Anda di halaman 1dari 4

1.

Teori Pembentukan Bumi

Berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli dalam
Bintarto (2006) antara lain :
1. Teori Kontraksi oleh Descrates
Teori ini menyatakan bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut
yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian
permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
2. Teori Dua Benua oleh Edward Zuees
Teori ini menyatakan bahwa awalnya bumi terdiri atas dua benua yang
sangat besar, yaitu Laurasia dan Gondwana yang bergerak kea rah equator,
sehingga terpecah-pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah
menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Gondwana pecah menjadi Afrika,
Australia, dan Amerika Selatan.
3. Teori Konveksi
Teori ini menyatakan bahwa di alam bumi ini masih dalam keadaan panas
dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di
atasnya.
4. Teori Lempeng Tektonik
Kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng yang berada di atas
lapisan astenosfer. Lempeng ini terdiri dari atas lempeng benua dan lempeng
samudera. Lempeng-lempeng ini bergerak dan mendesak satu sama lain.
Bertemunya antara dua benua lempeng disebut tumbukan (subduction), sedangkan
daerah yang menjadi tempat tumbukan lempeng-lempeng disebut subduction
zone.
5. Teori Big Bang
Berdasarkan teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa
yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian
kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat,
membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak
dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-
nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula

1
tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama
Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu,
bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.

2. Pengertian Landform dan Grup Landform

Menurut Marsoedi et. al. (1997), bentuk lahan landform adalah bentukan
alam di permukaan bumi, khususnya di daratan, yang terjadi karena proses
geomorfik tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula, dan dapat
dibedakan berdasarkan skalanya dari sub-kontinental misalnya rangkaian
pegunungan sampai bagian dari lereng tunggal.
Berdasarkan Marsoedi et. al. (1997), landform / bentuk lahan
diklasifikasikan ke dalam 9 grup atau kelompok utama yang selanjutnya dibagi
lebih lanjut sesuai dengan sifat masing-masing. Sistem klasifikasi ini
mendasarkan pada proses geomorfik dalam penentuan kelompok.
Pembagian kelompok utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Grup Alluvial (Alluvial landform) simbol : A
Landform muda (risen atau sub risen) yang terbentuk dari proses fluvial
(aktivitas sungai) ataupun gabungan dari proses alluvial dan koluvial.
2. Grup Marin (Marine Landforms) simbol : M
Landform yang terbentuk oleh atau dipengaruhi oleh proses marin baik
proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi), daerah
yang terpengaruh air asin ataupun daerah pasang surut tergolong dalam landform
marin.
3. Grup Fluvio Marin (Fluvio Marin Landform) simol : I
Landform yang terbentuk oleh gabungan proses fluvial dan marin.
Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada lingkungan laut (berupa delta)
ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh aktivitas laut.
4. Grup Gambut (Peat Landform) simbol : G
Landform yang terbentuk di daerah rawa (baik rawa pedalaman maupun di
daerah dataran pantai) dengan akumulasi bahan organik yang cukup tebal.
Landform ini dapat berupa kubah (dome) maupun bukan kubah.

2
5. Grup Eolian (Eolian Landform) simbol : E
Landform yang terbentuk oleh proses pengendapan bahan halus (pasir,
debu) yang terbawa angin.
6. Grup Karst (Karst / Kaustic Landform) simbol : K
Landform yang didominasi oleh bahan batu gamping, pada umumnya
keadaan morfologi daerah ini tidak teratur. Landform ini dicirikan oleh adanya
proses pelarutan bahan batuan penyusun yaitu dengan terjadinya sungai di bawah
tanah, gua-gua dengan stalagtit, stalagmit, dll.
7. Grup Vulkanik (Volcanic landform) simbol : V
Landform yang terbentuk karena aktivitas vulkan / gunung berapi (resen
atau subresen). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut vulkan,
aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan vulkan.
Landform dari bahan vulkan yang mengalami proses patahan - lipatan (sebagai
proses sekunder) tidak dimasukkan dalam landform vulkanik.
8. Grup Tektonik dan Struktural (Tectonic and Strucural Landform)
simbol : T
Landform yang terbentuk sebagai akibat dari proses tektonik (orogenesis
dan epirogenesis) berupa proses angkatan, lipatan, dan atau patahan. Umumnya
landform ini mempunyai bentukan yang ditentukan oleh proses-proses tersebut
dan karena sifat litologinya (struktural).
9. Grup Aneka (Miscellaneous landform) simbol : X
Bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak termasuk grup yang
telah diuraikan di atas, misalnya: lahan rusak dan bangunan-bangunan buatan
manusia.

3
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 2006. Geografisma. Jakarta : Erlangga.


Marsoedi, DS., J.D. Widagdo, N. Suharta, S.W.P. Darul, S. Hardjowigeno, J. Hoff,
& E.R. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landform. LT 5 Versi 3.0.
Proyek LREP II, Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai