Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Susu formula atau makanan-
makanan tiruan untuk bayi tidak akan sanggup menandingi keunggulan ASI.
Permasalahan utama pada pemberian ASI adalah kebudayaan berupa kebiasaan dan
kepercayaan seseorang dalam memberikan ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI
eksklusif yang rendah pada bayi usia 0-5 bulan maupun 6 bulan dapat disebabkan
oleh rendahnya pengertian di masyarakat mengenai ASI eksklusif tidak hanya di
masyarakat bahkan tenaga kesehatan juga kurang mengerti tentang keunggulan dan
berbagai manfaat penting dari ASI eksklusif. (Hervilia dkk, 2016).
Dan data nasional tahun 2016 cakupan pemberian ASI di Indonesia mencapai
54% dari target yaitu 42%. Pada tahun 2017 cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia mencapai 35,73% dari target yaitu 50%.
Dan di Riau tahun 2016 menunjukkan pemberian ASI Eksklusif mencapai
39,7% dan pada tahun 2017 cakupan pemberian ASI Eksklusif mencapai 28,5%.
Dan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa persentase
bayi yang menerima ASI Eksklusif tahun 2016 di Kota Pekanbaru hanya 42%
sedangkan persentase bayi yang menerima ASI Eksklusif tahun 2017 di kota
Pekanbaru hanya 44%.
Berdasarkan data seksi gizi Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kecamatan
Tampan dalam hal cakupan pemberian ASI Eksklusif yakni dari pada tahun 2017
target 44% dan pencapaian sebesar 44,34% yang mendapat ASI Eksklusif. Pada tahun
2018 target 47% dan pencapaian sebesar 49,04% yang mendapatkan ASI Eksklusif,
sedangkan pada tahun 2019 pada semester satu target sebesar 50% dan pencapaian
hanya sebesar yakni 49,61% . Cakupan pemberian ASI Eksklusif terbanyak di Tahun

1
2019 (49,61%) dan terendah pada tahun 2017 (44,34%). (Analisis pencapaian Kinerja
Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap tahun 2019).
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh banyak faktor, baik dari
faktor ibu maupun faktor lingkungan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan
penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan dan Dukungan keleuarga Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya tanpa tambahan makanan dan cairan lain. Pemberian ASI Eksklusif
dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi maupun non infeksi,
meningkatkan Intelligence Quotient (IQ) d an Emotional Quotient (EQ) anak, serta
dapat mengurangi tingkat kematian bayi di Indonesia. Selain itu, memberikan ASI
kepada anak dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara
ibu dan bayi. (Prasetyono, 2012).
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi
tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI
segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian
ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian
makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan
sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk
mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya,
salah satunya melalui pendidikan kesehatan (Penkes). Pemberian Penkes tentang ASI
eksklusif mampu merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif (Winarsih, Resnayati, & Susanti, 2007).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi tentang
pemberian ASI eksklusif. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pasal
128 menyebutkan bahwa (1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis, (2) Selama pemberian air
susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus

2
mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus,
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di
tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun
2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif, pada Pasal 2 disebutkan bahwa
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk: Menjamin pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6
(enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;
Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya; dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah
daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu bersadarkan
SK Menteri Kesehatan Tahun 2004 No. 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Indonesia, menyebutkan bahwa (1)
Menetapkan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia hingga usia 6 (enam) bulan,
dan dianjurkan untuk diteruskan hingga usia 2 (dua) tahun bersama dengan
makanan pendamping. (2) Staff layanan kesehatan harus menginformasikan kepada
semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif. (Kemenkes RI,
2004)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, bahwa terdapat masalah dalam
pemberian ASI eksklusif yaitu
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
Rumusan masalah khusus ialah sebagai berikut :
1. Apakah tingkat pengetahuan berhubungan dengan praktik pemberian
ASI eksklusif.
2. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan praktik pemberian
ASI eksklusif.

3
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik
pemberian ASI eksklusif
2. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan praktik
pemberian ASI eksklusif

1.4. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi yang Terkait

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait


untuk menggencarkan sosisalisasi program ASI eksklusif dan
manajemen laktasi agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat bahwa terdapat


manajemen laktasi untuk mensukseskan pemberian ASI eksklusif
sehingga masyarakat dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Selain itu sebagai tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif.

4
1.4.3 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penulisan karya


ilmiah dan melatih kemampuan melakukan penelitian di masyarakat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Definisi ASI Ekslusif

Menurut WHO, ASI Ekslusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan
hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI
dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup
yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

ASI adalah makanan pertama, utama dan yang terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi yang di butuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009).

ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan


makanan padat, misalnya pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, tim
atau makanan lain selain ASI (Nurkhasanah, 2011).

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar
dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat.
ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna
sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit
energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi
selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan

6
organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum
(Pudjiadi, 2005).

2.1.2 Volume Asi


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat
ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama
sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari
jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari
pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai
seterusnya volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400–850
ml/hari, tahun kedua 200–400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari
(Manajemen laktasi, 2004).

2.1.3 Komposisi Asi

Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan


kebutuhan bayi pada saat itu. ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama
(kolostrum) komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI
peralihan dan ASI matur). ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan kurang
bulan komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan
cukup bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai
menyusui dan akhir fase menyusui.

Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan


karakteristik dan komposisi berbeda yaitu:

7
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI
matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum protein
yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin
A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan.
Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera
bersih dan siap menerima makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam
kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah
volume ASI semak in meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi
kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai
beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

c. ASI matang / matur


adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya
dengan volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi
mulai dikenalkan dengan makanan pendamping selain ASI.

8
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tdk ada Mungkin ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan mdh Terlalu banyak dan Sebagian
dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / AA dan AA
-Mengandung - Tdk ada lipase
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Tabel 1. (Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan :
kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000)

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang


diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda
dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur).
Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki

9
kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu
yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam keadaan
optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan
(Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer
ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir
menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal dari
payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali
lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini
(Mizuno, K. et al., 2008).

2.1.4 Zat Gizi Dalam ASI

1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya
berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3
gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram;
ASI hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI
adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI,
kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga
merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan myelin

10
(pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan
magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada
masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI ekslusif
menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5
atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini
sangat menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik
yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh
glukosamin (Pudjiadi, 2004)
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein
didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini
disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein
yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein
yang ada di dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat
sukar dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang
yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid
(DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan
sel-sel otak (myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi
prekusornya yaitu asam linolenat (Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).

11
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida
dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim
lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil
tidak sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus
bayi. Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar
harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat
dicerna. Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja
usus bayi untuk mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi,
dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan
mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung,
gelisah karena konstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan
darah terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu
pertama usus bayi belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi
setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan
pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A,
D, C ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu ditambahkan
karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI


ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang
melindungi bayi terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan
tidak baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut :

12
NO Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam
usus bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi

13
8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus


bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

Tabel 2 (Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit)

2.1.6 Manfaat Asi Eksklusif


A. Manfaat ASI Bagi Bayi

Berikut manfaat ASI yang di peroleh bayi menurut Nisman (2011)

• ASI mudah di cerna dan di serap oleh pencernaan bayi yang belum
sempurna.
• ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh,
meliputi immunoglobin, lacoferin, enzyme, macrofag, lymphosit, dan
bifidus factor. Semua factor ini berperan sebagai antivirus,
antiprotozoal, antibakteri, dan antiinflamasi bagi tubuh bayi sehingga
bayi tidak mudah terserang penyakit.Jika mengkonsumsi ASI, bayi
juga tidak mudah mengalami alergi.
• ASI juga menghindari bayi dari diare karena saluran pencernaan bayi
yang mendapatkan ASI mengadung lactobacilli dan bifidobabateria
(bakteri bail) yang membatu membentuk feses bayi yang PH-nya
rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat
penyebab dan masalah pencernaan lainnya.

14
• ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan otak
bayi. Berdasarkan suatu penelitian, anak yang mendapatkan ASI pada
masa bayi mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan anak yang
tidak mendapatkan ASI.
• Menghisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf menelan,
mengisap, dan bernafas menjadi lebih sempurna dan bayi menjadi
lebih aktif dan ceria.
• Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat kualitas
hubungan psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat.
• Mengisap ASI dari payudara membuat pembentukkan rahang dan gigi
menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisapsusu formula
dengan menggunakan dot
• Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan bayi yang diberi
susu formula. Pemberian susu formula pada bayi dapat meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih, saluran napas, dan telinga. Bayi juga bias
mengalami diare, sakit perut (kolik), alergi, dan penyakit saluran
pencernaan kronis. Sebaliknya, ASI membantu mengoptimalkan
perkembangan system saraf perkembangan otak bayi.

B. Manfaat Menyusui Bagi Ibu

Menyusui juga memberikan manfaat bagi ibu (Nisman, dkk, 2011) :

• Menghentikan perdarahan pasca persalinan


Ketika bayi menyusui, isapan bayi akan merangsang otak untuk
memproduksi hormone prolactin dan oksitosin. Hormone oksitosin,
selain mengerutkan otot-otot untuk pengeluaran ASI, juga membuat
otat-otot rahim dan juga pembuluh darah di rahim sebagai bekas proses
persalinan cepat berhenti. Efek ini akan berlangsung secara lebih
maksimal jika setelah melahirkan ibu langsung menyusui bayinya.

15
• Psikologi Ibu
Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari
dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya) akan meperkuat
hubungan batinantara ibu dan bayi
• Mencegah Kanker
Wanita yang menyusui memiliki angka insidensi terkena kanker
payudara, indung telur, dan Rahim lebih rendah.
• Menyusui dengan frekuensi yang sering dan lama dapat digunakan
sebagai metode kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah terjadinya
ovulasi pada ibu. Jika akan memanfaatkan metode kontrasepsi ini
sebaiknya konsultasi dengan dokter.
• Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil. Dengan
menyusui, cadangan lemak dari tubuh ibu yang memang disiapkan
sebagai sumber energy pembentukan ASI. Akibatnya, cadangan lemak
tersebut akan menyusut sehingga penurunan berat badan ibu pun akan
berlangsung lebih cepat.
• ASI lebih murah sehingga ibu tidak perlu membeli.
ASI tersedia setiap saat tanpa harus menunggu waktu menyiapkan
dengan temperature atau suhu yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
• ASI mudah disajikan dan tanpa kontaminasi bahan berbahaya dari luar
serta steril dari bakteri.

2.2.Laktasi

2.2.1 Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran


ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
faktor hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita
memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem

16
payudara progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental lactogen
(HPL)

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap


memproduksi ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki
fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa
cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi
mencegah produksi ASI sebenarnya.

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat


hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level
prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Proses laktogenesis
II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan.
Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan


dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai
stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi
ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan

17
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses
laktasi yaitu :

 Refleks prolaktin

Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin dibentuk
lebih banyak pada malam hari.

 Refleks Aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar


hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot
polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga
involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada hari-
hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk kembalinya
rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).

18
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI
a. Makanan Ibu

Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak


secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung
cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan
rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya.

19
c. Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron

Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan


kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini
dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan
produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang
paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin
yang dapat merangsang produksi ASI.

d. Kurang sering menyusui atau memerah payudara


e. Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain
akibat:
 Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
 Teknik perlekatan yang salah
f. Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
g. Jaringan payudara hipoplastik

2.3. ASI Terhadap Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga

2.3.1. Definisi Pengetahuan


1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung
vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk
Aedes Aegepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau

20
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak
yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana
cara melakukan PSN (Pemberatasan Sarang Nyamuk), dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya
orang yang memahami cara pemberantasan penyakit
demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M
(Mengubur, Menutup, dan Menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus mengubur, menutup, dan
menguras tempat-tempatt penampungan air tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami
objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham
tentang proses pencemaran, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di
mana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian,
ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja,
dan seterusnya.
4. Analisis (analysis)
Aanalisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

21
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
Misalnya dapat membedakan antara nyamuk Aedes
Aegepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram
(flow chart) siklus hidup cacing kremi dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubugnan yang
logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki. Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan
kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah
dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah dibaca.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu objek kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu
dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita
malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut
keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

22
2.3.2. Definisi Dukungan Keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluargaterhadap anggota keluarganya yangbersifat
mendukung selalu siapmemberikan pertolongan dan
bantuanjika diperlukan. Dalam hal inipenerima dukungan
keluarga akan tahubahwa ada orang lain yangmemperhatikan,
menghargai dan mencintainya. (Friedman, 2010).

