DEFINISI
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan ≥ 90 mmHg
(tekanan diastolik). (JNC VII, 2014)
Hipertensi yang diinduksi kehamilan memiliki risiko lebih besar mengalami persalinan
premature, IUGR (intrauterine growth retardation), kesakitan dan kematian, gagal ginjal
akut, gagal hati akut, pendarahan saat dan setelah persalinan, HELLP (hemolysis elevated
liver enzymes and low platelet count), DIC (disseminated intravascular coagulation),
pendarahan otak dan kejang (Khosravi et al., 2014; Mudjari and Samsu, 2015).
Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang diukur paling kurang 6 jam
pada saat yang berbeda
The Joint National Committee (JNC) VIII
ETIOLOGI
1
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
dengan diameter yang lebih besar dengan resistensi vaskular yang lebih rendah tidak
terbentuk.
A. Implantasi tropoblas pada keadaan normal : pada trimester ke-tiga terjadi implantasi
plasenta yang disertai dengan proliferasi tropoblas ekstravilia, tropoblas tersebut
menginvasi desidua basalis dan menginvasi lebih dalam ke dinding arteriol spiral
untuk mengganti jaringan endotel dan lapisan muskular arteri spiral, proses
remodeling ini menghasilkan pembuluh darah baru yang lebih lebar dan memiliki
resistensi vaskular yang lebih rendah.
B. Implantasi tropoblas pada keadaan preeklamsia : proses implantasi jaringan tropoblas
mengalami gangguan yang mengakibatkan tidak terjadi remodeling pada arteri spiral
sehingga mengakibatkan pembuluh darah yang membentuk plasenta menjadi
berdiameter sempit dengan resistensi vaskular lebih tinggi sehingga dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
2
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Aterosis ditunjukan oleh pembuluh darah pada plasenta (kiri: pemeriksaan dengan
mikroskop cahaya, kanan: diagram skematik). Gangguan endotel mengakibatkan
penyempitan lumen yang diakibatkan oleh akumulasi lipid, dan sel makrofag yang
berubah menjadi sel foam (sel busa). Pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
tampak sel-sel busa yang ditunjukan panah melengkukung, dan selain itu tampak
kerusakan endotel vaskular yang ditunjukan oleh panah lurus.
Karena gabungan faktor implantasi tropoblast yang tidak sempurna yang mengakibatkan
tidak terjadinya remodeling arteri spiralis dan penyempitan abnormal akibat deposit lipid
dan sel foam maka struktur vaskular akan menjadi sempit dengan resistensi vaskular yang
tinggi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah, penurnan perfusi utero-
plasenter dan hambatan pertumbuhan janin intrauterine
Faktor-faktor imunologis
Pada preeklamsia terjadi intoleransi atau disregulasi imunologi. Terdapat beberapa
komponen imun yang berperan terhadap terjadinya preeklamsia. Diantaranya Haplotipe
HLA-A, HLA-B, HLA-D, HLA-Ia, HLA-II dan Hapltope reseptor sel NK.
Redman et all menjelaskan bahwa pada preeklamsia terjadi gangguan toleransi antigenik
terhadap janin yang terbentuk, hal ini terutama terjadi pada masa kehamilan awal.
Redman et al menjelaskan bahwa pada awal kehamilan terjadi penurunan jumlah HLA-G
yang bersifat imunosupresif, penurunan jumlah HLA-G ini mengakibatkan hambatan
dalam proses remodeling arteri spiralis sehingga terbentuk vaskuler yang berdiameter
sempit dengan resistensi vaskular yang tinggi. Selain itu penghambatan oleh penurunan
jumlah HLA-G, proses remodeling juga di diakibatkan oleh aktivasi sel T Helper (Th-1,
Th-2). Sel Th-2 mengaktifkan sistem imun humoral melalui aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi, dan Th-1 menghasilkan sitokin. Aktivasi sel-sel tersebut terjadi
melalui mekanisme yang belum diketahui dengan jelas.
Aktivasi sel endotel.
