Anda di halaman 1dari 20

Metode Magnetik

1. Pendahuluan
Metode Geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi bawah permukaan.
Survey magnetik dilakukan dengan melakukan pengukuran medan magnet
bumi (medan geomagnetik) di sepanjang survey area. Tujuannya adalah untuk
memetakan pola sebaran anomali magnetik lokal yang disebabkan oleh variasi
sifat kemagnetan batuan di bawah permukaan. Dengan mengetahui struktur
geologi bawah permukaan, maka akan membantu dalam penafsiran struktur
dasar dan patahan yang dijadikan jalan keluar fluida-fluida panas bumi. Adapun
manifestasi dari suatu sistem panas bumi antara lain sumber air panas
(hydrothermal), fumarole, hembusan gas, dan lain-lain. Hal ini merupakan
tanda-tanda alam yang menunjukkan di bawah lokasi manifestasi panas bumi
tersebut diperkirakan adanya intrusi magma yang memanaskan batuan di
sekelilingnya.

2. Teori Dasar
2.1. Medan Magnet Bumi
Medan magnet adalah daerah sekitar magnet yang masih terpengaruh
magnet tersebut. William Gillbert tahun 1600 menyatakan bahwa jarum kompas
selalu menunjuk ke arah utara dan selatan kutub magnet bumi. Jarum kompas
dalam medan magnet mempunyai kedudukan sejajar dengan garis gaya
magnet di tempat itu (A khadi dan Hasnel, 1999; Budiyanto, 2013). Medan
magnetik bumi memantulkan sebagian besar angin matahari, yaitu arus partikel
bermuatan dari matahari yang mampu mengionisasi lapisan atmosfer bumi.
Gas-gas yang terkena angin matahari dapat terperangkap dalam gelembung
medan magnet yang dapat terbawa arus angin matahari, sebuah proses yang
mungkin pernah terjadi di planet Mars. Gaya yang bekerja pada jarum kompas
tergantung pada intensitas medan magnet yang merupakan hasil bagi antara
gaya yang dihasilkan kutub magnet dengan kekuatan kutub magnet. Intensitas
medan magnet diukur dengan magnetometer, besarnya berkisar 25.000 γ
dekat ekuator dan 70.00 γ disekitar kutub (Rusdy, 2012).

MODUL METODE MAGNETIK 1


Perbedaan temperature, tekanan dan komposisi dari inti bumi
menyebabkan adanya arus konveksi dimana bahan yang memiliki kerapatan
besar akan tenggelam dan yang memiliki kerapatan yang lebih rendah akan
bergerak ke atas. Bullard, menyatakan bahwa didalam inti bumi terdapat aliran
fluida yang terionisasi sehingga menimbulkan aksi dynamo oleh dirinya sendiri
yang dapat menimbulkan medan magnet utama bumi (BMKG, 2012; Rachman,
2010). Studi mengenai medan magnetik bumi di masa lalu disebut dengan
Paleomagnetisme. Polaritas dari medan magnetik bumi terekam dalam
bebatuan, dan pembalikan medan magnetik bumi terekam di dalam garis-garis
yang terbentuk ketika pembentukan bebatuan terjadi. Paleomagnetisme juga
dapat menjadi sarana perekaman geokronologi batuan dan sedimen. Medan
mangetik bumi juga menyebabkan bebatuan yang mengandung bijih tambang
dari unsur ferromagnetik lebih mudah dicari karena menyebabkan anomali
magnetik bumi (BMKG, 2012; Rachman, 2010).
Medan magnet utama bumi tidak konstan tetapi mengalami perubahan
terhadap waktu, sesuai keadaan di dalam bumi yaitu keadaan batuan pada
kerak bumi yang dipengaruhi oleh aktivitas didalam inti bumi. Hal tersebut
ditunjukan dalam studi paleomagnetik bahwa banyak batuan di kerak bumi
yang saling bersebelahan memiliki arah kutub kemagnetan yang berkebalikan
(BMKG, 2012). Berdasarkan hasil penelitian sumber medan magnet utama
bumi yang berasal dari dalam bumi akibat pengaruh rotasi bumi sehingga
material magnetis di inti bumi termagnetisasi karena perputaran bumi pada
porosnya. Bumi memiliki dua kutub yang sering dikenal sebagai “Geomagnetic
Poles” yang merupakan kutub teoritis dimana sumbu magnet membentuk sudut
11,5° dengan sumbu rotasi bumi, yaitu pada (Geokov, 2012; Rachman, 2010):
• Kutub utara magnet terletak di Canadian Artic Island dengan lintang:
75.5° LU dan bujur: 100.4° BB.
• Kutub selatan magnet terletak di Coast of Antartica south of Tasmania
dengan lintang: 66.5° LS dan bujur: 140° BT.

2.2. Metode Geomagnetik


Metoda Geomagnet adalah salah satu metode di geofisika yang
memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh

MODUL METODE MAGNETIK 2


kontur yang menggambarkan distribusi susceptibilitas batuan di bawah
permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibilitas selanjutnya dapat
dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang
tidak. Mengingat survei ini hanya bagus untuk pemodelan ke arah horizontal,
maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda
Resistivity 2D. Jadi, survei geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas,
dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang
prospek selanjutnya dilakukan survei Resistivity 2D.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut
juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan
intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:
• Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
• Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke
bawah.
• Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
• Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil
pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan
dalam waktu satu tahun (Lowrie, 2007).
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata
hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup
daerah dengan luas lebih dari 106 km2 .
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar

MODUL METODE MAGNETIK 3


ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih
cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite, titanomagnetite
dan lain-lain yang berada di kerak bumi. Dalam survei dengan
metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali
magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan
magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya
serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati.

Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan


magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama
dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar.
Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama.

MODUL METODE MAGNETIK 4


Gambar 2.1. Range nilai suseptibilitas jenis material dalam batuan

2.3. Koreksi IGRF dan Koreksi Diurnal


IGRF singkatan dati International Geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF
merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk
nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik
di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei
geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.
Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan
karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalah anomali medan
magnetik (ΔH0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan
magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi
pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini
bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat
diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan,
maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran
pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi
harian, IGRF dan topografi.
• Koreksi Diurnal (Harian)

MODUL METODE MAGNETIK 5


Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan
nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek
radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus
mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan
magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan
dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian
dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang
terekam pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif,
maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekam pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan:

Gambar 2.2. Grafik Pengukuran Koreksi Harian


• Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama
bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan
magnetik utama tidak lain adalah nilai IGRF. Jika nilai medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi
IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF
terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian
pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai.

MODUL METODE MAGNETIK 6


Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
dimana H0 = IGRF

2.4. Upward Continuation


Pada umumnya anomali medan magnet yang terukur pada topografi
yang masih terletak pada ketinggian yang tidak teratur. Kemudian dilakukan
pengangkatan (kontinuasi). Ada 2 jenis kontinuasi yaitu kontinuasi keatas
(upward) dan kebawah (downward). Kontinuasi yang dilakukan pada
pengolahan data ini adalah Upward Continuation, dimana kontinuasi upward
ini berfungsi untuk menghasluskan peta anomali dengan cara menaikkan
bidang pengamat ke atas dari tubuh anomali. Tujuannya adalah untuk
mendominankan tubuh anomali yang terbaca pada peta anomali magnetik total
(Telford, 1990).
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar
lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat
berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu untuk menghilangkan atau
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda
magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan
survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat
mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.
Kontinuasi keatas adalah proses reduksi data magnetik terhadap
ketinggian. Cara ini diharapkan dapat menekan noise-noise frekuaensi tinggi
benda-benda magnetik disekitarnya. Penentuan nilai ketinggian dilakukan
menurut keinginan kita dan tergantung dari efek yangingin dihilangkan atau
ditampilkan. Akan tetapi pada prosesnya, kontinuasi ini tidak boleh
menghilangkan body anomali yang ada. Karena taget dari proses ini adalah
untuk menentukan body anomali dari peta anomali yang sudah ada, maka
proses kontinuasi ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Besar
ketinggian yang digunakan untuk mengangkat bidang pengamat tidak boleh

MODUL METODE MAGNETIK 7


terlalu bear, karena dapat mengakibatkan hilangnya informasi pada daerah
tersebut.

2.5. Reduce to Pole


Reduce to pole merupakan salah satu tahap koreksi yang dilakukan
pada eksplorasi magnetik untuk mengetahui anomali medan magnetic secara
langsung. Reduksi ini dilakukan dengan cara mengubah sudut inklinasi dan
deklinasi menjadi 90 dan 0 derajat. Perumusan reduksi kutub dimulai dari
hubungan antara medan potensial dengan penyebaran medan magnetic benda
penyebab anomali. Berikut adalah rumusan untuk total medan magnet:

F vector adalah satuan dalam menunjukkan arah medan regional.


Setelah dilakukan penyederhanaan maka akan didapatkan bahwa arah
magnetisasi dan medan utama dirubah kedala arah vertikal.

3. Metodologi
3.1. Peralatan dan Fungsi Alat
Alat yang digunakan dalam survey metode magnetik adalah Proton
Precession Magnetometer (PPM). PPM merupakan alat yang digunakan dalam
survey metode magnetik. PPM merupakan alat yang portable dengan system
pengoperasian yang cukup mudah dan sederhana. Dalam penelitian, PPM
yang digunakan berjumlah dua buah, satu sebagai rover dan satunya sebagai
base station. PPM dapat digunakan untuk mengukur medan magnet gradien
maupun medan magnet total. Pengukuran medan magnet gradien dengan
menggunakan dua buah sensor dan medan magnet total dengan
menggunakan satu buah sensor. Beberapa peralatan bantu lainnya adalah:
1. Theodolite, untuk menentukan arah lintasan titik-titik pengukuran di
lapangan.
2. Kompas geologi, untuk menentukan arah utara sensor PPM dan
membantu menentukan posisi supaya urut.
3. GPS, untuk menentukan posisi lintang dan bujur serta ketinggian lokasi
penelitian.

MODUL METODE MAGNETIK 8


4. Meteran, untuk mengukur jarak grid.
5. Jam, untuk mengetahui waktu pengambilan data di lapangan.
6. Catatan lapangan (datasheet), untuk mencatat hari, tanggal, jam,
kondisi, cuaca dan lingkungan saat pengambilan data.

3.2. Prinsip Kerja PPM


Prinsip kerja Proton Procession Magnetometer adalah dengan proton
yang ada pada semua atom memintal atau berputar pada sumbu axis yang
sejajar dengan medan magnet bumi.
Setiap proton adalah massa yang berputar dan membawa muatan listrik
positif. Putaran muatan partikel ini menghasilkan momen magnetik dan
momentum angular pada arah sumbu putarnya. Medan magnet bumi akan
menghasilkan momen magnetik proton yang kemudian dilawan oleh
momentum angular proton. Sebagai akibatnya, sumbu proton akan berpresisi
di sekitar kerucut yang menunjukkan arah medan magnet bumi. Jumlah
putaran sumbu proton di sekitar kerucut dalam waktu tertentu disebut frekuensi
presisi proton (f). Nilai f bergantung pada momen magnetik proton M,
momentum angular proton L, dan intensitas medan magnet bumi H yang dapat
dinyatakan dalam persamaan:
𝑀 𝐺𝐻
𝑓= 𝐻 =
2𝜋𝐿 2𝜋
dengan G adalah gyromagnetic ratio yang bernilai 0,2657513 / gamma-s.
Gerakan presisidari sebuah proton disajikan pada gambar 3.1.
Proton Precession Magnetometer (PPM) adalah suatu sensor untuk
mengukur induksimedan magnet total. Sensor ini berisi zat cair yang kaya akan
proton, misalnya methanol atau kerosene. Di dalam sensor ini terdapat koil atau
kumparan yang melingkupi zat cairyang kaya akan proton tersebut. Koil ini
dihubungkan dengan sumber arus DC dan sirkuitpenghitung frekuensi.Jika
arus listrik dilewatkan melalui koil tersebut, maka akan timbul medan magnet
danmempolarisasikan proton pada arah koil. Pada saat arus diputus, koil akan
dihubungkandengan sirkuit penghitung frekuensi, sementara proton akan
berpresisi pada arah medanmagnet bumi. Gerakan momen magnetik proton
akan menghasilkan medan magnet siklikyang menginduksi arus ac pada

MODUL METODE MAGNETIK 9


kumparan selama 2 – 3 detik sebelum proton berhentiberpresisi. Selama 2 – 3
detik ini, sirkuit penghitung frekuensi akan mengukur frekuensipresisi proton.
Nilai frekuensi presisi proton ini dikonversi ke unit intensitas medan magnetdan
ditransmisikan ke data logger yang dapat dibaca langsung. Prisip kerja
ProtonPreccesion Magnetometer (PPM) disajikan pada gambar 3.2.

