Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Skabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang paling
sering terjadi. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
Sarcoptes scabei var. Hominis. Skabies yang juga dikenal dengan nama the itch,
gudik, budukan, gatal agogo ini sangat mudah menular. Penularan skabies bisa
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya
ibu yang menggendong anaknya yang menderita skabies atau penderita yang
bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya
melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Masa inkubasinya sangat

1
bervariasi.

Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama
1
pada malam hari. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola
mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-
2,3
sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.

Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer
dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama
2
pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi rendah.
Adapun empat tanda kardinal gejala penyakit skabies yakni pruritus
nokturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat- tempat predileksi, dan ditemukannya tungau. Diagnosis dapat dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Effluoresensinya berupa
papula atau vesikel dimana

1
puncaknya terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah
3,4,7
sarcoptes yang biasanya disebut kunikulus.

Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua
akan lebih mudah terjadi bentuk yang lebih berat dari skabies yang disebut
Norwegian skabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk
3
diobati.
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang
scabies di wilayah kerja Puskesmas Peureulak Barat

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai


berikut:
1. Bagaimana gambaran umur pada pasien skabies di Puskesmas Peureulak
Barat tahun 2018?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada pasien skabies di Puskesmas
Peureulak Barat tahun 2018?

I.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran umur pada pasien skabies di Puskesmas


Peureulak Barat tahun 2018
2. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin pada pasien pasien skabies di
Puskesmas Peureulak Barat tahun 2018

I.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman, dan dapat


mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama bertugas di
Puskesmas Peureulak Barat
2. Manfaat bagi institusi: hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi data
dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor risiko dan menjadi dasar acuan

2
kebijakan yang berkaitan dengan penanganan skabies di Kec. Peureulak
Barat
3. Manfaat bagi masyarakat: menjadi sumber informasi bagi masyarakat
tentang gambaran faktor risiko skabies di Kec. Peureulak Barat

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pertama kali, dasar pengetahuan dasar penyakit ini diletakkan oleh Bapak
Dermatologi, Von Herbra. Sementara penemu tungau penyebabnya pertama kali
adalah Benomo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya pada
tubuh1,5, kerap dikenal juga dengan istilah budukan, gudik, dan gatal agogo5.

2.2 Etiologi

Klasifikasi Sarcoptes scabiei

Penyebab skabies adalah tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis yang


termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordoacarina, super-famili
Sarcoptoidea, famili Sarcoptidae, genus Sarcoptes.3

Gambar 1.1 Tungau Sarcoptes scabiei

Morfologi

Secara morfologi tungau Sarcoptes scaibiei berbentuk oval/lonjong dan gepeng,


berwarna putih kotor, punggungnya cembung dan bagian dadanya rata, dan tidak
memiliki mata. Ukuran betinanya lebih besar dibandingkan jantan, yakni 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan berkisar antara 200-240 mikron
x 150-200 mikron. Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di

4
bagian depan dan 2 pasang kaki di bagian belakang. Pada betina, 2 pasang kaki
belakang dilengkapi dengan cambuk/rambut. Sedangkan pada jantan hanya
pasangan kaki ketiga saja yang berakhir dengan cambuk/rambut, pasangan kaki
keempatnya dilengkapi oleh ambulakral (perekat). Alat reproduksi betinanya
berbentuk celah pada bagian ventral tubuh, pada jantan alat reproduksinya
berbentuk huruf Y yang terletak diantara pasangan kaki keempat.2

Kebiasaan dan siklus hidup

Sarcoptes scabiei varietas hominisini hidup di lapisan terluar epidermis manusia,


mereka menggali permukaan epidermis ini hingga terbentuk terowongan dan
kemudian bertelur. Karena lapisan kulit epidermis terus menerus mengelupas dan
tumbuh secara cepat, terowongan yang dibuat tungau ini hanya terdapat pada
bagian epidermis yang sudah mengeras. Tungau ini akan melakukan
pembuahan/kopulasi di permukaan kulit atau di dalam terowongan. Setelah
dibuahi, sang betina akan mencari lapisan kulit yang memilik stratum korneum
tebal seperti telapak tangan dan kemudian mulai menggali terowongan. Setelah
itu, sang betina akan bertelur di dalam terowongan selama hidupnya. Telur dapat
mencapai jumlah 40 hingga 50. Kemudian telur menetas menjadi larva yang
memiliki 3 pasang kaki dan terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi nimfa
yang memiliki 4 pasang kaki. Nimfa akan menjadi tungau dewasa dalam waktu
tiga hari. Keseluruhan siklus hidup ini dialami selama kurang lebih 8-12 hari.5

