Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“AGAMA ISLAM”

NAMA ANGGOTA :

1. AN’AM RAEKEEN ROSYIDA R


2. ERIKA PUJI KUSUMAWATI
3. ARIF WAHYU NOVIANTORO
4. YULITA FERI HARYANTI
5. KANIF RACHMADI

KELAS : A2-19

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA


2019/2020
BAB I
A. Latar Belakang
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai
peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha
dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di
Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun
demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Masuknya islam ke indonesia pada abad ke
7 M islam menyebar melalui perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan,seni
budaya,dakwah.
Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional dan penyebaran
atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Wali
Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri. Mereka semua menyiarkan
suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari
pada peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme
dibandingkan teologi politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam
dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang
dipengaruhi mistik Hindu-Budha. Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan
keseniaan.
Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping
menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam
keberislamannya di negara Islam lain terutama di Timur Tengah. Islam di Indonesia
ternyata mampu berinteraksi dengan budaya lokal, seperti bentuk masjid dan tata
cara yang mengiringi ritual keagamaan seperti bentuk masjid di Demak dan Upacara
sekatenan di Yogyakarta setiap bulan Maulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad
SAW).
Jadi sejarah Islam adalah ajaran agama islam mulai turunnya wahyu pertama
pada tahun 610 yang diturunkan kepada rasul yang terakhir Muhammad Bin Abdullah
di Gua Hira, Arab saudi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna agama islam?
2. Apa keistimewaan agama islam dan ciri – ciri agama islam?
3. Apa kebutuhan manusia terhadap agama islam?
4. Siapa saja tokoh penyebar agama islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. MAKNA AGAMA ISLAM


Islam merupakan asal kata dari Aslama-yaslimu-islam yang artinya berserah
diri dan kedamaian. Lebih lanjut Islam berarti agama yang damai dengan berserah diri
kepada Allah yang maha Kuasa, dan orang yang menganut agama Islam disebut
muslim.
Islam merupakan agama satu-satunya yang diterima diterima oleh Allah .
Sebagai jaminan mutu untuk umat yang mau menerima Islam sebagai agamanya.
Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.
Ali Imran: 19)
Dari ayat diatas dapat kita renungi bersama bahwa agama lain seperti, Kristen,
Yahudi, Hindu, Budha, Sinto dan lain sebagainya ditolak oleh Allah . Perlu diketahui
juga bahwa Islam satu-satunya yang memiliki kitab suci medapatkan
merekomendasikan Islam sebagai agama yang diterima disisinya. Dalam kitab suci
apapun tidak akan kita jumpai rekomensi untuk agama tersebut. Inilah Islam agama
yang benar-benar datang dari sisi Allah . Tuhan yang menciptakan semua makhluknya,
yang maha menghidupkan dan mematikan.
Lebih jauh lagi Islam adalah agama satu-satunya yang diterima di sisi Allah.
Selain itu ditolak alias tidak diterima. Walaupun orang-orang Liberal menuntut untuk
diterima semua agama, tapi apapun mereka tidak punya hak untuk diterima sebuah
agama. Inilah kesesatan dalam berpikir. Dalam masalah diterima atau tidaknya sebuah
agama Allah dengan gamblang menjelaskan Al-Qur’an yang yang mulia.
Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang
yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Ditolak oleh Allah bukan karena sukunya Jawa, ditolak oleh Allah bukan karena
kulitnya warna hitam, ditolak oleh Allah bukan karena nakal, ditolak oleh Allah bukan
karena mencuri dan mengerjakan berbagai dosa. Tapi Allah menolak agama selain
Islam karena menyelesihi kehendaknya. Jadi sedahsyat apapun shadaqahnya,
amalanya, maka tetap tidak diterima oleh Allah dan juga akan dimasukkan kedalam
nerakan jahannam, kekal dengan azab yang pedih.
Alasan satu-satunya adalah melanggar ketentuan yang telah Allah tetapkan
untuk manusia. Sehingga agama yang diterima disisinya hanyalah Islam. Maka dari itu
bagi yang sudah Islam untuk bersyukur kepada Allah . Dan semoga saja Allah
memberikan hidayah kepada kita untuk senantiasa dalam keadaan Islam yang
sesungguhnya.
Alasan lain untuk beragama Islam, karena Islam adalah agama yang lengkap.
Dari bagun tidur sampai tidur lagi sudah diatur oleh Islam. Dari cara kencing sampai
cara mandi juga diatur dalam Islam. Dari hal yang kecil, apalagi yang terbesar tentunya
juga sudah lengkap dalam Islam tinggal kita sami’na watha’na, dengarkan dan
laksanakan. Dalam hal ini Allah . Menjelaskan dalam Al-Qur’an pentunjuk manusia.
Yang artinya: “Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu, agamamu dan telah
kucukupkan nikmatku dan telah kuridhai Islam itu jadi agamamu” (QS. Al-Maidah: 3).
Dari ayat ini tuntas dan final sudah agama Islam. Karena syariah itu berkembang dari
Rasul ke-Rasul, akhirnya mencapai sempurna dan turun ayat ini menjelang beberapa
bulan Rasulullah Muhammad . Wafat. Maka dari itu syariah tidak membutuhkan yang
baru karena sudah lengkap dan sempurna.

