Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 3 (2) (2015): 175-186

Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma

Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-


undang Nomor 12 Tahun 2006 di Kota medan

Agung Suharyanto *

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia

Abstrak
Status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan dan sebagainya) dihubungannya dengan masyarakat
sekitarnya. UU No.12 tahun 2006 yaitu undang-undang yang mengatur Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Warga Negara merupakan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara.
Kewarganegaraan adalah keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara Warga Negara dengan
warga lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kewarganegaraan etnis Tionghoa setelah adanya
UU No.12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan pelaksanaan UU No.12 tahun 2006 pada
etnis Tionghoa. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi dan penyebaran angket. Jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah 285 KK dan sampel yang ditentukan adalah sebesar 20% dari jumlah populasi yaitu 57 KK. Setelah
melakukan penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan setelah lahirnya atau adanya UU No.12 tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masyarakat etnis Tionghoa di Lingkungan VII Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan memiliki status Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Kata Kunci: Warga Negara, Etnis, Tionghoa

Abstract
Status is a state or position (person, entity, etc.) to do with the public sekitar. UU 12 2006 that legislation governing
citizenship of the Republic of Indonesia. Citizens are people as part of a population that is becoming an element of
the state. Citizenship is a membership that shows the relationship between the citizen or bond with other residents.
This research aims to determine the citizenship status of ethnic Chinese after the Law No. 12 of 2006 on Citizenship
of the Republic of Indonesia and the implementation of Law No. 12 of 2006 on ethnic Chinese. The method used in
this research is descriptive quantitative research methods were implemented in the district of Medan Sunggal
Medan. Data collection tool used in this study was the observation and dissemination angket. Jumlah population in
this study were 285 households and the determined sample is 20% of the total population that is 57 families. After
conducting research and data processing can be concluded after the birth or the Law No. 12 of 2006 on Citizenship
of the Republic of Indonesia ethnic Chinese community in the Village VII Environmental Lalang Sunggal district of
Medan Medan city have Indonesian citizenship status.

Keywords: Citizen, Ethnic, China.

How to Cite: Suharyanto, A. (2015). Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang
nomor 12 Tahun 2006 di Kota Medan, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2): 175-186.

*Corresponding author: p-ISSN: 2549 1660


E-mail: suharyantoagung@gmail.com e-ISSN: 2550-1305

175
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

PENDAHULUAN
Penentuan Warga Negara Republik Untuk memenuhi tuntutan
Indonesia ditetapkan menurut persetujuan masyarakat dan melaksanakan amanat
kewarganegaraan dalam Konferensi Meja UUD 1945, oleh karena itu pemeritah
Bundar (KMB) di Belanda pada tanggal 27 mengeluarkan UU No.12 tahun 2006 1
Desember 1949, Selanjutnya diterbitkan sebagai landasan yuridis tentang
lagi aturan kewarnegaraan yang diatur Kewarganegaran Republik Indonesia. UU
dalam UU No.3 tahun 1946, selanjutnya NO.12 tahun 2006 lebih menjamin HAM
diterbitkan lagi aturan kewarganegaraan dan persamaan di hadapan hukum bagi
UU No. 62 tahun 1958 tentang setiap orang terutama orang-orang asing
Kewarganegaraan Republik Indonesia. yang tinggal di Indonesia dan menikah
Adapun latar belakang dengan Warga Negara Indonesia serta
diterbitkannya UU No.12 tahun 2006 anak-anak yang berasal dari perkawinan
tentang Kewarganegaraan Republik antara Warga Negara Indonesia dengan
Indonesia, karena untuk memenuhi Warga Negara Asing.
tuntutan masyarakat dan melaksanakan Menurut Gautama (1996: 2-4)
amanat UUD 1945. menyatakan: ”Pentingnya
Menurut Penjelasan Umum UU kewarganegaraan dapat dilihat dari dua
No.12 tahun 2006(2006: 27) menyatakan: perspektif yaitu: Dalam hukum Perdata
”UU No. 62 tahun 1958 tersebut secara internasional; dikenal adanya asas
filosofis, yuridis dan sosiologis sudah tidak kewarganegaraan. Menurut asas ini
sesuai lagi dengan perkembangan hukum yang berlaku bagi seseorang warga
masyarakat dan ketatanegaraan Republik negara mengenai ” status, hak-hak dan
Indonesia. Secara filosofis, UU tersebut kewenangannya” tetap melekat padanya di
masih mengandung ketentuan-ketentuan mana pun ia berada. Ini berarti apabila
yang belum sejalan dengan falsafah yang bersangkutan merantau ke luar
pancasila, antara lain karena bersifat negeri maka hukum yang berlaku baginya
diskriminasi, kurang menjamin tetap hukum nasionalnya.
pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam hukum publik; hubungan
dan persamaan antar warga negara serta antar negara dengan perseorangan lebih
kurang memberikan perlindungan antar memperjelas status kewarganegaraan
Warga Negara serta kurang memberikan seseorang. Seseorang yang berstatus warga
perlindungan terhadap perempuan dan negara dengan seseorang berstatus asing
anak-anak. Secara yuridis, landasan membawa konsekuensi yang sangat nyata
konstitusional pembentukan UU tersebut dan besar dalam kehidupan publik.”
adalah UUD Sementara tahun 1950 yang Menurut Harefa (2006: 24)
sudah tidak berlaku sejak dikeluarkan menyatakan: ”Kewarganegaran seseorang
dekrit presiden 5 Juli 1959 yang merupakan satu faktor yang
menyatakan kembali kepada UUD 1945 mempengaruhi kewenangan berhak
Republik Indonesia setelah mengalami seseorang; misalnya: Pasal 21 ayat (1)
perubahan terhadap undang-undang UUPA yang memutuskan bahwa hanya
sebelumnya. Secara sosiologis,UU tersebut Warga Negara Indonesia yang dapat
sudah tidak sesuai lagi dengan mempunyai hak milik. ”
perkembangan dan tuntutan masyarakat Dari kedua pendapat di atas dapat
Indonesia setelah terjadinya reformasi, disimpulkan bahwa kewarganegaraan
dalam pergaulan yang menghendaki seseorang merupakan hal yang sangat
adanya persamaan perlakuan dan penting. Karena kewarganegaraan akan
kedudukan Warga Negara di hadapan menimbulkan hubungan timbal balik
hukum serta adanya kesetaraaan dan antara Warga Negara dengan Negara, yaitu
keadilan gender.” dalam pelaksanaan hak dan kewajiban

