PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Susu formula atau makanan-
makanan tiruan untuk bayi tidak akan sanggup menandingi keunggulan ASI.
Permasalahan utama pada pemberian ASI adalah kebudayaan berupa kebiasaan dan
kepercayaan seseorang dalam memberikan ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI
eksklusif yang rendah pada bayi usia 0-5 bulan maupun 6 bulan dapat disebabkan
oleh rendahnya pengertian di masyarakat mengenai ASI eksklusif tidak hanya di
masyarakat bahkan tenaga kesehatan juga kurang mengerti tentang keunggulan dan
berbagai manfaat penting dari ASI eksklusif. (Hervilia dkk, 2016).
Dan data nasional tahun 2016 cakupan pemberian ASI di Indonesia mencapai
54% dari target yaitu 42%. Pada tahun 2017 cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia mencapai 35,73% dari target yaitu 50%.
Dan di Riau tahun 2016 menunjukkan pemberian ASI Eksklusif mencapai
39,7% dan pada tahun 2017 cakupan pemberian ASI Eksklusif mencapai 28,5%.
Dan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa persentase
bayi yang menerima ASI Eksklusif tahun 2016 di Kota Pekanbaru hanya 42%
sedangkan persentase bayi yang menerima ASI Eksklusif tahun 2017 di kota
Pekanbaru hanya 44%.
Berdasarkan data seksi gizi Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kecamatan
Tampan dalam hal cakupan pemberian ASI Eksklusif yakni dari pada tahun 2017
target 44% dan pencapaian sebesar 44,34% yang mendapat ASI Eksklusif. Pada tahun
2018 target 47% dan pencapaian sebesar 49,04% yang mendapatkan ASI Eksklusif,
sedangkan pada tahun 2019 pada semester satu target sebesar 50% dan pencapaian
hanya sebesar yakni 49,61% . Cakupan pemberian ASI Eksklusif terbanyak di Tahun
1
2019 (49,61%) dan terendah pada tahun 2017 (44,34%). (Analisis pencapaian Kinerja
Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap tahun 2019).
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh banyak faktor, baik dari
faktor ibu maupun faktor lingkungan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan
penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan dan Dukungan keleuarga Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya tanpa tambahan makanan dan cairan lain. Pemberian ASI Eksklusif
dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi maupun non infeksi,
meningkatkan Intelligence Quotient (IQ) d an Emotional Quotient (EQ) anak, serta
dapat mengurangi tingkat kematian bayi di Indonesia. Selain itu, memberikan ASI
kepada anak dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara
ibu dan bayi. (Prasetyono, 2012).
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi
tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI
segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian
ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian
makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan
sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk
mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya,
salah satunya melalui pendidikan kesehatan (Penkes). Pemberian Penkes tentang ASI
eksklusif mampu merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif (Winarsih, Resnayati, & Susanti, 2007).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi tentang
pemberian ASI eksklusif. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pasal
128 menyebutkan bahwa (1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis, (2) Selama pemberian air
susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus
2
mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus,
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di
tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun
2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif, pada Pasal 2 disebutkan bahwa
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk: Menjamin pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6
(enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;
Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya; dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah
daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu bersadarkan
SK Menteri Kesehatan Tahun 2004 No. 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Indonesia, menyebutkan bahwa (1)
Menetapkan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia hingga usia 6 (enam) bulan,
dan dianjurkan untuk diteruskan hingga usia 2 (dua) tahun bersama dengan
makanan pendamping. (2) Staff layanan kesehatan harus menginformasikan kepada
semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif. (Kemenkes RI,
2004)
3
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik
pemberian ASI eksklusif
2. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan praktik
pemberian ASI eksklusif
4
1.4.3 Bagi Peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO, ASI Ekslusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan
hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI
dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup
yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.
ASI adalah makanan pertama, utama dan yang terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi yang di butuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009).
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar
dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat.
ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna
sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit
energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi
selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan
6
organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum
(Pudjiadi, 2005).
7
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI
matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum protein
yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin
A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan.
Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera
bersih dan siap menerima makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam
kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah
volume ASI semak in meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi
kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai
beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
8
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tdk ada Mungkin ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan mdh Terlalu banyak dan Sebagian
dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / AA dan AA
-Mengandung - Tdk ada lipase
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Tabel 1. (Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan :
kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000)
9
kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu
yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam keadaan
optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan
(Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer
ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir
menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal dari
payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali
lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini
(Mizuno, K. et al., 2008).
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya
berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3
gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram;
ASI hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI
adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI,
kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga
merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan myelin
10
(pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan
magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada
masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI ekslusif
menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5
atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini
sangat menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik
yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh
glukosamin (Pudjiadi, 2004)
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein
didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini
disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein
yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein
yang ada di dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat
sukar dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang
yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid
(DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan
sel-sel otak (myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi
prekusornya yaitu asam linolenat (Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).