2. KEISTIMEWAAN AGAMA ISLAM DAN CIRI – CIRI AGAMA ISLAM


Ciri-ciri dan keistimewaan Islam ini dapat dapat dirumuskan seperti berikut:

a. Rabbani (Ketuhanan)
Rabbani atau ketuhanan bermaksud segala hukum, konsep, nilai dan peraturan yang
terdapat di dalam Islam adalah ditetapkan dan diwahyukan oleh Allah s.w.t. Ia
bukanlah hasil pemikiran dan ciptaan manusia. Peranan manusia hanyalah sekadar
memahami, memperkembangkan dan melaksanakannya dalam kehidupan mereka.
Manusia, walau setinggi mana pun kedudukannya, tiada hak untuk campur tangan
dalam urusan ketuhanan seperti penentuan hukum haram, halal, dosa, pahala, nilai
baik, buruk, jahat dan sebagainya. Peranan manusia dalam hal ini hanyalah untuk
mengkaji dan mengenal pasti hukum Allah dalam sesuatu perkara. Kemudian, setelah
jelas kepada mereka tentang hukum tersebut maka mereka perlu melaksanakannya
dalam kehidupan.
Ciri-ciri rabbani ini dinyatakan oleh Allah s.w.t. pada banyak tempat di dalam al-
Qur’an. Antaranya, firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
Sesungguhnya Kami telah turunkan kepada kamu kitab (al-Qur’an) dengan kebenaran, maka
taatlah kepada Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya, ingatlah bahawa agama yang
bersih (benar) itu adalah milik Allah.
(Surah al-Zumar: 2 – 3)

b. Al-Thabat wa al-Murunah (Tetap dan anjal)


Thabat bermaksud tetap atau tidak berubah. Dalam konteks ajaran Islam, ada perkara
yang telah tetap dan tidak boleh dipinda dan diubah-ubah dasar, prinsip dan
perlaksanaannya. Antara perkara yang termasuk dalam konsep thabat adalah aspek
akidah dan hukum-hakam amaliyyah yang dinyatakan secara qat’i (pasti) dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Konsep al-thabat dalam aspek akidah dapat dilihat dari segi kepercayaan terhadap
Allah s.w.t. yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Perkara-perkara berkaitan
akidah adalah tetap dan tidak boleh dipinda atau diubah-ubah. Sementara dalam
konteks amaliyyah seperti ibadat solat, puasa, haji dan zakat telah ditetapkan cara dan
waktu perlaksanaan dalam syariat Islam. Begitu juga beberapa prinsip dalam
muamalat seperti pengharaman riba, gharar (unsur-unsur yang tidak ketentuan),
kewajipan saling meredai dalam berakad dan lain-lain. Selain itu, hukum jenayah yang
diwajibkan dalam al-Qur’an dan al-Hadith seperti hukum hudud dan qisas tidak boleh
diubah-ubah perlaksanaannya. Begitu juga hukum haram bagi perkaraperkara yang
dijelaskan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah seperti khinzir, minum arak, berjudi dan riba.
Perkara-perkara ini ditentukan secara qat’i dan tidak mungkin berubah sampai bila-
bila. Perkara-perkara seperti inilah yang termasuk dalam konsep al-thabat.
Al-Murunah (anjal) pula bermaksud bahawa selain daripada perkara-perkara pokok
dan dasar yang tidak boleh berubah, terdapat juga perkara-perkara ranting dan
cabang yang boleh berubah mengikut kesesuaian dengan perubahan maslahah
manusia sepanjang peredaran zaman. Hal ini menjadikan agama Islam yang
diturunkan oleh Allah s.w.t. sentiasa sesuai dan bersifat senang dan mudah untuk
diamalkan. Islam mementingkan kemudahan dan tidak sesekali menyusahkan
umatnya dalam mengamalkan segala ajarannya. Sebagai contoh, solat adalah wajib
dan perlu dilaksanakan mengikut ketetapan rukun. Walaubagaimanapun, jamak dan
qasar dibenarkan dalam solat sekiranya seseorang itu bermusafir. Ini terbukti bahawa
hukum Islam tidak statik, sebaliknya bersifat anjal dan fleksibel dengan memberi
keutamaan kepada keselesaan penganutnya.