2.3 Patogenesis
Kelainan kulit pada kondisi ini disebabkan oleh siklus hidup tungau yang
membentuk terowongan dan juga akibat garukan pasien. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang akan muncul
kira-kira satu bulan sesudah infestasi. Kelainan kulit yang muncul mirip
dermatitis dengan efloresensi papul, vesikel, dan urtika. Selain itu, karena garukan
muncul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder5.

5
Gambar 1.2 Patogenesis

2.4 Epidemiologi

Di negara berkembang dilaporkan bahwa angka prevalensi skabies


mencapai 6-27% dengan insidens terbesar di kalangan anak-anak dan remaja.
Berdasarkan penelitian Ma’rufi pada tahun 2005 mengenai
“FaktorSanitasiLingkungan yang BerperanTerhadapPrevalensiPenyakitSkabies”,
ditemukan bahwa prevalensi skabies di tempat yang padat penduduk seperti
pesantren pada kelompok yang higiene-nya buruk mencapai 73,7%. Sedangkan
pada kelompok yang higiene-nya baik, angka prevalensi skabies hanya berkisar
antar 2-3 %.12 Skabies ditemukan diseluruh dunia dengan angka prevalensi
bervariasi yang disebabkan karena faktor-faktor berhubungan. Beberapa faktor
tersebut antara lain adalah higiene perseorangan yang buruk, tingkat sosial
ekonomi yang rendah, kebiasaan berganti-ganti pasangan seksual, dan juga

6
kepadatan penduduk. Diantara faktor –faktor tersebut yang paling mempengaruhi
adalah faktor kepadatan penduduk.4

2.5 Gambaran klinis

Keluhan yang umumnya dirasakan pada awal masa infestasi tungau pada penyakit
skabies adalah rasa gatal yang terjadi pada malam hari, cuaca panas dan badan
berkeringat. Rasa gatal biasanya dirasakan di sekitar lesi namun pada tahap kronis
maka rasa gatal dapat dirasakan hingga ke seluruh tubuh. Gatal ini disebabkan
karena sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkannya
pada saat membuat terowogan. Lesi pada kulit berupa terowongan halus sedikit
meninggi, berkelok-kelok dengan warna putih keabu-abuan. Di daerah yang
beriklim tropis jarang ditemukan terowongan. Biasanya Sarcoptes scabiei
memilih tempat tertentu untuk membuat terowongan seperti sela jari, pergelangan
tangan dan kaki, penis, areola mammae, umbilikus, dibawah payudara wanita dan
aksila.2

Pada dewasa, skabies jarang menyerang leher, muka, kulit kepala yang berambut,
punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan, tetapi pada anak kecil dan bayi
daerah-daerah ini sering terinfestasi dan dapat pula menyerang seluruh badan.
Lesi kulit dapat berupa vesikel, papul, dan urtika. Berat ringannya kerusakan kulit
yang dialami tergantung pada derajat sensitisasi, lamanya infeksi, higiene
perorangan dan riwayat pengobatan sebelumnya. Pada tahap yang kronik, skabies
dapat mengakibatkan penebalan kulit (likenifikasi) dan berwarna lebih gelap
(hiperpigmentasi).2

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian skabies

Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah


tertular berbagai penyakit skabies. Penularan terjadi melalui dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk faktor internal adalah
kebersihan diri, perilaku, dan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan,
budaya dan sosial ekonomi.

7
Kebersihan Diri

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan


kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, kebersihan
kaki dan kebersihan genitalia. Banyak manfaat yang dapat di petik dengan
merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit,
meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.
Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai
dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami
seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit Kulit yang
pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit,
maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan
tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit
juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar
ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh
didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat
disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu
penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies.
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit.
Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah
tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai
kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun
antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan
genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus
dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan
air setelah memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.

8
Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan


untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi
penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku
sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci
harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan. 2). Handuk
yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap
hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung,
dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek,
jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit.

Kebersihan Kaki

Para santri selalu memakai sepatu setiap hari. Sehingga kaki akan selalu berada
pada tempat tempat yang tertutup. Para santri dianjurkan menjaga kebersihan
kakinya dengan selalu memakai sepatu dan kaus kaki yang kering agar terhindar
dari penyakit kulit skabies, karena sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-
tempat yang lembab dan tertutup.

Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka
garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies,
karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.
Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana
orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak
cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang
bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan

9
lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur)
akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Selain kebersihan genital, peningkatan gizi juga
merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam.

Perilaku

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan


kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik
dirumah tangga, institusi-institusi maupun tempat-tempat umum. Kebiasaan
menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari.
Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang kurang bersih dan
saling bertukar-tukar pakaian dengan teman satu kamar. Hal itulah yang tidak
diperhatikan serius oleh pimpinan pondok pesantren dan santri itu sendiri. Para
santri dapat menghindari penyakit skabies dengan menjaga kebersihan
pakaiannya. Dengan rajin mencuci dan menjemur

Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan


berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
peralatan makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan asrama dari sampah.Penularan penyakit skabies
terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan
baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh,

10
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk.
Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di
kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari,
dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk.

Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
Sehingga skabies sangat mudah berkembang pada tempat disela-sela tubuh karena
tidak dibersihkan. Padahal jika rajin mandi kemungkinan besar skabies akan susah
berkembang ditubuh manusia. Seharusnya jika sebagian budaya tidak
membolehkan mandi bagi orang yang sakit maka dapat dibersihkan dengan cara
mengelap bagian tubuh dengan handuk yang basah. Terutama pada tempat-tempat
yang mudah dihinggapi skabies.

Sosial Ekonomi

Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Yang menjadi penghambat saat pencegahan penyakit skabies adalah
keterlambatan atau kurangnya uang kebutuhan yang dikirim orangtua untuk para
santri selama diasrama tiap bulannya. Dan banyak para santri yang saling tukar
alat mandi sampai kiriman tiba. Sebagian dari santri apabila belum mendapatkan
kiriman dari orangtuanya mereka mandi tanpa menggunakan sabun atau sampo.
Apabila saat mandi kurang bersih maka penyakit scabies akan semakin mudah
menyerang tubuh para santri.

2.7. Diagnosis

Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila memnuhi
dua dari empat tanda kardinal.

1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

11
tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan
panas.
2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah
keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies,
maka biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit
tersebut pula. Terdapat istilah pembawa (carrier) yakni penderita yang
terkena infestasi tungau skabies tetapi tidak memberikan gejala klinis.
3) Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanlikulus. Biasanya
pada tempat predileksi tertentu yang stratum korneumnya tipis, misal sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong,
genitelia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat ditemukan di
telapak tangan dan telapak kaki. Kanalikuli berbentuk terowongan berwarna
keabu-abuan atau putih, rata-rata panjang 1 cm, dan biasanya ujungnya dapat
ditemukan papul atau vesikel.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling
sulit pula. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.8 Diagnosis Banding

Gejala yang ditimbulkan pada infeksi scabies umunya tidak spesifik


karena lesi awal pada pasien biasanya berupa papul dan vesikel dengan gejala
subjektif berupa rasa gatal. Terlebih lagi umunya pasien datang ke rumah sakit
setelah terjadi infeksi sekunder sehingga sulit menilai penyakit yang mendasari
pada keluhan pasien. Sehingga pada kasus scabies dapat timbul beberapa
diagnosis banding diantaranya :1

1) Dermatitis
2) Prurigo
3) Pedikulosis korporis
4) Impetigo
5) Psoriasis
6) Folikulitis

2.9 Pengobatan Skabies

Pengobatan skabies dilakukan melalui dua cara yaitu melaliu terapi


medikamentosa dan non-medikamentosa. Untuk terapi medikamentosa dapat

12
digunakan beberapa obat topikal yang digunakan untuk megobati scabies
diantaranya:1

Permetrin

Permetrin adalah insektisida yang termasuk golongan pirethroid sintetik


yang efektif dalam mengobati skabies. Parmetrin yang digunakan untuk
mengobati skabies merupakan krim dengan konsentrasi 5%. Permetrin telah
disetujui sebagai obat untuk mengobati skabies sejak tahun 1989 di Amerika
Serikat dan 1991 di Belanda.

Permetrin krim 5% digunakan untuk sekali pemakaian dengan cara


mengoleskan permetrin ke seluruh bagian tubuh terutama bagian tubuh yamg
sering menjadi lesi skabies seperti bagian bokong serta lipatan-lipatan tubuh
lainnya. Pemakaian obat ini dianjurkan dilakukan pada malam hari selama 8-12
jam dan kemudian dibilas bersih keesokan harinya dengan sabun.

Parmetrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf


parasit dengan ikatan natrium. Hal ini dapat memeperlambat polarisasi dinding sel
parasit yang menyebabkan paralise parasit. Pengaplikasian parmetrin 5% juga
efektif untuk mengurangi ektoparasit serta mengurangi simptom.1

Sulfur

Sulfur merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi skabies.


Dibandingkan dengan obat-obatan yang lain, sulfur memiliki harga yang
terjangkau bagi kalangan masyarakat. Sulfur dengan konsentrasi 5-10 % telah
lama digunakan sebagai skabisida. Dalam penelitian yang dilakukan
Pruksachatkunakorn terbukti bahwa sulfur dengan konsentrasi 10% efektif unruk
mengobati skabiesis meski sulfur dengan konsnetrasi 6% sudah cukup untuk
mengobati skabies. Namun pada beberapa kasus sulfur dengan 6% dianggap
kurang efektif. Sulfur dengan konsentrasi 10% mampu membunuh larva dan
tungau skabies meskipun belum mampu membunuh telur skabies.1,6

Oleh karena itu, pengobatan dengan menggunakan sulfur memerlukan


waktu hingga tiga hari untuk membunuh skabies secara tuntas. Sekarang sulfur

13
telah tersedia dalam bentuk sabun yang lebih ekonomis dengan bau yang lebih
baik. Sabun sulfur dengan konsentrasi rendah cukup efektif dan aman digunakan
untuk mengobati skabies tanpa menimbulkan bau yang mengganggu meskipun
dengan jangka waktu penggunaan yang cukup lama.

Emulsi Benzil-Benzoas

Emulsi benzil-benzoat (20-25%) juga efektif diguanakan untuk semua


stadium pada skabies deengan penggunaan selama tiga hari. Kekurangan dari obat
ini ialah sering meyebabkan iritasi pada penggunanya dan masih sulit ditemukan
sehingga jarang digunakan untuk pengobatan skabies1

Gama Benzena Heksa Klorida

Gama benzene heksa klorida (Gameksan) dengan kadar 1% merupakan


salah satu obat yang efektif untuk pengobatan skabies karena efektif membunuh
dalam semua stadium dan tidak menyebabkan iritasi pada penggunanya. Namun
penggunannya dikontraindikasikan pada pasien anak dan ibu hamil akibat bersifat
toksik pada susunan saraf pusat.1

Krotamiton

Krotamiton 10% juga merupakan salah salah satu obat pilihan pada
penyakit skabies, Obat ini memiliki dua efek yaitu antiskabies dan antigatal.
Namun penggunaan krotamiton dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan iritasi pada pasien. 1

Terapi Non-medikamentosa

Untuk terapi non-medikamentosa yang diberikan pada pasien skabies ialah


mengenai edukasi terutama dalam pecegahan penularan dan reinfeksi. Pencegahan
lebih bersifat preventif atau pencegahan dari peyakit skabies. Pencegahan awal
dilakuakan dengan menjaga kebersihan diri sendiri, lingkungan, serta
membiasakan diri untuk tidak menggunakan barang-barang pribadi secara
bersama-sama.

14
Pencegahan penularan terjadi apabila seseorang telah terjangkit skabies. Bentuk
pencegahan yang dilakukan ialah dengan mengobati penderita secara langsung
dan melakukan isolasi sementara pada penderita agar tungau tidak menginfeksi
orang-orang yang berada di sekitarnya. Perlu pula dilakukan pemeriksaan
terhadap orang-orang yang sering berada di sekitar penderita maupun yang pernah
melakukan kontak langsusng dengan penderita.

Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci
bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung
dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh
tungau mati.

2.10 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia

15
BAB III

KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Teori Penelitian

Pengetahuan tentang :

 Penyebab dan cara penularan

Masyarakat penyakit scabies.


 Gejala penyakit scabies serta
Penanganan nonfarmakologis.

