Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

OD KATARAK SENILIS IMATUR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan


Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata


RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun oleh :

Amar Faruq Nuruddin

30101507374

Pembimbing :

dr. Hj. Christina Indrajati, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata periode 26
Agustus 2019 – 21 September 2019.

Nama : Amar Faruq Nuruddin

NIM : 30101507374

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Mata

Periode Kepaniteraan Klinik : 26 Agustus 2019 – 21 September 2019.

Pembimbing : dr. Hj. Christina Indrajati, Sp.M

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hj. Christina Indrajati, Sp.M

2
1. LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. K
Usia : 77 tahun
Alamat : Karangsari, Purwodadi
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM : 138-**-**
Tanggal Pemeriksaan : 4 September 2019

1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 September 2019 di Poli
Mata RSI Sultan Agung

Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri buram

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Rabu, 4 September 2019
dengan keluhan mata kanan dan kiri buram kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
sebelumnya sudah memeriksakan kondisi matanya pada hari Selasa, 3 September 2019
dengan keluhan yang sama. Kemudian pada hari itu juga dokter menyarankan untuk
dilakukan tindakan Fakoemulsi dan IOL pada mata kiri dan pada hari Rabu untuk
sebelah mata kiri dengan indikasi ODS Katarak Senilis Immatur. Keluhan tersebut
dirasakan terus menerus dan menganggu aktivitas. Pasien sebelumnya mempunyai
riwayat penyakit jantung, dan oleh dokter penyakit dalam pasien disarankan untuk
memeriksakan mata di SEC RSI Sultan Agung Semarang. Tidak ada faktor
memperburuk maupun memperingan. Pasien juga terkadang mengeluh merasa gatal dan
merasa tidak nyaman pada kedua mata namun tidak disertai dengan rasa nyeri maupun
cekot-cekot. Keluhan lain seperti pusing, sering menabrak saat berjalan, terkadang
seperti melihat pelangi di sekitar lampu dan mata berair disangkal. Pasien menyangkal
memiliki riwayat diabetes.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan sakit serupa : disangkal
 Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung :+
 Riwayat penyakit DM : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat penyakit asma : disangkal
 Riwayat trauma pada mata : disangkal
 Riwayat menggunakan kacamata : disangkal
 Riwayat operasi mata : disangkal

Riwayat Keluarga

 Keluhan sakit serupa : disangkal


 Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit DM : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup.

4
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
1.3.1. STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda vital
- Tekanan Darah : 144/59 mmHg

1.3.2. STATUS OFTALMOLOGIS

Tampak Edem Tampak Keruh Tidak


Merata

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 1/300 6/120
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata (+) baik kesegala arah (+) baik kesegala arah
SUPRA SILIA Hitam, distribusi merata, Hitam, distribusi merata, tidak
tidak rontok, sekret (-), rontok, sekret (-), simetris.
Simetris.
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Tanda radang (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)

5
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Anemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Kemosis (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar Minimal (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Papil (-) (-)
Cobble stone (-) (-)
6. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik (-) (-)
7. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sesibilitas Baik Baik
Ulkus (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Infiltrate (-) (-)
Perforasi (-) (-)
Arkus sinilis (-) (-)
Edem (-) (-)

6
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte (+) (+)
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia (-) (-)
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 4 mm ± 3 mm
Reflek cahaya (+) Normal (+) Normal
LENSA
Kejernihan Jernih Keruh tidak merata
Test shadow (-) (+)

CORPUS VITREUS Jernih Sulit dinilai


PALPASI
Nyeri tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Tensi Okuli (Digital) N N

1.3.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 TIO Kuantitatif (Non Contact Tonometer)
OD: 10 mmHg
OS: 10 mmHg
 Gula Darah Sewaktu (GDS) : 86 mg/dL

7
1.4. RESUME
Subyektif:

Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Rabu, 4 September 2019
dengan keluhan mata kanan dan kiri buram kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
sebelumnya sudah memeriksakan kondisi matanya pada hari Selasa, 3 September 2019
dengan keluhan yang sama. Kemudian pada hari itu juga dokter menyarankan untuk
dilakukan tindakan Fakoemulsi dan IOL pada mata kiri dan pada hari Rabu untuk
sebelah mata kiri dengan indikasi ODS Katarak Senilis Immatur. Keluhan tersebut
dirasakan terus menerus dan menganggu aktivitas. Pasien sebelumnya mempunyai
riwayat penyakit jantung, dan oleh dokter penyakit dalam pasien disarankan untuk
memeriksakan mata di SEC RSI Sultan Agung Semarang. Tidak ada faktor
memperburuk maupun memperingan. Pasien juga terkadang mengeluh merasa gatal dan
merasa tidak nyaman pada kedua mata namun tidak disertai dengan rasa nyeri maupun
cekot-cekot. Keluhan lain seperti pusing, sering menabrak saat berjalan, terkadang
seperti melihat pelangi di sekitar lampu dan mata berair disangkal. Pasien menyangkal
memiliki riwayat diabetes.

