Kejang Demam
Kejang Demam
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dengan judul “Kejang Demam Plus’.
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kegiatan
kepaniteraan klinik senior dibagian ilmu penyakit anak di Rumah Sakit Umum Haji
Terimakasih kepada dr. Ade Rachmat Sp.A selaku dokter pembimbing yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas paper ini. Akhir kata penulis berharap
Allah SWT berkenan mambalas segala kebaikan dokter sebagai pembimbing paper
ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pelayanan kesehatan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam. Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi
pada waktu anak antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Berkisar 2-5% anak dibawah
usia 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90 % penderita
dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf
tersering pada anak. Faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu :
faktor demam, usia, riwayat keluarga dan riwayat prenatal dan riwayat perinatal.
Hal ini mirip dengan kejang demam, tetapi anak mengalami kejang demam terus
berlanjut setelah rentang yang ditetapkan dari FS yaitu pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang
selalu terkait dengan suhu tinggi. Kejang biasanya berhenti pada saat anak mencapai usia 10 atau
12.
Mayoritas orang dengan GEFS + memiliki kecerdasan normal dan kemampuan belajar
yang baik. Namun mereka dengan mioklonik-astatic epilepsi, dan khususnya Sindrom Dravet,
mungkin memiliki berbagai tingkat kesulitan belajar dan masalah perilaku. Mereka juga mungkin
TINJAUAN PUSTAKA
1. KEJANG DEMAM
1.1. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
1.2. EPIDEMIOLOGI
ditemukan. Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan
merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak yaitu berkisar 2% -
Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia dibawah 5
tahun.
adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari
4. Lamanya demam.
1.4. ETIOLOGI
1.5. PATOFISIOLOGI
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.Tiap anak mempunyai ambang
seeorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 40°C atau lebih. Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
kejang lama.
yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses
tahun.
waktu 24 jam
1.7. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
2. Gejala klinis
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Neurologis :
Status Neurologis
Rangsangan meningeal
Reflex fisiologi
Reflex patologis
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya darah perifer, elektrolit dan
gula darah
Pungsi Lumbal
dianjurkan pada :
Elektroensefalograf
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
kompleks.
Pencitraan
2. Paresis nervus VI
3. Papiledem
1.8. PENATALAKSANAAN
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan-
lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3 – 5 menit, dengan
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. atau diazepam rektal dengan dosis
5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit
dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
kejang demam dan faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau
kompleks.
3. Kejang fokal
1.10. KOMPLIKASI
demam:
- Pneumonia aspirasi
- Asfiksia
- Retardasi mental
1.11. PROGNOSIS
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang
1. Definisi
bermacam-macam fenotipe epilepsi. GEFS + dapat terjadi pada anak usia dini
yakni usia 6 tahun. GEFS + juga dipercaya berhubungan dengan ketiga gangguan
epilepsi lain: Severe Myoclonic Epilepsy Of Infancy (SMEI), yang juga dikenal
penyebabnya adalah gen saluran natrium SCN1A subunit , SCN1B subunit , dan
gen reseptor GABAαβA subunit , GABRG2 dan ada gen lain yang berhubungan
dengan saluran kalsium yaitu γPCDH19 yang juga dikenal sebagai Epilepsy
Termasuk kejang demam yang berakhir pada usia 6 tahun. Kejang dapat muncul
lebih lama yaitu setelah usia 6 tahun baik ada demam maupun tanpa
tonik-klonik
mioklonik
absence
kejang atonik
mioklonik-astatic epilepsi
mioklonik, ataksia. Frekuensi kejang dapat muncul sering, yaitu >13 kali per
tahun.
Jenis kejang pada sindrom ini bervariasi dari setiap orang. Hal ini mirip dengan kejang
demam, tetapi kejang demam terus berlanjut stelah rentang usia yang ditetapkan dari FS
yaitu dari usia 6 bulan sampai 5 tahun. Sekali lagi, kejang selalu terkait dengan suhu tinggi.
Kejang biasanya berhenti pada saat anak mencapai usia 10 atau 12.
belajar. Namun mereka dengan mioklonik-astatic epilepsi, dan sindrom khususnya Dravet,
mungkin memiliki berbagai tingkat kesulitan belajar dan masalah perilaku. Mereka juga
3. Diagnosa
seseorang yang memiliki kejang demam di luar rentang usia normal. Anamnesis dari
Ada sejumlah kelainan genetik yang ditemukan di beberapa keluarga dengan GEFS +.