, terutama dalam membantu evakuasi pengungsi, distribusi makanan dan obat-obatan serta dapur umum.

“Kondisinya memang makin gawat, karena itu PC-PC Ansor sekitarnya sudah siaga,― katanya.

Lebih jauh kata Kusnin, beberapa waktu lalu pihaknya sudah mengirimkan armada mobil yang datang dari Ansor

Jakarta, dikomondoi Avianto. Armada mobil ini melayani kebutuhan pengungsi yang membutuhkan apa saja. Jadi

armada ini terus bergerak dan mobile ke mana saja,― tegasnya.

Yang jelas, kata Kusnin, setiap hari dilakukan pengecekan ke beberapa desa yang penduduknya belum mau

mengungsi. Ansor berusaha mendekati secara persuasif kepada penduduk tersebut agar bersedia mengungsi untuk

menghindari korban yang lebih banyak bila sewaktu-waktu gunung Kelud meletus. (eko)

* Pengamanan Natal dan Tahun Baru 2008 di Surabaya: Ansor Siagakan 1.630 Banser

Surabaya (GP-Ansor): Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2008, Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Surabaya

menyiagakan 1.630 anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Mereka bakal difungsikan untuk menjaga tempat-

tempat vital yang ada di Kota Pahlawan seperti tempat-tempat ibadah dan kantor-kantor perwakilan negara asing.

Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Surabaya, Muhammad Asrori Muslikh SAg, Jumat (21/12) mengatakan,

pengamanan Banser untuk Natal dan Tahun Baru merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama yang

pernah dilakukan antara GP Ansor dengan Persatuan Gereja Indonesia (PGI). Menurutnya, untuk menurunkan

anggota Banser saat perayaan tersebut pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepolisian.
Asrori menjelaskan, sedianya ribuan anggota Banser tersebut akan disebar di 31 kecamatan. Selain itu, lanjut dia,

sebanyak 10 anggota akan ditempatkan di masing-masing ranting. ‘’Mereka siap dihubungi 24 jam. Bahkan

kita sudah sediakan alat komunikasi,’’ ujarnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kata Asrori, Banser selalu ikut mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru. Dan

untuk saat ini, terdapat lima titik yang rencananya akan mendapat pengamanan serius. Kelima titik tersebut terdapat

di beberapa wilayah seperti Surabaya Selatan, Surabaya Barat, Timur, Utara, dan Pusat.

‘’Untuk sementara kita tidak bisa menyebutkan tempat-tempat mana yang akan mendapat pengamanan ketat,

yang jelas saat Natal dan Tahun Baru Banser sudah siaga di tampat,’’ kata dia.

Sementara, Komandan Banser Kota Surabaya, M Irsyad mengatakan meski ribuan Banser disiagakan untuk

mengamankan perayaan tersebut, tidak semuanya diterjunkan dalam satu hari.

Irsyad menjelaskan, dari 3.117 anggota Banser yang ada, sebanyak 125-150 personel setiap hari akan berada di titik

pengamanan. Sisanya, lanjut dia, tetap disiagakan namun dalam kondisi standby.

Dia menyebutkan, beberapa tempat yang bakal mendapat pengawalan Banser di antaranya tempat-tempat yang

berada di jalur protokol. Selain itu, Banser juga bakal diterjunkan di sekitar Dermaga Ujung-Kamal serta Tugu

Pahlawan.

‘’Itu konsep tahun lalu, sementara untuk tahun ini kita masih terus berkoordinasi. Namun yang jelas Banser

tetap akan ikut andil dalam mengamankan Natal dan Tahun Baru,’’ tutur Isryad.

Mengenai kemungkinan adanya penambahan personel, Irsyad mengatakan kemungkinan hal itu bisa dilakukan. Hal

ini mengingat total anggota Banser yang ada di Surabaya sebanyak 3.117 orang. ‘’Kita lihat saja berapa
kebutuhanya nanti,’’ katanya.(dtm/aji)

* 15 Ribu Banser Siap Amankan Natal dan Tahun Baru

Jakarta, NU Online

Sebanyak 15 ribu anggota Barisan Anggota Serbaguna (Banser) telah disiapkan untuk mengamankan perayaan Hari

Raya Natal dan Tahun Baru 2008. Jumlah anggota sebanyak itu disiagakan untuk membantu aparat kepolisian

dalam pengamanan dua malam ’sakral’ tersebut di seluruh Indonesia. Di DKI Jakarta, dikerahkan 150 personil.

“Setiap tahun, kita adakan seperti ini untuk meneguhkan bahwa kita hidup dalam negara yang beragam. Dan, kita

hidup di tengah-tengah perbedaan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Syaifullah
Yusuf, di kantornya, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (22/12).
Gus Ipul—begitu ia akrab disapa–menjelaskan, pengerahan anggota Banser sudah mendapat persetujuan dengan

aparat kepolisian dan pihak Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI). Tempat-tempat yang diamankan di

antaranya gereja, tempat perbelanjaan, perempatan-perempatan dan sejumlah titik keramaian lainnya.

“Sekarang, kita tinggal melanjutkan pengamanan di tempat-tempat keramaian sudah mulai dilakukan,” ujar Gus Ipul

yang juga mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, Adang Firman, mengatakan, pihaknya telah

mengantisipasi adanya ancaman teror di Ibukota. “Ancaman teror masih ada, kita masih terima laporan-laporan

lewat SMS (layanan pesan singkat). Tapi, sejauh ini belum serius,” ujarnya.

