Anda di halaman 1dari 7

Pemicu 1

Step 1
1. Psikofarmaka adalah obat – obatan kimia yang sering digunakan pada pasien dengan
gangguan mental, yaitu obat – obatan psikotropika, yang dapat mempengaruhi bagian –
bagian otak tertentu dan menekan atau mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala
tertentu pada penderita. Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja
secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan mempengaruhi fungsi-fungsi psikis
dan proses mental.
Gejala tersebut meliputi : yang berhubungan dengan proses pikir, berhubungan dengan
alam perasaan dan emosi, dan perilaku (behaviour), penghayatan pribadi manusia
2. Demensia adalah sindrom yang ditandai oleh penurunan fungsi kognitif yang dapat
diukur dengan MMSE.
3. Mini Mental Stage Examination (MMSE) / folstein test adalah pemeriksaan yang
dilakukan petugasmedis untuk menilai status mental pasien. MMSE dilakukan
untuk menilai bagaimana Orientasi waktu dan tempat, Pengujian Memori Jangka
Pendek dan jangka panjang,berhitung, Kemampuan Bahasa, dan Kemampuan
Konstruksional.
4. Demensia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara bertahap
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia akan mati
dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah
terhadap fungsi otak. Pasien penderita demensia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi
juga memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan, dan
penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa berubah.
5. Gejala putus obat (Sakaw) atau withdrawal syndrome adalah gejala yang timbul ketika
seseorang menggunakan steroid jangka panjang dan tiba-tiba menghentikan obatnya.
Gejala fisik dan mental yang terjadi setelah berhenti atau mengurangi asupan obat. Gejala
dapat berupa kecemasan, kelelahan, berkeringat, muntah, depresi, kejang, dan halusinasi.
Penanganan berupa perawatan suportif serta obat untuk mengatasi gejala dan mencegah
komplikasi.

