Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)


Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakologi
Tim Dosen :
Yardi, PhD, Apt.
Marvel, M.Farm., Apt.
Suci Ahda Novitri, M.Farm, Apt.
Dimas Agung Wakito W, S.Far.,MM
Via Rifkia, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 2A
Cindy Ramdhani S. 11171020000002
Ade Nurhikmah 11171020000003
Ilmi Nurul Azkia 11171020000008
Audina Nurjannah 11171020000012
Putri Kurniasih 11171020000013
Feby Dita Aprilia 11171020000019

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha kuasa, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,
serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
tentang Antikoagulan ini.

Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan dapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekukurangan baik dari


etika penulisan sampai isi konten yang masih kurang pembahasannya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang pembahasan


Antikoagulan ini dapat memberikan sedikit informasi mengenai materi tersebut
serta manfaatnya dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Ciputat, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uji Toksisitas Akut............................................................................ 3
B. Nilai LD50…………………………………………………………. 5
C. Cara menentukan LD50……………………………………………. 6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan................................................................................... 8
B. Prosedur Kerja……………………………………………………... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan…………………………………………………... 9
B. Pembahasan…………………………………………………………16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 20
B. Saran……………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan kehidupan, manusia semakin pandai dan ahli


dalam meneliti berbagai senyawa-senyawa kimia yang baik ditujukan untuk
pemeliharan kesehatan ataupun hal-hal yang bersifat racun (toksik). Saat ini,
baik obat ataupun racun sama-sama dipelajari dan mulai didalami oleh
manusia agar didapatkan pemahaman yang jelas tentang proses dan
mekanisme aksi yang terjadi di dalam tubuh manusia itu sendiri guna
memberikan pertolongan terbaik. Berbagai pengujian mulai dilakukan
terhadap senyawa-senyawa toksik baik dari alam maupun sintetik yang
diujikan pada hewan uji (in vivo).

Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik


atau racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau
campuran. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi
hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). Hasil dari uji yang dilakukan
dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai derajat bahaya atau
batas keamanan suatu sediaan atau obat tersebut bila terjadi pemaparan pada
manusia sehingga kemungkinan efek toksik yang timbul dapat diminimalisir.
Bahaya pemaparan suatu sediaan atau obat dapat diketahui dengan
mempelajari berbagai efek yang ditimbulkan, seperti efek kumulatif, dosis
yang dapat menimbulkan efek toksik, dan efek-efek lainnya.

Uji toksistas yang dilakukan pada hewan uji (in vivo) dapat meliputi
uji toksisitas akut oral, subkronik oral, kronik oral, teratogenisitas, sensisitasi
kulit, iritasi mata, iritasi dan lain-lain. Pemilihan uji disesuaikan dengan tujuan
penggunaan zat tersebut dan kemungkinan terjadinya resiko akibat pemaparan
pada manusia. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi valid atau tidaknya
hasil uji toksistas antara lain, faktor dari obat atau sediaan uji, penyiapan
sediaan uji, hewan uji, dosis, prosedur dan teknik pengujian, serta keperluan
SDM sehingga diperlukannya pemahaman terhadap faktor-faktor di atas agar
didapatkan hasil uji yang benar dan sesuai dengan yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dosis suatu obat yang dapat menimbulkan kematian 50% dari
hewan percobaan?
2. Bagaimana tingkat klasifikasi dan tingkat keamanan suatu obat?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang dapat menimbulkan kematian
50% dari hewan percobaan
2. Untuk melihat tingkat klasifikasi dan tingkat keamanan suatu obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uji Toksisitas Akut

Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek


toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau
campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang
menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan
produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan
sediaan biologi.

Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui


nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan
diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena).

Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada


manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari
total 100 ekor hewan uji mati oleh pemberian dosis tersebut).

