Anda di halaman 1dari 15

SIKAP DAN KONTRIBUSI UMAT MUSLIM DALAM

MEWUJUDKAN HAK ASASI MANUSIA DI


INDONESIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NEGARA “VETERAN”

YOGYAKARTA

DOSEN PENGAJAR : Drs. Teguh Pramono, Mpd.

Disusun oleh :

AHMAD SALMAN TAUFIQI FIRAS (116170034)

ANGGAR DIPOGUSTI (116170035)

YILMAZ TRIGUMARI SYAH PUTRA (116170036)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmatNya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi
suritauladan bagi umat manusia, sehingga sampai detik ini kami masih merasakan indahnya iman dan
islam.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen, yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Mungkin makalah ini kurang dari sempurna, jadi kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mau membacanya,
sehingga ini menjadi amal jariah bagi kami.

Yogyakarta, 23 Agustus 2017

Penulis,
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia di bumi senantiasa diselubungi berbagai macam problematika. Dari


problematika-problematika yang silir berganti dan berkembang itu tercipta berbagai kebiasaan,
norma, hukum, dan adat. Setiap manusia diciptakan dengan akal sehat. Sebagai manusia yang baik
dan beragama , kita harus percaya pada tuntunan agama kita , yaitu Islam. Dalam islam , manusia
diberikan suatu wahyu yaitu Al-Quran. Salah satu fungsi Al-Qur’an ini adalah sebagi petunjuk yang
mana kita harus menaatinya.

Al-Qur’an mengandung banyak petunjuk kehidupan, termasuk dalam kita bersikap dan
besosialisasi. Dalam hal ini banyak sekali yang bisa kita dapat, termasuk Hak Asasi Manusia (HAM) ,
Hukum, dan Demokrasi. Beberapa hal tadi adalah topik yang akan kita bahas dalam tulisan ini.
Tentang konsepnya, sampai pandangan islam. Hal ini diperlukan untuk memperjelas konsep dan
memperluas pengetahuan, agar tidak terjadi miss konsepsi dan berujung pada pemikiran yang sesat.

B. TOPIK PEMBAHASAN

1. Hak Asasi Manusia

2. Hukum

3. Demokrasi

C. TUJUAN

1. Mengamalkan ilmu yang bermanfaat

2. Menuntut ilmu sebagai kewajiban seorang muslim

3. Sarana pembelajaran bersama

4. Memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam


PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, atas segala kesalahan yang ada dalam penulisan makalah
ini, kami mohon maaf sebesar besarnya. Kami berharap agar artikel ini dapat digunakan sebaik-
baiknya, dapat menjadi sumber ilmu dan media pembelajaran yang baik dan dapat memenuhi
kewajiban kami menuntut ilmu sesuai syariat islam . Atas perhatiannya , Terima kasih.
HUKUM ISLAM

A. Pengertian
Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu
masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma
itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma
yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.

Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa
oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-
hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).

Dengan adanya Hukum dalam Islam berarti ada batasan-batasan yang harus dipatuhi dalam
kehidupan. Kerena tidak bisa dibayangkan jika hukum, seseorang akan semaunya melakukan sesuatu
perbuatan termasuk perbuatan maksiat.

B. Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian :

 Bidang Ibadah (ibadah mahdah)


Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan seorang muslim dalam
berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

 Bidang Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah)


Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial
manusia, yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtiad manusia yang memenuhi syarat
untuk melakukan usaha itu.

Dengan adanya hukum ibadah mahdah dan muamalah ini jika diamalakan oleh manusia akan
dapat terpelihara Agama, jiwa, dan akalnya.

C. Tujuan Hukum Islam


Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan dan mendatangkan
kemaslahatan. Mengarahkan manusia kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan diakhirat kelak . Menurut Abu Ishak al-shatibi :

 Memelihara agama
 Memelihara jiwa
 Memelihara akal
 Memelihara keturunan dan harta

D. Sumber hukum Islam

Pembahasan sumber-sumber syariat Islam, termasuk masalah pokok (ushul) karena dari
sumber-sumber itulah terpancar seluruh hukum/syariat Islam. Oleh karenanya untuk menetapkan
sumber syariat Islam harus berdasarkan ketetapan yang qath’i (pasti) kebenarannya, bukan sesuatu
yang bersifat dugaan (dzanni). Berikut sumber hukum islam :

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril
kepada Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar
dijadikan hujjah(argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan
sebagai pedoman hukum bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah
bagi yang membacanya.
Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir) yang artinya diriwayatkan
oleh orang sangat banyak semenjak dari generasi shahabat ke generasinya selanjutnya secara
berjamaah. Jadi apa yang diriwayatkan oleh orang per orang tidak dapat dikatakan sebagai Al-
Qur’an. Orang-orang yang memusuhi Al-Qur’an dan membenci Islam telah berkali-kali
mencoba menggugat nilai keasliannya. Akan tetapi realitas sejarah dan pembuktian ilmiah
telah menolak segala bentuk tuduhan yang mereka lontarkan. Al-Qur’an adalah kalamullah,
bukan ciptaan manusia, bukan karangan Muhammad saw ataupun saduran dari kitab-kitab
sebelumnya.
Al-Qur’an tetap menjadi mu’jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan keabsahan
risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala sumber hukum bagi setiap bentuk
kehidupan manusia di dunia.

2. As-Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan / persetujuan / diamnya)
Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan seorang shahabat yang diketahuinya. Sunnah
merupakan sumber syariat Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena
sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu.

3. Al-Ijtihad
Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada QS. 4 : 59 yang
berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat kepada ketentuan-ketentuan
Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad). Al-Ijtihad
yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu persoalan yang tidak ditegaskan
secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits dengan cara istinbath (menggali
kesesuaiannya pada Al-Qur’an dan ataupun Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah
wafatnya Rasulullah.Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan Ijma’, Qiyas, Istihsan,
Istishab, Mashalah Mursalah, ‘Urf (tradisi). Syarat Mujtahid:

E. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Sebagaimana sudah dikemukakan dalam pembahasan ruang lingkup hukum Islam, bahwa
ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur dalam hukum Islam bukan hanya hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda, dan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan masalah
pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia serta larangan bagi seorang muslim untuk
melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk mentaati hukum
yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Peranan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat
sebenarnya cukup banyak, tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan peranan utamanya
saja, yaitu :
1. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan
umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai
contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan
penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap
hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya.
Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap.
Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut
dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa
cukup riskan kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan
khamar. Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum
Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial.
Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hukum tidak dilecehkan
dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya
menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya
tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat tahapan
pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari
fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni mendatangkan kemaslahatan dan
menghindarkan kemudharatan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

3. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan
ancaman hukum atau sanksi hukum.Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap
jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian, perzinaan, qadhaf,hirabah,
dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut.
Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang
melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang
membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir.

4. Fungsi Tanzhim wa Islah al-Ummah


Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin
dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis,
aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup
rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan masalah yang
lain, yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hukum Islam dalam masalah ini hanya
menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada
bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok
dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah. Ke empat
fungsi hukum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum
tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait.
F. Kontribusi Umat Islam dalam Merumuskan Hukum Islam di Indonesia

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesia nampak jelas
setelah Indonesia merdeka. Sebagai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, hukum
Islam telah menjadi bagian dan kehidupan bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum semakin nampak jelas
dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum
Islam, antara lain :

· Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

· Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

· Undang-Undang Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

· Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

· Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

Penegakan hukum Islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui proses,
yaitu proses cultural dan dakwah. Apabila Islam telah memasyarakat (dipahami secara baik), sebagai
keonsekuensinya hukum Islam harus ditegakkan melalui perjuangan legilasi. Di dalam negara yang
penduduknya mayoritas muslim, kebebasan mengeluarkan pendapat / berpikir harus ada. Hal ini
diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum Islam yang betul-betul teruji baik dari segi
pemahaman maupun dari segi pengembangannya. Dalam ajaran Islam ditetapkan bahwa umat Islam
mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum yang telah ditetapkan Allah. Persolannya,
bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut hukum Islam menjadi wajib pula menurut perundang-
undangan. Hal ini jelas memerlukan proses dan waktu untuk merealisasikannya.
HAM DI DALAM ISLAM

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku ,
melindumgi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan
martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki manusia sebagai fitrah,
sehingga tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat yang salah satu diantaranya:
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat
pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang di miliki oleh setiap umat
manusia sejak lahir sebagai Anugrah Tuhan YME kepada hambanya, yaitu umat manusia tanpa terkecuali.

B. Lembaga Perlindungan HAM di Indonesia


1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Tujuan di adakannya Komnas HAM adalah sebagai berikut:
 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dengan
pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia.

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia


Adapun tugas pokok kepolisian Negara RI adalah:
 Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
 Menegakkan Hukum;
 Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Adapun tugas-tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah:
 Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan anak,
mengumpulkan data dan informasi, menerima pegaduan masyarakat, melakukan
penelaahan, pemantauan evaluasi dan pengawasan terhadap penyelanggaran
perlindungan anak, Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan dalam
rangka perlindungan anak.

C. HAM Dalam Islam


Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, islam telah meletakkan
dasar yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah sama dan hanya dibedakan
dari sudut ketakwaannya; tidak ada paksaan dalam beragama; dan tidak boleh satu kaum
menghina kaum yang lain. Rasululah Muhammad SAW sendiri bersabda, bahwa ”setiap
manusia di lahirkan dalam keadaan suci.”

Landasan pijak keterkaitan dengan hak tersebut dalam islam dikenal melalui dua konsep;
yaitu hak manusia (haq alinsan) dan hak allah. Hak manusia itu bersfat relative sedangkan hak
allah adalah mutlak, tetapi antara kedua hak tersebut saling melandasi satu sama lain.

D. Prinsip Prinsip HAM dalam Islam


Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termaktub dalam fikih menurut Masdar F.
Mas’udi, memiliki lima perinsip utama, yaitu:
 Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh dilanggar oleh
siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32:
“membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang menyelamatkan kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan kehidupan manusia
semuanya.”

 Hak perlindungan keyakinan


Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alqur’an yang berbunyi “la iqrah fi-dhin dan
lakum dinukum waliyadin”

 Hak perlindungan terhadap akal pikiran


Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam perangkat hokum
yang sangat elementer, yakni tentang haramnya makan atau minum hal-hal yang dapat
merusak akal dan pikiran manusia.
 Hak perlindungan terhadap hak milik
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum sebagaimana telah
diharamkannya dalam pencurian.
DEMOKRASI DI DALAM ISLAM