STEP 3
DEMENSIA
1. Demensia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara
bertahap seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia
akan mati dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan
kerusakan parah terhadap fungsi otak. Pasien penderita demensia bukan saja bisa
menjadi pelupa, tetapi juga memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa,
pembelajaran, perhitungan, dan penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa
berubah.
 Ada tiga kategori utama demensia:
 Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling umum.
Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan merupakan proses
degenerasi yang progresif.
 Demensia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang
menyebabkan kerusakan otak. Degenerasi bisa terjadi secara tiba-tiba dan
cepat. 20% dari pasien penderita demensia termasuk ke dalam kategori ini.
 Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya asupan
nutrisi, hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini, pasien bisa
meringankan kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan tertentu. Beberapa
demensia bisa disebabkan oleh gangguan lain seperti penyakit Parkinson dan
AIDS, dll.
2. Apa saja faktor risiko Demensia?
 Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko
demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
 Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
 Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi
karena wanita hidup lebih lama daripada pria.
 Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang
tinggi atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia
jika mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi
kesehatan mereka.
 Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam
gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia di tahun-tahun selanjutnya.
 Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia. Mungkin saja orang yang berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak
latihan mental, yang melindungi otak mereka dari proses degenerasi.
2. Bagaimana cara untuk mencegah Demensia? Sejauh ini, belum ada cara yang
diketahui bisa mencegah penyakit Alzheimer. Namun, langkah-langkah berikut ini
bisa membantu mengurangi risiko dan memperlambat proses degenerasi otak pada
para manula:
- Pertahankan keaktifan mental Kegiatan yang merangsang mental, seperti membaca
dan bermain catur, bisa melindungi Anda dari demensia atau meningkatkan
kemampuan Anda untuk mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia.
Tampaknya permainan mahyong merupakan kegiatan yang merangsang mental
seseorang. Namun, jika Anda telah memainkan mahyong sejak muda, maka
permainan tersebut akan menjadi latihan refleks semata dan bukannya latihan mental,
dan mungkin tidak terlalu efektif untuk mencegah demensia.
- Pertahankan pola makan yang sehat Pola makan yang seimbang bisa menjaga
kesehatan pembuluh darah, mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar
kolesterol yang tinggi, sehingga menurunkan risiko demensia vaskular. Studi
menunjukkan bahwa pola makan dengan mengurangi konsumsi daging dan
meningkatkan konsumsi ikan, sayuran, dan minyak zaitun bisa mengurangi risiko
demensia secara signifikan.
- Cukupi asupan vitamin B12, C, dan E Kurangnya vitamin B12 bisa menyebabkan
demensia. Jika Anda tidak mengonsumsi banyak ikan, daging, telur atau susu, maka
Anda harus mengonsumsi suplemen vitamin B12. Vitamin C & E merupakan
antioksidan yang bisa melindungi neuron dan pembuluh darah untuk mencegah
demensia.
- Berolahraga secara teratur Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur
juga bisa membantu mengurangi risiko demensia.
- Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol Keluar dari kebiasaan buruk ini untuk
mencegah kerusakan pembuluh darah dan organ tubuh lainnya.
3. Apa penyebab Demensia? Penyebab demensia belum bisa diidentifikasi hingga saat
ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa dua jenis perubahan sel otak biasanya terjadi
pada penderita demensia. Perubahan ini termasuk plak (gumpalan protein yang biasanya
tidak berbahaya yang disebut beta-amiloid) dan kusut (serat yang kusut, terdiri dari
protein abnormal yang disebut protein tau). Keduanya bisa menyebabkan kematian sel
otak. Namun, penyebab kondisi ini masih belum diketahui hingga saat ini. Selain itu,
demensia bisa terjadi ketika pembuluh darah di otak rusak, baik karena tersumbat atau
pecah, yang menghalangi pasokan darah ke otak. Orang yang mengalami stroke ringan
(berskala kecil atau bersifat sementara) mungkin tidak menyadari bahwa pembuluh darah
dan sel-sel otak mereka sudah rusak, dan memiliki faktor risiko terkena demensia yang
lebih tinggi. Beberapa demensia, seperti yang disebabkan oleh kurangnya vitamin B12
karena menjadi vegetarian untuk jangka waktu yang lama, mungkin bisa disembuhkan
dengan pengobatan tertentu.
4. Apa saja gejala-gejala Demensia? Pada umumnya, kita percaya bahwa daya ingat
menurun seiring dengan bertambahnya usia; oleh karena itu, demensia bisa saja tidak
dikenali dengan baik pada stadium awal penyakit. Jika Anda melihat bahwa anggota
keluarga atau teman Anda mengalami dua dari gejala-gejala berikut ini, cobalah untuk
membujuknya pergi ke dokter sesegera mungkin. Jika diperlukan, dokter akan
merujuknya ke spesialis untuk tindakan pemeriksaan lebih lanjut. Gejala demensia
mencakup:  Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau
janji, yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari  Kesulitan
dalam melakukan tugas biasa sehari-hari  Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi
dengan orang lain  Penilaian yang buruk  Disorientasi waktu dan tempat. Bingung
tentang waktu, tanggal atau tempat  Masalah dengan pemikiran dan perhitungan 
Perubahan suasana hati dan perilaku  Kehilangan inisiatif  Lupa tempat menaruh
barang-barang  Perubahan kepribadian.
Tanda-tanda awal demensia bisa hampir tidak terlihat tidak jelas, dan mungkin tidak
segera nyata. Beberapa gejala umum dapat termasuk: • Sering lupa, semakin lama
semakin berat • Merasa bingung • Perubahan kepribadian • Tidak peduli dan menyendiri •
Kehilangan kemampuan melakukan pekerjaan sehari-hari
5. Siapa yang dapat menderita demensia? Demensia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi
risikonya bertambah dengan bertambahnya usia. Kebanyakan orang yang menderita
demensia adalah orang tua, tetapi penting diingat bahwa kebanyakan orang yang tua tidak
menderita demensia. Ini bukan bagian biasa dari penuaan, tetapi disebabkan oleh
penyakit di otak. Tidak umum, tetapi kadang terjadi orang di bawah 65 tahun menderita
demensia dan ini disebut ‘younger onset dementia’ atau ‘demensia pada usia muda’.
6. Apa yang menyebabkan demensia? Ada berbagai macam penyakit yang menyebabkan
demensia. Dalam banyak hal, mengapa orang menderita penyakit-penyakit ini tidak
diketahui. Beberapa bentuk demensia yang paling umum adalah:
 Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum, berjumlah
kira-kira dua-pertiga dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan penurunan
kemampuan kognitif secara berangsur-angsur, sering bermula dengan
kehilangan daya ingat. Penyakit Alzheimer ditandai oleh dua abnormalitas di
otak – plak amyloid (amyloid plaques) dan ‘neurofibrillary tangles’ (belitan-
belitan neurofibriler). Plak itu adalah kumpulan protein yang abnormal yang
disebut beta amyloid. Belitan-belitan itu adalah kumpulan serat yang berbelit-
belit yang terdiri dari protein yang disebut tau. Plak dan serat yang berbelit-
belit itu menghambat komunikasi antara sel-sel syaraf dan menyebabkan sel-
sel itu mati.
 Demensia Vaskuler (Vascular dementia) Demensia vaskuler (vascular
dementia) adalah kerusakan daya kognitif (daya mengenali) yang disebabkan
oleh kerusakan pembuluh darah di otak. Ini dapat disebabkan oleh satu stroke
(serangan otak), atau oleh beberapa serangan otak yang terjadi selama
beberapa waktu. Demensia vaskuler merupakan diagnosa jika ada bukti
adanya penyakit pembuluh darah di otak dan fungsi kognitif yang terganggu
yang mempersukar hidup sehari-hari. Gejala-gejala demensia vaskuler dapat
bermula tiba-tiba setelah suatu serangan otak, atau mulai perlahan-lahan selagi
peyakit pembuluh darah itu bertambah parah. Gejala-gejalanya berbeda-beda
tergantung pada lokasi dan ukuran kerusakan otak itu. Ini mungkin mengenai
satu saja atau beberapa fungsi kognitif yang khusus. Demensia vaskuler
mungkin tampak sama dengan penyakit Alzheimer, dan campuran antara
penyakit Alzheimer dan demensia vaskuler cukup umum terdapat.
 Penyakit Lewy body (Lewy body disease) Penyakit Lewy body (Lewy body
disease) ditandai oleh adanya Lewy body di dalam otak. Lewy body adalah
gumpalangumpalan protein alpha-synuclein yang abnormal yang berkembang
di dalam sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat tertentu di
otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam bergerak, berpikir dan
berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat merasakan
sangat naik-turunnya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir
normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek
saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan gejala
yang umum. Ada tiga penyakit yang hampir bersamaan yang dapat
digolongkan ke dalam penyakit Lewy body: • Demensia dengan Lewy body
(dementia with Lewy bodies) • Penyakit Parkinson (Parkinson’s disease) •
Demensia dengan penyakit Parkinson (Parkinson’s disease dementia) Ketika
gejala-gejala pada pergerakan timbul lebih dulu, diagnosanya sering penyakit
Parkinson. Ketika penyakit Parkinson berlanjut kebanyakan orang mendapat
demensia. Jika gejala-gejala kognitif yang tampak lebih dulu, ini didiagnosa
sebagai demensia dengan Lewy body (dementia with Lewy bodies) Penyakit
Lewy body kadang-kadang terjadi bersamaan dengan penyakit Alzheimer