Obyektif:

Status Oftalmologi
OCULI DEXTRA PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA
1/300 VISUS 6/120
Jernih LENSA Keruh tidak merata
(-) INJEKSI KONJUNGTIVA (-)
Minimal INJEKSI SILIAR (-)
Dangkal BILIK MATA DEPAN Dalam
N TIO DIGITAL N
10 mmHg TIO KUANTITATIF 10 mmHg
(-) IRIS SHADOW TEST (+)

8
1.5. DIAGNOSA BANDING & DIAGNOSA KERJA
DX BANDING:
OS Katarak senilis stadium imatur
OS Katarak senilis stadium matur
OS Katarak komplikata

DX KERJA
OS Katarak senilis stadium imatur

1.6. TERAPI
OS:
Dilakukan tindakan operatif yaitu Fakoemulsifikasi + IOL

1.7. EDUKASI
 Menjelaskan kepada pasien, bahwa kekeruhan pada lensa di mata kanan dan kiri
menyebabkan pandangan menjadi kabur, dan dapat memburuk
 Menganjurkan kepada pasien untuk dilakakan operasi katarak pada mata kanan dan
kiri.

1.8. PROGNOSA

Oculus Dextra et Sinistra

Quo Ad Vitam Ad bonam

Quo Ad Functionam Dubia ad Bonam

Quo Ad Kosmetikam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanationam Dubia ad bonam

9
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA


Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior
lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm dan
radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan ketebalan lensa
adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-
9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana, 2007).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di sebut
fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang
memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya
oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang
bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara
sirkular (Khurana, 2007).

Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:


1. Kapsul Lensa
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 µm), homogen, refraktil,
dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel.
Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan
terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling
tebal berada di ekuator (14 µm) dan paling tipis pada kutub posterior (3

10
µm). Kapsul lensa bersifat semipermeabel, artinya sebagian zat dapat
melewati lensa dan sebagian lagi tidak.
2. Epitel Subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk
kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus
memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan
tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel
yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak
interdigitasi dengan serat-serat lensa.
3. Serat Lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dan gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan
berasal dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta
organelnya dan menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok
protein yang disebut kristalin.

11
Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial
yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya
pada badan siliar. Serat zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini
penting untuk proses akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh
dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau
memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang
yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan
berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan
yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek
dapat dipertahankan

2.2. FISIOLOGI LENSA dan METABOLISME LENSA


Lensa merupakan salah satu media refraksi penting dari mata dan
memfokuskan sinar cahaya pada retina. Lensa memiliki daya refraksi 10-20 dioptri,
tergantung pada akomodasi individu. Lensa mendapatkan nutria melalui difusi dari
humor aqueous.Dalam hal ini menyerupai biakan jaringan, dengan humor aqueous
sebagai substrat dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suhu konstan.
Metabolisme dan proses rinci biokimia yang terlibat dalam proses penuaan yang
kompleks belum sepenuhnya di pahami. Karena itu, tidak mungkin mempengaruhi
perkembangan katarak dengan obat.Metabolism dan pertumbuhan sel-sel lensa
mengatur dirinya sendiri. Kegiatan metabolik ini penting untuk mempertahankan
keutuhan, transparansi, dan fungsi dari lensa ooptik.
Epitel lensa membantu mempertahankan keseimbangan ion dan transportasi
nutrisi, mineral, dan air ke lensa.Jenis dari transportasi disebut sebagai “pump-leak
system”yang memungkinkan pemindahan aktif dari natrium, kalium, kalsium, dan
asam amino dari humor aqueous ke lensa serta difusi pasif melalui kapsul lensa
posterior.Memelihara keseimbangan (homeostasis/ sangat penting untuk transparansi
lensa dan berkaitan erat dengan keseimbangan air.Kadar air lensa biasanya stabil dan
tetap dalam keseimbangan dengan humor aqueous sekitarnya. Seiring bertambahnya
usia kadar air lensa semakin berkurang, sedangkan protein terlarut dari lensa
(albuminoid) meningkat. Lensa menjadi lebih keraas, kurang elastis, dan kurang
transparan.Transparansi lensa secara nyata berkurang yang dijumpai pada 95% dari
semua orang yang berusia diatas 65 tahun. Bagian tengah atau inti lensamenjaadi
sclerosis dansedikit kekuningan dengan usia.