176
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2) (2015): 175-186.

sebagai seorang Warga Negara. Akan Menurut UU No. 62 tahun 1958


tetapi pada kenyataannya sekarang ini pasal 1 dikenal ada dua istilah status
masih ada juga kendala yang menghambat kewarganegaraan yaitu; kewarganegaraan
terwujudnya cita-cita bangsa hak dan ganda (bipatride) dan tanpa
kewajiban telah disamakan, tidak jarang kewarganegaraan (apatride). Hal ini
sebagian masyarakat keturunan Tionghoa menimbulkan kesulitan seseorang baik
mengabaikan hak dan kewajiban sebagai berstatus sebagai bipatride maupun
warga negara Republik Indonesia. Pada apatride dalam konteks menjadi penduduk
dasarnya hanya sebagian kecil masyarakat pada suatu negara, yaitu pelaksanaan hak
keturunan Tionghoa yang melaksanakan dan kewajiban sebagai Warga Negara dan
kewajibannya. Rasa nasionalisme jaminan persamaan dihadapan hukum.
masyarakat keturunan Tionghoa ini sangat Namun setelah adanya UU No.12 tahun
kurang terhadap bangsa Indonesia, hal ini 2006 tidak terdapat istilah bipatride dan
dapat di lihat dalam penggunaan bahasa apatride, sehingga mempertegas status
Tionghoa di tempat-tempat umum, kewarganegaraan seseorang khususnya
misalnya; sekolah. dalam hal ini adalah Warga Asing yang
tinggal di Indonesia dan anak-anak yang
PEMBAHASAN lahir dari perkawinan antara Warga
Status adalah salah satu unsur Negara Indonesia Asli dengan Warga
hakiki. Sama halnya dengan status Asing.
kewarganegaraan, status kewarganegaraan Menurut Hinkam (2000: 165)
menimbulkan hubungan timbal balik menyatakan: Pada dasarnya status
antara warga negara dengan negaranya. kewarganegaraan seseorang memiliki dua
Hubungan tersebut tampak pada aspek yaitu: Aspek hukum yaitu di mana
pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai kewarganegaraan merupakan suatu status
Warga Negara pada suatu negara. hukum kewarganegaraan, suatu kompleks
Menurut Kamus Besar Bahasa hak dan kewajiban, khususnya dibidang
Indonesia (2005:1090) “Status adalah hukum publik yang dimiliki oleh warga
keadaan atau kedudukan (orang, badan negara dan yang tidak dimiliki oleh orang
dan sebagainya) dihubungannya dengan asing.
masyarakat sekitarnya.” Aspek sosial, di mana
Azra (2003:78) menyatakan: kewarganegaraaan merupakan
“Status kewarganegaraan meliputi; keanggoataan disuatu bangsa tertentu,
apatride yaitu istilah untuk orang-orang yakni sekumpulan manusia terikat satu
yang tidak memiliki status dengan yang lainnya karena kesatuan
kewarganegaraan dan bipatride yaitu bahasa, kehidupan sosial budaya serta
istilah untuk orang-orang yang memiliki kesadaran nasional.
status kewarganegaraan rangkap atau Status kewarganegaraan secara
ganda.” yuridis di atas oleh peraturan perundang-
Permasalahan status undangan, menetapkan siapa-siapa yang
kewarganegaraan seseorang dalam sebuah menjadi Warga Negaranya dan syarat-
negara adalah suatu hal yang sangat sayarat yang harus dipenuhi. Status
hakiki, karena status tersebut kewarganegaraan seseorang menimbulkan
menimbulkan hubungan timbal balik hubungan timbal balik antara Warga
antara Warga Negara dengan negaranya. Negara dengan Negaranya. Hubungan
Setiap Warga Negara mempunyai hak dan akan berakibat pada pelaksanaan hak dan
kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, kewajiban seseorang sebagai Warga
negara memiliki kewajiban memberikan Negara. Hak dan kewajiban Warga Negara
perlindungan terhadap Warga Negara. dijamin oleh UUD 1945.

177
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

Menurut Husin (2005: 81) berarti seorang Warga Negara yang


menyatakan: ”Dalam negara demokrasi bertanggung jawab akan melaksanakan
setiap Warga Negara memiliki hak dan dan mempertanggung jawabkan hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut kewajibannya sejalan dengan peraturan
akan terpenuhi denagn jalanya politik dan yang berlaku.-
pemerintahan.” Berikut ini adalah kewajiban Warga
Manusia dalam kehidupan Negara yang dijamin dalam UUD 1945
masyarakat modern di samping adalah sebagai berikut: Kewajiban Warga
melakukan peran sebagai manusia juga Negara dalam bidang hukum dan
berperan sebagai manusia juga berperan pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Kewajiban
sebagai Warga Negara yang mempunyai Warga Negara dalam bidang hukum dan
berbagai macam hak, baik dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Kewajiban
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Warga Negara dalam bidang politik dan
bernegara. HAM (pasal 28 A- J); Kewajiban Warga
Warga negara dalam melaksanakan Negara dalam bidang agama (pasal 29);
hak tersebut tidak terlepas dari anggota Kewajiban Warga Negara dalam bidang
masyarakat politik (political society) yaitu HANKAM (pasal 30); Kewajiban Warga
negara. Masyarakat politik pada intinya Negara dalam bidang pendidikan (pasal
merupakan perkembangan dari 31); Kewajiban Warga Negara dalam
masyarakat ilmiah dengan hak-hak budaya (pasal 32); Kewajiban Warga
alamiahnya. Ketika masyarakat alamiah Negara dalam bidang ekonomi (pasal 33);
berkembang menjadi masyarakat politik Kewajiban Warga Negara dalam bidang
pada umumnya hak-hak alamiah sosial (pasal 33).
dikuatkan oleh negara dalam Dengan demikian hubungan antara
konstitusinya, sehingga hak-hak alamiah hak dan kewajiban adalah segala hak yang
atau Hak Asasi Manusia yang memiliki dimiliki adalah berasal dari kewajiban
sanksi moral telah diakui sebagai Warga yang dilaksanakan dengan baik seseorang
Negara yang memiliki sanksi hukum. dapat menuntut haknya asalkan
Berikut ini adalah hak-hak Warga kewajiannya dilasanakan.
Negara yang terdapat dan dijamin dalam Kansil (2000: 33) menyatakan:
UUD 1945 adalah sebagai berikut: Hak atas ”Undang-undang adalah suatu peraturan
kedudukan yang sama dalam hukum dan negara yang mempunyai kekuatan hukum
pemerintahan (pasal 27 ayat 1); Hak atas yang mengikat diadakan dan dipelihara
pekerjaan dan npenghidupan yang layak oleh penguasa negara.
(pasal 27 ayat2); Hak atas kemerdekaan Undang-undang dibagi dalam dua
berserikat dan berkumpul (pasal28); Hak bagian yaitu: Undang-Undang dalam arti
untuk hidup (pasal 28 A); Hak untuk formal adalah suatu keputusan pemerintah
membentuk keluarga (pasal 28B ayat); Hak yang memerlukan UU karena cara
atas kebebasan beragama (pasal 29); Hak pembuatannya; Undang-undang dalam
atas pengajaran (pasal 31 ayat1); Hak atas arti materil adalah setiap keputusan
status kewarganegaraan (pasal28 D ayat 4); pemerintah yang menurut isinya mengikat
Dan sebagainya. langsung setiap penduduk.”
Selain hak, Warga negara juga Dari pernyataan di atas dapat ditarik
memiliki kewajiban. Kewajiban Warga kesimpulan bahwa undang-undang adalah
negara merupakan aspek dari tanggung suatu ketetapan.
jawab negara. Dengan kata lain tanggung Menurut Kamus Besar Bahasa
jawab negara merupakan pelaksanaan hak Indonesia (2005: 720), “Warga negara
(right) dan kewajiban (duty) sebagai adalah penduduk suatu negara atau
Warga Negara dan bersedia menanggung bangsa berdasarkan keturunan atau
akibat atas pelaksanaannya tersebut. Ini tempat kelahiran dan sebagainya yang

178
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2) (2015): 175-186.

mempunyai kewajiban dan hak penuh pemenuhan diri dan sebagai proses yang
sebagai seseorang warga negara itu.” berupa dialog dengan tradisi, hukum dan
Menurut UUD 1945 pasal 26 ayat institusi; perspektif prinsip Warga Negara
(1): “Warga Negara adalah bangsa sebagai subjek politik, pengertian
Indonesia asli dan bangsa lain yang kewarganegaraan yang berkait erat dengan
disahkan oleh undang-undang sebagai sistem politik dan pemerintahan, nilai-
warga negara.” nilai dan visi tentang keutamaan publik
Menurut Hinkam (1999: 74) serta hubungan dengan sesama anggota
mengatakan: “Warga Negara adalah masyarakat.”
anggota dari sebuah komunitas yang Dapat disimpulkan bahwa
membentuk itu sendiri.” Kewarganegaraan adalah keanggotaan
UU No. 12 tahun 2006 pasal 1 ayat yang menunjukkan hubungan atau ikatan
(1) menyatakan: “ Warga Negara adalah antara Warga Negara dengan warga lain .
warga suatu negara yang ditetapkan Hinkam (1999: 167) menyatakan:
berdasarkan peraturan perundang- ”Istilah kewarganegaraan terbagi dua
undangan.” yaitu: Kewarganegaraan dalam arti yuridis
Kansil (2000:216) mengatakan: dan sosiologis; a. kewarganegaraan dalam
“Warga Negara adalah mereka yang telah arti yuridis ditandai dengan ikatan hukum
memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan antara negara dengan Warga Negara.
oleh peraturan negara yang bersangkutan Adanya ikatan hukum menimbulkan
diperkenankan mempunyai tempat tinggal akibat hukum tertentu tanda dari adanya
pokok (domisili) dalam beberapa wilayah ikatan hukum, misalnya; akta kelahiran,
negara itu.” surat bukti kewarganegaraan dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian di atas b. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis,
dapat disimpulkan bahwa Warga Negara tidak ditandai dengan ikatan emosional,
merupakan orang-orang sebagai bagian seperti; ikatan perasaan, ikatan keturunan,
dari suatu penduduk yang menjadi unsur ikatan nasib, ikatan sejarah dan ikatan
negara. Hubungan Warga Negara dengan tanah air. Dengan kata lain ikatan ini lahir
Negara sangat erat sekali sebab syarat dari penghayatan warga negara yang
berdirinya negara adalah adanya rakyat bersangkutan; 2. Kewarganegaraan dalam
atau Warga Negara, yang berarti Warga arti formil dan materil, Kewarganegaraan
Negara syarat mutlak berdirinya sebuah dalam arti formil menunjukkan pada
negara. tempat kewarganegaraan dalam
Di samping istilah Warga Negara sistematika, masalah kewarganegaraan
juga dikenal istilah kewarganegaraan. berada dalam bentuk hukum publik;
Kewarganegaraan memiliki pengertian Kewarganegaraan dalam arti materil
yang lebih luas daripada Warga Negara. menunjukkan pada akibat dari akibat
Menurut UU No. 12 tahun 2006 pasal 1 ayat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu
(2): “ Kewarganegaraan adalah segala hal adanya hak dan kewajiban Warga Negara.”
ihwal yang berhubungan dengan warga Dengan demikian pengertian
negara.” kewarganegaraan sangat bervariasi, karena
Hinkam (1999:163) menyatakan: banyaknya perspektif yang dapat
“pengertian kewarganegaraan dapat dilihat digunakan untuk memahaminya.
dari yaitu: perspektif ide Pengertian kewarganegaraan yang mana
kewarganegaraan, kewarganegaraan akan digunakan, sangat dipengaruhi oleh
adalah sebagai konstruksi legal, posisi pertimbangan kesuaian konsep itu dengan
netralitas, keterlibatan dalam kehidupan nilai-nilai kebaikan bersama dan sistem
komunal, dikaitkan dengan upaya politik yang dianut masyarakat yang
pencegahan terhadap konflik-konflik bersangkutan.
perbedaan kelas, sebagai upaya