Pengeluaran faktor-faktor plasenta karena pemicu yang tidak diketahui seperti faktor
antiangiogenik dan faktor metabolik lain yang diketahui mengakibatkan kerusakan
endotel vaskular, selain faktor-faktor diatas kerusakan endotel juga dapat diakibatkan
oleh stress oksidatif yang ditandai oleh meningkatnya Reactive Oxygen Species (ROS)
pada penderita preeklamsia
Faktor-faktor nutrisi
Berdasarkan penelitian John et al (2002) yang meneliti pengaruh nutrisi dengan kejadian
preeklamsia didapatkan kesimpulan bahwa pada kelompok dengan diet kaya buah-
buahan dan sayuran menunjukan angka kejadian preeklamsia, selain itu zhang et all
melaporkan penurunan angka kejadian preeklamsia dua kali lipat pada kelompok
3
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
penelitian dengan intake vit C lebih dari 85mg/hari, dibandingkan dengan kelompok
dengan intake vit C kurang dari 85mg/Hari. Intake sayuran, buah-buahan, dan vit C
diketahui merupakan antioksidan yang berfungsi menurunakan produksi ROS seperti
lipid peroksida yang mengakibatkan kerusakan sel endotel yang berperan dalam
patogenesis preeklamsia.
Faktor-faktor genetic
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang bersifat poligenik, artinya dipengaruhi
beberapa ekspresi gen yang mengakibatkan serangakian proses kompleks yang
menimbulkan preeklamsia. Ward dan lindheumer meneliti keterkaitan faktor genetik
dengan kejadian preeklamsia. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa terjadi peningkatan
insidensi preeklamsia sebesar 20-40% jika lahir dari ibu dengan riwayat preeklamsia,
peningkatan insidensi preeklamsia sebesar 11 -37% jika memiliki saudara kandung
perempuan dengan riwayat preeklamsia, dan peningkatan insidensi preeklamsia sebesar
22-47% jika memiliki saudara kembar perempuan dengan riwayat preeklamsia. Menurut
ward dan lindheimer melalui penelitianya menyebutkan terdapat 70 jenis gen yang
mungkin terkait dengan kejadian preeklamsia. Tabel menunjukan beberapa gen yang
terkait dengan kejadian preeklamsia. Tabel dibawah menjelaskan beberapa faktor gen
yang berperan terhadap terjadinya preeklamsia.
Gen Kromosom
F2 (G20210A) 11p11-q12
Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan etiologi hipertensi pada kehamilan
terutama yang menjelaskan mengenai preeklamsia-eklamsia, diantaranya
4
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
FAKTOR RISIKO
5
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
KLASIFIKASI
Hipertensi Transisional
Tidak ada bukti preeklamsi
TD kembali normal pada 12 minggu pascapartum
Preeklamsia Minimum TD ≥ 140/90 mmHg terjadi setelah kehamilan 20
minggu
Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > +1
Preeklamsia Berat/meningkat TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria > 2 g/24 jam atau > +2
Kreatinin serum > 1,2 mg/dL
Trombosit < 100.000/µL
Hemolysis mikroangiopati – peningkatan LDH
Peningkatan kadar transaminase serum – ALT atau AST
Nyeri kepala persisten, gangguan serebral, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrik
Eklamsia Preeklamsia diikuti oleh kejang
Preeklamsia Tumpang Tindih Proteinuria > 300 mg/24 jam sebelum 20 minggu
dengan Hipertensi Kronis kehamilan
Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah
6
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Proteinuria 2+ 3+
7
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
PREEKLAMSIA
8
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
9
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
EKLAMSIA
Definisi Eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan pre-eklampsia yang
tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lainnya (Karthikeyan, 2015).
Konvulsi eklamsia
1. Tingkat awal atau aura, berlangsung kira-kira kurang lebih 30
detik, mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian
pula dengan tangannya
2. Kejang tonik, berlangsung kurang lebih 30 detik. Seluruh otot kaku,
wajah kaku, tangan menggenggam, kaki membengkok kedalam,
pernafasan berhenti, wajah dapat sianotik, lidah dapat tergigit
3. Kejang klonik, berlangsung 1-2 menit. Spasme otot menghilang
diikuti dengan kontraksi cepat dan berulang, mulut terbuka dan
tertutup, lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol, terdapat saliva
berbusa, wajah menujukan kongesti dan sianosis, dapat jatuh dari
tempat tidur
4. Fase koma
Diagnosis Harus dibedakan dengan
1. Epilepsy, serangan sebelum hamil, tanda preeklamsia tidak ada
2. Kejang akibat obat anastesi
3. Koma karena sebab lain : diabetes, perdarahan otak, meningitis
Komplikasi Solusio plasenta, sering terjadi pada hipertensi akut dan preeklamsia
Hipofibronogenemia
Hemolysis
Perdarahan otak
Kelainan mata
Edema paru
Nekrosis hati
Kelainan ginjal
Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh dari
tempat tidur
Prematuritas, dismaturitas, kematian janin
Penanganan
10
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Pencegahan
Prognosis
HIPERTENSI GESTASIONAL
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa
proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%. Sebagian wanita (> 25%) berkembang menjadi pre-
eklampsia diagnosis hipertensi gestasional biasanya diketahui setelah melahirkan (Leslie and
Collins, 2016; Malha et al., 2018).
Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan tekanan darah > 160/110 mmHg.
Tekanan darah baru menjadi normal pada post partum, biasanya dalam sepuluh hari. Pasien
mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit perut dan tes laboratorium
abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah dan tes fungsi hati abnormal (Karthikeyan, 2015).
Hipertensi gestasional terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria. Kelahiran
dapat berjalan normal walaupun tekanan darahnya tinggi. Penyebabnya belum jelas, tetapi
merupakan indikasi terbentuknya hipertensi kronis di masa depan sehingga perlu diawasi dan
dilakukan tindakan pencegahan (Roberts et al., 2013).
11
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi
pre-eklampsia pada kehamilannya. Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang
disertai pre-eklampsia sebesar 25%. Sedangkan bila tanpa hipertensi kronis angka kejadian pre-
eklampsia hanya 5% (Roberts et al., 2013; Malha et al., 2018).
Hipertensi yang disertai pre-eklampsia biasanya muncul antara minggu 24-26 kehamilan
berakibat kelahiran preterm dan bayi lebih kecil dari normal (IUGR) (Khosravi et al., 2014).
HIPERTENSI KRONIS
Hipertensi kronis pada kehamilan apabila tekanan darahnya ≥140/90 mmHg, terjadi sebelum
kehamilan atau ditemukan sebelum 20 minggu kehamilan. Seringkali merupakan hipertensi
esensial / primer, dan didapatkan pada 3,6-9% kehamilan (Malha et al., 2018).
Hipertensi kronis pada kehamilan adalah hipertensi (≥ 140/90 mmHg) yang telah ada sebelum
kehamilan. Dapat juga didiagnosis sebelum minggu ke-20 kehamilan. Ataupun yang terdiagnosis
untuk pertama kalinya selama kehamilan dan berlanjut ke periode post-partum (Karthikeyan,
2015).
12
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi kronis terjadi sebelum minggu ke-20 kehamilan,
dapat bertahan lama sampai lebih dari 12 minggu pasca persalinan (Leeman et al., 2016).
Hipertensi, obesitas dan usia merupakan faktor risiko hipertensi kronis. Hipertensi kronis pada
kehamilan meningkatkan risiko pre-eklampsia, pertumbuhan janin, persalinan dini, dan kelahiran
dengan ceasar (Seely and Ecker, 2014).
Hipertensi kronis pada kehamilan umumnya berasal dari hipertensi essensial terlihat dari riwayat
keluarganya. Tetapi bisa juga berasal dari kelainan ginjal parenkim, hiperplasia fibromuskular
atau hiperaldosteronisme hanya saja kasusnya jarang (Tranquilli et al., 2014).