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

16
BAB IV
HASIL

IV.1. Profil Komunitas Umum


Puskesmas Pasar Kepahiang, Kabupaten Kepahiang merupakan
puskesmas yang bertanggung jawab terhadap tujuh kelurahan dan limka
desa,kelurahan padang lekat, pasar ujung, sejantung, pensiunan, kampong
pensiunan, pasar kepahiang, dan desa bogor baru, kampung bogor, weskust,
karang endah, dan bogor wetan. Puskesmas Pasar Kepahiang memiliki
beberapa program pencegahan dan pemberantasan penyakit rabies. Program
ini dijalankan oleh petugas puskesmas puskesmas lainnya. Program ini
sudah dijalankan selama kurang lebih 5 tahun sejak 2008 .
Data Umum :
 Jumlah kelurahan : 6 kelurahan
 Jumlah desa : 5 desa
 Jumlah Posyandu : 11buah
 Jumlah Penduduk Tahun 2014 : 23.463 jiwa
 Jumlah Penduduk Tahun 2015 : 23.935 jiwa
 Jumlahh Puskesmas Pembantu : 2 buah
 Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas pasar kepahiang selama
2014: 843.jiwa, tahun 2015: 185 jiwa
 Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas pasar kepahiang bulan
November 2014- maret 2015 : 250 jiwa
 Jumlah kunjungan rawat jalan per hari : 25 orang

IV.2.Data Geografis
Puskesmas Pasar Kepahiang terletak didaerah yang pemukiman
penduduknya padat dengan sanitasi dan tingkat pendidikan rendah serta
sosial ekonomi menengah ke bawah . Selain itu Puskesmas Pasar Kepahiang
juga terletak di sebelah utara daerah Tebat Monok, sebelah selatan daerah
Kabawetan.

IV.3. Data Demografis


Seperti yang sudah disebutkan diatas, Puskesmas Pasar Kepahiang
membawahi 6 kelurahan yaitu Pasar Ujung, Pasar Kepahiang, Pensiunan,

17
Westkust, Karang Endah, dan Kampung Bogor . Enam kelurahan tersebut
terdiri dari 7.857 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak
23.935. Dengan rata-rata kepadatan penduduk 509 jiwa/KM2 .
IV.4. Sumber Daya Kesehatan
Sumber daya kesehatan yang tersedia di Puskesmas Pasar Kepahiang
terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 orang perawat gigi, 15 orang bidan dan
7 orang perawat serta dibantu oleh TKS (Tenaga Kerja Sukarela) sebanyak
10 orang.
IV.5. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
Didaerah kecamatan Pasar Ujung, selain terdapat Puskesmas Pasar
Kepahing juga terdapat beberapa klinik swasta, dokter umum serta praktek
bidan swasta.

IV.6. Data Kesehatan Masyarakat (Primer)


Data primer berupa laporan kumulatif pasien di Puskesmas Pasar
Kepahiang periode April-Juni 2015. Dari data tersebut didapatkan 18 pasien
skabies dari total 209 pasien yang berobat ke Puskesmas Pasar Kepahiang.
Berdasarkan dari data primer tersebut maka didapatkan prevalensi
skabies sebagai berikut :

Prevalensi = Angka kejadian penyakit


X 100%
Jumlah populasi pasien

Prevalensi = 18
X 100%
209

= 8.6%

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

18
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat cukup banyak masyarakat
yang menderita scabies, dan tidak memiliki pengetahuan tentang
penyakit ini dan pencegahannya.
6.1.2. Tidak tersedianya obat untuk menangani penyakit ini.

6.2. Saran
6.2.1. Bagi puskesmas dapat melakukan penyuluhan tentang scabies, mengenai
cara penularan, pencegahan dan terapi.
6.2.2. Bagi dinas kesehatan, mungkin dapat mengadakan penyediaan obat
scabies.

BAB 6

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipocrates, Jakarta

19
Juanda, A, 2001, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan kedua,

balai penerbit FKUI, Jakarta.

Taufiq, 2006, Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Sikap dan

Prilaku Pengungsi Tentang Pencegahan Penyakit Skabies, tesis Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta. University Of The Witwatersrand, 1988, Primary

Clinical Care Book 8 Skin Diseases, Johannersburg.

Wahjoedi, 2008, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Skabies Pada Pondok Pesantren

Di Kabupaten Kulon Progo (Studi Ekologi), tesis, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Widiastuti, 2008, Hubungan Antara Higiene Perorangan dan Kepadatan Hunian

Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-mukhtar Kecamatan

Adipala Kabupaten Cilacap, skripsi,Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

20

Anda mungkin juga menyukai