Ia mengatakan hal tersebut usai Apel Pelayanan Publik dan Pengamanan Natal dan Tahun baru 2008 di Markas

Polda Metro Jaya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (22/12).

Menuru Firman, banyak pelaku terorisme yang hingga saat ini belum ditangkap. Hal itu menjadi kekhawatiran

tersendiri. “Saya juga minta kepada rekan-rekan pers untuk membantu menyejukkan suasana,” pintanya kepada

wartawan.

Firman kembali menegaskan, untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru telah disiagakan sebanyak 17.600 petugas.

15 ribu di antaranya berasal dari Kepolisian. Sedangkan sisanya merupakan gabungan dari TNI dan polisi pamong

praja. (rif/dtc)

* Amankan Pilgub Ekstra, 1.350 Banser Dikukuhkan

SAMPANG – Untuk membantu mengamankan pelaksanaan pemungutan suara ulang Pilgub Jatim putaran ekstra

yang dijadwalkan 21 Januari nanti, Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Sampang bakal mengerahkan ribuan
pasukan Barisan Serbaguna (Banser). Kepastian ini, terungkap dalam pengukuhan Banser di Lapangan Remambo

Kelurahan Dalpenang kemarin (7/1).

Ketua GP Ansor Sampang KH Abdullah Mansyur mengatakan, pengukuhan personel Banser ini dilakukan guna

membantu aparat mengamankan jalannya pencoblosan ulang Pilgub Jatim di Sampang. Termasuk, mendukung

terwujudnya suasana dan kondusifitas di Sampang. “Sehingga, masyarakat nantinya merasa aman dan nyaman,”

ujarnya.

Dijelaskan, jumlah Banser yang dikukuhkan sekitar 1.350 orang. Rinciannya 540 personel Banser dikukuhkan di

Lapangan Remambo Kelurahan Dalpenang dan 810 sisanya dikukuhkan di Lapangan Kecamatan Jrengik.

“Rencananya, pengukuhan Banser ini dipimpin Gus Saifullah Yusuf. Tapi karena menghadiri acara di Bangkalan,
maka beliau tidak bisa hadir,” terangnya.
Dia menambahkan, tugas yang diemban personel Banser nantinya akan disesuaikan dengan daerah pemilihan

(dapil)-nya. 540 personel Banser yang dikukuhkan di Lapangan Remambo Kelurahan Dalpenang misalnya, mewakili

dapil I yang meliputi Kecamatan Kota Sampang, Pangarengan, dan Torjun dengan total jumlah desa sebanyak 36.

“Masing-masing desa, mengutus 15 personel,” paparnya.

Sementara 810 personel yang dikukuhkan Jrengik, akan membantu pengamanan pelaksanaan pencoblosan ulang di

dapil II yang meliputi Kecamatan Kedungdung, Tambelangan, Jrengik, dan Sreseh. “Ratusan pasukan Banser ini,

berasal dari 54 desa,” imbuhnya.

Ketua GP Ansor Korwil Madura H Abdullah yang ditemui koran ini mengatakan, pihaknya berharap kepada segenap

anggota Banser agar melaksanakan tugas dan membantu aparat keamanan guna mewujudkan Sampang yang

kondusif. “Jangan lupa, ajak semua saudara dan tetangga kita mencoblos dan memilih pemimpin sesuai hati

nuraninya masing-masing,” pungkasnya. (yan/ed)

MATERI PENDIDIKAN BANSER

MATERI LAPANGAN

PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BARISAN ANSOR SERBAGUNA (BANSER)

I. CARAKA MALAM
II. LATIHAN BERGANDA

III. STELLING/PENDADAKAN

IV. INTELIJEN, PENGGALANGAN DAN PENCERAI BERAIAN

V. FORMASI TATA UPACARA BENDERA

I. CARAKA MALAM

Judul : CARAKA MALAM

Durasi : 180 Menit

Penyaji : Tim Pelatih

Tujuan Sajian : Penanaman loyalitas dan kemampuan penyimpanan rahasia organisasi

Jenis Sajian : Perjalanan malam berintangan

Bentuk Kegiatan : Dalam route dibuat beberapa pos gangguan/ rintangan

Konsep Dasar Sajian :

1. Anggota bisa menghafal/mengingat/menyimpan sandi/ pesan yang diberikan pada pos pemberangkatan

2. Anggota dapat / mampu melampaui berbagai rintangan/ hambatan

3. Anggota bisa/dapat menyampaikan pesan hanya kepada yang dituju oleh pos pemberangkatan yang berada pada

pos finish

4. Dan lain-lain (unsur pengembangan Satkorcab)

Bentuk Pelaksanaan Materi Caraka Malam:

1. Terdiri 5 Pos, masing-masing:

a. Pos Pemberangkatan (pemberian pesan)

b. Pos gangguan 1

c. Pos gangguan 2

d. Pos gangguan 3

e. Pos Akhir (penyampaian pesan)

2. Peserta didik dikumpulkan dalam suatu tempat (Lapangan terbuka) formasi per peleton dengan jarak masing-

masing peleton 3 s/d 5 meter.3. Dalam formasi barisan perpeleton, peserta diberikan pengarahan secukupnya

tentang situsai perjalanan yang harus dan akan dilalui oleh Seksi Operasi Staf Komando Latihan meliputi:
a. Kerawanan route perjalanan

b. Rintangan/gangguan yang akan dan harus dilalui

c. Tata aturan penyimpanan dan penyampaian pesan

d. Tata aturan menyikapi hambatan dan gangguan.

4. Peserta didik dipersilahkan duduk ditempat untuk menunggu giliran pemanggilan pemberangkatan dengan

interval 3 -5 menit tiap anggota.