11
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida
dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim
lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil
tidak sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus
bayi. Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar
harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat
dicerna. Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja
usus bayi untuk mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi,
dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan
mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung,
gelisah karena konstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan
darah terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu
pertama usus bayi belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi
setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan
pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A,
D, C ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu ditambahkan
karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.
12
NO Komposisi Peranan
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.
13
8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif
Tabel 2 (Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit)
• ASI mudah di cerna dan di serap oleh pencernaan bayi yang belum
sempurna.
• ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh,
meliputi immunoglobin, lacoferin, enzyme, macrofag, lymphosit, dan
bifidus factor. Semua factor ini berperan sebagai antivirus,
antiprotozoal, antibakteri, dan antiinflamasi bagi tubuh bayi sehingga
bayi tidak mudah terserang penyakit.Jika mengkonsumsi ASI, bayi
juga tidak mudah mengalami alergi.
• ASI juga menghindari bayi dari diare karena saluran pencernaan bayi
yang mendapatkan ASI mengadung lactobacilli dan bifidobabateria
(bakteri bail) yang membatu membentuk feses bayi yang PH-nya
rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat
penyebab dan masalah pencernaan lainnya.
14
• ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan otak
bayi. Berdasarkan suatu penelitian, anak yang mendapatkan ASI pada
masa bayi mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan anak yang
tidak mendapatkan ASI.
• Menghisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf menelan,
mengisap, dan bernafas menjadi lebih sempurna dan bayi menjadi
lebih aktif dan ceria.
• Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat kualitas
hubungan psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat.
• Mengisap ASI dari payudara membuat pembentukkan rahang dan gigi
menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisapsusu formula
dengan menggunakan dot
• Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan bayi yang diberi
susu formula. Pemberian susu formula pada bayi dapat meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih, saluran napas, dan telinga. Bayi juga bias
mengalami diare, sakit perut (kolik), alergi, dan penyakit saluran
pencernaan kronis. Sebaliknya, ASI membantu mengoptimalkan
perkembangan system saraf perkembangan otak bayi.
15
• Psikologi Ibu
Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari
dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya) akan meperkuat
hubungan batinantara ibu dan bayi
• Mencegah Kanker
Wanita yang menyusui memiliki angka insidensi terkena kanker
payudara, indung telur, dan Rahim lebih rendah.
• Menyusui dengan frekuensi yang sering dan lama dapat digunakan
sebagai metode kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah terjadinya
ovulasi pada ibu. Jika akan memanfaatkan metode kontrasepsi ini
sebaiknya konsultasi dengan dokter.
• Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil. Dengan
menyusui, cadangan lemak dari tubuh ibu yang memang disiapkan
sebagai sumber energy pembentukan ASI. Akibatnya, cadangan lemak
tersebut akan menyusut sehingga penurunan berat badan ibu pun akan
berlangsung lebih cepat.
• ASI lebih murah sehingga ibu tidak perlu membeli.
ASI tersedia setiap saat tanpa harus menunggu waktu menyiapkan
dengan temperature atau suhu yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
• ASI mudah disajikan dan tanpa kontaminasi bahan berbahaya dari luar
serta steril dari bakteri.
2.2.Laktasi
16
payudara progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental lactogen
(HPL)
17
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses
laktasi yaitu :
Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin dibentuk
lebih banyak pada malam hari.
18
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI
a. Makanan Ibu
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan
rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya.
19
c. Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron
20
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak
yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana
cara melakukan PSN (Pemberatasan Sarang Nyamuk), dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya
orang yang memahami cara pemberantasan penyakit
demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M
(Mengubur, Menutup, dan Menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus mengubur, menutup, dan
menguras tempat-tempatt penampungan air tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami
objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham
tentang proses pencemaran, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di
mana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian,
ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja,
dan seterusnya.
4. Analisis (analysis)
Aanalisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
21
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
Misalnya dapat membedakan antara nyamuk Aedes
Aegepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram
(flow chart) siklus hidup cacing kremi dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubugnan yang
logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki. Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan
kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah
dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah dibaca.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu objek kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu
dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita
malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut
keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
22
2.3.2. Definisi Dukungan Keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluargaterhadap anggota keluarganya yangbersifat
mendukung selalu siapmemberikan pertolongan dan
bantuanjika diperlukan. Dalam hal inipenerima dukungan
keluarga akan tahubahwa ada orang lain yangmemperhatikan,
menghargai dan mencintainya. (Friedman, 2010).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah ibu yang anak balita umur 0-
24 bulan yang datang ke Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap periode Juli-Agustus
tahun 2019.
25
payudara, ASI Eksklusif
eksklusif dan
manfaatnya,
perencanaan
menyusui, teknik
menyusui, ASI
Perah, dan mitos
serta masalah
dalam menyusui
2. Dukungan Sikap keluarga Kuesioner 1. Ya Ratio
Keluarga terhadap anggota 2. Tidak
keluargannya,
berupa dukungan
informasional,
dukungan
penilaian,
dukungan
instrumental dan
dukungan
emosional.
26
3.7.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap, yaitu
data mengenai demografi penduduk, serta gambaran umum mengenai
Kecamatan Tampan dan jumlah ibu menyusui dan ASI Eksklusif.
27
Hasil wawancara atau kuesioner yang diperoleh dan dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.Apabila ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
kuesioner tersebut diulang (drop out).
b) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom – kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomer responden dan
nomor – nomor pertanyaan.
c) Memasukkan Data (Data Entry)
Mengisi kolom - kolom atau kotak - kotak lembar kode atau kartu kode sesuai
dengan jawaban masing - masing pertanyaan.
28
3.12. Alur Penelitian
Alur penelitian digambarkan sebagai berikut :
Pembuatan kuesioner
Pengumpulan data
Hasil
Variabel Bebas
29
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Luas Wilayah
B. Kependudukan
30
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.2.1. diketahui bahwa terdapat 135 orang yang mengetahui
definisi Asi Eksklusif, sedangkan 15 orang tidak mengetahui definisi Asi Eksklusif.
Tidak 15
Ya 135
31
Tabel 4.2.1.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap
Definisi Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019
Semua Benar
142
Semua Salah
32
Tabel 4.2.1.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan terhadap
Waktu dalam Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 4.2.3. diketahui bahwa terdapat 130 orang menjawab Waktu
Pemberian Asi Eksklusif adalah segera setalah lahir, sedangkan 3 orang menjawab
setelah pemberian susu formula.
33
Tabel 4.2.1.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan terhadap
Manfaaat Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019.
Berdasarkan tabel 4.2.4. diketahui bahwa terdapat 146 orang yang mengetahui
Manfaat Asi Eksklusif , sedangkan 4 orang menjawab tidak mengetahui Manfaat
Asi Eksklusif.
Tidak
Ya
34
Manfaat Dalam Pemberian ASI Eksklusif Jumlah
Memberi Nutrisi 30
80
30
23
17
35
Tabel 4.2.1.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Pentingnya Bagi Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 4.2.6. diketahui bahwa seluruh responden yaitu 150 orang yang
mengetahui Pentingnya Bagi Ibu dalam memberikan Asi Eksklusif.
Tidak 0
Penting 150
36
Tabel 4.2.1.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Kandungan ASI Dalam Memberikan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Kolostrum 5
Antibodi 1
51 Kolostrum
15
Antibodi
37
Tabel 4.2.1.8. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu
terhadap Keunggulan Dalam Memberikan ASI Eksklusif Dengan Tidak Memberikan
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Semua Salah 0
Berdasarkan tabel 4.2.7. diketahui bahwa terdapat 142 orang yang mengetahui
Keunggulan dalam Memberikan Asi Eksklusif ialah dapat menjadikan anak
cerdas dan mandiri, dan dapat menekan angka kematian dan kesakitan bayi.
38
4.2.2. Menurut Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel 4.2.2.1. diketahui bahwa terdapat 146 orang yang Memberikan
Dukungan dalam Pemberian Asi Eksklusif , sedangkan 4 orang menjawab tidak
mendukung dalam Pemberain Asi Eksklusif.
Ya Tidak
146
39
Tabel 4.2.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami
dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum
Usia Bayi 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun
2019.
Ya
20%
Tidak
80%
40
Tabel 4.2.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Mertuadalam
Asi Eksklusif Saja Sampai Usia Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Ya Tidak
Dukungan Mertua
142 8
Berdasarkan tabel 4.2.2.3. diketahui bahwa terdapat 142 orang Mertua Mendukung
dalam Pemberian Asi Eksklusif, sedangkan 8 orang Mertua tidak Mendukung
dalam Pemberian Asi Eksklusif.
Ya
95%
41
Tabel 4.2.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Mertua dalam
Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum Usia Bayi
6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 4.2.2.4. diketahui bahwa terdapat 135 orang Mertua tidak
Mendukung dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Eksklusif, sedangkan
selebihnya mendukung.
Ya
10%
Tidak
90%
42
Tabel 4.2.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Orangtua
dalam Asi Eksklusif Saja Sampai Usia Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Ya Tidak
Dukungan Orangtua
138 12
Tidak
96%
43
Tabel 4.2.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Orangtua
dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Pemberian Asi Eksklusif Sebelum Usia
Bayi 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 4.2.2.6. diketahui bahwa terdapat 144 Orangtua Mendukung dalam
Pemberian Makanan Tambahan Selaian Asi Eksklusif, sedangkan 6 Orangtua tidak
Mendukung dalam Pemberian Makanan Tambahan Selain Asi Eksklusif.
Tidak
96%
44
BAB V
5.1. KESIMPULAN
45
5.2. SARAN
1. Bagi puskesmas
2. Bagi masyarakat
Ibu bayi hendak nya lebih aktif mencari informasi tentang ASI Eksklusif
dan manfaat ASI Eksklusif.
3. Bagi peneliti
46
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif. Medan: FK USU
Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU
Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.
47
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
48