Ciri menjaga kepentingan manusia ini dapat dilihat dengan jelas dalam firman Allah
s.w.t. yang bermaksud:

Allah tidak sesekali memberatkan seseorang itu kecuali dengan kadar


upayanya. Baginya (pahala) bagi kebaikan yang dikerjakannya, dan keatasnya (dosa) bagi
kejahatan yang dikerjakannya. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau seksa kami atas apa yang
kami terlalai atau silap padanya. Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau pikulkan pekerjaan yang
berat ke atas kami sebagaimana yang Engkau bebani ke atas mereka yang sebelum daripada
kami.
c. Waq’iyyah (Realistik)
Waq’iyyah bermaksud ajaran Islam bersifat praktikal dan realistik iaitu bersesuaian
dengan realiti kehidupan manusia. Ajaran Islam sentiasa seiring dengan kenyataan
hidup manusia. Dalam menetapkan sesuatu hukum atau peraturan, Islam sentiasa
mengambil kira realiti semasa, setempat dan adat yang diamalkan. Umpamanya, jika
sesuatu masyarakat telah mengamalkan sesuatu adat atau budaya tertentu dalam
menjalankan aktiviti ekonomi atau perniagaan antara mereka, dan adat itu pula tidak
mendatangkan sebarang keburukan dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam, maka ia diiktiraf dan diterima dalam Islam.
Selain itu, dalam memerintahkan ketaatan manusia kepada hukum-hukumnya, Islam
tidak membebankan manusia dengan hukuman yang tidak realistik sehingga manusia
tidak mampu menunaikannya. Misalnya, Islam tidak memerintahkan manusia untuk
beribadat sepanjang masa sehingga mengabaikan kerja-kerja harian untuk mencari
rezeki bagi menampung keperluan diri, keluarga, masyarakat dan negara. Malah,
kerja-kerja harian ini jika dilakukan dengan betul dan memenuhi syarat-syaratnya,
turut dianggap sebagai ibadat dan pelakunya diberi pahala yang banyak.
Islam merupakan agama yang sangat mementingkan keadilan. Namun begitu, pada
masa yang sama, Islam mengiktiraf bahawa dalam realiti kehidupan manusia di alam
ini terdapat perbezaan, baik dari segi jantina, keupayaan fizikal dan mental, taraf
ekonomi dan lain-lain. Dengan itu, dalam menunaikan keadilan ekonomi umpamanya,
Islam tidak menuntut agar harta kekayaan dibahagikan sama rata antara manusia. Hal
ini kerana realitinya, manusia tidak sama dari segi keupayaan fizikal, mental, kreativiti,
kerajinan, tanggungjawab dan lain-lain. Oleh itu, anugerah dan habuan ekonomi juga
berbeza-beza berdasarkan perbezaan setiap individu dari segi usaha dan
kesungguhan, kerajinan, kreativiti, tanggungjawab yang dipikul dan lain-lain.

Dalam hal ini Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud:


Dan Allah melebihkan sesetengah daripada kamu ke atas yang lain (dari segi
anugerah) rezeki.