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode kegiatan ini bersifat penyuluhan dan pembagian kuosioner.

3.2. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan Penelitian Deskriptif.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian yang menitik beratkan tentang Hubungan
Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian Asi Ekslusif di Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kecamatan Tampan
tahun 2019.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat
Inap Kecamatan Tampan.

3.4.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini diadakan dari bulan Juni sampai Agustus tahun 2019 yang
dimulai dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran pustaka,
penentuan judul, bimbingan hingga penyusunan hasil penelitian.

3.5. Desain Penelitian


Berdasarkan tujuan serta bentuk dari permasalahan pada penelitian ini, maka
desain penelitian ini cross sectional

3.6. Populasi dan Sampel

24
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah ibu yang anak balita umur 0-
24 bulan yang datang ke Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap periode Juli-Agustus
tahun 2019.

3.6.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

3.6.2.1 Kriteria Inklusi


Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Semua ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan ke posyandu

3.6.2.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Tidak bersedia menjadi responden
b) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik

3.7. Metode Pengumpulan Data


3.7.1. Data Primer

No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


Data
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Tingkat Pemahaman Kuesioner 1.Mengetahui Ordinal
Pengetahuan informasi tentang tentang ASI
manajemen Eksklusif
laktasi yang 2.Tidak
meliputi anatomi mengetahui
dan perawatan tentang ASI

25
payudara, ASI Eksklusif
eksklusif dan
manfaatnya,
perencanaan
menyusui, teknik
menyusui, ASI
Perah, dan mitos
serta masalah
dalam menyusui
2. Dukungan Sikap keluarga Kuesioner 1. Ya Ratio
Keluarga terhadap anggota 2. Tidak
keluargannya,
berupa dukungan
informasional,
dukungan
penilaian,
dukungan
instrumental dan
dukungan
emosional.

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :


pengetahuan dan dukungan keluarga, ibu hamil tentang ASI eksklusif yang di
peroleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan
keusioner yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

26
3.7.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap, yaitu
data mengenai demografi penduduk, serta gambaran umum mengenai
Kecamatan Tampan dan jumlah ibu menyusui dan ASI Eksklusif.

3.8. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner.

3.9. Variabel Penelitian


3.9.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2006).Variabel bebas yang
diteliti adalah tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian Asi Ekslusif dan sikap ibu
terhadap pemberian Asi Ekslusif.
3.9.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006).Variabel terikat dalam penelitian ini
adalak perilaku pemberian Asi Ekslusif.

3.10. HIPOTESIS PENELITIAN


Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam
penelitan (Sugiyono, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di
kelurahan delima kecamatan tampan tahun 2019
b. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif di kelurahan delima kecamatan tampan tahun 2019

3.11. Pengolahan Data dan Analisa Data


3.11.1 Pengelolaan Data
a) Editing (Penyuntingan Data)

27
Hasil wawancara atau kuesioner yang diperoleh dan dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.Apabila ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
kuesioner tersebut diulang (drop out).
b) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom – kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomer responden dan
nomor – nomor pertanyaan.
c) Memasukkan Data (Data Entry)
Mengisi kolom - kolom atau kotak - kotak lembar kode atau kartu kode sesuai
dengan jawaban masing - masing pertanyaan.

3.11.2 Analisa Data


Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari
seperangkat data hasil pengumpulan (Setiawan dan Saryono, 2010).
Analisa univariat adalah untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Bentuk penyajian data berupa tabel.

28
3.12. Alur Penelitian
Alur penelitian digambarkan sebagai berikut :

Pembuatan kuesioner

Informed consent oleh peneliti


dan responden agar mematuhi
isi dari Informed consent

Pemilihan responden berdasarkan


kriteria inklusi dan eksklusi

Pengumpulan data

Pengolahan data dan


analisis data

Hasil

Gambar 4. Alur Penelitian

3.13. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

1. Pengetahuan Asi eksklusif


2. Dukungan keluarga

29
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Keadaaan Geografis dan Kependudukan

A. Luas Wilayah

Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap mempunyai luas wilayah kerja


24,13km², terdiri dari tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Delima, Kelurahan
Tobekgodang, dan Kelurahan Sidomulyo Barat, terletak di Kecamatan Tampan,
dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Payung Sekaki


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tuah Karya
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Simpang Baru
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Merpoyan Damai

B. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap


tahun 2018 sebesar 68.274 jiwa. Kelurahan Delima 12.674 jiwa, Kelurahan
Tobekgodang 26.177 Jiwa dan kelurahan Sidomulyo Barat 29.425 Jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan ( sex ratio
108,42). Sedangkan perbandingan jumlah penduduk usia tidak produktif terhadap
jumlah penduduk usia produktif menunjukkan rasio beban tanggungan.Jumlah
penduduk terbesar adalah pada kelompok umur usia 15-64 tahun yaitu 63.110
(70,3%). Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
tahun 2018 adalah 1.500 orang/km².

30
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu.

Setelah dilakukan penelitian dengan pengelompokan data terhadap 150


responden mengenai tingkat pengetahuan Ibu tentang Asi Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap. Pengelompokan data ini disajikan dalam sebuah
tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2.1.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap


Pentingnya Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat
Inap Tahun 2019.

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Asi Eksklusif


Ya Tidak
Definisi Asi Ekslusif
135 15

Berdasarkan tabel 4.2.1. diketahui bahwa terdapat 135 orang yang mengetahui
definisi Asi Eksklusif, sedangkan 15 orang tidak mengetahui definisi Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Pengatahuan terhadap Definisi


Asi Ekslusif

Tidak 15

Ya 135

0 20 40 60 80 100 120 140 160

31
Tabel 4.2.1.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap
Definisi Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019

Pengertian ASI Eksklusif Jumlah


Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun 29

Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan 42


Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan 64
padat sampai usia 6 bulan
Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai 15
usia 2 tahun

Berdasarkan tabel 4.2.2. diketahui bahwa terdapat 64 orang yang menjawab


definisi Asi Eksklusif ialah Pemberian Asi saja tanpa tambahan cairan lain atau
mkanan padat sampai usia 6 bulan, sedangkan 15 orang menjawab Pemberian Asi
ditambah Susu Formula dan Makanan Padat sampai Usia 2 tahun.

Jumlah Responden berdasarkan Pengatahuan Terhadap


Definisi Asi Ekslusif

Dapat Menjadikan Anak Cerdas dan


06 Mandiri
2
Dapat Menekan Angka Kematian dan
Kesakitan Bayi

Semua Benar

142
Semua Salah

32
Tabel 4.2.1.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan terhadap
Waktu dalam Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap Tahun 2019.

Waktu Pemberian ASI Eksklusif Jumlah


Segera setelah lahir 130

Menunggu ibu benar-benar siap 12

Setelah pemberian susu formula 3

Menunggu bayi menangis 5

Berdasarkan tabel 4.2.3. diketahui bahwa terdapat 130 orang menjawab Waktu
Pemberian Asi Eksklusif adalah segera setalah lahir, sedangkan 3 orang menjawab
setelah pemberian susu formula.

Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Pemberian Asi


Ekslusif

Menunggu bayi menangis 5

Setelah pemberian susu formula 3

Menunggu ibu benar-benar siap 12

Segera setelah lahir 130

0 20 40 60 80 100 120 140

33
Tabel 4.2.1.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan terhadap
Manfaaat Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019.

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Asi Eksklusif


Manfaat Bagi Ibu dalam Memberikan Ya Tidak
Asi Eksklusif 146 4

Berdasarkan tabel 4.2.4. diketahui bahwa terdapat 146 orang yang mengetahui
Manfaat Asi Eksklusif , sedangkan 4 orang menjawab tidak mengetahui Manfaat
Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Pengatahuan Terhadap


Manfaat Asi Ekslusif

Tidak

Ya

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Tabel 4.2.1.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan terhadap


Manfaat Yang Didapat Dalam Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

34
Manfaat Dalam Pemberian ASI Eksklusif Jumlah
Memberi Nutrisi 30

Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 23

Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi 17

Semua Jawaban Benar 80

Berdasarkan tabel 4.2.4. diketahui bahwa terdapat 80 orang yang mengetahui


Manfaat Asi Eksklusif ialah memberi nutrisi, untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak,dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Jumlah Responden Berdasarkan Pengatahuan Terhadap Manfaat


Asi Ekslusif

80

30
23
17

Memberi Nutrisi Untuk Pertumbuhan Meningkatkan Daya Semua Benar


dan Perkembangan Tahan tubuh Bayi
Anak

35
Tabel 4.2.1.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Pentingnya Bagi Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Asi Eksklusif


Pentingnya Bagi Ibu dalam Penting Tidak
Memberikan Asi Eksklusif 150 0

Berdasarkan tabel 4.2.6. diketahui bahwa seluruh responden yaitu 150 orang yang
mengetahui Pentingnya Bagi Ibu dalam memberikan Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap


Pemberian Asi Ekslusif

Tidak 0

Penting 150

0 20 40 60 80 100 120 140 160

36
Tabel 4.2.1.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Kandungan ASI Dalam Memberikan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Kandungan Yang Terdapat Dalam ASI Jumlah

Kolostrum 5

Antibodi 1

Protein Susu, Taurin, Karbohidrat, Lemak 15

Kolostrum dan Antibodi 129

Berdasarkan tabel 4.2.7. diketahui bahwa terdapat 5 orang yang mengetahui


Kandungan Asi Eksklusif hanya Antibodi, sedangkan 129 orang responden
mengetahui kandungan Asi

Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap


Kandunangan dalam ASI

51 Kolostrum
15

Antibodi

Protein Susu, Tauri,


karbohidrat, Lemak
129 Semua Benar

37
Tabel 4.2.1.8. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Keunggulan Dalam Memberikan ASI Eksklusif Dengan Tidak Memberikan
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Keunggulan Dalam Memberikan ASI Eksklusif Jumlah

Dapat Menjadikan Anak Cerdas dan Mandiri 6

Dapat Menekan Angka Kematian dan Kesakitan Bayi 2

Semua Benar 142

Semua Salah 0

Berdasarkan tabel 4.2.7. diketahui bahwa terdapat 142 orang yang mengetahui
Keunggulan dalam Memberikan Asi Eksklusif ialah dapat menjadikan anak
cerdas dan mandiri, dan dapat menekan angka kematian dan kesakitan bayi.

Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap


Keunggulan dalam Pemberian ASI
160
140 142
120
100
80
60
40
20
0 6 2 0
Dapat Menjadikan Dapat Menekan Semua Benar Semua Salah
Anak Cerdas dan Angka Kematian dan
Mandiri Kesakitan Bayi

38
4.2.2. Menurut Dukungan Keluarga

Setelah dilakukan penelitian dengan pengelompokan data terhadap 150


responden mengenai tingkat Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian Asi Ekslusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap. Pengelompokan data ini disajikan
dalam sebuah tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dalam


Asi Eksklusif Saja Sampai Usia Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif


Ya Tidak
Dukungan Suami
146 4

Berdasarkan tabel 4.2.2.1. diketahui bahwa terdapat 146 orang yang Memberikan
Dukungan dalam Pemberian Asi Eksklusif , sedangkan 4 orang menjawab tidak
mendukung dalam Pemberain Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Suami


Terhadap Pemberian Asi Ekslusif
4

Ya Tidak

146

39
Tabel 4.2.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami
dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum
Usia Bayi 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Suami dalam Pemberian Ya Tidak

Makanan Tambahan Selain ASI 30 120

Berdasarkan tabel 4.2.2.2. diketahui bahwa terdapat 30 orang Suami yang


Memberikan Dukungan Dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam


Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Ekslusif

Ya
20%

Tidak
80%

40
Tabel 4.2.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Mertuadalam
Asi Eksklusif Saja Sampai Usia Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Ya Tidak
Dukungan Mertua
142 8

Berdasarkan tabel 4.2.2.3. diketahui bahwa terdapat 142 orang Mertua Mendukung
dalam Pemberian Asi Eksklusif, sedangkan 8 orang Mertua tidak Mendukung
dalam Pemberian Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Mertua Dalam


Pemberian Asi Ekslusif Sampai Usia 6 Bulan
Tidak
5%

Ya
95%

41
Tabel 4.2.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Mertua dalam
Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum Usia Bayi
6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Mertua Dalam Pemberian Ya Tidak

Makanan Tambahan Selain ASI 15 135

Berdasarkan tabel 4.2.2.4. diketahui bahwa terdapat 135 orang Mertua tidak
Mendukung dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Eksklusif, sedangkan
selebihnya mendukung.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Mertua Terhadap


Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Ekslusif

Ya
10%

Tidak
90%

42
Tabel 4.2.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Orangtua
dalam Asi Eksklusif Saja Sampai Usia Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Ya Tidak
Dukungan Orangtua
138 12

Berdasarkan tabel 4.2.2.5. diketahui bahwa terdapat 138 Orangtua Mendukung


dalam Pemberian Asi Eksklusif, sedangkan 12 Orangtua tidak Mendukung dalam
Pemberian Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Orangtua


Terhadap Pemberian Asi Ekslusif
Ya
4%

Tidak
96%

43
Tabel 4.2.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Orangtua
dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum Usia
Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.

Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Orangtua Dalam Ya Tidak


Pemberian Makanan Tambahan
Selain ASI 6 144

Berdasarkan tabel 4.2.2.6. diketahui bahwa terdapat 144 Orangtua Mendukung dalam
Pemberian Makanan Tambahan Selaian Asi Eksklusif, sedangkan 6 Orangtua tidak
Mendukung dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Eksklusif.

Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Mertua Terhadap


Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Ekslusif
Ya
4%

Tidak
96%

44
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan diatas mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu


dan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019, peneliti dapat menarik
kesimpulan :

1) Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu di Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap


setelah dilakukan penelitian dengan pengelompokkan data terhadap 150
responden mengenai tingkat pengetahuan Ibu hampir seluruh responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap Definisi, Pentingnya, Waktu
Pemberian, Manfaat, Kandungan Asi, dan Keunggulan dalam Memberikan
Asi Eksklusif.

2) Menurut Tingkat Dukungan Keluarga di Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap


setelah dilakukan penelitian dengan pengelompokkan data terhadap 150
responden mengenai tingkat dukungan Suami, Mertua, dan orangtua dari 150
orang responden, didapatkan hampir semua suami, mertua, dan orangtua
mendukung terhadap Pentingnya Ibu dalam Memberikan Asi Eksklusif, dan
tidak mendukung terhadap Pemberian Makanan Tambahan selain Asi
Eksklusif.

45
5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran


sebagai berikut :

1. Bagi puskesmas

Puskesmas perlu meningkatkan tentang pemberian ASI Eksklusif bagi


bayi agar ibu termotivasi meberikan ASI Eksklusif dan suami juga
terdorong memberikan dukungan kepada ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif

2. Bagi masyarakat

Ibu bayi hendak nya lebih aktif mencari informasi tentang ASI Eksklusif
dan manfaat ASI Eksklusif.

3. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti dapat mengembangkan lagi penelitian-penelitian


selanjutnya Khusus ASI Eksklusif pada masyarakat , dan peneliti
hendaknya menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk
memberikan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif. Medan: FK USU

BPNI. 2007. Production of breastmilk, establishing breastfeeding skills and the


composition of breastmilk. http://www.bpni.com

Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf

Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU

Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang


dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational. http://www.linkagesproject.org

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta.

Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.

47
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Safitri Dian.2007. Dasar-Dasar Pemberian Susu Formula Pada Bayi,


http://www.babycenter.com/refcap/baby/babyfeeding/9195.html

WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department


of Nutrition for Health and Development (NHD)

48

Anda mungkin juga menyukai