5. Pada titik pemberangkatan peserta dipanggil satu per satu dan diberikan pesan oleh

Komandan Latihan (Danlat). Pesan ini hanya untuk disampaikan kepada penjaga pos akhir (Kepala /Ketua PC GP.

Ansor) dengan pesan misalnya:

a. 9 orang sahabat Ansor pada posisi 24.58.12 terkepung. Segera kirim bantuan 3 peleton melaui serangan lambung

kanan.

b. 3 Ulama di titik 17.35.68 dalam keadaan bahaya. Segera lakukan pengamanan dengan kekuatan 1 kompi.

c. Dan lain-lain.

6. Disediakan paling sedikit 6 pesan yang berbeda, supaya antar peserta terdekat tidak ada kesamaan pesan untuk

mengantisipasi saling bertanya ditengah perjalanan.

7. Pada saat pemberangkatan peserta yang pertama diberikan isyarat:

a. Tembakan Cahaya Isyarat : dapat mempergunakan kembang api

b. Suara ledakan yang dapat dilihat atau didengar pada masing-masing pos ganggu dan pos akhir untuk segera

mempersiapkan diri melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.

8. Pos ganggu, berfungsi mengacaukan perhatian peserta didik agar tidak lagi hafal/ ingat pesan yang diberikan pada

pos I (pemberangkatan) meliputi:

Pos Ganggu 1 : Gangguan makanan-minuman beracun yang dilakukan dengan cara merayu, membujuk peserta agar

mau memakan/meminum makanan / minuman yang disediakan dengan dalih perjalanan masih sangat panjang dsb.

Minuman yang disediakan air matang yang diberi garam dsb.

Pos Gannggu 2 : Route Makam atau tempat keramat lain.

Pada route ini dilengkapi dengan alat-alat yang menakutkan misalnya gantungan pocong yang bisa ditarik naik-turun

dari kejauhan yang dilengkapi bau-bauan minyak serimpi, dupa (kemenyan) dan sebagainya.
Dilengkapi dengan tulisan-tulisan menyeramkan yang harus dibaca oleh peserta didik agar melupakan pesan yang

diberikan dari pos pemberangkatan.

Dapat juga diberikan gangguan fisik misalnya tendangan, pemukulan yang didak membahayakan dengan kelebatan

yang sagat cepat sehingga peserta didik tidak mempunyai kesembatan untuk memberikan balasan.

Pos Ganggu 3 : Membujuk seakan-akan merupakan pos akhir untuk menanyakan pesan agar bisa terbongkar oleh

lawan.

Pos Akhir: Menanyakan pesan yang diberikan pada pos pemberangkatan.

Pada Pos Akhir peserta dipersilahkan menempati tempat yang saling berjauhan antara peserta didik yang satu

dengan yang lain berjarak antara 1 – 2 meter (boleh tidur ditempat) sambil menunggu hadirnya seluruh peserta didik

yang mengikuti Caraka malam.

9. Jika peserta terakhir telah diberangkatkan pada pos pemberangkatan meberikan isyarat Cahaya/Suara ledakan

dengan kembang api atau ledakan yang dapat diketahui/didengar oleh petugas masing-masing pos bahwa semua

peserta telah diberangkatkan dari pos pemberangkatan .

10. Setelah semua tiba di Pos Akhir maka peserta dibentuk dalam formasi barisan kemudian diberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan kepelatihan dan orientasi pelaksanaan kegiatan yang telah/baru dilaksanakan, untuk

menunjukkan berhasil atau tidaknya masing-masing personil melaksanakan tugas penyampaian pesan dari pimpinan

yang satu ke pimpinan yang lain.

Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si

ASISTEN PERENCANAAN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Satuan Koordinasi Nasional (SATKORNAS)

Barisan Ansor Serbaguna (Banser)

II. LATIHAN BERGANDA

Judul : LATIHAN BERGANDA

Durasi : 360 Menit

Penyaji/pelaksana : Tim Kepelatihan / Staf Komando Latihan

Tujuan Sajian Kegiatan : Evaluasi hasil dan praktek lapangan selama kegiatan pendidikan/latihan.

Jenis Sajian Kegiatan: Long March dibagi beberapa pos pantauan pemahaman materi.

Konsep Dasar Materi Sajian:

1. Dilaksanakan beregu, masing-masing regu lebih kurang 10 orang


2. Pos Evaluasi ½ dari jumlah materi sajian
3. Pemantauan kesiapan pelaksanaan tugas aplikasi lapangan bagi peserta didik.

4. Dan lain-lain (unsur pengembangan )

Bentuk Pelaksanaan Materi Latihan Berganda:

1. Peserta didik dibagi per-regu masing-masing terdiri 10 Orang:

1 orang Komandan Regu, 9 orang anggota regu

2. Peserta didik melaksanakan perjalanan pada route jalan perkampungan/ jalan setapak:

a. Perjalanan datar 3-5 km, pada pertengahan terdapat 1 pos jaga yang berfungsi:

1) Penjajakan kemampuan penyerapan materi Wawasan (Materi Kelas)

2) Penjajakan tingkat loyalitas anggota pada Organisasi

3) Penjajakan tingkat loyatilas pada pimpinan

4) Penambahan wawasan loyalitas dan keorganisasian.