Uji toksisitas dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data


tentang toksisitas suatu bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji
toksisitas dapat dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan
uji toksisitas jangka panjang. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi tentang gejala keracunan, penyebab kematian, urutan
proses kematian dan rentang dosis yang mematikan hewan uji (Lethal
dose atau disingkat LD50) suatu bahan. Uji toksisitas akut merupakan efek
yang merugikan yang timbul segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai
dosis tunggal, atau berulang yang diberikan dalam 24 jam.

Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan


secara kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan
sebagai tanda statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang
dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan uji
dipakai sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada
sekelompok hewan uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek,
respon berupa kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti
hanya ada dua macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian.

Quantal respon , yaitu jumlah respon pada sekelompok hewan uji


terhadap dosis tertentu suatu obat atau bahan. Pengamatan terhadap efek ini
dilakukan untuk menentukan jumlah respon dari suatu respon diskretik (all or
none response) pada suatu kelompok hewan uji. Jumlah respon tersebut dapat
100%, 99%, 50%, 20%, 10%, atau 1%. Respon yang bersifat diskret itu dapat
berupa kematian, aksi potensial, dan sebagainya.

Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik,


guna menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan
percobaan setelah perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang
sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan
untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih
setuju, dengan pertimbangan:

a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50,
tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab
kematian, gejala – gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan
kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design
penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu
senyawa terhadap konsumen atau pasien.
Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah
hewan yang mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan
dilakukan dalam 24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24
jam”. Namun seiring perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi,
karena pada umumnya tes LD50 dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga
penulisan hasil tes “LD50” saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50 yang
diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14
hari. Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat, akan memberikan
pengaruh secara neurogik pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24
jam pertama tidak akan menemukan hasil yang berarti. Dan jika begitu tentu
saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan. Ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain, jenis
kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan
percobaan.

B. Nilai LD50
Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu
pemberian, suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput
kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum
melakukanpenelitian, ada baiknya kita memeperhatikan faktor – faktor yang
mempengaruhihasil ini. Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin
toksik senyawa tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD 50,
semakin rendah toksisitasnya. Hasil yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat
digolongkan menurut potensi ketoksikan akut senyawa uji menjadi beberapa
kelas, seperti yang terlihat pada tabel berikut (Loomis (1978)) :

No KELAS LD50 (mg/KgBB)


1 Luar biasa toksik 1 atau kurang
2 Sangat toksik 1 – 50
3 Cukup toksik 50 – 500
4 Sedikit toksik 500 – 5000
5 Praktis tidak toksik 5000 – 15000
6 Relatif kurang lebih dari 15000
berbahaya
Menurut Farmakope Indonesia persyaratan yang harus dipenuhi agar
dapat menggunakan Farmakope Indonesia ini adalah :

1. Menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap


2. Jumlah hewan percobaan / jumlah biakan jaringan tiap kelompok harus
sama.
3. Dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek dari 0-100% dan
perhitungan dibatasi pada kelompok percobaan yang memberikan efek
dari 0-100%.

Rumus :

m = a – b (∑ Pi – 0,5 )

Keterangan :
m : log LD50
a : log dosis terendah yang menyebabkan kematian 100% tiap kelompok
b : beda log dosis yang berurutan
Pi : jumlah hewan yang mati yang menerima dosis sebanyak i dibagi
jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis i

C. Cara menentukan LD50


Uji toksisitas akut ini biasanya menggunakan hewan uji mencit dari
kedua jenis kelamin. Hewan uji harus sehat dan berasal dari satu galur yang
jelas. Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini paling tidak
menggunakan 4 peringkat dosis yang masing-masing peringkat dosis
menggunakan paling sedikit 4 hewan uji. Dosis dibuat sebagai suatu peringkat
dengan kelipatan logaritmik yang tetap. Dosis terendah merupakan dosis yang
tidak menyebabkan timbulnya efek atau gejala keracunan, dan dosis tertinggi
merupakan dosis yang menyebabkan kematian semua (100%) hewan uji. Cara
pemberian obat atau bahan yang diteliti harus disesuaikan pada pemberiannya
pada manusia, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi
dari hewan ke manusia.
Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara
menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama
sesudah pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut cara yang
ditunjukkan oleh para ahli. Namun demikian, kematian dapat terjadi
sesudah 24 jam pertama karena proses keracunan dapat berjalan lambat.
Gejala keracunan yang muncul sesudah 24 jam menunjukkan bahwa bahan
obat atau bahan itu mempunyai titik tangkap kerja pada tingkat yang lebih
bawah sehingga gejala keracunan dan kematian seolah-olah tertunda (delayed
toxicity). Oleh karena itu banyak ahli berpendapat bahwa gejala keracunan
perlu diamati sampai 7 hari, bahkan juga sampai 2 minggu.

Sediaan yang akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia tersebut, dan tidak diperbolehkan adanya perubahan
selama waktu pemberian. Untuk pemberian per oral ditentukan standar
volume yang sesuai dengan hewan uji.

Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50%
adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian
sampai 50% dari jumlah hewan yang diuji.

Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan


potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang
timbul pada hewan percobaaa. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut
ini adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data
kualitatif yang berupa gejala klinis.

Bahan racun adalah semua bahan kimia yang dapat menyebabkan


kerusakan/kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat dari kerusakan
tersebut ialah adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik dari
jaringan yang menderita, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan
kimia mungkin akan beracun bila diberikan berlebihan atau rute pemberian
yang tidak lazim. Terlalu banyak oksigen murni, air ataupun garam dapat
menyebabkan kematian Tetapi hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai
pegangan, karena bahan yang biasanya disebut racun sperti sianida, arsen dan
sebagainya tidak dapat dikatakan tidak beracun, sehingga kita harus
menyatakan bahwa semua bahan kimia akan beracun bila diberikan secara
tidak proporsional.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat :
Sonde
Timbangan

Bahan :
Obat Aminofilin 24 mg/ml
Mencit 12 ekor

B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan beberapa ekor mencit yang sudah dipuasakan dan obat dengan
beberapa tingkat dosis yang berbeda
2. Mencit dipegang pada tengkuknya
3. Jarum oral teah dipasang pada alt suntik berisi obat, lalu diselipkan ke
samping mulut mencit
4. Lanjutkan kebagian tengah mulut, dan jika dirasa sudah ada saluran
kosomg maka diluncurkan masuk ke esofagus
5. Larutan obat didesak keluar dari alat suntik, obat dapat diberi maksimal
1ml/100 g bobot tubuhnya
6. Lakukan terhadap semua mencit sesuai dengan beberapa tingkatan dosis
7. Lakukan pengamatan selama 1 hari, dibiarkan selama 1 hari
8. Tentukan LD50, yaitu dosis dari populasi mencit mengalami kematian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
 Kelompok 1A
Dosis pada mencit Aminophylline =50mg/kgBB
Konsentrasi sediaan Aminophylline= 24mg/ml
No. VAO Tanda Toksik Waktu
1. 0,05 ml Denyut jantung meningkat Sesaat setelah
diberikan
Mencit mengalami gelisah Menit ke 5:40
Mencit mengalami kejang-kejang Menit ke 8:00
Telinga mencit terlihat memucat Menit ke 11:59
Ekor mencit memutih Menit ke 14:30
2. 0,06 ml Denyut jantung meningkat Menit ke 2:00
Mencit mengalami gelisah Menit ke 3:25
Telinga mencit memucat Menit ke 9:30
Ekor mencit memutih Menit ke 11:50
3. 0,05 ml Denyut jantung meningkat Detik ke-57
Kejang Menit ke 1:30
Mencit mulai gelisah dan Menit ke 2:16
terengah-engah
Mencit mulai ketakutan Menit ke 12:29
Mata melemas (Autonomik Menit ke 9:13
niktitans)
Mencit memakan alas Menit ke 30:30
4. 0,052 ml Denyut jantung meningkat Menit ke 1:00
Mencit mengalami cegukan, Menit ke 3:00
pucat dan mengeluarkan air seni
Warna tangan mulai berubah Menit ke 4:00
menjadi biru dan tangan
membengkak (tukak depan)
Kejang makin terlihat
Mata mencit berubah menjadi Menit ke 6:37
coklat dan ekor memutih
Pembengkakan pada tangan Menit ke 7:00
mencit semakin terlihat
Detak jantung mencit makin cepat Menit ke 9:00
Mencit terengah-engah Mencit ke 10:00

 Kelompok 2A
Dosis pada mencit Aminophylline = 150mg/kgBB
Konsentrasi sediaan Aminophylline = 24mg/ml
No. VAO Tanda Toksik Waktu
1. 0,2 ml Denyut jantung cepat dan gelisah Menit ke 1:00
Denyut jantung makin cepat Menit ke 4:44
Menjilat-jilat tangan Menit ke 9:35
Mencit agresif Menit ke 14:36
Mencit kejang ringan Menit ke 20:15
Mencit menggaruk badan Menit ke 45:14
2. 0,18 ml Denyut jantung cepat dan mencit Menit ke 1:00
gelisah
Denyut jantung semakin cepat Menit ke 4:44
Mencit menjilat-jilat tangan Menit ke 9:35
Mencit agresif Menit ke 14:36
Mencit mengalami kejang ringan Menit ke 20:15
Mencit menjilat-jilat tangan Menit ke 23:24
Mencit menggaruk-garuk tangan Menit ke 45:14
3. 0,16 ml Mencit mulai agresif dan denyut Sesaat setelah
jantung meningkat diberikan
Masih bergerak cepat saat diberi Detik ke 57:70
rangsangan
Mencit mulai terengah-engah Menit ke 4:27
Mencit mulai menjilat-jilat Menit ke 5:01
Mencit sering menjilat-jilat Menit ke 7:24
Mencit mulai BAB Menit ke 9:15
Mencit masih aktif dan peka Menit ke 14:39
terhadap nyeri
Detak jantung semakin cepat Menit ke 15:06
Mencit mengalami kebingungan Menit ke 15:35
Mencit mulai duduk dengan Menitke 19:09
kepala menghadap ke atas
Mencit mengeluarkan air seni Menit ke 35:35
4. 0,15 ml Denyut jantung melemah Menit ke 2:26
Mencit BAB dan BAK Menit ke 5:32
Menjilat-jilat tangan dan tubuh Menit ke 8:25
Mencit cegukan Menit ke 10:23
Mencit mengalami tremor Menit ke 18:58
Mencit mengalami kejang-kejang Menit ke 25:37
Mencit menjilat tangan Mencit ke 48:25

 Kelompok 3
Dosis pada mencit Aminophylline = 250mg/kgBB
Konsentrasi sediaan Aminophylline= 24mg/ml
No. VAO Tanda Toksik Waktu
1. 0,32 ml Mencit mulai mengalami kejang- Menit ke 4:00
kejang
Mencit diam Menit ke 7:00
Mencit mulai aktif kembali Menit ke 8:00
Mencit mulai tidak aktif Menit ke 11:00
Mencit mulai kejang-kejang Menit ke 11:43
Denyut jantung melemah Menit ke 15:12
Mata mencit mulai meredup Menit ke 20:58
Mencit seperti ingin mual Menit ke 24:51
Mencit mulai BAB Menit ke 37:29
Mata makin redup dan gerakan Menit ke 39:20
mulai melambat
Mencit mengalami kejang Menit ke 45:06
2. 0,28 ml Mencit mengalami sedasi dan Menit ke 1:00
gelisah
Aktivititas mencit meningkat Menit ke 2:00
Mencit mulai agresif dan Menit ke 4:00
menggigit
Ekor mencit melengkung ke atas Menit ke 04:40
Mencit diam Menit ke 8:54
Denyut jantung meningkat Menit ke 10:16
Aktivitas menurun Menit ke 14:57
Mencit mulai kejang Menit ke 17:20
Mencit mulai redup dan semakin Menit ke 19:38
diam
Mata semakin redup dan sering Menit ke 21:07
menjilat-jilat tangan, sedasi dan
kehilangan keseimbangn
Tubuh mulai miring dan mencit Menit ke 23:54
diam di tempat
Mencit terngah-engah, bersin- Menit ke 28:56
bersin dan kejang
Mata sudah putih, kejang, mata Menit ke 33:08
menutup sebelah
Mata sudah meredup, tidak Menit ke 48:11
sanggup berdiri, ekor membiru
dan mulai mutar-mutar
Mencit mengalami kejang berat, Jam ke 01:11:40
dan badan mulai membalik
Mencit meninggal, ekor sudah Jam ke 01:19:06
putih dan badan kaku
3. 0,27 ml Nafas cepat, mulai BAB, detak Menit ke 01:00
jantung cepat, gelisah, bergetar
Menjilat tubuh Menit ke 8:48
Mencit semakin lemas, kelopak Menit ke 14:40
mata menurun
Mual Menit ke 34:30
Detak jantung semakin cepat Menit ke 43:10
BAB berlendir Jam ke 01:09:00
4. 0,38 ml BAK, penapasan semakin cepat, Menit ke 1:00
diam sejenak
Mencit gatal-gatal, sensitif, peka Menit ke 2:00
terhadap nyeri
Detak jantung semakin cepat Menit ke 3:00
menjilati tangan, gerakan semakin Menit ke 9:00
cepat
Mata mulai menutup Menit ke 14:42
Warna bulu kecoklatan Menit ke 28:00
Kejang Menit ke 52
Karena mencit yang mati pada dosis 50 dan 150 mg/kg BB adalah 0,
maka dimasukkan rumus sebagai berikut

