ABSTRACT
Uninary tract infection (UTI) is a common health problem among the people in the world, including Indonesia.
Approximately 80% of UTI in hospital are ascociated with urethral catheter used in hospitalized patients. The increase
of catheter- related UTI is olso followed by increase of antibiotic used. The diffrence in distribution of UTI causing
bacteria and antibiotics resistance associated with cathetetization can change according to time and place. This stdy
aims to find the pattern of antibiotic resistance in the urine of catheter related UTI patient. The research was done in
Departement of Internal Medicine RSUD arifin Achmad Pekanbaru. 31 samples were collected from hospitalized
patient who used catheter at last 3 days and taken with indwelling catheter urine. Culture, colony count, colony
identification and resistance test was performed by Kirby Bauer method. The result was interpretated based on
Clinical and Laboratory Standard Institude (CLSI). UTI found in 19 samples (61.29%), 9 samples founs no bacteria
(29.03%) and Candida albicans on 3 samples (9.68%). UTI caused mostly by Gram-negative bacteria (57.89%),
Gram- positive bacteria found in 42.11% of samples. The highest resistance (100%) was found on cefotaxim, cefriaxon,
cefalexin and tertracyclin. The lowest resistance (73.68%) found on merofenem and co-trimoxazole.
94
Taswin Yacob, Resistensi Antibakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pemakain antibakteri â laktam terutama digunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat
sefalosporin berspektrum luas sebagai antibakteri selanjutnya.
lini pertama untuk mengatasi ISK akan berdampak
pada munculnya resistensi antibakteri golongan â
laktam pada bakteri penyebab ISK terutama bakteri METODE PENELITIAN
batang Gram negatif8. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Penelitian Samirah dkk menunjukan eksperimental laboratorik prospektif yang dilakukan
Psudomonas aeruginosa telah resisten terhadap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad
ceftriaxone, amoxicillin-klavulanic acid, dan penelitian adalah pasien rawat inap yang telah
nitrofurantion, ampicilin, nalidixic acid dan menggunakan kateter selama minimal 3 hari di
cefadroxil.9 Penelitian Widayati dkk menunjukkan Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad
bahwa Proteus resisten terhadap amoksisilin. Pekanbaru. Sampel penelitian adalah urin pasien
Enterobacter resisten terhadap ampisilin, yang keluar melalui kateter dan diambil dengan
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas sp Indwelling catheter urine. Selanjutnya dilakukan
resisten terhadap ceftriaxon, sedangkan kultur, hitung koloni, identifikasi koloni dan uji
Enterobacter sensitif terhadap ceftriaxon.10 resistensi antibakteri dengan metode Kirby Bauer.
Interpretasi hasil sensitif atau resisten mengacu pada
European Epic Study di ICU mencatat bahwa
buku Clinical and Laboratory Standard Institute
isolat S. aureus sebesar 60% merupakan Methicillin
(CLSI). 12
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan
P.aeruginosa resisten terhadap gentamicin (46%),
imipenem (21%), ceftazidime (27%), ciprofloxacin Hasil Penelitian dan Pembahasan
(26%), dan ureidopenicillin (37%).11
Berdasarkan kultur dan hitung koloni maka
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat betapa distribusi sampel dan frekuensi ISK di Bagian
pentingnya untuk mengetahui resistensi antibakteri Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
pada pasien ISK dengan kateterisasi urin sebagai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sehingga dapat
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa inap dengan kateter uretra yang terus terpasang.
sampel lebih banyak terdiagnosis ISK. Hal ini Kejadian ini terus meningkat sebesar 40-45%.4,5,7,13
karena kateterisasi urin pada pasien rawat inap
Pada penelitian ini ditemukannya Candida sp
merupakan faktor resiko terjadinya ISK. Sekitar
dalam urin pasien ISK terkait kateter ( Candiduria)
12-60% pasien rawat inap yang mendapatkan
yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian
pemasangan kateter urin selama masa rawatannya
antibakteri sistemik dalam jangka waktu lama
di rumah sakit akan meningkatkan resiko kejadian
sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan
ISK sebesar 3-5 % setiap harinya. Hal ini sesuai
flora di lingkungan periuretra. Selain itu keberadaan
dengan penelitian Stamm WE (2000) bahwa ISK
Candiduria ini dapat menyebabkan infeksi
dijumpai pada paling sedikit 10-15% pasien rawat
lanjutan1,6.