Hipertensi kronis berat (SBP ≥ 180 mmHg dan atau DBP ≥ 110 mmHg akan disertai dengan
penyakit ginjal, kardiomiopati, koarktasion aorta, retinopati, diabetes (B sampai F), kolagen
vaskular, sindrom antibodi antifosfolipid, pre-eklampsia. Wanita hamil dengan hipertensi kronis
berat memiliki risiko tinggi terkena stroke, serbral hemorage, hipertesi encelopati, pre-eklampsia,
serangan jantung, gagal ginjal akut, abruptio plasenta, koagulopati intravaskular diseminata dan
kematian (Sibai and Chames, 2008).
Mayoritas wanita hipertensi kronis mengalami penurunan tekanan darah menjelang akhir
trimester pertama sekitar 5-10 mmHg mirip seperti siklus pada wanita normal. Bahkan ada
beberapa yang menjadi normal tekanan darahnya. Kemudian tekanan darah naik kembali pada
trimester ketiga sehingga mirip dengan hipertensi gestasional. Tetapi hipertensi kronis dapat
bertahan sampai lebih dari 12 minggu setelah persalinan (Seely and Ecker, 2014).
Wanita hipertensi kronis setelah persalinan memiliki kemungkinan terkena komplikasi edema
pulmonari, hipertensi enselopati dan gagal ginjal. Sehingga perlu dilakukan terapi anti hipertensi
yang baik untuk mengontrol tekanan darah (Sibai and Chames, 2008).
13
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
14
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
A. Anamnesis
Evaluasi pada penderita hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis
serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
- Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
- Pemakaian obat-obatan analgesic dan obat/bahan lain
3. Faktor-faktor risiko
4. Gejala kerusakan organ
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tekanan darah
- Pengukuran rutin di kamar periksa dokter / rumah sakit
- Pengukuran 24 jam
2. Vital Sign
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah rutin
2. Proteinuria kuantitatif
3. Hitung darah perifer lengkap (DPL)
4. Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
5. Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
6. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
7. Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
8. USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin terhambat)
Penegakan Diagnosis Preeklampsia
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-
15
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik. Tensimeter sebaiknya
menggunakan tensimeter air raksa, namun apabila tidak tersedia dapat menggunakan
tensimeter jarum atau tensimeter otomatis yang sudah divalidasi. Laporan terbaru
menunjukkan pengukuran tekanan darah menggunakan alat otomatis sering memberikan
hasil yang lebih rendah. Berdasarkan American Society of Hypertension ibu diberi
kesempatan duduk tenang dalam 15 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah
pemeriksaan. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk posisi manset setingkat dengan
jantung, dan tekanan diastolik diukur dengan mendengar bunyi korotkoff V (hilangnya
bunyi). Ukuran manset yang sesuai dan kalibrasi alat juga senantiasa diperlukan agar
tercapai pengukuran tekanan darah yang tepat. Pemeriksaan tekanan darah pada wanita
dengan hipertensi kronik harus dilakukan pada kedua tangan, dengan menggunakan
hasil pemeriksaan yang tertinggi.
Penentuan Proteinuria
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam
atau tes urin dipstik > positif 1. Pemeriksaan urin dipstik bukan merupakan pemeriksaan
yang akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria. Konsentrasi protein pada sampel
urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor, termasuk jumlah urin. Kuo melaporkan
bahwa pemeriksaan kadar protein kuantitatif pada hasil dipstik positif 1 berkisar 0-2400
mg/24 jam, dan positif 2 berkisar 700-4000mg/24jam. Pemeriksaan tes urin dipstik
memiliki angka positif palsu yang tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan
tingkat positif palsu 67-83%. Positif palsu dapat disebabkan kontaminasi duh vagina,
cairan pembersih, dan urin yang bersifat basa. Konsensus Australian Society for the
Study of Hypertension in Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang dikeluarkan oleh
Royal College of Obstetrics and Gynecology (RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan
proteinuria dipstik hanya dapat digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif
palsu yang sangat tinggi, dan harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin
tampung 24 jam atau rasio protein banding kreatinin. Pada telaah sistematik yang
dilakukan Côte dkk disimpulkan bahwa pemeriksaan rasio protein banding kreatinin
dapat memprediksi proteinuria dengan lebih baik.