179
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

Warga Negara merupakan anggota setiap Warga Negara Indonesia dalam


sebuah negara yang mempunyai hubungan keadaan apapun baik di dalam maupun
timbal balik terhadap negaranya. Seorang luar negeri; Asas persamaan di dalam
yang diakui sebagai Warga Negara dalam hukum dan pemerintahan adalah asas
suatu negara haruslah ditentukan yang menentukan bahwa setiap Warga
berdasarkan ketentuan yang telah Negara Indonesia mendapatkan perlakuan
disepakati dalam negara tersebut. yang sama di dalam hukum dan
Ketentuan ini menjadi asas atau pedoman pemerintahan; Asas kebenaran substantif
untuk menentukan status adalah prosedur pewarganegaraan
kewarganegaraan seseorang. Setiap negara seseorang tidak hanya bersifat
mempunyai kebebasan dan kewenagan diskriminatif, tetapi juga disertai substansi
untuk menentukan asas kewarganegaraan dan syarat-syarat permohonan yang dapat
seseorang. dipertanggungjawabkan kebenarannya;
Menurut penjelasan umum UU No.12 Asas nondiskrimnatif adalah asas yang
tahun 2006 (2006: 28) menyatakan: tidak membedakan perlakuan dalam
”terdapat asas-asas yang menentukan segala hal ihwal yang berhubungan dengan
kewarganegaraan seseorang; yaitu: Asas Warga Negara atas dasar suku, ras, agama,
keturunan (ius sanguinis) adalah asas yang golongan dan jenis kelamin dan gender;
menentukan kewarganegaraan seseorang Asas pengakuan dan penghormatan
berdasarkan keturunan, bukan terhadap HAM adalah asas yang dalam
berdasarkan negara tempat kelahiran; Asas segala hal ihwal yang berhubungan dengan
kelahiran (ius soli) adalah asas yang Warga Negara harus menjamin,
menentukan kewarganegaraan bagi setiap melindungi dan memuliakan HAM pada
orang; Asas kewarganegaraan tunggal umumnya dan hak Warga Negara pada
adalah asas yang menentukan satu khususnya; Asas keterbukaan adalah asas
kewarganegaraan bagi setiap orang; Asas yang menentukan bahwa dalam segala hal
kewarganegaraan ganda terbatas adalah ihwal yang berhubungan dengan Warga
asas yang menentukan kewarganegaraan Negara harus dilakukan secara terbuka;
ganda bagi anak-anak sesuai dengan Asas publisitas adalah asas yang
ketentuan yang diatur dalam UU No. 12 menentukan bahwa seseorang yang
tahun 2006.” memperoleh atau kehilangan
Selain asas tersebut di atas, beberapa kewarganegaraan Republik Indonesia
asas khusus yang menjadi dasar diumumkan dalam berita negara Republik
penyusunan UU No. 12 tahun 20006 Indonesia agar masyarakat
Tentang Kewarganegaraan Republik mengetahuinya.”
Indonesia Selain asas juga terdapat adanya
Menurut penjelasan umum UU No.12 unsur-unsur yang menentukan
tahun 2006 (2006: 29) menyatakan: ”Asas- kewarganegaraan yaitu: Menurut Hinkam
asas khusus dalam menentukan status (2000: 58) menyatakan: ”Ada beberapa
kewarganegaraan seseorang; Yaitu: Asas unsur dalam menentukan
kepentingan nasional adalah asas yang kewarganegaraan yaitu: Unsur daerah
menentukan bahwa peraturan keturunan (ius sanguinis).
kewarganegaraan mengutamakan Kewarganegaraan dari orang tua
kepentingan nasional Indonesia, yang yang menurunkan kewarganegaraan
bertekad mempertahankan kedaulatannya seseorang, artinya kalau orang dilahirkan
sebagai negara kesatuan yang memiliki dari orang tua yang berwarga negara
cita-cita dan tujuannya sendiri; Asas Indonesia, ia dengan sendirinya juga
perlindungan maksimum adalah asas yang Warga Negara Indonesia. Prinsip ini
menentukan bahwa pemerintah wajib adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak
memberikan perlindungan penuh kepada dahulu, yang diantaranya terbukti dengan

180
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2) (2015): 175-186.