12
2.3. KATARAK
Definisi

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga mengganggu
fungsi penglihatan.

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Katarak ini ditandai dengan penebalan lensa yang bertahap dan progresif yang
merupaan penyebab utama kebutaan.

Faktor resiko

Faktor resiko terjadinya katarak dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik.

 Faktor intrinsik katarak:

1. Proses penuaan
Lensa akan mengalami proses degeneeratif sesuai dengan penambahan usia.
Dengan pertambahan usia, lensa akan semakin berat, tebal, dan keras terutama
dibagian nukleus. Pengerasan dibagian nukleus lensa dosebut dengan nukleus
skerosis. Selain itu fraksi protein lensa yang dulunya water soluble menjadi water
insoluble dan beragregasi sehingga berat molekul protein menjadi semakin besar.
Karena hal ini transparansi lensa menjadi berkurang.

2. Herediter
Faktor genetik berperan penting dalam kejadian katarak.

 Faktor ekstrinsik katarak :


- Radikal bebas
- Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus
- Trauma

13
Patogenesis

Patogenesis katarak berhubungan dengan umur merupakan multifaktorial. Saat


lensa menua, lensa bertambah berat dan tebal serta menurun kekuatan akomodasinya.
Karena lapisan baru serabut-serabut korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa
mengalami kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil agregasi
protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa,
menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa. Modifikasi kimia
protein lensa nukleus juga menghasilkan pigmentasi yang progresif. Lensa menjadi
berwarna kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus)
sehingga terjadi perubahan pada sensitivitas warna serta absorbsi sinar dengan
panjang gelombang pendek menjadi lebih banyak. Terjadinya keadaan tersebut
mengakibatkan sensitifitas kontras dan tajam penglihatan pada penderita katarak
menurun.

Tanda dan gejala klinis

 Penurunan visus : Penurunan ketajaman visus merupakan keluhan yang paling umum
dari pasien dengan katarak senilis. Opasitas pada lensa mata yang terjadi pada katarak
menyebabkan gejala penurunan tajam penglihatan baik jauh maupun dekat tanpa rasa
nyeri.
 Silau : Peningkatan silau adalah keluhan umum lain dari pasien dengan katarak
senilis. Keluhan ini dapat silau saat siang hari atau silau dengan lampu di malam hari.
 Miopia : Perkembangan katarak menyebabkan peningkatkan daya dioptri dari lensa
mengakibatkan miopi derajat ringan sampai sedang.
 Diplopia monokuler yang tidak dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
Klasifikasi

 Berdasarkan usia :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital
digolongkan dalam katarak :

14
 Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak polaris
 Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai
kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau
umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang
pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus atau
hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang
positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan
tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena
ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan
fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan
mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya
kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin
sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus
maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan
terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi
adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak
akan berkembang sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak
maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia
sensoris (amblyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan
komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria,
diabetes melitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik

15
dan histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik,
displasia retina dan megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan usia 2 bulan
atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah
pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi
liliar, ekstraksi dengan aspirasi.
b. Katarak Juvenil
Katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi kurang dari 9
tahun. katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan
serat-serat lensa. Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut
sebagai soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu
bagian dari penyakit keturunan lain.
c. Katarak Senilis
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti.

 Berdasarkan stadium
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senilis dibedakan menjadi 4
stadium, yaitu:

1. Katarak insipien
Pada stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berupa bercak-bercak tak teratur seperti baji dengan dasar di
perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak apabila
pupil dilebarkan sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada
pupil normal. Pada stadium ini terjadi kekeruhan ringan pada lensa. Tajam

16
penglihatan pasien belum terganggu. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

2. Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih
ditemukan bagian - bagian yang jernih. Pada stadium ini dapat terjadi hidrasi
korteks. Lensa yang degeneratif mulai meningkat tekanan osmotiknya dan
menyerap cairan mata sehingga lensa akan mencembung. Pencembungan lensa
ini akan menyebabkan bilik depan mata dangkal, sudut bilik mata menyempit
dan daya biasnya bertambah, menyebabkan miopisasi. Penglihatan mulai
berkurang karena media refrakta tertutup kekeruhan lensa yang menebal.

3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan
dalam mata. Proses degenerasi yang berjalan terus akan menyebabkan
pengeluaran pengeluaran air melalui kapsul sehingga ukuran lensa menjadi
normal. Bilik mata depan normal kembali, sudut bilik mata depan terbuka
normal dan uji bayangan iris negatif.

4. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Lensa menjadi lebih kecil, berwarna kuning
dan kering. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar. Korteks
akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.

17
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis

Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif


lensa

Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang


lensa

(air masuk) (air+massa lensa


keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka


mata

Penyulit Glaukoma Glaukoma, uveitis

18
Penatalaksanaan

Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum


dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya
tajam penglihatan. Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan.
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti
timbulnya penyulit. Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
antara lain EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.

Indikasi operasi katarak sebagai berikut:

1. Perbaikan visus
Merupakan indikasi terbanyak pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan telah mengganggu aktivitas sehari-hari maka operasi katarak dapat
dilakukan. Juga ketika katarak berkembang menjadi derajat yang cukup (terutama
pada katarak matur dan hipermatur) hingga menyebabkan kesulitan aktivitas sehari-
hari.

2. Medis
Indikasi medis adalah katarak yang disertai komplikasi, seperti glaukoma sekunder,
luksasi/subluksasi lensa. Indikasi tambahan untuk operasi katarak adalah katarak yang
padat sehingga menganggu pemeriksaan fundus dan mempengaruhi diagnosis atau
manajemen penyakit okular yang lain (seperti retinopati diabetikum atau glaukoma).

3. Kosmetik
Operasi katarak dengan indikasi kosmetik jarang dilakukan. Seperti pada katarak
matur yang menyebabkan kebutaan diekstraksi untuk mengembalikan pupil berwarna
hitam.

Tipe operasi katarak yaitu

1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)


Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Teknik ini biasanya
menggunakan insisi 12-14mm pada limbus. EKIK terutama berguna pada kasus yang
melibatkan katarak yang tidak stabil, intumesen, hipermatur dan luksasi. EKIK dapat
dilakukan pada zonula Zinnii telah rapuh dan berdegenerasi dan mudah diputus.

19
Keuntungan :
 Tidak timbul katarak sekunder
 Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep
kapsul)
Kerugian :
 Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
o Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
o Astigmatisma yang signifikan
o Inkarserasi iris dan vitreus
 Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)


Tindakan ekstraksi katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa (nukleus dan
korteks) dengan memecah atau merobek kapsul anterior sehingga nukleus dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Kemudian lensa intraokular diletakkan
pada kapsul posterior.

Keuntungan :
 Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
 Karena kapsul posterior utuh maka :
 Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
 Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
 Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus
dengan iris dan kornea
 Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang
dapat menyebabkan endofthalmitis.
Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi
Teknik pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
substansi nukleus dan korteks yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2-3 mm, dan
kemudian dimasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan teknik
fakoemulsifikasi adalah kondisi intraoperasi yang lebih terkontrol. Operasi yang

20
relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi sehingga kedalaman kamera
okuli anterior dan tekanan positif viterus dapat dikontrol dan perdarahan choroid
dapat dicegah. Selain itu, teknik ini juga meminimalkan penjahitan, penyembuhan
luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang rendah, dan mengurangi
inflamasi intraokuler pasca operasi sehingga menghasilkan rehabilitasi visual yang
lebih cepat daripada prosedur dengan insisi yang lebih besar. Meskipun demikian,
teknik fakoemulsifikasi juga memiliki kekurangan yaitu adanya resiko pergeseran
materi nukleus ke posterior melewati robekan kapsul posterior. Hal ini membutuhkan
tindakan operasi vitreoretina yang kompleks.

Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaucoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik

 Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaucoma
 Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong ke depan sudut kamera
okuli anterior dan menjadi sempit sehingga aliran humor aquous tidak
lancer sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler
akan meningkat dan timbul glaucoma.
 Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik)
- Terjadi reraksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis.

21
2.4. Katarak Senilis
a. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat
(akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan,
biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90%
individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi
hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya. Terdapat tiga
jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya yaitu :
 Katarak Nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan
warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan
yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa
dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi
bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan
penderita sulit untuk membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara
khas lebih mengganggu gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan
dekat. Nukleus lensa mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan
naiknya indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan
penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus mengenakan
kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.

 Katarak Kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya

22
bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah
sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari lambat
hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat ada tidaknya
vakuola degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior,
dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran
seperti embun.

 Katarak Subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.
Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan
seperti plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau,
penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih
terganggu daripada penglihatan jauh.

b. Stadium Maturasi Katarak Senilis


 Katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan
gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks anterior,
sedang aksis relatif masih jernih. Gambaran berupa Spokes of a wheel

23
yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini belum menimbulkan
gangguan visus. Visus pada stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20.
Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6.
 Katarak senilis imatur

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks


yang jernih, maka terdapat iris shadow. Sebagian lensa keruh tetapi belum
mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60 – 1/60.
Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang
nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat
masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di
pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada
bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus


lensa. Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks, yang
mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah
karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini
dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong
kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit,
sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.