16
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
17
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
o Edema Paru
o Didapatkan gejala neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan visus
o Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV)
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas protein
urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif (lebih dari 5 g)
telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria
terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
preeclampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat.
18
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
TATALAKSANA
Obat yang umum digunakan dalam pengobatan hipertensi pada kehamilan adalah labetalol,
methyldopa, nifedipine, clonidine, diuretik, dan hydralazine. Labetalol adalah obat yang paling
aman. Diuretik dan CCB (nifedipine) mungkin aman tetapi data minimal dan tidak digunakan
sebagai firstline drug (Karthikeyan, 2015). Menurut ACC/AHA 2017 dan ESC/ESH 2018 obat
antihipertensi pada kehamilan yang direkomendasikan hanya labetalol, methyldopa dan
nifedipine, sedangkan yang dilarang adalah ACE inhibitor, ARB dan direct renin inhibitors
(Aliskiren) (Whelton et al., 2017; Williams et al, 2018).
Kapan memulai pengobatan hipertensi pada kehamilan? Guideline ESH/ESC 2018 menyarankan
tekanan darah sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90 mmHg tetapi pada kasus-kasus tertentu
disarankan pada tekanan darah sistolik ≥ 150 atau diastolik ≥ 95 mmHg. Pada tekanan darah
sistolik ≥ 170 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada wanita hamil dianggap emergensi dan
diperlukan rawat inap di rumah sakit (Regitz-Zagrosek, 2018).
Pada hipertensi krisis dengan kehamilan obat yang direkomendasikan labetalol IV, nicardipine
IV, magnesium. Pada pre-eklampsia yang disertai odema paru obat yang direkomendasikan
nitroglycerin infus (Williams et al., 2018).
19
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
20
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
21
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Diuretic Diuretik dapat menurunkan tekanan darah dan odema, oleh karena itu
doktek obsetri menggunakan diuretik pada kehamilan (Malha et al.,
2018).
HCT bisa digunakan pada kehamilan dengan dosis kecil 12,5-25 mg/hari
agar efek samping minimal. Triamterene dan amirolide dikatakan tidak
teratogenik. Spirolactone tidak direkomendasikan (Malha et al., 2018).
22
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
ANTI KONVULSAN
Hentikan pemberian MgSO4, jika : Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
23
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
ANTI HIPERTENSI
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang 8 kali/24
jm
Jika respon tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual
Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi
Labetolol 20 mg oral
PERSALINAN
Pada PEB, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam
sejak gejala eklampsia timbul
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan Sectio Sesaria
Jika Seksio Sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa :
Tidak terdapat Koagulopati
Anastesia yang aman
24
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
DEFINISI
HELPP terjadi pada < 1% dari seluruh kehamilan, tetapi terjadi pada 20% komplikasi kehamilan
dengan pre-eklampsia berat. HELPP dapat terjadi pada sebelum, saat dan setelah kehamilan.
Diagnosis cukup sulit karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Evaluasi membutuhkan tes
darah komplit dan tes transaminase hati. Wanita dengan HELPP sebaiknya diberi magnesium
sulfat saat masuk rumah sakit hingga 24-48 jam setelah persalinan (Leeman et al., 2016).
Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets
Count yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia. Ini
merupakan komplikasi dari Pre-eklamsia dan eklamsia yang terdiri dari:
- Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
- Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
- Penurunan jumlah trombosit
Faktor risiko sindroma HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1). pasien sindrom HELLP
secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi
tanpa sindrom HELLP(rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi kulit putih
dan multipara.. (buku ajar kebidanan FKUI 2009, medscape 2014).
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11% pasien muncul pada umur kehamilan
<27 minggu, pada masa antepartum sekitar 69% pasiendan pada masa postpartum sekitar 31%.