A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di athena kuno pada abad
ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18 , bersama perkembangan
sistem demokrasi di banyak negara. Kata demokrasi yang bahasa Inggrisnya democracy berasal
dari kata dalam bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratos berarti pemerintahan.
Dalam pengertian ini, demokrasi berarti demokrasi langsung yang dipraktikkan di beberapa
negara kota di Yunani kuno. Dengan demikian, demokrasi dapat bersifat langsung seperti yang di
Yunani kuno, berupa partisipasi langsung dari rakyat untuk membuat peraturan perundang-
undangan, atau demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui lembaga perwakilan.
Demokrasi tidak langsung ini cocok untuk negara yang penduduknya banyak dan wilayahnya
luas.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang lahir pada tahun 387 SM, yang menguraikan kata
demokrasi dalam hubungannya dengan kedaulatan negara, apakah dipegang oleh satu orang,
sekelompok orang atau banyak orang. Apabila orang yang memegang kedaulatan untuk
kepentingan orang banyak maka disebut monarki. Kemudian apabila yang memegang kedaulatan
sekelompok orang untuk orang banyak disebut aristokrasi.
Kemudian ada pula ajaran dari Polybios, seorang ahli negara Yunani, yang di Roma
sebagai seorang tawanan perang. Polybios mengajarkan adanya bentuk negara tersebut adalah
terdiri dari 3 (tiga) bentuk ideal, dan 3 (tiga) bentuk kemerosotan. Teorinya tentang
perkembangan, bentuk negara didasarkan atas asas dan akibat, sebab yang sama akan membawa
akibat yang sama pula. Dia menguraikan proses pertumbuhan dan musnah (lenyapnya) bentuk
negara secara psikologia, dan perkembangan dari bentuk negara yang satu ke bentuk negara yang
lainya akan merupakan suatu siklus (lingkaran).
Di dunia barat, seperti yang diajukan oleh Abraham Lincoln, demokrasi diartikan sebagai
“Pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat (terjemahan dari Government by the
people, from the people and for the people).”
Demokrasi di dunia Barat, seperti di Eropa Barat, Inggris dan negara-negara
persemakmuran, Amerika Serikat dan negara-negara di wilayah Skandinavia, dilaksanakan
dalam kaitan ajaran tentang pembagian kekuasaan, di mana badan pembuat undang-undang
dilaksanakan parlemen yang dipilih oleh rakyat, dan kekuasaan eksekutif bertanggung jawab
kepada parlemen, seperti yang terjadi di Inggris dan Belanda, atau presiden yang bertanggung
jawab kepada rakyat seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan Prancis.
B. Prinsip Demokrasi dalam Islam
Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memberikan prinsip-prinsip
dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-qur'an dan As-sunnah
dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang
berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bernegara termasuk di
dalamnya ada system pemerintahan yang nota-benenya merupakan kontrak sosial. Prinsip-prinsip
atau nilai-nilai tersebut antara lain: prinsip Tauhid, As-syura (bermusyawarah) Al-'adalah
(berkeadilan) Hurriyah Ma'a Mas'uliyah (kebebasan disertai tanggung jawab) Kepastian Hukum,
Jaminan Haq al Ibad (HAM) dan lain sebagainya.
 Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam
(pemerintahan Islam). Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu
dan pemacu kekacauan suatu umat. Oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan
akidah diatas dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid.
Dalam alqur'an sendiri dapat ditemukan dalam surat An-nisa' 48, Ali imron 64 dan surat
al-Ikhlas.
 Prinsip Musyawarah
Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat.
Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan berorganisasi dan
bermasyarakat, paling tidak mempunyai tiga cara:
a.Keputusan yang ditetapkan oleh penguasa.
b.Kepeutusan yang ditetapkan pandangan minoritas.
c.Keputusan yang ditetapkan oleh pandangan mayoritas
Ini menjadi ciri umum dari demokrasi, meski perlu diketahui bahwa "demokrasi tidak
identik dengan syuro" walaupun syuro dalam Islam membenarkan keputusan pendapat
mayoritas, hal itu tidak bersifat mutlak. Sebab keputusan pendapat mayoritas tidak boleh
menindas keputusan minoritas, melainkan tetap harus memberikan ruang gerak bagi
mereka yang minoritas. Lebih dari itu, dalam Islam suara mayoritas tidak boleh
berseberangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat. Dalam Al-quran ada beberapa ayat
yang berbicara tentang musyawarah. Pertama: musyawarah dalam konteks pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak, seperti menyapih
(berhenti menyusui) anak.
Meskipun terdapat beberapa Al-qur'an dan Assunnah yang menerangkan tentang
musyawarah. Hal ini bukan berarti al-Qur'an telah menggambarkan system pemerintahan
secara tegas dan rinci, nampaknya hal ini memang disengaja oleh Allah untuk
memberikan kebebasan sekaligus medan kreatifitas berfikir hambanya untuk berijtihad
menemukan sistem pemerintahan yang sesuai dengan kondisi sosial-kultural. Sangat
mungkin ini salah satu sikap demokratis Tuhan terhadap hamba-hambanya.
 Prinsip Keadilan
Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi suatau keniscayaan, sebab
pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Tidaklah
berlebihan kiranya jika al- Mawardi memasukkan syarat yang pertama seorang pemimpin
negara adalah punya sifat adil. Dalam al-Qur'an, kata al-'Adl dalam berbagai bentuknya
terulang dua puluh delapan kali. Paling tidak ada empat makna keadilan yang dikemukakan
oleh ulama :
1. Pertama, adil dalam arti sama. Artinya tidak menbeda-bedakan satu sama lain.
Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Ini dilakukan dalam memutuskan hukum.
Sebagaimana dalam al qur'an surat an-Nisa' 58. "apabila kamu memutuskan suatu perkara
diantara manusia maka hendaklah engkau memutuskan dengan adil".
2. Kedua: adil dalam arti seimbang. Disini keadilanidentik dengan kesesuaian. Dalam
hal ini kesesuaian dan keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar yang besar dan
kecilnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya.
3. Ketiga: adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak
itu kepada pemiliknya.
4. Keempat: keadilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Adil disini berarti
memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi. Dalam hal ini Allah memiliki hak atas
semuanya yang ada sedangkan semua yang ada, tidak memiliki sesuatau disisinya. Jadi,
system pemerintahan

Islam yang ideal adalah system yang mencerminkan keadilan yang meliputi
persamaan hak didepan umum, keseimbangan (keproposionalan) dalam memanage kekayaan
alam misalnya, distribusi pembangunan, adanya balancing power antara pihak pemerintah
dengan rakyatnya.
 Prinsip Kebebasan
Kebebasan dalam pandangan al-Qur'an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam
menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh Islam
adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga kebebasan yang dibatasi
oleh kebebasan orang lain. Dalam konteks kehidupan politik, setiap individu dan bangsa
mempunyai hak yang tak terpisahkan dari kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya,
ekonomi dan politik serta berjuang dengan segala cara asal konstitusional untuk melawan
atas semua bentuk pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai