Anda di halaman 1dari 4

EKOSISTEM MANGROVE

Pengertian Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri khusus karena lantai
hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi
ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut air laut (Duke, 1992). Hutan mangrove
dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal woodland, vloedbos dan hutan payau (Kusmana
dkk., 2005) yang terletak di perbatasan antara darat dan laut, tepatnya di daerah pantai dan di
sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Sumaharni, 1994). Menurut
Kusmana dkk., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang waktu air laut
pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang komunitas tumbuhannya toleran
terhadap garam.
Adapun ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme yang
berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam suatu habitat mangrove.

Komponen-Komponen Penyusun Ekosistem Mangrove


Komponen-komponen penyusun ekosistem mangrove terdiri dari 2 komponen yaitu
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik terdiri dari :

1. Produsen yaitu organism yang bisa membuat makanannya sendiri (autotropik) karena
memiliki butir-butir klorofil sehingga mapu melakukan proses fotosintesis. Secara
sepintas dapat dilihat bahwa ekosistem mangrove dipenuhi oleh tumbuhan pepohonan
berhijau daun, diantaranya yaitu: Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Avicennia
officinalis, Bruguiera clyndrica, Bruguiera hainessii, Ceriops decandra, Ceriops tagal,
Excoecaria agallocha, Lumnittzera littorea, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans,
Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Schyphypora hydrophyllacea, Sonneratia
alba, Sonneratia ovate, Xylocarpus granatum, dan Xylocarpus moluccensis. Di dalam
kawasan ekosistem mangrove yang selalu tergenang air kemungkinan dapat ditemukan
fitoplankton atau plankton nabati. Plankton adalah mikroorganisme atau larva yang
melayang dalam air, tidak dapat bergerak sendiri, atau daya geraknya lemah sehingga
mudah terpengaruh oleh gelombang atau arus air. Beberapa fitoplankton laut diantaranya
adalah : Asterionella, Amphiphora, Bacillaria, Coscinodiscus, Dytilum, Eucampia,
Guinardia, Hemiaulus, Licmophora, Mastogloia, Nitzschia, Planktoniella, Pleurosigma,
Rhizosolenia, Skeletonema, Surirella, Thalassionema, Thalassiosira, (Diatom),
Amphisolenia, Ceratium, Ceratocorys, Dinophysis, Gonyauulax, Gymnodinium,
Noctiluca, Ornithocerus, Peridinium, Prorocentrum, dan Pyrocycistis (Dianoflagellata).

2. Konsumen yaitu organism yang tidak dapat membuat makanannya sendiri (heterotropik)
sehingga harus mengambil makannya dari organisme produsen. Di dalam ekosistem
mangrove, organisme konsumen terdiri atas :

- Zooplankton atau plankton hewani, misalnya : Tintinnopsis, Dyctiota, Rhabdonella,


Globigerina, Aulosphaera, (protozoa), Calanus, Centropages, Oithona, Euchaeta,
Evadne, Pyrocypris, Lucifer (crustacean), Clione, Carinaria, Janathina (moluska), dan
beberapa larva ikan yang masih bersifat planktonik (iktioplankton).
- Bentos yaitu organism yang hidup di dasar ekosistem mangrove. Bentos dapat dibedakan
atas epifauna (hidup di atas permukaan dasar) dan infauna (hidup membenamkan diri di
dalam dasar).
- Neuston yaitu organism yang hidup pada daerah permukaan air.
- Perifiton yaitu organism yang hiodup pada batang, daun, atau akar tumbuhan yang
terdapat di dalam ekosistem mangrove.
- Nekton yaitu organism yang dapat berenang masuk ke dalam dan keluar dari kawasan
ekosistem mangrove.

Peranan Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan, mempunyai peranan
fungsi multi guna baik jasa biologis, ekologis maupun ekonomis. Peranan fungsi fisik mangrove
mampu mengendalikan abrasi dan penyusupan air laut (intrusi) ke wilayah daratan, serta mampu
menahan sampah yang bersumber dari daratan, yang dikendalikan melalui sistem perakarannya.
Jasa biologis mangrove sebagai sempadan pantai, berperan sebagai penahan gelombang,
memperlambat arus pasang surut, menahan serta menjebak besaran laju sedimentasi dari wilayah
atasnya. Selain itu komunitas mangrove juga merupakan sumber unsur hara bagi kehidupan
hayati (biota perairan) laut, serta sumber pakan bagi kehidupan biota darat seperti burung,
mamalia dan jenis reptil. Sedangkan jasa mangrove lainnya juga mampu menghasilkan jumlah
oksigen lebih besar dibanding dengan tetumbuhan darat.

Peranan fungsi ekologis kawasan mangrove yang merupakan tempat pemijahan, asuhan
dan mencari makan bagi kehidupan berbagai jenis biota perairan laut, di sisi lain kawasan
mangrove juga merupakan wahana sangtuari berbagai jenis satwa liar, seperti unggas (burung),
reptil dan mamalia terbang, serta merupakan sumber pelestarian plasma nutfah.
Manfaat ekonomis mangrove, juga cukup memegang peranan penting bagi masyarakat,
karena merupakan wahana dan sumber penghasilan seperti ikan, ketam, kerang dan udang, serta
buah beberapa jenis mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Manfaat lainnya
merupakan sumber pendapatan masyarakat melalui budidaya tambak, kulit mangrove bermanfaat
dalam industri penyamak kulit, industri batik, patal dan pewarna jaring, serta sebagai wahana
wisata alam, penelitian dan laboratorium pendidikan.

Melestarikan Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi atau rehabilitasi.
Restorasi dipahami sebgai usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula
secara alami. Campur tangan manusia diusahankan sekecil mungkin terutama dalam
memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang
dipahami/diingini manusia. Dengan demikian usaha restorasi semestinya mengandung makna
member jalan/peluang terhadap alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Kita manusia
sebagai pelaku mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan
terutama karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secra fisik kan lebih murah
dibandingkan kita memaksakan penanaman mangrove secara langsung.
Restorasi perlu dipertimbangkan ketika suatu system telah berubah dalam tingkat tertentu
sehingga tidak dapat lagi memperbaiki atau memperbaharui diri secara alami. Dalam kondisi
seperti ini, ekosistem homeostasis telah berhenti secara permanen dan proses normal untuk
suksesi tahap kedua atau perbaikan secara alami setelah kerusakan terhambat oleh bebagai sebab.
Secara umum habitat bakau dapat memperbaiki kondisinya secara alami dalam waktu 15-
20 tahun jika :
1. Kondisi normal hidrologi tidak terganggu
2. Ketersediaan biji dan habitat serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi.
Jika kondisi hidrologi adalah normal atau mendekati normal tetapi biji bakau
tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka dapat direstorasi dengan cara penanaman.
Oleh karena itu, habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana restorasi
harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atau tekanan-tekanan
lain yang mungkin menghambat perkembangan bakau.

Anda mungkin juga menyukai