Pada masa post partum, saat terjadinya khas,dalam waktu 48 jam pertama post partum
Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit
multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai
sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya merupakan akhir dari
kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit
25
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan agregasi trombosit dan selanjutnya
terjadi kerusakan endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai anemi hemolitik mikroangiopati
merupakan tanda khas. (buku ajar kebidanan FKUI 2009, Medscape 2014)
Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang endotelnya rusak
dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes,
triangular cells dan burr cells. (buku ajar kebidanan FKUI 2009, Medscape 2014)
Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder akibat obstruksi aliran darah hati oleh
deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan pada kasus yang
berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik, hematom subkapsular atau ruptur hati. Nekrosis
periportal dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang paling sering ditemukan.
Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian dan atau destruksi trombosit. (buku ajar
kebidanan FKUI 2009, Medscape 2014)
MANIFESTASI KLINIS
Pasien sindroma HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat bervariasi, dari yang
berniali daignostik sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-eklampsi yang tidak
menderita sindrom HELLP.
Pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas (90%), beberapa
mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar
pasien (90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum tanda lain. Mual dan
atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati,
yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler. Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan
berat badan yang bermakna dengan edema menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi
berat (sistolik160 mmHg, diastolik 110 mmHg) tidak selalu ditemukan.
Kriteria diagnosis sindroma HELLP berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain
klasifikasi Mississippi dan Tennessee. Bila dikombinasikan kedua klasifikasi ini maka klas 1
termasuk kelompok sindroma HELLP komplit sedangkan klas 2 dan 3 merupakan sindroma
HELLP parsial.
Sistem Mississippi Sistem Tennessee
26
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
TATALAKSANA
a. Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan
sindroma HELLP
b. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan dan
pengobatan pada preeklampsia dan eklampsia
c. Pemberian cairan intravena harus sangat hati-hati karena sudah terjadi vasospasme dan
kerusakan sel endotel.
d. Bila hendaknya dilakukan section caesarea dan bila trombosit < 50.000/cc, maka perlu
diberikan transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/cc, dan akan dilakukan section
caesarea maka perlu diberi transfusi darah segar
e. Dapat pula diberikan “plasma exchange” dengan “fresh frozen plasma” dengan tujuan
menghilangkan sisa-sisa hemolisis mikroangiopati.
f. Pemberian double strength dexamethasone diberikan 10 mg IV tiap 12 jam segera setelah
diagnosis sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan pemberiannya yaitu untuk
meningkatkan pematangan paru pada kehamilan preterm dan dapat mempercepat
perbaikan gejala klinis dan laboratoris.
g. Pada sindroma HELLP post partum diberikan dexamethasone 10 mg IV setiap 12 jam
disusul pemberian 5 mg dexamethasone 2 kali dalam selang waktu 12 jam.
h. Perbaikan gejala klinik setelah pemberian dexamethasone dapat diketahui dengan :
- Meningkatnya produksi urin
- Meningkatnya trombosit
- Menurunnya tekanan darah
- Menurunnya kadar LDH dan AST
i. Bila terjadi ruptur hepar, sebaiknya segera dilakukan pembedahan lobektomi.
j. Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP, lahirkan bayi tanpa memandang usia
kehamilan.
27
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
Pemberian Pemberian
Kortikosteroid Kortikosteroid
Observasi Penanganan
Terminasi
respon klinik konservatif
28
EMERGENCY-KEHAMILAN HIPERTENSI | F.D
PROGNOSIS
a. Pada kebanyakan pasien akan stabil dalam waktu 24 – 48 jam dan sebagian dengan
penyakit klas 1 lebih lama waktu pemulihan post partum
b. Tingkat kekambuhannya adalah 2% - 27% pada kehamilan berikutnya
c. Pasien dengan resiko pre – eklampsi atau hipertensi dalam kehamilan dapat beresiko
melahirkan premature, pertumbuhan janin terhambat, dan solusio plasenta pada
kehamilan berikut
29