Anda di halaman 1dari 4

501

SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

SIKAP ASOSIAL PADA REMAJA ERA MILLENIAL


Talitha Zhafira
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: talitha@upi.edu

Abstrak Masa remaja merupakan masa peralihan, dimana seorang remaja tumbuh menuju kematangan.
Kematangan yang dimaksud merupakan kemantangan dari segi emosi, cara berpikir dan bertingkah laku
bagi remaja tersebut memasuki lingkungan masyarakat yang sesungguhnya. Namun, globalisasi telah
banyak mempengaruhi remaja yang pada dasarnya dituntut untuk menjalankan tugas-tugas remaja yang
harus dijalani. Remaja saat ini merupakan generasi millennial yang sudah dikelilingi dengan kemjauan-
kemajuan teknologi sejak kecil. Banyak dari remaja sekarang yang mempunyai sikap asosial, dimana
mereka kurang termotivasi untuk terlibat interaksi dengan individu atau kelompok individu lain. Selain
itu kurang memiliki kepekaan sosial, tidak sedikit dari mereka yang bertingkah laku sesuai dengan
kehendaknya dengan mementingkan diri sendiri dan terkadang hal tersebut dapat menimbulkan
permasalahan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sikap asosial pada remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskriptif. Data yang
dikumpulkan menggunakan kuesioner tertutup. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja siswa/i SMA
Negeri 20 Bandung. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat asosial pada remaja di SMA
Negeri 20 Bandung adalah sebesar 69,1% dengan kategori rendah.
Kata kunci: siswa, remaja, sikap asosial

1 PENDAHULUAN tua membuat anak menafsirkan sesuatu dengan


pendapatnya sendiri.
Remaja merupakan masa dimana seorang anak Tidak jarang kita temukan remaja yang
mengalami perubahan-perubahan, bukan hanya bertingkahlaku atau berperilaku kurang sesuai
fisik tetapi perubahan secara psikologis remaja dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
pun ikut berubah. Perubahan tersebut menjadikan pada kehidupan bermasyarakat. Karena pada
remaja tumbuh menuju kematangan. Kematangan nyatanya dengan kemajuan teknologi yang terjadi
yang dimaksud adalah kematangan dari segi menciptakan kehidupan manusia kedalam dua
emosi, cara berpikir, dan juga bertingkah laku. dimensi yang berbeda, yang tidak hanya
Pada masa ini remaja menjadi labil dan mudah dilakukan di dunia nyata terhadap berbagai segi
terpengaruhi. Hal ini tentu akan berdampak pada kehidupan seperti interaksi, komunikasi, relasi,
sikap, karakter, dan perilaku. sosialisasi dan sebagainya. Hal ini sangat
Dewasa ini, semakin banyak remaja yang disayangkan apabila mengingat merekalah yang
memiliki sikap asosial yang menjadikan remaja disiapkan untuk menjadi generasi emas dalam
kurang termotivasi untuk melakukan interaksi meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi
sosial, karena mereka cenderung bersikap dan Indonesia. Remaja saat ini haruslah memiliki
berperilaku semaunya dengan mementingkan diri karakter dan moral yang baik berlandaskan sikap
sendiri karena kurang peka terhadap sekitarnya. dan pola pikir yang baik pula. Penenaman
Sehingga tidak heran banyak dari remaja sekarang karakter sendiri dibentuk ketika individu sedang
yang merasa bahwa apa yang mereka lakukan dalam masa-masa pertumbuhan dan
adalah benar. Ditambah, dengan berbagai perkembangan, dalam proses ini pengembangan
kemajuan teknologi disekelilinginya yang dan pembentukan diri berlangsung secara terus
menjadikan mereka sudah tidak asing dengan menerus. Dengan fakta-fakta yang terjadi saat ini,
berbagai macam teknologi canggih seperti televisi menimbulkan kecemasan-kecemasan sosial
berwarna, internet, handphone dan hasil dari terhadap generasi penerus bangsa selanjutnya.
kemajuan teknologi lainnya. Hal tersebut terjadi
karena mereka kurang bijak memfilter terhadap 2 KAJIAN PUSTAKA
apa yang mereka temui dalam kehidupan
sosialnya, serta kurangnya pengawasan dari orang Pada umum nya remaja merupakan usia
dimana anak mengalami peralihan dari anak-anak


502
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

ke usia dewasa yang dimulai saat terjadinya berdampak pada kuliatas tingkah lakunya.
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 Interkasi sosial merupakan hubungan individu
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa satu dengan individu lainnya yang dapat saling
menjelang dewasa. Selain itu, masa remaja mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial
merupakan masa pembentukan sikap-sikap pun menjadi salah satu cara individu dalam
terhadap segala sesuatu yang dialami individu, memelihara tingkah laku sosialnya sehingga dapat
perkembangan fungsi-fungsi psikologisnya meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam
berlangsung sangat pesat sehingga dituntut untuk bertingkah laku sehingga individu tersebut
melakukan tindakan yang integratif demi menjadi semakin matang dalam bertingkah laku
terciptanya harmoni antara fungsi-fungsi tersebut di dalam situasi sosial (Walgito, 2003 :65). ”.
di dalam dirinya (Nurihsan dan Mubiar, 2011: Selaras dengan itu menurut Santoso (Fatnar,
56). Hal tersebutlah yang membuat remaja 2014) “Interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap
menjadi lagi dan cenderung berikap egois karena individu merupakan kunci utama bagi kehidupan
banyak sekali tuntutan yang harus dilaluinya, sosial, hal ini dikarenakan tanpa adanya interaksi
sehingga mereka sangat mudah untuk maka tidak akan mungkin untuk menjalani
terpengaruhi yang berdampak, pada sikap, kehidupan bersama”. Artinya interaksi sosial
tingkah laku dan karakter. mempunyai peran penting bagi individu ataupun
Remaja millenial sendiri atau generasi kelompok untuk saling berhubungan satu sama
biasa disebut dengan digital native, merupakan lain dimana tingkah laku individu lain ataupun
generasi remaja yang tumbuh dalam lingkungan kelompok dapat mempengaruhi, mengubah, atau
serba digital. Mereka terlahir dengan lingkungan bahkan memperbaiki kelaukuan individu atau
yang sudah mengalami perkembangan teknologi. kelompok lainnya sehingga dapat terjalin
Hal tersebut selaras dengan Youarti (2018) yang hubungan harmonis dalam menjalani kehidupan
menyatakan bahwa remaja millennial merupakan bersama di masyarakat.
generasi remaja yang mulai dari kecil sudah
sangat akrab dengan teknologi. Lingkungan 3 METODE PENELITIAN
dengan berbagai macam kemajuan teknologi
tersebut dapat mempengaruhi sikap dan juga
Penelitian ini menggunakan pendekatan
perilaku dari remaja tersebut.
kuantitatif dengan metode deskriptif yang
Sikap merupakan suatu reaksi
digunakan untuk menggambarkan hasil yang
dari perasaan. Sikap ini ditunjukkan sebagai
ditemukan saat penelitian yang dilakukan di SMA
perasaan mendukung atau tidak mendukung suatu
Negeri 20 Bandung. Instrumen penelitian untuk
objek. Menurut ahli psikologi, Sarnoff (Sarlito,
memperoleh data menggunakan alat ukur tinggi,
2006:162) menyatakan bahwa “sikap sebagai
sedang, dan redah.
reaksi secara positif ataupun negatif terhadap
Variabel penelitian akan menguji satu variabel
objek-objek tertentu untuk mengurangi
untuk mengetahui tingkat sikap asosial pada
ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif
remaja yang akan dianalisis dan ditafsirkan.
tertentu”. Sikap asosial mengacu kepada
Hipotesis deskriptif yang digunakan pada
kurangnya motivasi seseorang dalam terlibat atau
penelitian ini adalah hipotesis deskriptif yang
melakukan interaksi dengan individu atau
sudah diolah menjadai hipotesis berikut : tingkat
kelompok lain. Selain itu sikap asosial kurang
sikap asosial pada remaja dengan kriteria sebagai
mempunyai perasaan atau kepekaan terhadap
berikut :
nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat karena
Tabel 1
terlalu mementingkan dirinya sendiri. Sikap
asosial ini sering dikaitan dengan penarikan diri Kriteria Penilaian Persentase
seorang individu terhadap kehidupan sosialnya. Presentase Kriteria
Sikap Asosial sendiri berbeda dengan sikap anti 0% Tidak ada/tak seorangpun
sosial di mana antisosial mengandung perilaku 1%-24% Sebagian kecil
membenci orang lain terhadap orang lain maupun
tatanan sosial pada umumnya. Sikap asosial ini 25%-49% Kurang dari setengahnya
membuat remaja kurang termotivasi untuk 50% Setengahnya
berinteraksi sosial karena sikap asosial ini 51%-74% Lebih besar dari setengahnya
mempunyai kepekaan sosial yang kurang dengan
mementingkan dirinya sendiri. 75%-95% Sebagian besar
Ketika remaja kurang mampu untuk 100% Seluruhnya
bersosialisasi dengan kurangnya berinteraksi, hal
ini menimbulkan permasalahan yang baru bagi Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
remaja yaitu mereka akan mempunyai remaja atau siswa/i SMA Negeri 20 Bandung
kemampuan berinteraksi yang kurang dan dapat yang diperoleh sampel sebanyak 81 responden.


