Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat dunia pasti akan mengalami perubahan.
Bisa menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Perubahan ini mau tidak mau pasti harus
dihadapi oleh penghuni bumi. Mengarahkannya kepada perubahan yang lebih baik atau
malah menghancurkannya
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin
tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya
perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka
semakin dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan
industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh
efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global
antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan asam.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan yang
menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan
oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari
kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur
tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa
asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur
dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam
menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta menyebabkan
kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung, patung-patung dan
peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia dan lingkungan,
serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.

HUJAN ASAM Page 1


1.2 Maksud dan Tujuan
Harapan penulis untuk makalah ini adalah memberikan kita pengentahuan dan
wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam, mengetahui tentang proses
terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan
manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan asam. Pengetahuan ini
diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga lingkungan
serta mengubah pola hidup untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
2. Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?
3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?
4. Upaya apasajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
hujan asam?

HUJAN ASAM Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah hujan asam pertama kali dicetuskan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872.
Dia menemukan hujan asam di kota Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting dalam
Revolusi Industri. Robert Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam dengan
pencemaran udara 20 tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1852. Ia mengamati bahwa hujan
asam dapat mengarah pada kehancuran alam dan kehidupan manusia. Smith menjelaskan
fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of
Chemical Technology“.
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17.Hal ini diketahui dari buku
karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“.Buku
tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus
spiris“.Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa
penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sumber utama energi untuk mesin-
mesin.Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan asam yakni
gas-gas SO2, NOX dan HCl meningkat.Padahal biasanya precursor hanya berasal dari gas-gas
gunung berapi dan kebakaran hutan.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun 1960-
an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga mengakibatkan
berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika Utara, pada masa itu pula
banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang rusak.Sejak saat itulah dimulai
berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui bidang ilmu pengetahuan maupun teknis.
Hujan asam adalah segala jenis hujan yang memiliki pH dibawah 5,6. Hujan yang
dimaksud disini bukan hanya hujan yang turun sebagai butiran air saja tetapi dapat berupa
salju maupun kabut. Istilah hujan asam juga digunakan sebagai istilah umum untuk
mendeskripsikan semua material asam baik kering maupun basah yang jatuh dari atmosfer.
Sehingga dikenal adanya deposisi basah dan deposisi kering.
Hujan asam yang turun dalam bentuk hujan, salju maupun kabut disebut deposisi
basah. Deposisi basah ini biasanya terjadi jauh dari sumber pencemar. Hujan asam yang
turun dalam bentuk gas, debu, dan partikel padat lainnya yang menyebabkan kondisi asam
disebut deposisi kering. Deposisi kering ini biasanya terjadi di dekat sumber pencemar.