0,25 x 100 = 6,25


4
Maka, % kematian adalah 6 dan %probit yaitu 3,45.

dosis log dosis kematian %kematian %probit

50 mg/kgBB 1.698970004 0 6 3.45

150 mg/kgBB 2.176091259 0 6 3.45

250 mg/kgBB 2.397940009 2 50 5

kurva LD50 y = 1.8647x + 0.0676


R² = 0.5539
6

4
%probit

2 Series1
Linear (Series1)
0
0 1 2 3
Log dosis

y = 1.8647x + 0.0676

5 = 1.8647x + 0.0676

x = 5 - 0.0676 / 1.8647

x = 4.9324 /1.8647

x = 2.6451

antilog 2.6451 = 441.6721

maka LD 50 = 441.6721 mg/kgBB


B. Pembahasan
Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang
gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian dan rentang
dosis yang mematikan hewan uji (LD50) suatu bahan. Pemberian obat dalam
dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemberian (misalnya oral dan
intravena). Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada
manusia.Uji toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul
segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang
yangdiberikan dalam 24 jam.
Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan
secara kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan
sebagai tanda statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang
dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan uji
dipakai sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada
sekelompok hewan uji.
Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah data
kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif
yang berupa gejala klinis.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji ketoksikan akut yang merupakan
uji keamanan terhadap Aminofilin. Melalui uji ini akan diperoleh nilai LD50,
sehingga dapat dilihat sebagai potensi ketoksikan relatif suatu obat dan
dipergunakan sebagai acuan dalam penentuan dosis untuk uji toksisitas. Kami
melakukan uji toksisitas akut LD50 (Lethal Dose 50) terhadap 12 ekor mencit
dengan pemberian dosis yang berbeda. Kelompok 1, diberikan obat
Aminofilin dengan dosis 50 mg/kgBB terhadap 4 ekor mencit betina.
Kelompok 2, diberikan obat Aminofilin dosis 150 mg/kgBB terhadap 4 ekor
mencit jantan. Kelompok 3, diberikan obat Aminofilin dosis 250 mg/kg BB
terhadap 4 ekor mencit jantan.
Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini paling tidak
menggunakan empat peringkat dosis yang masing-
masing peringkat dosis menggunakan paling sedikit 4 hewan uji. Dosis dibuat
sebagai suatu peringkat dengan kelipatan logaritmik yang tetap.
Obat Aminofilin diberikan secara oral, karena jika diberikan secara
injeksi intramuskular akan memberikan efek iritatif, dan secara injeksi
intravena harus diberikan sangat lambat (paling cepat 20 menit) sehingga
dibutuhkan waktu yang lama. Aminofilin yang merupakan turunan dari
teofilin yang bekerja menstimulasi sistem saraf pusat, sampai batas tertentu
sifat ini dapat diterapkan untuk mengatasi depresi sistem saraf pusat yang
berlebihan. Dimana jika dosis yang di berikan tinggi pada makhluk hidup
mengakibatkan kejang tonik dan klonik bahkan kematian.
Selain diperoleh nilai LD50 dapat dilihat gejala klinis yang
memberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala –
gejala sebelum kematian yang ditimbulkan karena pengaruh pemberian dosis
aminofilin terhadap mencit. Pengamatan saat melakukan praktikum yaitu
setelah beberapa menit dari pemberian obat, mencit kelompok 1 mulai
mengalami tanda-tanda toksik pada organ, diantaranya denyut jantung
meningkat, mencit mengalami gelisah, telinga memucat, ekor memutih.
Tanda toksik setelah beberapa menit mencit kelompok 2 diantaranya denyut
jantung meningkat, gelisah, mencit menjilat-jilat tangan, kuku siap mencakar,
BAB tidak terkendali, agresif, pandangan lurus kedepan, posisi duduk kepala
mengahadap atas, peka terhadap rangsangan berkurang. Dan pada kelompok 3
tanda toksik pada mencit diantaranya gelisah, agresif, denyut jantung
meningkat, aktivitas menurun, mencit menjilat-jilat tangan, kelopak mata
meredup, kehilangan keseimbangan, kejang-kejang, mencit mati. Hal ini
sesuia dengan teori bahwa pengaruh LD50 secara umum diukur menggunakan
dosis bertingkat. Dosis bertingkat terdiri beberapa tingkat dosis yang berbeda.
Toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui respon hewan percobaan terhadap
dosis yang diberikan. Kisaran tingkat dosis yang digunakan yaitu dosis
terendah yang hampir tidak mematikan seluruh hewan percobaan dan dosis
tertinggi yang dapat menyebabkan kematian seluruh atau hampir seluruh
hewan percobaan. Setiap hewan percobaan akan memberikan reaksi yang
berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi akibat pemberian suatu zat