 Katarak senilis matur

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.


Lensa telah menjadi keruh seluruhnya. Pada pupil nampak lensa yang
seperti mutiara. Pada stadium ini, lensa akan berukuran normal kembali
akibat terjadi pengeluaran air. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif
shadow test (-).

 Katarak senilis hipermatur

24
- Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair
dan lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat
tenggelam ke dasar. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul
lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi
kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
- Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks
terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA
menjadi dalam.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah (air masuk) Normal Berkurang (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

c. Gejala Klinis
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
 Silau

25
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi
keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan
yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu
mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau tergantung dengan
lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior
subkapsular.
 Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus
lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga
menyebabkan refraksi yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
 Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar
putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam
lensa.
 Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
 Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa
nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat
sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan
penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak kupuliform (opasitas
sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika malam hari.
Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam
hari.
 Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan
dioptri kekuatan lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat kekuatan refraktif
lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal
tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut
akhirnya hilang.

26
d. Tata Laksana
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah.
Beberapa penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat
pertumbuhan katarak, namun belum efektif untuk menghilangkan katarak.
Tujuan tindakan bedah katarak adalah untuk mengoptimalkan fungsi
penglihatan. Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari
derajat tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar penurunan tersebut
mengganggu aktivitas pasien. Indikasi lainnya adalah bila terjadi gangguan
stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau yang sangat mengganggu, dan
simtomatik anisometrop.
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara lain:
glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dislokasi lensa
ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga menghalangi pandangan
gambaran fundus karena dapat menghambat diagnosis retinopati diabetika
ataupun glaukoma.
Beberapa jenis tindakan bedah katarak :
 Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan
kapsul secara keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan sederhana dan
hampir dapat dikerjakan pada berbagai kondisi. Terdapat beberapa
kekurangan EKIK, seperti besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan
penyembuhan luka yang lama, menginduksi astigmatisma pasca operasi,
cystoid macular edema (CME), dan ablasio retina.Meskipun sudah
banyak ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk kasuskasus subluksasi
lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi lensa.Kontraindikasi absolut
EKIK adalah katarak pada anak-anak, katarak pada dewasa muda, dan
ruptur kapsul traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi miopia
tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya vitreus di kamera
okuli anterior.
 Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
a) EKEK konvensional
EKEK adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus
dan korteks lensa melalui lubang di kapsul anterior. EKEK
meninggalkan kantong kapsul (capsular bag) sebagai tempat untuk

27
menanamkan lensa intraokuler (LIO). Teknik ini mempunyai banyak
kelebihan seperti trauma irisan yang lebih kecil sehingga luka lebih
stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma lebih kecil, dan
penyembuhan luka lebih cepat.Pada EKEK, kapsul posterior yang
intak mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema kornea, serta
mencegah penempelan vitreus ke iris, LIO, atau kornea.
b) Small Incision Cataract Surgery ( SICS )
Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi suatu teknik
operasi dengan irisan sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak
memerlukan jahitan, teknik ini dinamai SICS. Oleh karena irisan
yang sangat kecil, penyembuhan relatif lebih cepat dan risiko
astigmatisma lebih kecil dibandingkan EKEK konvensional. SICS
dapat mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau dihancurkan.
Teknik ini populer di negara berkembang karena tidak membutuhkan
peralatan fakoemulsifikasi yang mahal, dilakukan dengan anestesi
topikal, dan bisa dipakai pada kasus nukleus yang padat. Beberapa
indikasi SICS adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.
c) Fakoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip
ultrasonik untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan
nukleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil.
Dengan demikian, fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan seperti
penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan
tidak menimbulkan astigmatisma pasca bedah. Teknik
fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol kedalaman kamera okuli
anterior serta mempunyai efek pelindung terhadap tekanan positif
vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak jenis ini
menjadi pilihan utama di negara-negara maju.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-eva P. 2011. Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology.
18th ed. McGraw-Hill Professional.
2. Kanski JJ, Bowling B. 2012. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.
3. HV Nema & Nitin Nema. 2008. Textbook of Ophtalmology 5th edition. Jaypee
Brothers Medical Publisher
4. Myron Yanoff & Jay S. Dunker. 2014. Ophtalmology 4th edition. Elsevier.
5. Renu Jogi & Jaypee. 2009. Basic of Ophtalmology 4th edition. Jaypee Brothers
Medical Publisher

29

Anda mungkin juga menyukai