sistem kesukuan, di mana anak dari berkewarganegaraan ganda; mempunyai


anggota sesuatu suku dengan sendirinya pekerjaan dan atau berpenghasilan tetap;
dianggap sebagai anggota suku tersebut. membayar uang pewarganegaraan ke kas
Unsur daerah tempat kelahiran (ius negara.”
soli) Daerah tempat seseorang dilahirkan Status kewarganegaraan masyarakat
menentukan kewarganegaraan . Misalnya; etnis Tionghoa yang berada Medan adalah
kalau orang dilahirkan di dalam daerah Warga negara Indonesia. Dengan alasan
hukum Indonesia, ia dengan sendirinya bahwa mereka sudah lam tinggal di
menjadi warga negara Indonesia. Idonesia bahkan telah secara turun
Terkecuali anggota-anggota korps temurun berdomisili di Indonesia dan
diplomatik dan anggota tentara asing yang beranggapan bahwa Indonesia adalah
masih bertugas dalam ikatan dinas.” negara mereka.
Menurut UU No. 12 tahun 2006 Sebelum adanya UU No. 12 tahun
menyatakan bahwa:” pewarganegaraan 2006 masyarakat etnis Tionghoa memiliki
adalah tata cara bagi orang asing untuk Surat Bukti Kewraganegaraan Republik
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) yang digunakan untuk
Indonesia melalui permohonan.” menunjukkan atau sebgai bukti bahwa
Dalam pewarganegaraan ini ada mereka adalah warga negara Indonesia,
yang aktif dan ada pula yang pasif. Dalam namun setelah adanya UU No.12 tahun
pewarganegaraan aktif, seseorang dapat 2006 tidak digunakan lagi SBKRI pada
menggunakan hak opsi untuk memilih masyarakat. Untuk mendapatkan
atau mengajukan kehendak menjadi kewarganegaraan Republik Indonesia
Warga Negara dari suatu negara. sesuai dengan peratuiran mengenai
Sedangkan dalam kewarganegaraan pasif, tentang tatacara memperoleh
seseorang yang tidak mau kewarganegaraan Republik Indonesia
diwarganegarakan oleh suatu Warga menurut UU No.12 tahun 2006.
Negara, maka yang bersangkutan dapat Mereka pada umumnya mengetahui
menggunakan hak repudiasi, yaitu hak tentang undang-undang kewarganegaraan
untuk menolak pemberian Warga Negara yang baru berlaku saat ini, akan tetapi
tersebut. masih belum mengerti tentang undang-
Menurut Pasal pasal 9 UU No.12 undang yang berlaku saat ini. Kurangnya
tahun 2006 (2006: 7) menyatakan: pengetahuan masyarakat keturunan
”Adapun permohonan pewarganegaraan, Tionghoa di Medan tentang undang-
dapat diajukan oleh pemohon jika undang kewarganegaraan Republik
memenuhi persyaratan sebagai berikut: Indonesia yang berlaku saat ini
telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau dikarenakan kurangnya sosialisasi UU
sudah kawin; pada waktu mengajukan No.12 tahun 2006 tentang
permohonan sudah bertempat tinggal di Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
wilayah negara Republik Indonesia paling pemerintah ataupun oleh orang-orang
singkat lima tahun berturut-turut atau yang memiliki wewenang untuk
paling singkat sepuluh tahun tidak mensosialisasikan undang-undang
berturut-turut; sehat jasmani dan rohani; kewarganegaraan yang saat ini berlaku
dapat berbahasa Indonesia serta mengakui bagi seluruh Warga Negara Indonesia.
dasar negara Pancasila dan UUD Negara Mereka setuju dengan
Republik Indonesia tahun 1945; tidak dikeluarkannnya UU No.12 tahun 2006
pernah dijatuhi pidana karena melakukan tentang Kewarganegaraan Republik
tindak pidana yang diancam dengan Indonesia. UU No.12 tahun 2006 adalah
pidana penjara satu tahun atau lebih; jika undang-undang yang mengatur tentang
dengan memperoleh kewarganegaraan Kewarganegaraan Republik Indonesia, di
Republik Indonesia, tidak menjadi dalam UU ini mengenal asas non-

181
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

diskriminatif terhadap keberadaan etnis anggota suatu masyarakat politik (negara)


Tionghoa di Indonesia. UU No.12 tahun yang mempunyai bentuk pemerintahan
2006 memberikan dampak yang positif yang demokratis. Hubungan yang bersifat
bagi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia politik ini tercermin bahwa Warga Negara
yaitu mengenai hak dan kewajiban sebagai di samping memiliki tugas untuk
Warga Negara Indonesia. memerintah (memilih, mengendalikan
Mereka pada umumnya beranggapan atau mengontrol pemerintah atau negara)
bahwa UU No.1 2 tahun 2006 telah dapat juga diperintah (dikendalikan atau
mengikuti perkembangan zaman. UU dikontrol) oleh pemerintah. Bentuk
No.12 tahun 2006 tentang kegiatan politik (peran politik) Warga
Kewarganegaraan Republik Indonesia Negara untuk memperoleh nilai-nilai
merupakan undang-undang yang baru politik dapat dalam bentuk partisipasi
disusun, UU ini berbeda dengan undang- (mempengaruhi perbuatan kebijakan
undang kewarganegaraan yang publik) dan dalam bentuk subjek (terlibat
sebelumnya. Terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaan kebijakan publik).
antara UU No.12 tahun 2006 dengan Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
undang-undang kewarganegaraan yang merasakan adanya diskriminasi
sebelumnya. Hal ini tampak pada sifat UU pendidikan sebelum adanya UU No.12
No.12 tahun 2006 yang fleksibel, efektif tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
dan efisien, serta UU ini mengenal asas Republik Indonesia. Dalam negara
non-diskriminatif terhadap keberadaan demokrasi setiap Warga Negara memiliki
etnis Tionghoa di Indonesia. UU No.12 hak dan kewajiban tersebut akan
tahun 2006 memberikan bukti bahwa terpenuhi dengan baik jika setiap Warga
Indonesia semakin membuka berbagai hal Negara berperan aktif ikut serta
yang positif dari dunia internasional yang menentukan jalannya politik dan
membawa pengaruh positif bagi bangsa pemerintahan. Pentingnya hak dan
Indonesia. kewajiban Warga Negara dalam kehidupan
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan bernegara maka jaminan hukum untuk
beranggapan bahwa UU No.12 tahun 2006 perlindungannya diletakkan sedemikian
tentang Kewarganegaraan Republik rupa dengan pengaturan perundang-
Indonesia menguntungkan bagi undangan yang lebih tinggi yaitu
keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia. konstitusi. Sama halnya dengan
UU No.12 tahun 2006 tentang pendidikan setiap orang berhak untuk
Kewarganegaraan Republik Indonesia mendapatkan pendidikan tanpa kecuali,
dapat dikatakan menguntungkan bagi hal ini dijamin dengan UUD 1945 pasal 31.
etnis Tionghoa, hal ini disebabkan UU ini Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
mengandung asas-asas dan unsur-unsur merasakan adanya diskriminasi sosial
kewarganegaraan yang berpihak pada terhadap mereka, hal ini terbukti pada
keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia. jawaban-jawaban responden yang ada
Salah satu asas yang paling pada tabel di atas. Kewarganegaraan
menguntungkan adalah asas non- adalah salah satu syarat agar orang dalam
diskriminatif. suatu negara mendapatkan hak dan
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan kewajiban sebagai Warga Negara. Sama
merasakan adanya diskriminasi politik halnya dengan kehidupan sosial,
pada mereka. Hubungan antara Warga kehidupan sosial dijamin dengan
Negara dengan pemerintah, maka dapat peraturan perundang-undangan yaitu
dinyatakan sifat hubungan politik antara pasal 33 UUD 1945. Dalam pasal tersebut
Warga Negara dengan pemerintah. dijelaskan bahwa setiap orang tanpa
Seorang Warga Negara adalah seorang terkecuali, tanpa mengenal adanya
individu yang bebas dan merupakan perbedaan warna kulit, ras, etnis, kelamin