HUJAN ASAM Page 3


Secara alami proses terjadinya hujan asam disebabkan karena gunung berapi dan dari
proses proses bio-kimia yang terjadi di rawa, laut maupun tanah,. Namun pada dasarnya
terjadinya hujan asam terjadi karena ulah manusia sendiri seperti perindustrian, pembangkit
listrik, emulsi, dll. Semua gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia tersebut akan terbawa
oleh angin hingga mencapi atmostfir sehingga turun bersama hujan dan kemudian
mengendap di tanah.
Hujan Asam bisa terjadi di daerah perkotaan karena adanya pencemaran udara dari
lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara yang tercemar dari
pabrik.Hujan asam dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang
membawa udara yang mengandung asam.Deposisi kering biasanya terjadi di tempat dekat
sumber pencemaran.
Daerah Yogyakarta sudah rawan dengan hujan asam, semakin memburuknya kualitas
udara dari tahun ke tahun sehingga berdampak buruk, di antaranya kemungkinan terjadi
hujan asam. Di Yogyakarta fenomena alam itu diperkirakan akan terjadi 10 tahun mendatang.
Walau sampai sekarang belum pernah terjadi hujan asam di Yogyakarta, namun jika kondisi
lingkungan dan kualitas udara tidak dijaga, kemungkinan hujan tersebut bisa terjadi sepuluh
tahun mendatang (Anonim, 2009).
Saat ini, di Yogyakarta terdapat sekitar satu juta sepeda motor dan sekitar 200.000
unit mobil yang memiliki pertumbuhan lima hingga 10 persen setiap tahun. Kendaraan
bermotor menjadi salah satu penyumbang polutan, disamping pabrik karena bahan bakar
yang digunakan yaitu premium masih belum bebas dari timbal. Selain itu, rawan pangan pun
kemudian bisa menjadi ancaman yang serius apabila hujan asam benar-benar terjadi di
Yogyakarta, karena tanaman akan mati, selain menurunnya kesehatan manusia. Oleh karena
itu, upaya untuk meredam polusi udara di Yogyakarta dilakukan dengan bantuan teknologi
yaitu pengoperasian stasiun pemantauan kualitas udara ambien otomatis yang akan memantau
lima parameter indeks standar pencemaran udara (ISPU), yakni partikulat (PM10), karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) (Anonim,
2009).
Tingkat polusi udara di Jawa Barat diklaim tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2010,
peningkatan kadar polutan berbahaya terus bertambah dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Penyebabnya adalah pertambahan jumlah penduduk, jumlah kendaraan
bermotor, dan polusi industri.Kadar gas berbahaya semakin meningkat di Jawa Barat yaitu
karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOX), sulfur oksida (SOX), dan materi partikulat
tersuspensi (SPM).Bila dibiarkan terus-menerus, selain menurunkan kualitas hidup

HUJAN ASAM Page 4


masyarakat, bisa juga menimbulkan hujan asam yang dampaknya lebih berbahaya. Hujan
disebut asam bila keasaman air di bawah 5,6.
Berikut ini data dari tingginya kualitas hujan asam diseluruh dunia :
Negara/ Daerah Tingkat Keasaman (pH)
Jepang/ Gunung. Tsukuba 2.5
Jepang/ Kagoshima 2.45
Seluruh Amerika Utara Tidak tecantum (merupakan daerah yang tingkat
keasamannya paling tinggi)
Seluruh Eropa Tidak tercantum (merupakan daerah yang tingkat
keasamannya paling tinggi)
Data daerah dengan kadar asam tertiggi di Indonesia :
Daerah Tingkat Keasaman (pH)
Medan < 5.6
Pekanbaru < 5.6
Jambi < 5.6
Bengkulu < 5.6
Palembang < 5.6
Jakarta < 5.6
Cisarua, Bogor < 5.6
Bandung < 5.6
Mataram < 5.6
Pontianak < 5.6
Palangkaraya 4.61
Banjarbaru < 5.6
Winangun-Manado 4.55
Sam Ratulangi-Manado < 5.6
Makassar < 5.6
Palu < 5.6
Jayapura < 5.6
Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Rata-rata tingkat keasaman
wilayah Indonesia sekitar 4,7 pada tahun 1998

HUJAN ASAM Page 5


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Hujan Asam


Secara alami proses terjadinya hujan asam disebabkan karena gunung berapi dan dari
proses proses bio-kimia yang terjadi di rawa, laut maupun tanah,. Namun pada dasarnya
terjadinya hujan asam terjadi karena ulah manusia sendiri seperti perindustrian, pembangkit
listrik, emulsi, dll. Semua gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia tersebut akan terbawa
oleh angin hingga mencapi atmostfir sehingga turun bersama hujan dan kemudian
mengendap di tanah.
Secara sederhana pembentukan zat asam tersebut melalui proses kimia, dengan reaksi
seperti berikut