(Surah al-Nahl: 71)

Namun begitu, Islam juga memerintahkan agar manusia yang dianugerahkan dengan
kelebihan rezeki itu tidak melupai golongan yang kurang bernasib baik. Realiti dalam
kehidupan manusia menunjukkan bahawa sentiasa terdapat golongan miskin dan
kurang bernasib baik yang perlu dibantu. Oleh sebab itu, Islam mewajibkan anda
berzakat dan memberikan pahala/ganjaran yang besar kepada mereka yang
bersedekah.
Ringkasnya, semua bukti menunjukkan bahawa Islam adalah realistik, malah telah
berjaya diamalkan dengan baik sehingga Islam dapat membina tamadun yang
cemerlang serta menjadi pelopor dalam pelbagai bidang kehidupan.

d. Tawazun (Keseimbangan)
Tawazun bermaksud ajaran Islam memberikan perhatian yang seimbang kepada
semua aspek kehidupan manusia; dari segi individu dan masyarakat, rohani dan
jasmani, kebendaan dan kerohanian serta dunia dan akhirat.
Islam tidak membenarkan umatnya mementingkan diri sehingga mengabaikan
kepentingan masyarakat dan begitu juga sebaliknya. Islam juga tidak membenarkan
umatnya mementingkan aspek kerohanian semata-mata sehingga mengabaikan
aspek jasmani dan kebendaan dan begitu juga sebaliknya. Umpamanya, seseorang
tidak dibenarkan beribadat sepanjang masa sehingga mengabaikan keperluan
menjaga kesihatan tubuh badan atau mencari rezeki yang halal. Begitu juga
sebaliknya, umat Islam tidak dibenarkan mencari rezeki sehingga mengabaikan
kepentingan beribadat kepada Allah. Islam juga tidak membenarkan penganutnya
mementingkan aspek kehidupan dunia sehingga mengabaikan kehidupan akhirat,
begitu juga sebaliknya.
Islam memerintahkan agar kesemua aspek hidup manusia mestilah digabungkan alam
satu gabungan yang seimbang, harmonis dan sepadu supaya kehidupan manusia
menjadi sempurna dan sejahtera.

Kepentingan ciri tawazun ini dapat dilihat dengan jelas dalam firman Allah yang
bermaksud:

...apabila kamu diseru untuk menunaikan solat pada hari Jumaat, maka
bersegeralah kamu mengingati Allah dan tinggalkan jual-beli. Itu lebih baik bagi kamu
sekiranya kamu mengetahui. Apabila solat telah dilakukan maka bertaburanlah kamu di
muka bumi, carilah kurniaan Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.
(Surah al-Jumu’ah: 9 – 10)

Ayat di atas dengan jelas memerintahkan umat Islam untuk memberi perhatian yang
sewajarnya kepada kedua-dua aspek kehidupan di dunia dan akhirat.

e. Syumul (Menyeluruh)
Syumul bermaksud Islam merupakan agama yang sempurna dan menyeluruh serta
mencakupi segala aspek kehidupan setiap manusia.
Allah s.w.t. memiliki segala sifat kesempurnaan dan pengetahuan. Semua aspek
kehidupan manusia dijelaskan dan diberikan panduan oleh Allah s.w.t. dalam wahyu-
Nya. Oleh itu, Islam mempunyai peraturan hidup yang serba lengkap, merangkumi
semua aspek kehidupan manusia dari segi kepercayaan, pemikiran, akhlak, ekonomi,
politik, sosial, perundangan, pendidikan, alam sekitar, kesihatan dan lain-lain. Jika
prinsip dan panduan ajaran Islam ini dihayati sepenuhnya dengan bijaksana, maka ia
berupaya menyelesaikan segala masalah yang dihadapi manusia.
Namun begitu, tidak semua aspek kehidupan manusia ini dijelaskan dengan terperinci
dalam al-Qur’an dan al-Hadith. Hal ini kerana perjalanan hidup manusia akan
berterusan manakala wahyu al-Qur’an dan al-Hadith pula terhenti dengan kewafatan
Rasulullah s.a.w. Oleh itu, sebahagian besar panduan yang berkaitan aspek kehidupan
manusia dinyatakan dalam wahyu secara umum dan prinsipnya sahaja. Perinciannya
dibiarkan kepada manusia mengikut kesesuaian masa dan suasana kehidupan mereka.
Inilah yang menjadikan ajaran Islam itu sentiasa sesuai untuk semua manusia pada
semua zaman. Contohnya, pelaburan duit di dalam insurans nyawa dan Amanah
Saham Bumiputera (ASB).
Kesempurnaan ajaran Islam seperti yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadith
itu dapat dilihat dengan jelas dalam firman Allah s.w.t. yang bermaksud:

Dan kami turunkan ke atas engkau kitab (al-Qur’an) sebagai penjelasan bagi semua perkara.
(Surah al-Nahl: 89)

f. ‘Alamiyyah (Sejagat)
‘Alamiyyah bermaksud Islam merupakan agama yang universal, tidak terikat dengan
masa, tempat dan ruang. Malah, Islam sesuai untuk semua manusia, setiap bangsa
dan tidak terbatas pada masa-masa tertentu. Aspek ‘alamiyyah merangkumi tiga
bidang utama iaitu syariah, akhlak dan akidah.
Semua manusia tanpa mengira bahasa, warna kulit dan bangsa mempunyai
kedudukan yang sama di sisi Allah s.w.t. Tidak ada bangsa yang lebih mulia daripada
bangsa lain kerana faktor bangsa atau warna kulit atau bahasa semata-mata. Faktor
tunggal yang membezakan seseorang dengan yang lain ialah tahap ketakwaan kepada
Allah s.w.t. Semakin bertakwa, maka semakin tinggilah kedudukan orang tersebut di
sisi Allah.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:

Sesungguhnya yang terlebih mulia daripada kalangan kamu ialah yang paling bertakwa.
(Surah al-Hujurat: 13)

Manifestasi kesejagatan Islam bukan sahaja meliputi sesama manusia, malah


merangkumi makhluk yang lain. Allah s.w.t. bukanlah Tuhan bagi manusia sahaja,
malah Allah s.w.t. juga merupakan Tuhan bagi makhluk yang lain. Oleh itu, ajaran
Islam diturunkan bukan sahaja untuk menjaga kebahagiaan dan kebajikan makhluk
manusia sahaja, tetapi juga makhluk yang lain seperti haiwan, tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain.
Dalam hal ini, Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud:

“Dan tidak Kami utuskan engkau (Muhammad) melainkan sebagai (membawa) rahmat ke
seluruh alam”.
(Surah al-Anbiya’:107)

g. Wasatiyyah (Kesederhanaan)
Wasatiyyah ialah elemen yang sangat penting dalam Islam. Islam menolak semua
unsur ekstremisme dalam kehidupan manusia. Sikap melampau bukan sahaja ditegah
dalam aspek kehidupan di dunia seperti pemakanan, mengumpul harta dan
sebagainya. Malahan, dalam aspek keakhiratan seperti beribadat dan berzikir,
sekiranya dilakukan secara melampau, juga tidak dibenarkan.
Islam amat menitikberatkan kesederhanaan dalam semua perkara kerana sifat
kesederhanaan ini sesuai dengan fitrah manusia. Dalam aspek pemakanan
umpamanya, Allah s.w.t. menyuruh manusia makan dan minum dari makanan dan
minuman yang baik. Namun pada masa yang sama juga Allah s.w.t. mengingatkan
manusia agar tidak melampaui batas.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:

… dan makanlah dan minumlah dan (tetapi) jangan kamu melampaui batas kerana Ia (Allah)
tidak suka orang yang melampaui batas.
(Surah al-A’raf: 31)

Melampaui batas dalam apa jua aktiviti sekalipun, termasuk dalam pemakanan
merupakan sesuatu yang membahayakan diri manusia. Hal ini termasuk melakukan
ibadat. Sikap melampaui batas dalam beribadat akhirnya akan menyebabkan
seseorang berasa susah, tertekan dan akhirnya menjadi jemu.
Rasulullah s.a.w. mengingatkan umat Islam dalam sabdanya yang bermaksud:

Lakukan amalan ibadat (sunat) sekadar yang kamu mampu, kerana Allah s.w.t. tidak jemu
sehingga kamu sendiri nanti yang akan jemu.
(HR. al-Bukhari)

Namun ini tidak pula bermakna umat Islam mesti bersederhana dalam melaksanakan
akidah Islamiyyah. Ertinya beriman kepada semua rukun iman secara sederhana
sahaja dan tidak benar-benar yakin. Keimanan kepada Allah dan semua rukun iman
mestilah dilakukan dengan penuh yakin tanpa sebarang keraguan. Keimanan yang
tidak kukuh dan ragu-ragu tidak diterima oleh Allah swt.

3. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA ISLAM


Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya.
Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai
bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba
maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan tersebut. Naluriah
membuktikan manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Beberapa ahli pakar ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah rasa
takut yang kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini yang
memiliki kekuatan menakutkan. Seperti yang ditulis oleh Yatimin bahwa pada masa
primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme. Ia
memerinci bentuk penghormatan itu berupa:
a. Sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai-sungai, laut, dan benda
alam lainnya.
b. Pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan ucapan-ucapan yang
dianggap dapat mengundang murka (kemarahan) kepada kekuatan itu.
c. Menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia,
misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang
dianggap berharga.

Agama muncul dari rasa penyesalan seseorang. Namun bukan berarti benih
agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan agama.
Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip
dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama
sebagai kebutuhan.

Terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu:


a. Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus
mendapat perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan
pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-
minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas
jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat
psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi
pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
b. Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Apabila dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap
dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan,
dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek
rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan
manusia pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga dengan kelengkapan itu
Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis
horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya Allah.
Dengan hati nuraninya manusia menyadari dirinya tidak terlepas dari pengawasan
dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal Tuhan dan
agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan
kehidupannya, dan lingkungannya.
c. Faktor Struktur Dasar Kepribadian
aDalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia
dengan tiga bagian. Yaitu:
1) Aspek Das es yaitu aspek biologis, merupakan sistem yang orisinal dalam
kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang
subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2) Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
3) Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang mewakili nilai-nilai tradisional serta
cita-cita masyarakat.
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia
terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a. Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali dijelaskan dalam
ajaran Islam, yakni agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Sebelumnya, manusia belum
mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang
menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia
inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika
datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut
memang sejalan dengan fitrahnya itu.
Firman Allah Swt dalam QS.Ar-Rum:30,
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
b. Kelemahan dan Kekurangan Manusia Faktor lainnya yang melatarbelakangi manusia
memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan
juga memiliki kekurangan. Dengan kekurangan dan kelemahan yang terdapat di dalam
dirinya sehingga manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhan
kepada Tuhan agar menolongnya, menjaga dan memeliharanya dan memberinya taufik.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia telah diciptakan-Nya dengan
batas-batas tertentu dan dalam keadaan lemah. Firman ALLAH SWT, dalam QS.Al-
Qomar:49, Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran
batas tertentu”.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dirinya dan keluar dari kegagalan-kegagalan
tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan jalan wahyu akan agama.
c. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan setan.

Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan
manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari
Tuhan.Sebagaimana firman Allah Swt Dalam surat Al-Anfal ayat 36:

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk


menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah
orang-orang yang kafir itu dikumpulkan”.

Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan
dalam berbagai bentuk kebudayaan yanag didalamnya mengandung misi menjauhkan
manusia dari Tuhan. Orang-orang kafir dengan sengaja mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk
budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk
itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar
taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup yang demikian saat ini semakin
meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.