dan/atau demensia vaskuler. Untuk keterangan lebih lanjut, lihatlah Lembar
Bantuan mengenai Lewy body disease (Penyakit Lewy Body).
 Demensia Frontotemporal (Frontotemporal dementia) Demensia
frontotemporal (Frontotemporal dementia) menyangkut kerusakan yang
berangsur-angsur pada bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus
(cuping) otak. Gejala-gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-
an dan kadang-kadang lebih awal dari itu. Ada dua penampakan utama dari
demensia frontotemporal – frontal (menyangkut gejala-gejala dalam kelakuan
dan perubahan kepribadian) dan temporal (menyangkut gangguan pada
kemampuan berbahasa). Tetapi, dua hal itu sering bertumpang tindih. Karena
bagian lobus frontal (cuping depan) dari otak menguasai kemampuan menilai
dan tingkah laku, orang yang mendapat demensia frontotemporal sering sukar
berkelakuan secara yang dapat diterima masyarakat. Mereka bisa kurang
sopan, mengabaikan pekerjaan sehari-hari, tidak dapat mengendalikan
keinginan atau mengulang-ulang, agresif, tidak dapat mengendalikan diri atau
bertindak secara ceroboh. Ada dua macam bentuk utama dari demensa
frontotemporal yang menyangkut bagian temporal atau kemampuan
berbahasa. Demensia semantik (semantic dementia) menyangkut kehilangan
secara berangsur-angsur kemampuan mengerti kata-kata, sukar mencari kata-
kata dan mengingat nama orang, dan kesukaran mengerti orang berbicara.
Yang disebut ‘progressive non-fluent aphasia’ (makin lama makin tidak dapat
berbicara lancar) kurang umum dan mempengaruhi kemampuan berbicara
secara lancar. Demensia frontotemporal kadang-kadang disebut juga
‘frontotemporal lobar’ (demensia lobus frontotemporal) atau ‘Pick’s disease’
(penyakit Pick). Ada sejumlah keadaan yang menimbulkan gejala-gejala yang
sama dengan demensia. Ini sering dapat diobati/disembuhkan. Hal-hal itu
termasuk beberapa penyakit karena kekurangan vitamin dan hormon, depresi,
akibat sampingan dari obatobatan, infeksi dan tumor otak. Penting sekali
memperoleh diagnosa dokter ketika masih dini, ketika gejala-gejala baru
muncul untuk memastikan orang yang menderita penyakit yang dapat diobati
didiagnosa dan diberi obat secara benar. Jika gejala-gejalanya disebabkan oleh
demensia, diagnosa dini berarti cepat mendapat bantuan, informasi dan
pengobatan, jika tersedia.
6. Apa tindakan pengobatan terhadap Demensia? Saat ini, belum ada obat yang pasti untuk
menyembuhkan penyakit demensia. Namun, ada dua jenis pengobatan yang bisa
membantu menunda kematian sel otak dan memperlambat penurunan kognitif.
 Penghambat kolinesterase Obat-obatan ini mencakup donepezil, rivastigmine, dan
galantamin Bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmitter yang terlibat dalam
fungsi otak. Obat-obatan ini tampaknya sangat bermanfaat bagi orang-orang yang
menderita demensia stadium awal hingga menengah. Efek samping yang bisa terjadi
berupa diare, mual, dan muntah.
 Memantin Obat ini melindungi sel-sel otak terhadap aktivitas glutamat yang tidak
normal, sejenis neurotransmitter yang terlibat dalam fungsi otak. Diyakini bahwa
glutamat dalam kadar yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Memantin
membantu memperlambat kerusakan demensia bagi orang-orang yang menderita
demensia stadium menengah hingga berat dengan mengatur aktivitas glutamat. Kadang-
kadang dokter bisa meresepkan memantin bersama dengan penghambat kolinesterase
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Efek samping yang bisa terjadi berupa pusing
dan rasa cemas.
Dokter juga mungkin meresepkan obat untuk membantu memperbaiki gejala kesehatan
yang ada, seperti insomnia, rasa cemas, depresi, halusinasi, dan delusi, dll. Selain itu, ada
terapi non-obat lainnya yang efektif bagi para penderita demensia. Terapi ini mencakup
terapi orientasi realitas, pelatihan kognitif, stimulasi multi-indera, psikologis, dan
perilaku. Terapi ini bisa meningkatkan suasana hati dan perilaku pasien, meningkatkan
fungsi kerja dan keterampilan yang tersisa, serta membantu kemandirian mereka dalam
hidup sehari-hari.

3. WITHDRAWAL SYNDROM
Dalam mengatasi gejala putus obat, dokter dapat melakukan beberapa jenis
penanganan, yakni :

o Terapi cold turkey atau pemutusan obat secara langsung. Tidak dianjurkan
dilakukan bila gejala yang ditimbulkan sangat berat (obat yang digunakan sangat
mencandu)
o Terapi subtitusi, yakni meresepkan obat lain yang memiliki daya mencandu lebih
rendah untuk mengatasi kecanduan
o Tappering down, yakni meresepkan obat yang sama dengan yang Anda
konsumsi dan menurunkan dosis secara berkala sesuai dengan respon terapi
Berikut anjuran untuk Anda :

o Lakukan aktifitas yang positif seperti kegiatan sosial, beribadah atau


bekerja
o Hindari kondisi yang mendorong Anda untuk mengkonsumsi obat-obatan
tersebut seperti bergaul dengan orang yang mengkonsumsi obat tersebut
o Komunikasikan hal ini dengan orang yang Anda percayai
o Lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter

Anda mungkin juga menyukai