Oleh:
KESEHATAN BANYUWANGI
2019
SURAT PERNYATAAN
Nama : Kelompok 3
proposal penelitian orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebut sumbernya. Demikian surat pernyataan ini kami buat lain baik
kutipan yang telah disebut sumbernya. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan
sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi.
Kelompok 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Kelompok 3
Mengetahui,
Pembimbing 1
(NIDN.0718048202)
Penguji 1 Penguji 2
(NIDN.0718048202) (NIDN.0718048202)
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI
Nama : Kelompok 3
PANITIA PENGUJI
Mengetahui,
DR.H.SOEKARDJO
NIK. 06.001.0906
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanyalah bagi ALLAH S.W.T Rabb
semesta alam, yang maha tunggal. Puji syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH S.W.T
atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun sebagai salah satu persyaratn untuk
Banyuwangi.
Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarah dan bantuan dari berbagai
pihak.untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
1. DR. H. SOEKARDJO, S.Kep, MM, selaku ketua Sekolah Ilmu Tinggi Kesehatan
Banyuwangi.
3. Kepada orang tuaku yang selalu mendoakanku tanpa terputus dan memberikan
dukungan materi.
4. Untuk sahabat – sahabatku yang selalu memberikan do’a, dukungan dan
semangat.
7. Semua teman – teman jurusan DIII Keperawatan angkatan 2017 yang selalu
Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak untuk
Penulis,
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun
lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita
angka insiden dan prevalensi DM diberbagai penjuru dunia. Berdasarkan perolehan data
tahun 2013 sebesar 382 kasus dan diperkirakan pada tahun 2005 mengalami peningkatan
menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita DM 40-59 tahun (International
keempat jumlah pasienDM terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan China
(Suyono,2006).
diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dengan pertumbuhan sebesar 152%
(WHO, 2006).
(Riskesdas) tahun 2007 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa penderita
diabetes mellitus di provinsi Riau berada di urutan nomor tiga tertinggi di Indonesia
yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan prevalensi terkecil terdapat di
Provinsi Papua sekitar 1,7% (PERKENI, 2011). Soewondo dan Pramono (2011),
melanjutkan penelitian dari Riskesdas, dari 5,7% total penderita diabetes di Indonesia,
sekitar 4,1% kategori diabetes mellitus tidak terdiagnosis dan 1,6% diabetes mellitus.
Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak
209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin sebanyak 183.172
jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa (Dinkes Jateng, 2012).
Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah penderita diabetes mellitus
sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat signifikan pada tahun 2015 menjadi
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Mellitus
DiabetesMellitus
Hasil penelitian dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut
tentang tingkat depresi pada penderita Diabetes Mellitus dan juga sebagai
kesehatan primer, agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada penderita DM
secara menyeluruh.
4. Bagi Peneliti
6. Bagi Keluarga
pentingnya perhatian dan dukungan baik fisik maupun mental bagi anggota
depresi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah 2011, h. 1).
lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua
(old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi 2010,
hal. 2). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam
setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
a. Pra lansia
b. Lansia
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang masih
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tidak acuh
2.1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter
dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin
perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya.
Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang Universitas
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan.
“nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
telah dewasa
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
1. Penuaan kulit
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat berkurangnya produksi kolagen.
Kolagen adalah salah satu protein yang berfungsi untuk menjaga kekenyalan kulit.
Kelenjar keringat di kulit juga dapat berkurang, menyebabkan seorang lansia lebih rentan
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan pembuluh darah, yang turut memengaruhi
fungsinya. Pembuluh darah arteri akan menebal dan menjadi keras karena
proses aterosklerosis. Selain itu, katup jantung juga dapat menjadi lebih kaku. Hal ini
dapat menyebabkan daya tahan jantung berkurang saat berolahraga maupun beraktivitas.
3. Sistem pernapasan
Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang seiring bertambahnya
usia. Akibatnya, kapasitas paru dan jumlah oksigen maksimal yang dapat dihirup akan
4. Sistem pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit. Akibatnya,
tubuh lansia akan rentan terhadap infeksi dari makanan. Sedangkan pada lidah, pengecap
rasa akan bekurang jumlahnya sehingga makanan terasa lebih hambar. Usus juga
bergerak lebih pelan sehingga Anda memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna
makanan.
5. Fungsi ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal akan berubah. Proses aterosklerosis juga
7. Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya, mata akan sulit melihat pada kondisi
8. Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem pendengaran di usia tua. Mulai dari
berkurangnya saraf pendengaran hingga melemahnya struktur telinga. Pada lansia, gejala
yang paling mudah dirasakan adalah hilangnya pendengaran pada nada tinggi serta
9. Sistem imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun (kekebalan tubuh) akan menyebabkan
lansia mudah mengalami infeksi. Selain itu, ketika sedang terserang penyakit pun tubuh
lansia pun jadi lebih sulit untuk mempertahankan dan memulihkan diri. Maka, penting
bagi lansia untuk rutin cek kesehatan dan segera periksa ke dokter setiap kali memiliki
Sistem saraf dan otak juga akan mengalami perubahan. Kemampuan intelektual,
kecepatan belajar, dan psikomotor juga akan berkurang seiring bertambahnya usia.
Lansia juga akan mengalami perubahan pola tidur, membutuhkan waktu tidur yang lebih
Sistem endokrin (hormon) juga akan mengalami perubahan. Hormon seks akan
berkurang, atau pun tidak terpengaruh faktor usia. Proses penuaan juga secara tidak
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
b) gangguan organis
c) pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
1.) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan
1.) Presbiop
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
ketidakseimbangan tiroid
c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen
lainnya
2.2.1 Pengertian
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin
didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi
etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui
diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis,
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm antara lain dari
5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.
merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan
yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel
yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total
terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya,
yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm.
paling tebal (6mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis
1). Epidermis: Epidermis terbagi dalam empat bagian yaitu lapisan basal atau
mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan
kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur
terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya
berjulah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Kelenjar apokrin
adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut, terdapat diketiak,
daerah anogenital. Puting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh
tubuh, kecuali di telapak tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di
kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung
2) Dermis : dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas
jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat
(pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis).
antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah
terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah penyekat panas,
2.2.3 Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi
umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus
IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari
dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga
dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan
bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat
dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang
ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan
kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat
keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah
2.2.4 Patofisiologis
2.2.4.1 DM Tipe I
karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan
2.2.4.2 DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat
a. Poliuria
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
secara otomatis.
Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi)
Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative (Bare &
suzanne, 2002)
2.2.7 Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
gangren.
yang terjadi akibat dari proses pembedahan atau luka karena trauma. Tanda-tanda
yang muncul pada kerusakan integritas kulit meliputi adanya luka, perubahan
tekstur kulit, kelembapan pada kulit dan perubahan vaskularitas (warna) pada
kulit. Untuk menentukan tingkat luka dapat dilihat dari status integritas kulit,
perawatannya. Jika dalam proses perawatan luka tidak sesuai dengan standar
dengan adanya color, dolor, rubor, tumor, dan gangguan fusiolasia dan lama
yang terjadi akibat dari proses pembedahan atau luka karena trauma. Tanda-tanda
yang muncul pada kerusakan integritas kulit meliputi adanya luka, perubahan
tekstur kulit, kelembapan pada kulit dan perubahan vaskularitas (warna) pada
kulit.
Untuk menentukan tingkat luka dapat dilihat dari status integritas kulit, keparahan
atau luasnya luka,kualitas atau kebersihan luka. Penyembuhan luka pada umumnya
tergantung pada lokasi, tingkat keparahan dan proses perawatannya. Jika dalam
proses perawatan luka tidak sesuai dengan standar operasional prosedur maka
dapat mengakibatkan terjadinya infeksi, yang ditandai dengan adanya color, dolor,
rubor, tumor, dan gangguan fusiolasia dan lama kelamaan akan mengeluarkan pus
1. Pengkajian
Menurut Potter & Perry, (2010) pengkajian luka meliputi cara mengkaji
a. Lokasi
b. Ukuran
Ukuran luka mengacu panjang sejajar dari kepala dan lebar sejajar dengan
potongan horizontal badan.
yang keluar dari luka serta gambaran area sekitarnya. Lakukan inspeksi dan
luka, luas luka, tempat luka, produksi cairan, bau dan warna cairan.
2. Pemeriksaan fisik
tetapi juga kondisi fisik secara umum termasuk mengkaji perubahan tanda
tekanan darah.
2) Ukuran luka mengacu pada panjang sejar dari kepala ke kaki dan lebar
3)Data laboratorium
4. Diagnosa Keperawatan
b. Batasan karakteristik
agens mustard.
2) Gangguan metabolisme
3) Gangguan sensasi
4) Ganggua sirkulasi
5) Hambatan mobilitas
perawatan kesehatan.
1) Penyembuhan luka
a) Nekrosis
c) Pelepasan sel
2) Keparahan infeksi
a) kemerahan
c) nyeri
1) Perawatan luka
dan bau
c) Ukur luas luka, yang sesuai.
tepat
infeksi
luka
d) Irigasi ulkus dengan air atau larutan saline, hindari tekanan yang
belebih
diminta
balutan bekas
emosional.
3) Perawatan luka
luka
penyembuhan.
Menurut Potter & Perry, (2010) pengkajian luka meliputi cara mengkaji
a. Lokasi
b. Ukuran
Ukuran luka mengacu panjang sejajar dari kepala dan lebar sejajar dengan
yang keluar dari luka serta gambaran area sekitarnya. Lakukan inspeksi dan
2. Pemeriksaan fisik
tetapi juga kondisi fisik secara umum termasuk mengkaji perubahan tanda
tekanan darah.
2) Ukuran luka mengacu pada panjang sejar dari kepala ke kaki dan lebar
3)Data laboratorium
penyembuhan luka.
4. Diagnosa Keperawatan
b. Batasan karakteristik
agens mustard.