diakibatkan oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan (Guyton dan Hall
2002).
Pada pengujian toksisitas akut LD50 akan didapatkan gejala
ketoksikan yang dapat menyebabkan kematian hewan percobaan.
Uji toksisitas akut LD50 diamati selama 24 jam dari setelah pemberian
obat. Pada mencit kelompok 1 (dosis 50 mg/kgBB) setelah 24 jam tidak ada
mencit yang mati, begitu juga dengan mencit kelompok 2 (dosis 150
mg/kgBB) tidak ada yang mati. Pada mencit kelompok 3 (dosis 250
mg/kgBB) uji toksisitas akut LD50 berhasil yaitu 2 mencit mati. Mencit
pertama dengan 27 gram mati pada waktu 1 jam 19 menit 6 detik, sedangkan
mencit kedua dengan 26 gram mati setelah 24 jam pengamatan. Hal ini
membuktikan bahwa semakin besar dosis obat aminofilin maka semakin
toksik obat. Berdasarkan tabel klasifikasi tingkat toksisitas maka obat
aminofilin termasuk kedalam obat sangat toksik.
Menurut Balls et al (1991) faktor-faktor yang berpengaruh pada LD50
sangat bervariasi antara jenis satu dengan jenis yang lain dan antara individu
satu dengan individu yang lain dalam satu jenis. Faktor-faktor tersebuat dapat
diuraikan sebagai berikut: spesies, strain, dan keragaman individu, perbedaan
jenis kelamin, umur, berat badan, cara pemberian, kesehatan hewan, faktor
lingkungan diet.
Berdasarkan tabel hasil didapatkan data bahwa semakin tinggi dosis
obat, semakin banyak jumlah mencit yang mati, sehingga % kematiannya dan
% probit kematiannya juga akan semakin tinggi. Hasil dari persamaan regresi
log dosis dan % probit kematian didapat data antilog (LD50) dari praktikum
ini adalah 441.6721 mg/kgBB. Menurut literature Hospira Inc 2017, LD50
aminofilin intravena pada mencit adalah 104 mg/kgBB. Seharusnya pada
praktikum kali ini persentasi kematian mencit, kelompok 1 sebesar 10% dari
jumlah mencit, kelompok 2 50% dari jumlah mencit, dan kelompok 3 90%
dari jumlah mencit. Kesalahan ini, bisa dikarenakan kurang telitinya praktikan
dalam melakukan praktikum dan juga kesalahan praktikan saat pemberian
obat sehingga obat belum sepenuhnya masuk kedalam tubuh mencit dan
terjadi ketidakseragaman dosis, juga dikarenakan dosis yang tidak
berkelipatan tetap.
Tidak adanya kematian mencit pada kelompok 1 dan 2 mungkin saja
karena obat didalam tubuh mencit mengalami delayed toxixity, data yang
didapat kurang baik. Hal ini juga disebabkan karena pemberian dosis yang
tidak berkelipatan tetap berdasarkan farmakope, sehingga hasilnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan tidak dapat dibuat perhitungan untuk
menentukan LD50.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji).
2. Tujuan dari uji toksisitas akut yaitu memberikan informasi mengenai
derajat bahaya atau batas keamanan suatu sediaan atau obat tersebut bila
terjadi pemaparan pada manusia sehingga kemungkinan efek toksik yang
timbul dapat diminimalisir.
3. Berdasarkan hasil yang didapatkan, semakin tinggi dosis obat, semakin
banyak pula jumlah mencit yang mati, sehingga % kematian dan % probit
kematiannya juga akan semakin tinggi.
4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LD50 menurut Balls et al (1991)
sebagai berikut : spesies, strain, keragaman individu, perbedaan jenis
kelamin, umur, berat badan, cara pemberian, keshatan hewan, dan faktor
lingkungan diet.
5. Beberapa kesalahan yang terjadi saat praktikum dapat disebabkan
beberapa hal, antara lain kurang telitinya praktikan, kesalahan praktikan
saat pemberian obat, serta dosis yang kurang tepat.

B. Saran
Dengan hasil praktikum yang telah didapatkan, diharapkan praktikan dapat
lebih teliti dalam mengaplikasikan teori farmakologi dan lebih memperhatikan
prosedur praktikum dengan baik untuk praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Connel DW dan Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti
K, Penerjemah.Penerbit University Indonesia. Jakarta. Terjemahan dari
Chemistry and Toxicology of Pollution.

EPA. 1998. Health effect Test Guidlines. OPPTS 870.1100. Acute Toxicity
Testing- Acute Oral Toxicity. EPA 712-C-98-190.

Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.
Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, Penerjemah: Setiawan I, Editor.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari : Textbook of
Medical Physiology.

Hodgson, E., and Levy, P., 2000, A Textbook of Modern Toxicology, 199-215,
292-295, McGraw Hill, Singapore

Hospira inc. 2017. Aminophylline Injection. United kingdom : A Pfizer Company.

Vonitra Rigo. 2014. Uji Toksisitas Akut


(LD50). https://id.scribd.com/doc/217215191/Laporan-Farmakologi-Uji-
Toksisitas-Akut-LD50 (diakses pada tanggal 14 April 2019 pukul 18.15
wib)

Anda mungkin juga menyukai