182
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2) (2015): 175-186.

dan sebagainya berhak untuk Indonesia di alam reformasi yang


mendapatkan kesejahtraan sosial. menghendaki adanya persaaman pelakuan
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan yang sama antara Warga Negar Indonesia
masih merasakan adanya diskriminasi Asli dengan Warga Negara Asing yang ada
hukum pada kehidupan mereka sebelum dan tinggal menetap di Indonesia, dalam
adanya UU No.12 tahun 2006 tentang hal ini khususnya pada etnis Tionghoa.
kewarganegaraan Republik Indonesia. Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
Warga Negara adalah seluruh individu pada umumnya beranggapan bahwa
yang mempunyai ikatan hukum dengan mereka setuju sebelum adanya UU No.12
suatu negara. Sifat dari ikatan hukum tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
adalah timbulnya hubungan antara Republik Indonesia kurang diperhatikan.
mereka yang mengikatkan diri yaitu Setiap Warga Negara mempunyai hak dan
negara dan Warga Negara. Dalam hukum kewajiban sebagai Warga Negara. Hak dan
segala kekuasaan dari alat-alat kewajiban tersebut sangat penting dalam
pemerintahan didasarkan atas hukum, hubungan bernegara. Hak dan kewajiban
semua orang tanpa terkecuali harus tersebut akan terpenuhi dengan baik jika
tunduk dan taat kepada hukum, hanya setiap Warga Negara berperan aktif ikut
hukumlah yang berkuasa dalam negara. serta menentukan jalannya politik dan
Warga Negara tidak boleh bertindak pemerintahan. Hak dan kewajiban Warga
sendiri semau-maunya yang bertentangan Negara dalam kehidupan bernegara maka
dengan hukum, hak-hak rakyat dijamin jaminan hukum untuk perlindungannya,
sepenuhnya oleh pemerintah dan negara. diletakkan sedemikian rupa dengan
Sebaliknya Warga Negara berkewajiban pengaturan perundang-undangan yang
mematuhi seluruh peraturan yang lebih tinggi yaitu konstitusi. Hal ini
dikeluarkan pemerintah atau negara. berbeda dengan apa yang dirasakan oleh
Dengan demikian hubungan hukum etnis Tionghoa di Medan sebelum adanya
antara Warga Negara dengan pemerintah UU No.12 tahun 2006 tentang
atau negara dapat diformulasikan sebagi Kewarganegaraan Republik Indonesia,
hubungan hukum yang bersifat mereka masih merasa kurang diperhatikan
menyeimbangkan antara hak dan keberadaannya di Indonesia.
kewajiban.
Mesyarakat etnis Tionghoa di Medan Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
pada umumnya telah melaksanakan UU pada dasarnya telah merasakan adanya
No.12 tahun 2006 tentang persamaan hak dan kewajiban dengan
Kewarganegaraan Republik Indonesia Warga Negara Indonesia Asli setelah
sesuai dengan aturan yang berlaku atau adanya UU No.12 tahun 2006 tentang
yang sebenarnya. UU No.12 tahun 2006 Kewarganegaraan Republik Indonesia.
tentang Kewarganegaraan Republik Manusia dalam kehidupan masyarakat
Indonesia adalah undang-undang yang modern di samping melakukan peran
mengatur kewaraganegaraan Indonesia, sebagai manusia juga berperan sebagai
UU ini menunjukkan pembaharuan UU Warga Negara yang mempunyai berbagai
kewarganegaraan yang sebelumnya macam hak, baik adalam kehidupan
berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
khususnya etnis Tionghoa. UU ini tidak Kekuasaan adalah alat untuk berbuat atau
mengenal adanya asas non-diskriminatif. menuntut karena telah ditentukan oleh
Pelaksanaan UU No.12 tahun 2006 aturan (UU). Kita bisa menuntut apa yang
menguntungkan bagi rakyat Indonesia menjadi hak kita apabila hak tersebut
khususnya etnis Tionghoa. Dalam UU ini telah diatur dalam UU, maka kita tidak
mencantumkan pasal-pasal yang sesuai bisa menuntutnya secara hukum, tetapi
dengan harapan dan tuntutan masyarakat dalam hal ini jarang sekali kita temukan,