Disiapkan format penilaian untuk masing-masing peserta didik, dengan interval waktu tiap regu lebih kurang 15

Menit.

b. Perjalanan Halang-rintang misalnya:

1) Melintas sungai dengan merayap tambang

2) Melintas tebing dengan meluncur tambang/Panjat tebing

3) Melintas rintangan dengan merayap pada untaian tali

4) Dsb

Panjang route kurang lebih 1 km dan interval waktu kurang lebih 1 jam (untuk semua jenis halang-rintang) serta

masing-masing pos terdapat petugas penilai dan pembantu.

c. Perjalanan pemantauan kecakapan peserta didik untuk memantau :

1) Kekompakan kerja regu

2) Kemampuan taktik pengamanan per-regu

3) Kemampuan baca Kompas dan Peta

4) Dsb.

Disiapkan tim penilai untuk masing-masing regu, nilai anggota diambil secara kolektif.
3. Latihan berganda ini merupakan acuan penilaian dan penentuan tingkat prestasi peserta sehingga kegiatan ini

dapat dikatakan sebagai kegiatan evaluasi.

Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si

ASISTEN PERENCANAAN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Satuan Koordinasi Nasional (SATKORNAS)

Barisan Ansor Serbaguna (Banser)

III. STELLING/PENDADAKAN

Judul : STELLING/PENDADAKAN

Durasi : 180 Menit

Penyaji/pelaksana : Tim Kepelatihan Satkorcab

Tujuan Sajian Kegiatan : Memantau kesigapan, kecepatan dan kesempurnaan peserta didik dalam melaksanakan

tugas Organisasi.

Jenis Sajian Kegiatan : Pendadakan peserta didik pada saat terlelap tidur untuk segera berada pada satu titik yang

ditetapkan sebagai titik pertahanan.

Konsep Dasar Materi Sajian:

1. Penunjukan titik pertahanan masing-masing peserta diklat sebelum upacara pembukaan.

2. Membangunkan peserta diklat dengan teknik pendadakan dengan penciptaan situasi darurat.

3. Mengevaluasi kesiapan dan kesigapan peserta didik setelah situasi kembali aman.

Dan lain-lain (unsur pengembangan Satkorwil)

Bentuk Pelaksanaan Materi Stelling/Pendadakan:

1. Melaksanakan penempatan Peserta didik pada titik pertahanan dengan membentuk lingkaran terhitung dari

pusat kegiatan diklat sebelum upacara pembukaan dilaksanakan. Peserta mengambil posisi tiarap, jarak antara

personil satu dengan lainya lebih kurang 2 meter.

2. Penciptaan kondisi selelah mungkin pada peserta didik pada siang harinya sehingga pada malam harinya dapat

tertidur lelap.

3. Menjelang tidur peserta diperintahkan melepas seragam, sepatu dan perlengkapan kedinasan lain. Bila perlu

Skolah berupaya menukar/memindahkan perlengkapan perorangan yang dimilki oleh peserta.

4. Setelah diperkirakan semua peserta tertidur lelap maka dilakukan penciptaan situasi kacau, seakan terjadi

serangan dari lawan/musuh terhadap lokasi kegiatan diklat dilaksanakan. Semua cahaya dan lampu dimatikan.
5. Pengkacauan situasi dapat mempergunakan suara-suara : sirine, ledakan, pemukulan benda-benda bersuara dan

lain-lain.
6. Dalam waktu yang sangat singkat peserta harus sudah menempati titik pertahanan yang ditentukan dengan

mengenakan pakaian dan perlengkapan lengkap.

7. Setelah 5 menit lampu dinyalakan, diumumkan kondisi telah kembali aman dan seluruh peserta dikumpulkan

berbaris membentuk formasi per-peleton.

8. Dilaksanakan pengecekan kesiapan dan kesigapan peserta terkait dengan penggunaan perlengkapan kedinasan

masing-masing personil.

9. Memberikan sangsi ringan pada peserta yang tidak dapat mempergunakan perlengkapan lengkap.

10. Mengembalikan peserta untuk istirahat kembali.

Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si

ASISTEN PERENCANAAN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Satuan Koordinasi Nasional (SATKORNAS)

Barisan Ansor Serbaguna (Banser)

IV. INTELIJEN, PENGGALANGAN DAN PENCERAI BERAIAN

A. DASAR-DASAR INTELIJEN

1. Intelijen sebagai badan /alat untuk mencapai tujuan.

Intelijen dalam pengertianya sebagai organisasi merupakan badan/alat yang dipergunakan untuk menggerakan

kegiatan-kegiatan Intelijen sesuai dengan fungsinya, baik berupa penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan

untuk mencapai tujuan-tujuan Intelijen guna memenuhi kepentingan pihak atasan yang berwenang dan bertanggung

jawab.

Yang penting untuk diperhatikan dalam penyusunan organisasi Intelijen ialah faktor efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas.

2. Kegiatan Intelijen adalah usaha berupa kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara konsisten serta berdasar pada

suatu tata kerja yang sitematis yang memilki aspek jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Bentuk-bentuk kegiatan Intelijen meliputi:

a. Pengamatan:

Adalah semua usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara berencana dan terarah untuk memperoleh

keterangan-keterangan yang dibutuhkan mengenai masalah tertentu untuk dapat membuat perkiraan mengenai
masalah yang dihadapi guna menentukan kebijaksanaan perencanaan dan mengambil keputusan dengan resiko yang

diperhitungkan secara cermat.


Penyelidikan dilakukan secara strategis dan penyelidikan secara taktis.

b. Pengamanan

Adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah berhasilnya kegiatan dan operasi/kegiatan pihak lain dengan

memanfaatkan berbagai macam alat/ benda dalam melindungi orang, barang, benda bangunan dan instalasi-

instalasi penting dengan melakukan langkah-langkah penggalangan dan pengoptimmalisasian kekuatan kekuatan

dalam memberikan perlindungan.

Pengamanan juga dapat dilakukan dengan upaya meruntuhkan kesetiaan dan loyalitas pihak lain untuk mendukung

terhadap proses perlindungan terhadap pihak sendiri dan tidak memberikan kesempatan serta peluang pihak lain

untuk menyusun sebuah kekuatan.

Pengamanan dapat dilakukan dengan pengamanan prefentif dan represif.

3. Dasar–dasar Organisasi Intelijen

Prinsip dan dasar–dasar Organisasi pada umumnya berlaku juga bagi organisasi Intelijen selama tidak

bertentangan dengan kepentingan untuk mencapai tujuan, terutama prinsip–prinsip kekenyalan dan keserba-

gunan (keluwesan).

Dasar–dasar yang khusus dipergunakan dalam penyusunan organisasi Intelijen ialah :

a. Kemapuan untuk mengamat-amati keadaan serta kemampuan untuk memberikan ramalan yang tepat mengenai

perkembangan yang akan datang berdasarkan pengetahuan tentang keadaan yang lampau dan keadaan

perkembangan sekarang yang masih dalam proses.

b. Kemampuan untuk dapat meyakinkan, bahwa pengetahuan yang diperolehnya memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang menggunakan (yang berwenang dan bertanggung jawab) untuk mengambil keputusan masalahnya, lengkap,

teliti dan tepat pada waktunya.

c. Mempunyai efisiensi dan efektifitas yang maksimal dalam melaksanakan fungsi-fungsinya.

Untuk mencapai hal ini organisasi Intelijen harus disusun dengan menggunakan atau memilih salah satu dari pada

dasar-dasar sebagai berikut berikut:

1. Penyusunan atas dasar fungsi-fungsi

2. Penyusunan atas dasar kegunaan

3. Penyusunan atas dasar wilayah


4. Penyusunan atas dasar pokok-pokok persoalan
5. Penyusunan atas dasar kombinasi dari dasar-dasar tersebut.

4. Bentuk-bentuk organisasi yang disusun atas dasar:

a. Fungsi-fungsi:

1) Penyelidikan

2) Pengamanan

3) Penggalangan

b. Kegunaan:

1) Strategis

2) Operasi

3) Taktis

c. Analisa Wilayah terhadap organisasi

1) Daerah pemerintahan

2) Kepulauan

d. Pokok-pokok persolanan pembentukan organisasi:

1) Politik

2) Ekonomi

3) Sosial Budaya

4) Ilmu Pengetahuan

5) Militer
6) Teknologi

7) Dan lain-lain

Dengan pertambahan pokok-pokok sesuai perkembangan, dinamika dan spesialisasi tugas-tugas intelijen maka

bentuk organisasi Intelijen disusun:

1. 1 Orang pengawas/Pengendali

2. 1 Orang Kepala Seksi

3. 3 Orang Kepala subseksi

4. Beberapa petugas Lapangan dan Informan

B. TEORI PENYELIDIKAN
Penyelidikan adalah usaha, pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terprogram untuk

memperoleh keterangan-keterangan atau informasi yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan tentang masalah

yang dihadapi dalam pengembangan informasi lanjutan sehingga diperkirakan cukup untuk melakukan tindakan

lanjutan.

Penyelidikan dilakukan dengan beberapa cara:

1. Intervie

Intervie dilakukan dengan menunjuk obyek pelaku atau komponen terdekat dari pelaku untuk memberikan beberapa

keterangan sesuai dengan perencanaan pengemnagan lanjutan.

2. Pengamatan tanda bukti

Identifikasi tanda bukti dengan menghubung-hubungkan alur peristiwa sesuai perencanaan yang telah disusun

dalam upaya mendapatkan data kongkrit tentang keterkaitan bukti-bukti pendukung.

3. Pengembangan informasi

Obyek manusia sebagai sasaran pengumpulan data merupakan faktor penting dalam fungsi Intelijen, dilakukan

dengan pengumpulan data dari pengakuan orang baik dari pihak lain maupun pihak sendiri.

C. TEKNIK PENGGALANGAN

1. Penggalangan tertutup

Dilakukan dengan penyusunan kedalam sasaran pemecahan dan pencerai beraian keutuhan-keutuhan didalam

masyarakat lawan, sehingga menimbulkkan kekacauan-kekacauan sambil selangkah demi selangkah memperluas
jaringan untuk membangkitkan dan meningkatkan situasi saling tidak percaya sehingga dihasilkan pimpinan lawan

yang berkuasa menjadi semakin lemah.

2. Penyesuaian kepentingan pihak sasaran dengan pihak-pihak yang menggalang.

Dilakukan dengan menggeser pimpinan lawan yang berkuasa atau kekuasaanya direbut, karena mana penggalangan-

penggalangan tertentu menjadi terbuka dan kemudian menggabungkan sasaran sebagai bagian sendiri, atau

menjadikan sasaran sebagia suatu satelit atau sekutu.

3. Usaha penggalangan dimulai dengan menyelidiki sasaran-sasaran kemudian menahan agen-agen penggalangan

didalamnya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.


4. agar kepentingan-kepentingan pihak sasaran tidak mengancam, merintangi dan menggalangi pihak-pihak

penggalang, kepentingan-kepentingan pihak sasaran diarahka dengan perantaraan jaringa-jaringan penggalang yang

tertanam di dalam sasaran

5. Mengancam adalah suatu tindakan ucapan/data atau keadaan yang membahayakan keselamtan atau kelangsungan

hidup sesuatu organ, strata, golongan atau kepentingan.