Gambar 3.1. Gerakan presisi dari sebuah proton (Robinson dan


Coruh, 1988)

Gambar 3.2. Prinsip kerja PPM (Robinson dan Coruh, 1988)

3.3. Prosedur Pengambilan Data


Pengukuran dilakukan dalam loop tertutup, dapat diartikan bahwa satu
siklus pengukuran dimulai dan diakhiri pada tempat yang sama. Ini
dimaksudkan agar koreksi diurnal dapat dilakukan terhadap data hasil

MODUL METODE MAGNETIK 10


pengukuran. Dalam proses pengumpulan data, data yang dicatat antara lain;
titik pengukuran, koordinat pengukuran (lintang, bujur, dan ketinggian), waktu
pengukuran, nilai yang terbaca pada alat.

Gambar 3.3. Tampilan pada Alat

Berikut langkah-langkah yang digunakan saat pengambilan data:


a. Menghilangkan tampilan pada layar dan menghapus instruksi, tekan
CLEAR.
b. Pengaturan waktu (hari dan jam matahari)

Dalam memasukkan (day), (hour), dan (min) menggunakan


angka yang tertera seperti keterangan tampilan pada alat di atas.
Pengaturan waktu sangat penting karena akan digunakan dalam koreksi
diurnal.

c. Pengaturan Kode Lintasan


Dilakukan ketika mode AUTO tidak aktif. Untuk mengubah nomor
lintasan:
§ Tekan Time

MODUL METODE MAGNETIK 11


Layar FIELD/TIME akan menampilkan waktu yang sebenarnya
dan layar STATION/DAY akan menampilkan nomor lintasan.
§ Tekan Shift untuk mengakses tombol angka. Maka akan
didapatkan tampilan pada layar STATION/DAY.

§ Setelah memasukkan kode lintasan, tekan Enter

d. Tuning the Magnetometer


Proses Tuning alat digunakan untuk mendapatkan signal terkuat
dengan menyamakan reaksi dari alat dengan nilai pada lapangan.
Langkah dalam Tuning the Magnetometer adalah:

e. Untuk membaca nilai medan magnet, menyimpan dan


memanggilnya kembali dibutuhkan tombol READ, STORE, dan
RECALL.
• Ketika menekan tombol READ, maka akan tampil nilai tegangan
dari baterai

MODUL METODE MAGNETIK 12


• Lalu, indikator baterai akan menghilang dan akan terbaca pada
nilai alat antara 5-6 digit angka dan posisi stasiun data yang
akan tampil selama 5 detik.

• Untuk menyimpan, tekan tombol STORE ketika nilai masih


tampil. Jika menekah setelah tampilan hilang, maka pembacaan
akan hilang dan tidak tersimpan dan tampil pesan kesalahan.
• Untuk menampilkan data yang telah tersimpan, tekan RECALL.
• Untuk menampilkan data dari penyimpanan terakhir dengan
menekan tombol RECALL. Jika menekan tombol recall lagi,
maka akan menampilkan data kedua dari terakhi. Sedangkan
dengan menekan tombol ENTER akan menampilkan data yang
terakhir.
• Menampilkan data secara acak
Jika memiliki data yang banyak akan kesulitan jika harus
menampilkan secara berurutan. Dengan menampilkan data
secara acak, akan memudahkan dalam pembacaan dengan
memasukkan 3 digit kode titik ukur.
Adapun langkah yang digunakan adalah:

• Menampilkan setengah data kedua


Dua cara penampilan data diatas digunakan untuk menampilkan
setengah data pertama. Sedangkan untuk mengakses setengah
data kedua, dilakukan dengan menekan tombol TIME ketika
setengah data pertama sedang ditampilkan. Tekan tombol

MODUL METODE MAGNETIK 13


FIELD untuk mengakses kembali setengah data pertama.
Penggunaan tombol RECALL dan ENTER juga berlaku pada
setengah data kedua seperti halnya pada setengah data
pertama.

f. Menghapus Data
• Menghapus data terakhir Untuk menghapus data terakhir yang
tersimpan, langkahnya adalah:

• Menghapus data secara acak Untuk menghapus data secara


acak, langkah yang dilakukan adalah:

• Menghapus seluruh data


Untuk menghapus seluruh isi memori, langkah yang dilakukan
adalah:

g. Pengaturan Mode Otomatis


Mode otomatis menjadikan magnetometer dapat membaca secara
otomatis dengan interval waktu tertentu dalam satuan detik. Umumnya
jika magnetometer digunakan secara otomatis, digunakan sebagai base
station yang bersifat statis/diam. Hasil dari rekaman data ini dapat