183
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

karena apa yang menjadi hak setiap Warga terhadap etnis Tionghoa tidak akan ada
Negara, negara sudah mengaturnya lagi di Indonesia.
sedemikian rupa di dalam UU atau Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
peraturan yang ada (tetapi tidak menutup pada dasarnya merasakan persamaan
kemungkinan hal tersebut juga bisa jaminan di hadapan hukum setelah adanya
terjadi). UU No.12 tahun 2006 tentang
Kewajiban Warga Negara Kewarganegaraan Republik Indonesia.
merupakan aspek dari tanggung jawab Peran Warga Negara di bidang
negara. Dengan kata lain tanggung jawab hukum, dapat dipahami dari ketentuan
negara merupakan pelaksanaan hak (right) pasal 27 ayat (1) yang berbunyi: ”Segala
dan kewajiban (duty) sebagai Warga Warga Negara bersamaan kedudukannya
Negara dan bersedia menanggung akibat di dalam hukum dan pemerintahan dan
atas pelaksanaannya. Seorang Warga wajib menjunjung tinggi hukum dan
Negara yang bertanggung jawab akan pemerintahan itu dengan tidak ada
melaksanakan dan kecualinya”
mempertanggungjawabkan hak dan Dari pasal ini ada dua hal yang
kewajibannya sejalan dengan peraturan penting: Jaminan hak Warga Negara yang
yang berlaku. Pengembangan tanggung berupa persamaan kedudukan di hadapan
jawab Warga Negara tidak hanya akan hukum dan pemerintahan; Kewajiban yang
mengurangi perbuatan melanggar hukum sama bagi setiap Warga Negara untuk
akan tetapi juga akan mengurangi menjunjung atau memahami atau
perbuatan melanggar hukum akan tetapi mematuhi hukum dan pemerintahan;
juga menumbuh kembangkan demokrasi Persamaan di hadapan hukum
dan kepentingan nasional. Dalam UUD mengharuskan setiap Warga Negara
1945 memuat kewajiban-kewajiban Warga diperlakukan adil oleh setiap aparat
Negara adalah merupakan sesuatu yang penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) dan
harus dilakukan karena ditentukan oleh pemerintah. Persamaan kedudukan di
UU. hadapan hukum, menjadi sesuatu yang
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan sangat penting karena hakekat dan tujuan
pada umumnya sudah merasakan hukum adalah untuk menegakkan
pengaruh berlakunya UU No.12 tahun keadilan, ketertiban dan kebenaran yang
2006 tentang Kewarganegaraan Republik merupakan nilai-nilai moral yang
Indonesia pada kehidupan mereka. UU menyangkut harkat dan martabat
No.12 tahun 2006 tentang manusia. Dengan demikian hukum dapat
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan sebagai upaya untuk
sudah dikatakan secara signifikan memformulasikan Hak Asasi Manusia
memberikan pengaruh kepada kehidupan (HAM), bukan untuk merusak apalagi
etnis Tionghoa, di mana pengaruh yang mematikannya.
diberikan adalah pengaruh yang positif. Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
Pengaruh positif dalam artian bahwa pada umumnya merasakan adanya
kehidupan secara signifikan, hal ini dapat jaminan HAM terhadap mereka setelah
dilihat dalam pasal-pasal yang terdapat adanya UU No.12 tahun 2006 tentang
dalam UU No.12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Hak
Kewarganegraan Republik Indonesia, UU Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar
ini disusun berdasarkan asas-asas dan yang dimiliki oleh manusia yang melekat
unsur-unsur kewarganegaraan yang pada dirinya mulai dari dalam kandungan
memihak kepada masyarakat khususnya sampai dengan pada akhir hidup manusia.
kepada etnis Tionghoa. Adanya asas dan HAM diatur dalam UUD 1945 yang
unsur yang memihak tersebut memuat hak-hak Warga Negara, istilah
menimbulkan jaminan bahwa diskriminasi HAM secara eksplisit terdapat dalam titel

184
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (2) (2015): 175-186.