Pada proses terbentuknya hujan asam, evaporasi dan transpirasi berlangsung seperti
pada siklus air yang biasanya. Uap air hasil evaporasi dan transpirasi ini juga akan naik ke
atmosfer. Namun karena adanya pencemaran udara oleh gas NOx dan SO2, uap air kemudian
bereaksi dengan gas NOx dan SO2 membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).
Asam-asam ini kemudian bergabung dengan uap air membentuk awan. Awan yang
mengandung asam ini akan berkumpul awan-awan lain hingga terjadi presipitasi. Presipitasi
yang terjadi inilah yang disebut dengan hujan asam.
Hujan asam terjadi akibat pencemaran udara. Pencemaran udara ini dapat terjadi
secara alami maupun akibat aktivitas manusia. Udara yang tercemar mengandung bahan-
bahan antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), Hidrocarbon (HC), karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), dll. Namun bahan pencemar utama yang menyebabkan
terbentuknya hujan asam adalah nitrogen oksida (NOx) dan sulfur dioksida (SO2).

Sumber pencemar oleh aktivitas manusia(a) Asap pabrik dan (b) asap kendaraan
Sumber: National Geographic

HUJAN ASAM Page 6


Nitrogen oksida sering disebut NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam
bentuk yang sifatnya berbeda yaitu gas nitrogen dioksida (NO2) dan gas nitrogen monoksida
(NO). Sifat gas NO2 adalah berwarna merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung,
sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. NOx banyak dihasilkan oleh berbagai
macam aktivitas yang menunjang kehidupan manusia seperti transportasi, pembangkit listrik,
pembuangan sampah, dan lain-lain. Oleh karena itu, kadar NOx di daerah perkotaan yang
berpenduduk banyak akan lebih tinggi daripada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit.
Gas sulfur dioksida (SO2) merupakan hasil pembakaran belerang atau proses kimia
lainnya. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar. SO2 secara alami banyak dihasilkan
dari aktivitas vulkanik dari gunung berapi (lihat gambar 6). Di kota-kota besar, SO2 banyak
dikeluarkan oleh pabrik-pabrik yang menggunakan bahan yang mengandung belerang,
pembangkit listrik, dan transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil yang mengandung
belerang. Contoh bahan bakar fosil yang mengandung belerang adalah batu bara dan minyak
bumi. Saat dibakar belerang dalam bahan bakar tersebut akan beroksidasi membentuk SO2
dan lepas ke udara.

Gambar 6. Aktivitas gunung berapi menghasilkan gas SO2

Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:


Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di
atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH -> HSO3
HSO3 + O2 -> HO2 + SO3
SO3 + H2O -> H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil
(HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 -> NO2 + OH

HUJAN ASAM Page 7


Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara, maka
reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka akan
semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida denan
radikal hidroksil.
NO2 + OH -> HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 -> NO3 + O2
NO2 + NO3 -> N2O5
N2O5 + H2O -> HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya
mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang
terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang
menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga memungkinkan
penetralan asam yang ada di udara.
Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan
Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) -> Cl* + produk
CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4 -> HCl + CH3
Reaksi diatas merupaka bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi
lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya
berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam
Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia,
terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini.
Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun,
sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat
mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar.

HUJAN ASAM Page 8


3.2 Dampak Hujan Asam Terhadap Lingkungan & Kesehatan Manusia
Dampak dari hujan asam pun terlihat nyata, semenjak terjadi Revolusi Indrustri di
eropa, terjadi penurunan pH di kutub utara dengan sangat drastis, pH di kutub utara yang
tadinya adalah 6, sekarang telah turun hingga 4,5. Tidak hanya perubahan pada pH saja,
tetapi juga terdapat organisme kecil yang disebut dengan diatom, diatom tersebut menetap di
kolam-kolam, selama bertahun", kemudian diatom tersebut mati dan mengendap pada
sedimen-sedimen tertentu di dasar kolam. Jumlah diatom yang mengendap di dasar kolam
dapat menjadi petunjuk tingkatan pH, karena tingginya pH mempengaruhi pertumbuhan dari
diatom tersebut. Sehingga dengan data tersebut dapat diketahui perbedaan pH di kutub utara
akibat hujan asam dari tahun ke tahun.
Hujan asam pertamakali ditemukan terdapat di Manchester pada 1852 oleh Robert
Angus Smith.para ilmuan baru melakukan penelitian terhadap hujan asam pada tahun 1970-
an. Kepedulian terhadap hujan asam baru perjadi pada tahun 1990 yaitu saat New York
Times memuat laporan Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire tentang
tentang hujan asam yang banyak menyebabkan kerusakan pada lingkungan.
Dampak lain dari Hujan Asam
1. Menghambat perkembang biakan binatang yang hidup di air akan mati, pH yang
semakin kecil akan menghambat pertumbuhan larva ikan, sehingga membuat ikan
sulit untuk berkembang biak, seperti ikan trout.
2. Memusnahkan berbagai jenis ikan, menurut penelitian, plankton tidak dapat bertahan
hidup apabila pH pada air dibawah 5, sedangkan plankton adalah makanan dasar dari
ikan dan keadaan tersebut dapat menyebabkan putusnya rantai makanan, pH yang
terlalu kecil juga akan membuat beberapa jenis logam akan bercampur seperti
alumunium, keadaan tersebut dapat menyebabkan ikan mengeluarkan banyak lendir
dari ingsan nya seghingga ikan akan sulit berrespirasi.
3. Racun bagi manusia, hujan asam juga dapat berdampak bagi kesehatan manusia.
Hujan asam akan menyebar ke sungai, danau dan tempat menampunyan air, pH yang
terlalu rendah sangat tidak baik untuk manusia.
4. Kerusakan lingkungan, hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan mati. Hujan asam
akan menghancurkan zat lilin yang terdapat pada tumbuhan. Nutrisi yang ada pada
tumbuhan tersebut akan hilang, sehingga tanaman tersebut dapat dengan mudah
terserang penyakit seprti jamur. Kerusakan hutan yang pelingbanyak terkena
dampaknya adalah di pegunungan, karena di daerah tersebut sering terjadi hujan.

HUJAN ASAM Page 9


Hujan asam dapat melepas zat gizi tanah seperti kalsium dan magnesium dari tanah
dan membawanya ke sungai-sungai dan kolam-kolam. Hujan asam menyebabkan air sungai
menjadi terlalu asam sehingga beberapa hewan perairan seperti ikan, telur hewan amfibi
terancam hidupnya. Hujan asam juga menyebabkan endapan logam beracun seperti oksida
merkuri (HgO) dan aluminium (Al2O3) terlarut dalam air sehingga binatang dapat teracuni.
Hujan asam juga dapat mempercepat terjadinya perkaratan logam-logam seperti besi, baja,
dan tembaga. Namun, hujan asam tidak terlalu berpengaruh di daerah pegunungan berkapur
(basa), karena kapur dapat menetralisir asam dalam air hujan.

3.3 Pencegahan Hujan Asam


Usaha jangka panjang untuk menghentikan kerusakan karena hujan asam adalah
dengan menghentikan sumbernya, mengganti bahan bakar batubara dengan bahan bakar
lainnya. Sedangkan, penanganan cara cepat jika hujan asam sedang terjadi adalah dengan
menebarkan zat kapur di atas danau atau sungai.
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai
saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan
minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan
bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi
penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan
menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua
sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat
karsinogenik (pemicu kanker).
b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci
untukk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi
kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90%

HUJAN ASAM Page 10


c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan
NOx 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan
belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu
mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan
bakar maupun dari nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau
Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat
ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh
oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3
bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya
direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum
(gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur.
Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia
yang sama dengan gipsum alam.
d. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi,
2000. Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong
asap dengan absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-
95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah.
Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam
berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya
sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan
bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya
dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau
pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards).

HUJAN ASAM Page 11


Amerika Serikat merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis
ini. Pabrik wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard
Gypsum LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan dengan
stasiun pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di Cumberland yang
berkapasitas 2600 megawatt.
Produksi gipsum sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah
bahan buangan yang mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai
ekonomi. Sebagai bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar
ternyata memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari
penambangan. Gipsum hasil proses FGD ini memiliki ukuran butiran yang seragam.
Mengingat dampak positifnya cukup besar, tidak mustahil suatu saat nanti, setiap PLTU
batu bara akan dilengkapi dengan pabrik gipsum sintetis.
e. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga
jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang
digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi
hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan.
Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba
membeli kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab
tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu
emisi, baik di industri maupun transportasi.
f. Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor
Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara,
maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor.
Selain itu juga untuk mahasiswa yang punya intelektual dan kesadaran terhadap
lingkungan yang tinggi alangkah baiknya untuk bisa menggunakan sepeda motornya
sesuai kebutuhan agar bisa mengurangi sedikit dari polusi udara akibat kendaraan
bermotor.
g. Menanam Pohon-Pohon Untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan
Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara
dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal,
baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan.

HUJAN ASAM Page 12


Dalam hal mi penghijauan perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka
di perkotaan. Pada proses fotosintesa tumbuhan hijau mengambil CO2 dan mengeluarkan
C6H1206 serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Oleh karena itu, peranan
tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke udara.
Di samping itu berbagai proses metabolisme tumbuhan hijau dapat memberikan berbagai
fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Begitu
peritingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalarn menangani krisis lingkungan terutama di
perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam
pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota.

HUJAN ASAM Page 13


BAB IV
KESIMPULAN

Hujan asam adalah fenomena dimana pH pada air hujan dibawah 5,6. Bukan hanya
hujan berupa butiran air, namun dapat berupa kabut maupun salju. Hujan asam dapat
dihasilkan dari pencemaran udara dimana kadar belerang dan nitrogennya melebihi batas
normal. Biasanya pencemaran udara ini diperankan oleh ulah manusia, namun selain karena
pencemaran udara yang disebabkan oleh manusia, hujan asam juga bisa ditimbulkan dari
hasil letusan gunung berapi.
Dampak dari hujan asam ini sangatlah banyak, antara lain : penurunan pH, perkaratan
pada logam, pemusnahan biota air, dan bisa juga merusak kesehatan manusia. Oleh karena
itu, dibutuhkanlah kesadaran diri untuk mulai mencintai lingkungan kita. Misalnya saja
dengan menurunkan tingkat polusi kendaraan, mengaplikasikan prinsip 3R, dan ikut
melakukan penghijauan.

HUJAN ASAM Page 14


Daftar Pustaka

Anonim . 2009. Cause and Effects of Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.buzzle.com/
articles/ causes – and – effects – of – acid –rain.html. Diakses pada: 11 Oktober 2014

Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek Pltn
Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN.
Diperoleh dari: http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi /PIN/ pin-pdf/ 06Anto.pdf.
Diakses pada: 9 Oktober 2014

Howard, Rhonda. 2010. Acid Rain and Heart Disease. Diperoleh


pada:http://www.ehow.co.uk/about_5640136_ acid- rain- heart- disease .html. Diakses pada:
11 Oktober 2014

Likens, Gene . 2010. Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.eoearth.org/article/


Acid_rain?topic. Diakses pada 11 Oktober 2014

Nandika, Dodi.,2004. Hujan Asam Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian Hutan.
Sataf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan-IPB. Diperoleh
dari:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/ 23543/Dodi%
20Nandika_RK.pdf?sequence=1. Diakses pada: 9 Oktober 2014

Ophardt, C.O., 2003. Acid Rain. Diperoleh dari:http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook.


Diakses pada 9 Oktober 2014

Rahardiman, Arya. 2009. Hujan Asam. Diperoleh


dari:http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/ hujan -asam. html. Diakses pada: 10 Oktober
2014

Rahmawaty, 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan. Fakultas Pertanian


Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Diperoleh
dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf. Diakses
pada 10 Oktober 2014

Sumahamijaya,I., 2009. Hujan Asam Menghancurkan Bumi. Diperoleh


darihttp://majarimagazine.com/2009/03/ hujan – asam – mencegah – global – warming-
menghancurkan- bumi/. Diakses pada 11 Oktober 2014

HUJAN ASAM Page 15

Anda mungkin juga menyukai