2) Gangguan metabolisme
3) Gangguan sensasi
4) Ganggua sirkulasi
5) Hambatan mobilitas
5. Intervensi Keperawatan
perawatan kesehatan.
1) Penyembuhan luka
Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
a) Nekrosis
c) Pelepasan sel
2) Keparahan infeksi
a) kemerahan
c) nyeri
tatanan perawatan.
1) Perawatan luka
d) Tempatkan area yang terkena pada air yang mengalir, dengan tepat
d) Irigasi ulkus dengan air atau larutan saline, hindari tekanan yang
belebih
bekas
3) Perawatan luka
a) Catat karakteristik luka tekan setiap hari, meliputi ukuran (panjang x lebar x
dan epitelisasi
b) Monitor warna, suhu, udem, kelembaban, dan kondisi area sekitar luka
METODE PENELITIAN
Desin penelitian yang digunakan adalah studi kasus,studi kasus ini adalah studi
oleh:
2.Faktor imonologi
3.3 Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah membandingkan dua
3.4 LokasidanWaktuPenelitian
3.4.1 Lokasi
3.4.2 WaktuPenelitian
pengunjung Puskesmas Sobo dengan cara home care atau cara kunjungan
kerumah.
yaitu :
1) Tahap persiapan yang meliputi
3.5.1 Wawancara
tukar informasi, proses yang menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi
mempunyai tujuan yang spesifik meliputi pengumpulan satu set data yang
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan lain – lain. Sumber informasi
dari keluarga, dan perawat lainnya.Alat yang digunakan untuk wawancara dalam
pengumpulan data dapat berupa alat tulis, buku catatan, kamera atau perekam
suara
(Nursallam, 2017).
3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik
langsung kepada klien untuk mencari perubahan atau hal–hal yang akan diteliti
dengan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, pada
sistem tubuh klien yang di lakukan secara head to toe, terutama pada data yang
Puskesmas Sobo tahun 2019, dan hasil data buku pedoman dari perpustakaan.
Untuk mencapai kesimpulan yang valid, maka dilakukan uji keabsahan data
terhadap semua data yang terkumpul. Uji keabsahan data ini dilakukan dengan
berbeda (triangulasisumber). Pada penelitian ini tekhnik yang digunakan adalah dengan
triangulasi sumber, melalui triangulasi data diperoleh dari klien, keluarga klien yang
mengalami Diabetes Miletus dan perawat. Triangulasi tekhnik sumber data utama klien
3.7Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif
klien.
3.7.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil – hasil penelitian terlebih dahulu dan secara teoritis dengan perilaku
evaluasi.
dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan meggunakan subyek manusia,
dimana setiap manusia mempunyai hak masing - masing yang tidak dapat dipaksakan.
3.8.3 Respek
3.8.4 Otonomi
terkait dengan situasi dan kondisi, latarbelakang, individu, campur tangan hukum
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat perawatan harus memegang
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan saran tentang asuhan
keperawatan yang diberikan pada Ny. S yang mengalami penyakit Diabetes Melitus
pengkajian terdapat data umum dan data khusus, hasil dari data umum mencangkup semua
identitas yang berasal dari pasien, adapun hasil dari data khusus yaitu data yang didalamnya
terdapat keadaan atau keluhan pasien saat ini seperti luka DM di bagian kaki kirinya.
berhubungan dengan gangguan neuropati perifer luka DM selama kurang lebih 6 bulan yang
lalu.
3. Rencana Tindakan Keperawatan meliputi tujuan dan kriteria hasil yang harus
diberikan dan di ajarkan oleh penulis untuk pasien. Penulis mengharapkan tujuan untuk
kerusakan yang terjadi pada luka , memberikan perawatan luka, danmenganjurkan untuk
ditetapkan sebelumnya oleh penulis yaitu perawatan luka dan dukungan keluarga yang
4.2 SARAN
1. Bagi Penulis
evaluasi serta mampu meningkatkan, ketelitian, kesabaran serta lebih mampu memberikan
pengelolaan yang lebih optimal agaer mendapatkan suatu hasil yang lebih maksimal.
2. Bagi masyarakat
bagaimana cara merawat luka bagi anggota keluarga yang dalam salah satu anggota
keluarganya menderita penyakit diabetes mellitus yang bertujuan agar dapat meningkatkan
derajat kesehatannya.
karya tulis ilmiah dan lebih meningkatkan dalam pelaksanaan pengelolaan kasus terhadap
mahasiswa setiap melakukan praktik klinis keperawatan , agar mampu menerapkan tentang
penyuluhan langsung ke rumah kediaman warga dengan keluarga penderita dan diharapkan
mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
(2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th Ed). USA : Elsevier Mosby. Chaudhry, W.
N., Badar, R., Jamal, M., Jeong, J., Zafar, J., & Andleeb, S. (2016). Clinico –
Microbiological Study and Antibiotic Resistance Profile of mecA and ESBL Gene
Medika
Dermawan, D. (2012). buku ajar keperawatan komunitas. (T. Rahayuningsih, Ed.) (1sted.).