Bab X A tentang HAM yang meliputi pasal kewarganegaraan. Kewarganegaraan ganda


28 A sampai dengan 28 J. yang diberikan kepada anak dalam hal ini
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan adalah suatu pengecualian.
ada yang mengetahui perbedaan dan Kewarganegaraan menimbulkan
masih ada yang tidak mengetahui hubungan antara Warga Negara dengan
perbedaan antara UU No.12 tahun 2006 Negara yaitu dalam pelaksanaan hak dan
tentang Kewarganegaraan Republik kewajiban sebagai seorang Warga Negara.
Indonesia dengan UU kewarganegaraan Hak dan kewajiban tersebut harus
yang sebelumnya. UU No.12 tahun dipenuhi oleh negara, bahkan hak dan
2006 tentang Kewarganegaraan Republik kewajiban tersebut dijamin oleh UU.
Indonesia merupakan karya monumental Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
bagi bangsa dan negara Indonesia, sebuah masih banyak yang belum menerapkan
tatanan baru yang mengubah paradigma UU No.12 tahun 2006 tentang
dan perilaku segenap Warga Negara. Kewarganegaraan Republik Indonesia
Selain itu, UU ini sangat revolusioner dalam kehidupan mereka sehari-hari.
karena mengubah sejumlah peraturan Pelaksanaan UU No.12 tahun 2006 tentang
kolonial dan menyesuaikannya dengan Kewarganegaraan Republik Indonesia,
sejumlah konvensi internasional terutama menjadi tantangan bagi pemerintahan
mengenai perempuan dan anak. Ada atau orang-orang yang berwenang untuk
perbedaan yang cukup signifikan antara melakukan sosialisasi terhadap UU No.12
UU No.12 tahun 2006 tentang tahun 2006 kepada seluruh etnis Tionghoa
Kewraganegaran Republik Indonesia baik yang di Lingkungan VII Kelurahan
dengan UU kewarganegaan yang Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota
sebelumnya, hal ini tampak pada adanya Medan maupun bagi seluruh etnic
asas non-diskriminatif, lebih menjamin Tionghoa yang ada di Indonesia.
HAM dan sebagainya yang memberikan Masyarakat etnis Tionghoa di Medan
dampak positif bagi kehidupan etnis masih belum dapat memahami UU No. 12
Tionghoa. tahun 2006 tentang kewarganegaraan
Masyarakat etnis Tionghoa di Medan Republik Indonesia. Pemahaman terhadap
pada umumnya telah mengetahui tentang UU No.12 tahun 2006 tentang
asas kewarganegaraan yang berlaku Kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan UU No.12 tahun 2006 tentang sangat dibutuhkan untuk mengetahui
Kewarganegaraan Republik Indonesia. aturan-aturan yang digunakan oleh bangsa
Membicarakan status kewarganegaraan Indonesia sebagai aturan tentang
seseorang dalam sebuah negara maka akan kewarganegaraan yang baru. Hal ini
dibahas beberapa persoalan yang diperlukan agar masyarakat etnis
berkenaan dengan seseorang yang Tionghoa tahu tentang bagaimana hak dan
dinyatakan sebagai Warga Negara dalam kewajiban sebagai Warga Negara.
sebuah negara. Untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan melaksanakan amanat SIMPULAN
UUD 1945, maka UU No.12 tahun 2006 Untuk mengetahui status
tentang Kewarganegaran Republik kewarganegaraan etnis Tionghoa setelah
Indonesia memperhatikan asas-asas adanya UU No.12 tahun 2006. Diperlukan
kewarganegaraan umum atau universal, pemahaman masyarakat keturunan
asas ius soli, asas ius sanguinis, asas Tionghoa tentang UU No.12 tahun 2006
kewarganegaraan campuran dan asas agar dapat melaksanakan hak dan
kewarganegaraan ganda. kewajiban sebagai Warga Negara
UU No.12 tahun 2006 pada Indonesia dan dapat meningkatkan rasa
dasarnya tidak mengenal adanya nasonalisme terhadap bangsa Indonesia.
kewarganegaraan ganda ataupun tanpa Kondisi seperti ini harus dirubah seiring
185
Agung Suharyanto, Status Kewarganegaraan Etnis Tionghoa Pasca Undang-undang No 12

dengan kemajuan zaman, diharapkan DAFTAR PUSTAKA


setelah adanya UU No.12 tahun 2006 ini, Azra, A.2000. Pendidikan Kewargaan, Jakarta:
masyarakat keturunan Tionghoa memiliki Prenada Media.
pemahaman akan adanya hak dan Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta:
kewajiban sebagai Warga Negara PT. Rineka Cipta
FIS UNIMED. 2006, Pedoman Penulisan Skripsi
Indonesia serta dapat merasakan
, Medan
persamaan kedudukan di hadapan hukum. Gautama, S. 1996. Hukum Kewarganegaraan,
Adanya UU No.12 tahun 2006 semakin Jakarta: PT. Gramedia
menjamin persamaan kedudukan Pustaka.
dihadapan hukum, di mana dalam pasal 27 Harefa, A. 2006.Bahan Kuliah Hukum Perdata,
ayat (1) sebagai dasar untuk Negara FIS UNIMED.
Republik Indonesia dalam menjamin Hinkam, M, AS.1999. Politik Kewarganegaraan,
setiap individu mempunyai kedudukan Jakarta: Erlangga.
yang menyangkut dalam hak dan Husin, S, 2006. Bahan KuliahKewarganegaraan,
kewajiban adalah sama tanpa memandang FIS UNIMED
Kansil, CST.2000.Hukum Tata Negara Republik
pada kedudukan, etnis, ras dan
Indonesia, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
sebagainya. Oleh karena itu diperlukan
adanya pemahaman mengenai UU No.12 __________ .2000.Pengantar Ilmu Hukum dan
tahun 2006 kepada seluruh warga negara Tata Hukum Indonesia jilid I, Jakarta:
Republik Indonesia, khususnya kepada Balai Pustaka.
Warga Negara etnis atau Warga Negara ___________.2002.Hukum Kewarganegaraan
keturunan Tionghoa. Sehinga masyarakat, Republik Indonesia, Jakarta: Sinar
khususnya etnis Tionghoa tidak Grafika.
mengalami kekaburan terhadap adanya Koenjtaraningrat.1999. Metode Penelitian
UU tersebut. Masyarakat, Jakarta: Gramedia
Nasir. 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Masyarakat etnis Tionghoa yang ada
Indonesia.
Medan memiliki status kewarganegaraan Prinst, D.2001. Sosialisasi dan Diseminasi
etnis Tionghoa adalah status Penegakan HAM, Bandung: PT. Citra
kewarganegaraan Indonesia. Pelaksanaan Aditya Bakti.
UU No.12 tahun 2006 tentang Ritongga, dkk. 2003. Kedudukan dan
Kewarganegaraan Republik Indonesia Lingkungan Hidup, Jakarta: Fakultas
telah dilaksanakan sesuai dengan Ekonomi Indonesia
peraturan yang berlaku, meskipun masih Sanusi, L. N. 2006.Undang-Undang Republik
ada yang belum dapat melaksanakannya Indonesia No.12 tahun 2006 Tentang
dalam kehidupan mereka. Mereka telah Kewarganegaraan Republik Indonesia,
Jakarta: PT. Kawan Pustaka
lama tinggal dan menetap di Indonesia,
Tutik, Titik T & Trianto. 2007. Falsafah Negara
bahkan telah secara turun temurun tinggal dan Pendidikan Kewarganegaraan,
menetap di Indonesia dan dinyatakan Jakarta: Prestasi Pustaka.
sebagai Warga Negara Indonesia
berdasarkan undang-undang, hal ini
semakin dipertegas dengan lahirnya UU
No.12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

186

Anda mungkin juga menyukai