6. Merintangi adalah sesuatu tindakan atau keadaan yang menghalangi sesuatau kepentingan

7. Menghambat adalah sesuatau tindakan atau keadaan yang mengurangi tercapainya sesuatu kepentingan.

D. TEKNIK PENYUSUPAN

1. Penyusupan dilakukan secara tertutup oleh kaki tangan penggalangan kedalam masyarakat sasaran, untk

kemudian mencerai-beraikan keutuhan masyarakat itu, sambil menyusun jaringan-jaringan penggalangan yang

semakin meluas.

2. Baik dirinya sendiri maupun kaki tangan jaringan penggalan disamar sedemikian rupa, sehingga identitas dan

kegiatan yang disamarkan itu tidak menimbulkan kecurigaan. Bila timbul keadaan-keadaan yang memaksa

kakitangan-kakitangan itu meninggalkan tempatnya, maka mereka telah berkesempatan untuk menyusun jaringa-

jaringan penggalangan secara rahasia, yang akan meneruskan penggalangan-penggalangan selanjutnya.

3. Penyusupan-penyusupan kedalam suatu masyarakat sasaran dapat dilkukan dengan perantaran sarana-saran yang

terdiri dari anggota-anggota corp diplomatic, rombongan-rombongan perdagangan, ekonomi dan kebudayaan,

golongan minoritas diosegala bidang, aliran-aliran dan gerakan-gerakan keagamaan, Badan-badan Internasional,

terutama badan-badan perburuhan dan pemuda-pemuda, partai-partai polotik negara asing dan badan yang bersedia
kerja sama, pedagang ; dalam negeri yang keluar negri, pedagang asing yang berdagang di dalam di dalam Negri,

siswa/siswi/pegawai yang belajar keluar negri, pelancong-pelancong luar dan dalam negri, wartawan-wartan dan

lain-lain yang lalu lintas antara dalam dan luar negri atau sebaliknya.

E. PENCERAI-BERAIAN

1. Keutuhan suatu masyarakat terpelihara bila pimpinan, baik yang didasarkan atas kekuasaan musyawarah orang

banyak, maupun kekuasan mutlak seorang, selalu dapat mengimbangi ketegangan-ketengan yang selalu timbul,

karena persaingan-persaingan untuk berkuasa dan berkedudukan diantara golongan politik, lapisan-lapisan

masyarakat, rumpun-rumpun kesukuan, aliran-aliran agama, kelompok-kelompok minoritas dan lain-lain golongan.

2. Sebaliknya persatuan sesuatu masyarakat dapat dicerai-beraikan sehingga berantakan dan pimpinanya diperlemah
sedemikian rupa, sehingga lumpuh untuk meneruskan perlawanan terhadap penggalangan lawan yang dihadapinya.

Dengan jalan memperuncing dan menghasut persengketan-persengketan, permusuhan-permusuhan, perpecahan-


perpecahan dan ketegangan-ketegangan antara golongan-golongan yang satu dengan yang lainya tercipta

permusuhan yang tak dapat/sulit didamaikan.

3. Jaringan-jaringan tersamar , yang merangkaikan kelompok-kelompok kakitangan-kakitangan yang terbatas (3

sampai 5 orang), yang disusun untuk membangkitkan kepercayaan, di dalam penggalangan digunakan untuk

menhancurkan secara teratur keutuhan-keutuhan yang menjadi landasan-landasan masyarakat sasaran dan

masyarakat itu sendiri sehingga tercipta rasa putus asa pada setiap orang, kekacauan umum, masyarakat yang resah,

masyarakat yang sakit, yang tertekun, yang kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berkeyakinan, tetapi

terpelihara harapan-harapan akan munculnya sesuatau keadaan yang akan membimbing dan melanjutkan kehidupan

masyarakat itu.

4. Langkah yang ditempuh dengan melakukan penyusupan informasi dan pemberian kepercayaan pada satu tokoh

masyarakat untuk dikembangkan pada masyarakat lain melalui rapat-rapat, dll, langkah ini dilakukan 3 (tiga) orang

secara terpisah. Antara pencerai beraian I dan II dilakukan oleh petugas yang berbeda. Jika asumsi dan persepsi

terbentuk maka petugas segera menghilang dan dikesankan gejolak murdi dari masyarakat.

5. Pengkondisian fungsi eksternal masyarakat.

6. Pemantauan perkembangan.

F. PENGINGKARAN

1. Mengingkarkan mencangkup pengingkaran terhadap kesatuan dan persatruan, patriotisme dan loyalitas terhadap

Bangsa dan Bernegara.

2. Setelah persatuan politik, dan sosial suatu masyarakat dicerai-beraikan , kesetiaan-kesetiaan umum dan cinta
tanah air dapat dilunturkan dan di dalam keadaan-keadaan yang memungkinkan kesetiaan dan cinta tanah airnya.

Bangsa dimanifestasikan dalam kecintaan terhadap idiologi, yang sealiran dengan pihak yang melakukan

penggalangan (dimanifestasikan dalam kecintaan & kesetiaan terhadap Tanah air & bangsanya)

3. Sesuatu penggalanga hanya akan berhasil mendapat dukungan masyarakat , bila diperoleh dukungan dari

golongan-golongan yang berpengaruh dalam pimpinan dan diseluruh lapisan masyarakat. Karena itu usaha-usaha

untuk mengingkarkan kesetiaan-kesetiaan dari anasir-anasir di dalam sesuatu masyarakat yang hendak diruntuhkan,

harus terutama diarahkan kepada golongan-golongan yang berpengaruh tersebut.