MODUL METODE MAGNETIK 14


digunakan dalam koreksi diurnal sebagai pembanding dengan
magnetometer yang bergerak. Instruksi mode otomatis adalah sebagai
berikut dengan kondisi sudah dilakukan pengaturan waktu.

h. Pada mode otomatis, dapat dilakukan pembacaan data dengan


menekan tombol RECALL dan FIELD atau dengan menekan TIME.
Untuk membaca waktu ketika pengukuran, dilakukan dengan
menekan tombol TIME. Layar FIELD/TIME akan menunjukkan waktu
dan layar STATION/DAY akan menunjukkan nomor lintasan.
Sedangkan jika menekan tombol AUTO lalu TIME, Julian akan
tampil. Sedangkan untuk menonaktifkan mode otomatis, dilakukan
dengan menekan dan menahan tombol:

i. Transfer Data
Untuk mentransfer data rekaman pada magnetometer, dilakukan
dengan menghubungkan magnetometer dengan PC. Langkah
transfer yang dilakukan antara lain:

Dan untuk menghentikan transfer data dilakukan dengan menekan


tombol CLEAR.

MODUL METODE MAGNETIK 15


3.4. SOP Survey Magnetik
- Pengukuran sebaiknya bercuaca cerah-berawan
- Hindari menggunakan peralatan yang mengandung logam (contoh:
HP, ikat pinggang, dll.)
- Hindari alat dari teriknya panas matahari
- Magnetometer sangat sensitif terhadap sumber medan listrik
maupun medan magnet, maka titik-titik pengukuran harus
menghindari sumber-sumber medan tersebut
- Titik pengukuran (stasiun) diatur pada jarak aman dari semua
gangguan magnetik seperti saluran listrik, jembatan, dll. Biasanya,
jalur kereta api tidak boleh lebih dekat dari 120m, mobil 25m, dan
pagar kawat 30m.
- Simpan semua komponen PPM di shipping container untuk menjaga
dari kontaminasi magnetik
- Jika sistem magnetometer hendak disimpan pada waktu yang lama,
lepas battery untuk menjaga dari keterpautan elektronik atau korosi
karena kontak
- Pada instrumen PPM, jangan melepas battery lithium yang disolder
di board rangkaian
- Untuk mendapatkan nilai anomali yang akurat dalam perhitungan
data yang diambil minimal lima data, semakin banyak data yang
diambil maka nilai anomali yang didapat akan lebih akurat.

4. Interpretasi Data
Interpretasi merupakan tahap akhir dari metode magnetik. Dalam
melakukan proses interpretasi dibutuhkan pula peta geologi daerah penelitian
untuk mendapatkan litologi batuan yang berada dibawah permukaan.
Interpretasi sederhana dengan melihat nilai anomali magnetik baik yang
rendah maupun yang tinggi sesuai dengan objek yang akan diteliti. Sedangkan
untuk penelitian lebih lanjut menggunakan metode tertentu. Interpretasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitif.
• Interpretasi secara kuantitatif berkaitan dengan analisa dari hasil
pengolahan.

MODUL METODE MAGNETIK 16


• Bila memiliki nilai anomali yang tinggi, dapat diperkirakan pada
daerah tersebut terdapat banyak mineral magnetik. Sedangkan jika
nilai anomalinya kecil, maka pada daerah tersebut, mineral
magnetiknya sedikit, ataupun daerah tersebut berada pada suhu >
550℃.
• Sedangkan interpretasi kualitatif, didapatkan dengan melakukan
deskripsi dari pengolahan lanjutan pada daerah yang memiliki
anomali tertentu, agar didapatkan gambaran lebih detail tentang
bawah permukaannya.

MODUL METODE MAGNETIK 17


5. Datasheet
PENGUKURAN METODE MAGNETIK KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2019
Kecamatan Gondang, Bojonegoro, Jawa Timur
2 – 11 September 2019
Hari/Tanggal: Operator :
Kelompok: Cuaca :
Koordinat Pembacaan Keterangan
Line Titik Tinggi
X Y alat (cm) H Noise

Base
Start

MODUL METODE MAGNETIK 18


Base
Finish

MODUL METODE MAGNETIK 19


MODUL METODE MAGNETIK 20

Anda mungkin juga menyukai