95
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 94-100
Setelah dilakukan identifikasi terhadap hasil Laboratorium Mikrobiologi maka pola bakteri
kultur dari urin pasien dengan kateter di penyebab ISK dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah
ini:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat Bakteri Gram negatif terutama E. coli
penyebab ISK yang berhubungan dengan kateter Uropatogenik (Uropathogenic E. coli/UPEC)
urin paling banyak disebabkan oleh bakteri Gram merupakan bakteri terbanyak yang menyebabkan
negatif . Hal ini karena ISK pada pasien yang ISK termasuk ISK dengan kateterisasi. Hal ini
berhubungan dengan kateter ini sering disebabkan disebabkan karena bakteri ini memiliki fimbriae/
oleh bakteri yang hidup di lingkungan lembab di pili yang memudahkan perlekatan dengan
rumah sakit terutama Gram negatif 14 . Pada uroepitelium saluran kemih dan juga merupakan
penelitian ini bakteri Gram negatif penyebab ISK bakteri opportunistik yang mudah menimbulkan
yang paling banyak disebabkan oleh E. coli dan penyakit pada penderita dengan sistem imun yang
Enterobacter sp. Bakteri Gram positif hanya menurun. UPEC juga dapat menyebabkan
didominasi oleh S. epidermidis.. Menurut Mims nefropatogenik yang secara khas menghasilkan
(2008), penyebab ISK nosokomial terbanyak hemolisin dan urease 1,6. Bakteri Gram positif yang
disebabkan oleh bakteri Gram negatif berupa E. coli banyak ditemukan pada penelitian ini kemungkinan
(40%) dan Gram negatif lain seperti Enterobacter besar merupakan bakteri yang menyebar melalui
sp sebanyak (25%). Selain itu menurut Wilson darah (bakteriemia) dari infeksi di tempat lain di
bakteri Gram positif kurang berperan dalam ISK, tubuh atau infeksi lanjutan (super-imfosed infection)
kecuali Staphylococcus sp 15 . Penelitian 1,6
.
Sjahrurachman dkk, terhadap pasien yang dirawat
Berdasarkan hasil uji resistensi antibakteri
inap di RS MMC Jakarta didapatkan bakteri yang
terhadap bakteri penyebab ISK yang terkait kateter
dominan penyebab ISK adalah Gram negatif berupa
didapatkan bahwa seluruh isolat bakteri memiliki
E. coli (36,3%), diikuti oleh Klebsiella (19,9%) dan
resistensi yang tinggi terhadap semua antibakteri
Pseudomonas (13,3%)16. Penelitian Husada dkk
yang diujikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada pasien dengan kateterisasi urin ditemukan
pada Tabel 3 dan 4 berikut ini.
bakteri yang paling banyak yaitu E.coli sebesar 22%.
17
96
Taswin Yacob, Resistensi Antibakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat Tingginya angka resistensi pada antibakteri
bahwa sudah terjadi multiresisten antibakteri pada golongan sefalosforin berspektrum luas ini
pasien ISK dengan kateterisasi urin ini karena kemungkinan disebabkan karena antibakteri ini
sebagian besar dari antibakteri yang diujikan sudah merupakan antibakteri lini pertama untuk mengatasi
resisten. Resistensi tertinggi ditemukan pada kasus ISK terkait kateter 12, 18.Resistensi yang tinggi
cefotaxim, cefriaxon, cefalexin dan tetracyclin yaitu pada tetrasiklin disebabkan karena tetrasiklin
100% . Selain itu resistensi yang terendah merupakan antibakteri alternatif untuk mengatasi
ditemukan pada merofenem dan ISK terutama yang disebabkan oleh P.aeruginosa.
trimetoprimsulfametoxazol yaitu 73,68%. Muratani Resistensi tetrasiklin ini timbul akibat adanya
T et al juga menemukan tingkat resistensi tetrasiklin paparan antibakteri yang tidak optimal sehingga
yang tinggi pada isolat bakteri penyebab ISK. bakteri menjadi resisten 1.
97
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 94-100
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat Pseudomonas. Cefalexin resisten 100% terhadap
bahwa resistensi sudah terjadi pada semua jenis Klebsiella, Pseudomonas, Proteus. Ciprofloxacin
bakteri terhadap berbagai antibakteri yang diujikan. resisten terhadap Klebsiella sebesar 80%,
Tingginya angka resistensi juga dilaporkan Taher Pseudomonas 75% dan Enterobacter 100%.
M bahwa ceftriaxon dan cefotaxim telah mengalami Ceftriaxon resisten terhadap Klebsiella sebesar
resistensi 100% pada Pseudomonas sp, 71% pada 88,89% dan terhadap Pseudomonas 100%.20
E.coli, dan 92% pada Klebsiella. Golongan
Resistensi antibakteri dapat terjadi karena
carbapenem yaitu imipenem resisten terhadap
berbagai hal, antara lain adanya perubahan pada
Pseudomonas sp sebesar 25%. Cifrofloxacin
target, inaktivasi dari antibakteri, berkurangnya
resisten terhadap Pseudomonas (50%), Klebsiella
permeabilitas dinding sel bakteri, adanya blokade
(70%), E.coli (43%), dan Enterobacter sp (25%).19
pada jalur masuk antibakteri dan perubahan jalur
Penelitian yang dilakukan oleh Dwiprahasto I
metabolik bakteri 14,21 . Meningkatnya angka
ditemukan bahwa resistensi yang terjadi pada
resistensi pada penelitian ini disebabkan karena
P.aeruginosa dilaporkan bersifat multipel, termasuk
didominasi oleh bakteri batang Gram negatif yang
terhadap gentamicin (46%), imipenem (21%),
kemungkinan besar menghasilkan plasmid yang
ceftazidime (27%), ciprofloxacin (26%), dan areido-
mengkode gen resistensi 14. Adanya resistensi
penicillin (37%), selain itu pada Klebsiella
terhadap bakteri batang Gram negatif sebagai
pneumonia dan Enterobacter sp juga resisten
penyebab ISK disebabkan karena bakteri ini
terhadap cephalosporin generisasi ketiga,
menghasilkan enzim terkait plasmid berupa
aminoglikosida dan ciprofloxacin.11 Endriani R dkk
Extended spectrum beta lactamase ( ESBL). ESBL
melaporkan resistensi antibakteri terhadap bakteri
ini dapat menginaktivasi sebagian besar antibiotik
penyebab ISK pada urin midstream yaitu amoxilin-
golongan beta laktam seperti penisilin, sefalosporin
clavulanat mengalami resistensi 71,43% terhadap
dan monobaktam serta dapat menimbulkan
E.coli dan 83,33% terhadap Klebsiella. Cefuroxim
resistensi silang dengan beberapa antibiotik lain
resisten 100% terhadap Klebsiella dan
98
Taswin Yacob, Resistensi Antibakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. 13.Stamm WE. Infeksi saluran kemih dan
In: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, editor. pielonefritis. Dalam: Harrison Prinsip-Prinsip
Nefrologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Ilmu Penyakit Dalam, Vol. 3. Editor: Jmichael
FKUI.2004: 142-61. Lazarus, Barry MB; Editor Bahasa Indonesia:
99
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 94-100
Akhmad H. Asdie – Ed.13. Jakarta: EGC, 2000: 18.Wahjono H. Pidato Pengukuhan Peran
616-622. Mikrobiologi Klinik pada Penanganan Penyakit
Infeksi. Semarang: Universitas Diponegoro.
14.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz,
2007. p. 20-28
Melnick, & Adelberg’s Mikrobiologi
Kedokteran, Edisi 23. Jakarta: EGC, 2008: 251- 19.Taher MT, Golestanpour. Symptomatic
63. nosocomial urinary tract infection in ICU
patients identification o antimicrobial resistance
15.Wilson LM;. Gagal ginjal kronik. Dalam:
pattern. Iranian Journal of Clinical Infection
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Disease. 2009; 4(1) : 25-9
Penyakit. Jakarta: 2006; EGC: 912-947.
20.Endriani R, Andrini F, Alfina D. Pola Resistensi
16.Sjahrurachman A, Mirawati T, Ikaningsih, Warsa
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK)
UC. Etiologi dan resistensi bakteri penyebab
terhadap Anti bakteri di Pekanbaru. Journal
infeksi saluran kemih di RSCM dan RS MMC
Natur Indonesia. 2009;12(2): 130-35
Jakarta 2001-2003, Medika, Vol. XXX. Jakarta:
Grafiti Medika Pers, 2004: 557-562. 21.Mims C, Dockrell HM, Goering RV, Roitt I,
Wakelin D. Medical Microbiology, Third
17.Husada S, Hardjowiyoto S, kuntamam, Widodo
Edition. England: Mosby UK, 2008: 241-248.
JP, Gardjito W. Perbandingan dan penyebaran
Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia 22.Bradford PA, Dean CR. Resistance of Gram
Penghasil Extended Spectrum Beta Laktamase negative bacilli to Antimicrobial. In: Fong IW,
pad isolate Urine Pasien Pria dengan kateter dan Drlica K, editors. Antimicrobial Resistance &
tanpa Kateter. 2008; 15 (1); 15-20. Implications for the Twenty-First Century. New
York: Springer Science+Bussines Media, LLC.
2008. p. 97-159.
100