G. PENGARAHAN

1. setelah keutuhan masyarakat dicerai-beraikan dan berhasil diperoleh kakitangan-kakitangan dilingkungan orang-
oramg yeng berpangaruh dan berkuasa, tercapailah keadaan dimana pengarahan, yang biasanya masih dirahasiakan

dapat diselenggarakan.
2. Walaupun pencerai-beraian sesuatu masyarakat telah dilakukan sedemikian jauhnya, sehingga mempermudah

pengarahan, pengarahan itu tidak pernah dilakukan secara mutlak, tetapi hanya dapat dilakukan, karena tak dapat

dikendalikan secara teliti.

H. PENGGESERAN

1. Setelah pengarahan berjalan beberapa waktu, pada suatu saat keutuhan masyarakat dan rapuh dan bila pihak yang

menggalang menganggap momen psikologisnya telah tiba pimpinan yang berkuasa akan digeser.

2. Penggeseran-penggeseran dipersiapkan dengan langkah-langkah pendahuluan berikutnya:

a. Memepertimbangkan hasil pencerai-beraian dan mengingkarkan dengan jalan memperkirakan besarnya dukungan

dan perlawanan yang dapat diharapkan dari golongan-golongan politik dan sosial yang jadi sasaran, golongan

cendekiawan, aliran-aliran agama, Angkatan Bersenjata dsb.

b. Memilih sesuatu alasan atau peristiwa untuk dijadikan alasan gerakan penggeseran.

c. Merencanakan waktu dan bantuan-bantuan dari penggalang yang diperlukan untuk penggeseran.

d. Setelah segala persiapan selesai baru dilakukan tindakan penggeseran menurut rencana yang telah dipersiapkan

semula.

I. PENGGABUNGAN

1. Bila penggeseran berhasil, masyarakat sasaran dapat digabungkan/ isatukan kedalam masyarakat sendiri.

2. Selanjutnya dilakukan pengawasan yang teliti dan tindakan-tindakan keamanan untuk mencegah terjadinya hal-

hal yang mengganggu dan menghambat tercapainya tujuan.

J. SISTEM KOMUNIKASI INTELJEN

1. Kegiatan produk inteljen

Semua bahan keterangan/informasi yang masuk diolah sampai menjadi produk Inteljen melalui proses:

a. Pencatatan, yaitu pekerjaan pencatatan atas semua laporan, bahan keterangan/informasi, yang diterima/masuk

kedalam antara lain : Buku harian informasi , Grafik, Peta situasi dan lain sebagainya. Pencatatan dilkukan dengan

tujuan untuk mempermudah dalam kegiatan penilaian dan penafsiran.

b. Penilaian, adalah penilaian kepercayaan terhadap kebenaran dari bahan keterangan/informasi dan penilaian

kepercayaan terhasdap sumber/asal dari bahan keterangan /informasi itu diterima.

2. Nilai kebenaran paket


Penilaian kepercayaan terhadap sumber suatu berita dibagi atas tingkatan-tingkatan yang masing-masing tingkat

diberi tanda/kode huruf, sebagai berikut :

A = Dapat dipercaya sepenuhnya

B = Biasanya dapat dipercaya

C = Agak dapat dipercaya

D = Biasanya tidak dapat dipercaya

E = Tidak dapat dipercaya

F = Kepercayaanya tidak dapat dinilai

3. Nilai kepercayaan terhadap kebenaran Baket

Nilai kepercayaan terhadap kebenaran berita, Baket dibagi atas tingkatan-tingkatan yg masing-masing tinfkatan

diberi tanda/kode angka sebagai berikut :

1 = Dibenarkan oleh suatu badan atau sumber lain

2 = Sangat mungkin benar

3 = Mungkin benar

4 = Kebenaranya meragukan

5 = Tidak mungkin benar

6 = Kebenaranya tidak dapat dinilai.

Walaupun angka dan huruf digunakan untuk menyatakan penilaian terhadap suatu bahan keterangan, tetapi angka

dan huruf itu tidak tergantung antara satu dengan yang lain. Sebagai misal, sumber keterangan yang “

sepenuhnya dapat dipercaya― mungkin saja yang melaporkan keterangan itu “ tidak mungkin benara “

sehingga nilai inteljenya menjadi “ A – 5 “

Sebaliknya suatu bahan keterangan yang dilaporkan “ yang dibenarkan oleh sumber lain “ bisa juga pemebri

keteranga yang “tidak dapat dipercaya Inteljenya menjadi “ E – 1 “

4. Penafsiran

Kegiatan penafsiran adalah penentuan arti daripada suatu Baket dengan suatu persoalan yang diramalkan akan

terjadi. Untuk penafsiran Baket ada tiga cara :

a. Berfikir secara Intuitif, yaitu suatu penafsiran yang berdasarkan pada filing yang banyak dipengaruhi oleh

pengalaman
b. Berfikir secara Ilmiah, Yaitu suatu penafsiran yang menggunakan data yang sudah pasti kebenaranya
c. Berfikir secara logis yaitu suatu penafsiran yang merupakan hasil pertimbangan yang kritis melalui proses analisa ,

integrasi dan kesimpulan

5. Penyebaran produk intel/pendistribusian

Setiap produk Intel yang sudah siap harus disebar kepada pemakai. Batapapun baik Inteljen yang diperoleh, namun

tidaka ada nilainya bila tidak dipergunakan.

Pokok-pokok penting yang perlu diperhatikann dalam penyebaran adalah persoalan-persoalan mengenai masalah

yang disajikan, waktu penyampaian dan pemakai

a. Masalah yang tepat.

Tidak semua informasi/Inteljen berguna bagi setiap pemakai ditingkat eselon atas, samping dan bawahan. Oleh

sebab itu produsen harus mampu memilih masalah-masalah mana yang tepat bagi pemakai yang dituju. Kekeliruan

dalam memilih masalah akan menimbulkan apatisme dari penerima dalam menanggapi masalah yang disajikan.

Tidak tercapainya Inteljen bisa membawa ketidakterpeliharanya produk Intel dan bisa menimbulkan risiko

keamanan.

b. Waktu penyampaian yang tepat

Suatu Inteljen akan bernilai tertinggi apabila dapat sampai kepada pemakai tepat pada waktunya atau denmgan kata

lain sampai sebelim peristiwa yang menyangkut masalah itu terjadi. Dengan itu maka pemakai mempunyai

kesempatan untuk membuat keputusan dari mengambil langkah-langkah tertenyu yang berguna untuk menentukan

langkah-langkah kegiatan Inteljen berikutnya.

6. Pemakai yang tepat

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pengiriman produk Intel kepada pemakai yang benar-benar berkepentingan.

Oleh sebab itu penyebaran produk Intel ditetapkan dengan daftar distribusi yang mempunyai tujuan antara lain

untuk membatasi jumlah copy yang diproduk agar dapat dicegah pemborosan serta resiko jatuhnya dokumen Intel

kepada pihak-pihak yang tidak berhak menerimanya. Daftar produk Intel akan dikeluarkan dalam surat ketetapan

tersendiri.

7. Sarana penyebaran.

Kecepatan dalam penyebaran produk Intel bisa mendukung ketepatan waktu dari pada penggunaan produk tersebut.

Dalam memilih dan menentukan sarana pengiriman yang baik, harus dipertimbangkan urgensi daripada produk
Intel, dan ditinjau dari segi isi tingkat kerahasiaan dan waktu.
Sarana-sarana pengiriman yang dapat dipergunakan antara lain :

a. Caraka

Untuk mengirimkan semua produk Intel tertulis , kecuali yang berklasifikasi SANGAT RAHASIA.

Caraka hanya merupakan sarana pengiriman produk Inteljen kepada alamat, kepadanya tidak diberikan tugas

menyampaikan pesan-pesan lisan. Agar keamanan informasi tetap terpelihara, maka ketentuan penyampaian produk

Inteljen perlu mendapatkan perhatian.

b. Perwira Penghubung

Untuk mengirimkan produk Inteljen yang berklasifikasi SANGAT RAHASIA, memerluakan penjelasan lisan

mengenai masalah yang dibawanya, serta menghimpun bahan-bahan Intelijen darai alamat yang dikunjungi.

c. Pesawat Telepon

Pesawat telepon hanya dipergunakan sebagai sarana pemberian peristiwa yang bersifat terbuka, yang memerlukan

kecepatan penyampaian atau merupakan sarana pembicaraan untuk membuat rencana mengadakan pertukaran

informasi

d. Pesawat Radio – Telegrap – telex

Penggunaan pesawat ini diusahakan seminm mungkin tetapi seefisien mungkin dengan memperhatikan prioritas

secara tepat, sehingga dapat dicegah penggunaan yang terlampau padat yang justru bisa menimbulkan kelambatan

penyampaian berita.

e. Pos

Pengiriman melalui Pos dengan sistim tercatat serta pamanfaatan kotak, pos memberikan faedah secara baik apabila

dilakukan dengan suatu perencanaan yang cermat. Resiko keamanan informasi masih perlu mendapatkan perhatian

apabila akan menggunakan sarana Pos.

8. Kegiatan Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi yang harus mampu melayani penyediaan dan penyajian kembali Bahan Keterangan/Informasi

dari simpanan yang tersedia, melalui proses sbb :

a. Pencatatan
Pencatatan dalam penyelenggaraan Dokumentasi adalah pencatatan kedalam Buku Agenda, Pangkartuan dan lain

sebagainya.

b. Penyimpanan, dan pemeliharaan

Penyimpanan dimaksudkan adalah penyimpanan Bahan Keterangang yang ada menurut cara tertentu yang

menjamin atas:

1.

1. Keamanan dari kebocoran, kecurian, bencana lan kebakaran, kebaniran dsb.

2. Kerusakan dari gangguan binatang (ngengat, tikus, dlsb) kebocoran air hujan, karena penataanya yang kurang

rapih, karena kelalaian petugas (sobek, tercemar, oleh tinta dlsb) dan karena lain-lain.

3. Mudah dapat ditemukan kembali (disajikan kembali) sewaktu-waktu diperlukan.

9. Penyajian kembali

a. Penyajian kembali secara pasif, ialah penyajian kembali yang didasarkan permintaan oleh Pimpinan. Ini berarti

bahwa setiap pengeluaran/ peminjaman harus sepengetahuan/seijin Pimpinan.

b. Penyajian kembali secara aktif, ialah penyajian kembali yang dikarenakan adanya kejadian/permasalahan yang

sedang bergejolak terkait dan ada hubuntganya dengan bahan keterangan yang ada dalam simpanman sehigga perlu

dijadikan bahan pengetahuan.

Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si

ASISTEN PERENCANAAN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Satuan Koordinasi Nasional


Barisan Ansor Serbaguna (Banser)

Telp. 081 233 55 303 – 0341 771 6660

retype: Hernoe R

V. FORMASI TATA UPACARA BENDERA

Anda mungkin juga menyukai