Manusia sejak di atas bumi ini dengan diturunkannya Adam, bapak manusia yang petama,
dan Hawa, Ibu manusia, dari surga negeri keselamatan, dia sangat membutuhkan hukum-
hukum yang pasti yang bisa menyeimbangkan keimanannya, mengatur perilakunya,
membatasi kecenderungannya dan mengantarkan kepada kesempurnaan yang diciptakan
dan disediakan untuknya pada kedua kehidupannya. Pertama kehidupan yang dilalui manusia
di atas bumi ini, kedua adalah kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi yang
rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan tertinggi, sebagaimana
diberitakan oleh Allah memalui kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya yang
diutus.
Agama menjadi sangat penting bagi manusia, dengan aturannya yang khusus dia makan
dan minum, mengatasi panas dan dingin, dia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri, maka dengan sunnah-sunnah yang telah ditetapkan oleh Tuhannya, dia
mengusahakan makanan dan minuman, pakaian, dan obat-obatan serta tempat tinggal dan
kendaraannya. Kondisi seperti ini menuntut saling menolong dari setiap individu manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mempertahankan keberlangsungan sampai
ajalnya tiba.
Manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhannya kapada
Tuhan agar menolongnya, menjaga, memeliharanya, dan memberinya taufik. Karena itu dia
berusaha mengenal Tuhannya dengan amalan-amalan yang wajib, yaitu dengan cara
mendekatkan diri kepada-Nya dan menunaikan macam-macam ketaatan dan ibadah.
Manusia dengan kemampuan, pikiran, perasaan dan inderanya, selalu berusaha untuk
mencapai derajat tertinggi. Sehingga manusia tidak ingin berhenti pada satu batas tertentu.
Maka dalam tiga keadaan yang kita sebutkan, manusia membutuhkan syariat agama dari
Tuhan, yang sesuai dengan fitrahnya dan mengatur hubungannya dengan sesamanya, karena
manusia akan selalu butuh untuk saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dan menjaga keberadaannya di alam ini, seperti makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal, dan kendaraan.
Berdasarkan paparan di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan yang benar lebih
besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk menjaga hidupnya seperti air,
makanan dan udara.
Dan tidak terdapat yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali
pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak perlu
didengar alasan-alasannya.
Apabila manusia yang berakal dan mendapat petunjuk dalam mencari satu agama
Tuhan yang benar dan murni, maka manusia pasti mendapatkannya dalam Islam, agama
semua manusia, yang terkandung dalam kitab-Nya, Al-Qur’an yang mulia, yang tidak
berkurang satu huruf pun darinya sejak diturunkannya dan tidak pula terdapat tambahan satu
huruf pun padanya. Dan tidak diganti satu kata pun dari tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak
ada ungkapan yang keluar dari apa yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu seribu empat
ratus lebih. Manusia beragama karena mereka memerlukan sesuatu dari agama itu, yaitu
memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaanya di dunia dan akhirat.
4. TOKOH PENYEBAR AGAMA ISLAM

1.Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Malik Ibrahim umumnya
dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara
baru bercocok tanam. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik.Ia
juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai
sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami' Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

2.Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Raden Rahmat dilahirkan pada tahun 1401 Masehi, tepatnya yakni di Champa. Ia adalah
putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro
Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Pesantrennya bertempat di Ampel
Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa.
makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya. Sunan Ampel wafat pada
tahun 1481 di Demak.
3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar
memeluk agama Islam. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan
rebab dan bonang. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban,
Jawa Timur.

4.Sunan Drajat

Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori
penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. pesantren Sunan Drajat dijalankan secara
mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan.
Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok
peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat
diperkirakan wafat pada 1522.

5.Sunan Kudus

Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu
sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan
negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Salah satu
peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya
campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.

6.Sunan Giri

mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan


sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang
menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.

7.Sunan Kalijaga

Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk.
Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul.

8.Sunan Muria (Raden Umar Said)

Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari
isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi
Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.

9.Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya,
yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana
Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di
Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat
menjadi lebih bermakna. Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan
wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Namun, secara naluri manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya.
Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana.
Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat
membebaskannya dari keadaannya. Naluriah membuktikan bahwa manusia perlu beragama
dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Terdapat tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama yaitu,
fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan manusia. Berdasarkan hal-
hal tersebut di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan yang benar lebih besar
daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk menjaga hidupnya seperti air,
makanan dan udara. Dan tidak ada yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini
kecuali pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak perlu didengar
alasan-alasannya. Manusia beragama karena memerlukan sesuatu dari agama yaitu
memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan lainnya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca sebagai pengetahuan untuk
mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Demikianlah makalah yang sederhana ini saya susun semoga dapat bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya saya merasa kerendahan
hati sebagai manusia yang mempunyai banyak sekali kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan
saran–bahkan yang tidak membangun sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga niat baik kita diridhai oleh Allah SWT. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Dikutip pada
laman:https://www.kompasiana.com/amriadi/55ee282b2bb0bdfd109fcb17/makna-
islam?page=all(diakses pada senin 16-09-2019,pukul 14:23)

(https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/tasawwur-islam-ciri-ciri-dan-
keistimewaan/) diakses pada senin 16-09-2019,pukul 14:39)

http://riotanjongg.blogspot.com/2014/11/makalah-misi-kebutuhan-manusia-
terhadap.html?m=1(diakses-pada-senin-16-09-2019,pukul 14:30)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/kategori:tokoh_penyebar_islam_di_indonesia(diaks
es pada senin 16-09-2019,pukul 14:37)

Anda mungkin juga menyukai