PENDAHULUAN
1
bervariasi.
Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama
1
pada malam hari. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola
mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-
2,3
sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.
Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer
dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama
2
pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi rendah.
Adapun empat tanda kardinal gejala penyakit skabies yakni pruritus
nokturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat- tempat predileksi, dan ditemukannya tungau. Diagnosis dapat dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Effluoresensinya berupa
papula atau vesikel dimana
1
puncaknya terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah
3,4,7
sarcoptes yang biasanya disebut kunikulus.
Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua
akan lebih mudah terjadi bentuk yang lebih berat dari skabies yang disebut
Norwegian skabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk
3
diobati.
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang
scabies di wilayah kerja Puskesmas Peureulak Barat
2
kebijakan yang berkaitan dengan penanganan skabies di Kec. Peureulak
Barat
3. Manfaat bagi masyarakat: menjadi sumber informasi bagi masyarakat
tentang gambaran faktor risiko skabies di Kec. Peureulak Barat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pertama kali, dasar pengetahuan dasar penyakit ini diletakkan oleh Bapak
Dermatologi, Von Herbra. Sementara penemu tungau penyebabnya pertama kali
adalah Benomo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya pada
tubuh1,5, kerap dikenal juga dengan istilah budukan, gudik, dan gatal agogo5.
2.2 Etiologi
Morfologi
4
bagian depan dan 2 pasang kaki di bagian belakang. Pada betina, 2 pasang kaki
belakang dilengkapi dengan cambuk/rambut. Sedangkan pada jantan hanya
pasangan kaki ketiga saja yang berakhir dengan cambuk/rambut, pasangan kaki
keempatnya dilengkapi oleh ambulakral (perekat). Alat reproduksi betinanya
berbentuk celah pada bagian ventral tubuh, pada jantan alat reproduksinya
berbentuk huruf Y yang terletak diantara pasangan kaki keempat.2
2.3 Patogenesis
Kelainan kulit pada kondisi ini disebabkan oleh siklus hidup tungau yang
membentuk terowongan dan juga akibat garukan pasien. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang akan muncul
kira-kira satu bulan sesudah infestasi. Kelainan kulit yang muncul mirip
dermatitis dengan efloresensi papul, vesikel, dan urtika. Selain itu, karena garukan
muncul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder5.
5
Gambar 1.2 Patogenesis
2.4 Epidemiologi
6
kepadatan penduduk. Diantara faktor –faktor tersebut yang paling mempengaruhi
adalah faktor kepadatan penduduk.4
Keluhan yang umumnya dirasakan pada awal masa infestasi tungau pada penyakit
skabies adalah rasa gatal yang terjadi pada malam hari, cuaca panas dan badan
berkeringat. Rasa gatal biasanya dirasakan di sekitar lesi namun pada tahap kronis
maka rasa gatal dapat dirasakan hingga ke seluruh tubuh. Gatal ini disebabkan
karena sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkannya
pada saat membuat terowogan. Lesi pada kulit berupa terowongan halus sedikit
meninggi, berkelok-kelok dengan warna putih keabu-abuan. Di daerah yang
beriklim tropis jarang ditemukan terowongan. Biasanya Sarcoptes scabiei
memilih tempat tertentu untuk membuat terowongan seperti sela jari, pergelangan
tangan dan kaki, penis, areola mammae, umbilikus, dibawah payudara wanita dan
aksila.2
Pada dewasa, skabies jarang menyerang leher, muka, kulit kepala yang berambut,
punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan, tetapi pada anak kecil dan bayi
daerah-daerah ini sering terinfestasi dan dapat pula menyerang seluruh badan.
Lesi kulit dapat berupa vesikel, papul, dan urtika. Berat ringannya kerusakan kulit
yang dialami tergantung pada derajat sensitisasi, lamanya infeksi, higiene
perorangan dan riwayat pengobatan sebelumnya. Pada tahap yang kronik, skabies
dapat mengakibatkan penebalan kulit (likenifikasi) dan berwarna lebih gelap
(hiperpigmentasi).2
7
Kebersihan Diri
8
Kebersihan tangan dan kuku
Kebersihan Kaki
Para santri selalu memakai sepatu setiap hari. Sehingga kaki akan selalu berada
pada tempat tempat yang tertutup. Para santri dianjurkan menjaga kebersihan
kakinya dengan selalu memakai sepatu dan kaus kaki yang kering agar terhindar
dari penyakit kulit skabies, karena sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-
tempat yang lembab dan tertutup.
Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka
garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies,
karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana
orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak
cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang
bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan
9
lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur)
akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Selain kebersihan genital, peningkatan gizi juga
merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam.
Perilaku
Lingkungan
10
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk.
Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di
kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari,
dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
Sehingga skabies sangat mudah berkembang pada tempat disela-sela tubuh karena
tidak dibersihkan. Padahal jika rajin mandi kemungkinan besar skabies akan susah
berkembang ditubuh manusia. Seharusnya jika sebagian budaya tidak
membolehkan mandi bagi orang yang sakit maka dapat dibersihkan dengan cara
mengelap bagian tubuh dengan handuk yang basah. Terutama pada tempat-tempat
yang mudah dihinggapi skabies.
Sosial Ekonomi
Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Yang menjadi penghambat saat pencegahan penyakit skabies adalah
keterlambatan atau kurangnya uang kebutuhan yang dikirim orangtua untuk para
santri selama diasrama tiap bulannya. Dan banyak para santri yang saling tukar
alat mandi sampai kiriman tiba. Sebagian dari santri apabila belum mendapatkan
kiriman dari orangtuanya mereka mandi tanpa menggunakan sabun atau sampo.
Apabila saat mandi kurang bersih maka penyakit scabies akan semakin mudah
menyerang tubuh para santri.
2.7. Diagnosis
Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila memnuhi
dua dari empat tanda kardinal.
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
11
tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan
panas.
2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah
keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies,
maka biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit
tersebut pula. Terdapat istilah pembawa (carrier) yakni penderita yang
terkena infestasi tungau skabies tetapi tidak memberikan gejala klinis.
3) Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanlikulus. Biasanya
pada tempat predileksi tertentu yang stratum korneumnya tipis, misal sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong,
genitelia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat ditemukan di
telapak tangan dan telapak kaki. Kanalikuli berbentuk terowongan berwarna
keabu-abuan atau putih, rata-rata panjang 1 cm, dan biasanya ujungnya dapat
ditemukan papul atau vesikel.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling
sulit pula. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
1) Dermatitis
2) Prurigo
3) Pedikulosis korporis
4) Impetigo
5) Psoriasis
6) Folikulitis
12
digunakan beberapa obat topikal yang digunakan untuk megobati scabies
diantaranya:1
Permetrin
Sulfur
13
telah tersedia dalam bentuk sabun yang lebih ekonomis dengan bau yang lebih
baik. Sabun sulfur dengan konsentrasi rendah cukup efektif dan aman digunakan
untuk mengobati skabies tanpa menimbulkan bau yang mengganggu meskipun
dengan jangka waktu penggunaan yang cukup lama.
Emulsi Benzil-Benzoas
Krotamiton
Krotamiton 10% juga merupakan salah salah satu obat pilihan pada
penyakit skabies, Obat ini memiliki dua efek yaitu antiskabies dan antigatal.
Namun penggunaan krotamiton dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan iritasi pada pasien. 1
Terapi Non-medikamentosa
14
Pencegahan penularan terjadi apabila seseorang telah terjangkit skabies. Bentuk
pencegahan yang dilakukan ialah dengan mengobati penderita secara langsung
dan melakukan isolasi sementara pada penderita agar tungau tidak menginfeksi
orang-orang yang berada di sekitarnya. Perlu pula dilakukan pemeriksaan
terhadap orang-orang yang sering berada di sekitar penderita maupun yang pernah
melakukan kontak langsusng dengan penderita.
Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci
bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung
dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh
tungau mati.
2.10 Prognosis
Ad sanationam : dubia
15
BAB III
Pengetahuan tentang :
16
BAB IV
HASIL
IV.2.Data Geografis
Puskesmas Pasar Kepahiang terletak didaerah yang pemukiman
penduduknya padat dengan sanitasi dan tingkat pendidikan rendah serta
sosial ekonomi menengah ke bawah . Selain itu Puskesmas Pasar Kepahiang
juga terletak di sebelah utara daerah Tebat Monok, sebelah selatan daerah
Kabawetan.
17
Westkust, Karang Endah, dan Kampung Bogor . Enam kelurahan tersebut
terdiri dari 7.857 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak
23.935. Dengan rata-rata kepadatan penduduk 509 jiwa/KM2 .
IV.4. Sumber Daya Kesehatan
Sumber daya kesehatan yang tersedia di Puskesmas Pasar Kepahiang
terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 orang perawat gigi, 15 orang bidan dan
7 orang perawat serta dibantu oleh TKS (Tenaga Kerja Sukarela) sebanyak
10 orang.
IV.5. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
Didaerah kecamatan Pasar Ujung, selain terdapat Puskesmas Pasar
Kepahing juga terdapat beberapa klinik swasta, dokter umum serta praktek
bidan swasta.
Prevalensi = 18
X 100%
209
= 8.6%
BAB 5
18
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat cukup banyak masyarakat
yang menderita scabies, dan tidak memiliki pengetahuan tentang
penyakit ini dan pencegahannya.
6.1.2. Tidak tersedianya obat untuk menangani penyakit ini.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi puskesmas dapat melakukan penyuluhan tentang scabies, mengenai
cara penularan, pencegahan dan terapi.
6.2.2. Bagi dinas kesehatan, mungkin dapat mengadakan penyediaan obat
scabies.
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
19
Juanda, A, 2001, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan kedua,
Wahjoedi, 2008, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Skabies Pada Pondok Pesantren
Yogyakarta.
20