503
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Pengumpulan data yang dilakukan dinamis, yang menyangkut hubungan antara


menggunakan teknik obsevasi dan kuesioner orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
tertutup. Data dipersiapkan melalui tiga tahapan, manusia, maupun antara perorangan dengan
yaitu tahap memeriksa, tahap pengkokdingan, dan kelompok manusia”. Selaras dengan pernyataan
tahap analisis data. Analisis data yang digunakan tersebut, Walgitu (2001 : 65) menyatakan bahwa
menggunakan analisis data deskripsitf dengan “interaksi sosial merupakan hubungan antara
menentukan nilai minimum, maksimum dan individu satu dengan individu lainnya yang dapat
interval serta jarak interval. saling mempengaruhi satu sama lain, yang
menjadi salah satu cara individu dalam
4 HASIL DAN PEMBAHASAN memelihara tingkah laku sosialnya sehingga dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam
4.1. HASIL bertingkah laku sehingga individu tersebut
Hasil temuan yang diperoleh, menjukkan menjadi semakin matang dalam bertingkah laku
bahwa tingkat asosial pada remaja di SMA Negeri di dalam siatuasi sosial”. Pernyataan di atas
20 Bandung sebagi berikut : menunjukkan pentingnya interaksi sosial dalam
mengarahkan individu bagaimana bertingkah laku
Tabel 2 dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Tingkat Sikap Asosial Pada Remaja Dengan tumbuhnya sikap asosial ini,
Indikator Kategori F Presentase membuat individu khususnya remaja, cenderung
menarik diri dari lingkungan sosianya, sehingga
(%)
kurangnya interaksi dengan individu lain yang
Variabel Tinggi 20 24,7% menjadikan mereka bertindak sesuai
keinginannya sendiri. Dalam kehidupan sosialnya,
Sikap Sedang 56 69,1% remaja dipertemukan dengan tantangan-tantangan
Asosial baru yang menjadikan mereka bingung, karena
Rendah 5 6,2%
pada dasarnya remaja digambarkan sebagai
Jumlah 81 100% individu yang belum mempunyai tempatnya
sendiri, sehingga masih belum dapat mengontrol
Sumber: Olah Data (2018) emosinya, bersikap labil sesuai kehendaknya dan
tidak dapat ditebak. Hal tersebut menimbulkan
Bedasarkan hasil data yang diperoleh dalam tabel permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
di atas, menggambarkan bahwa tingkat sikap masa remaja. Seperti yang diungkapkan oleh
asosial pada remaja lebih dari setengahnya berada Zakiah Darajat (Syafaat, dkk. 2008:108)
pada kategori sedang sebesar (69,1%), dan kurang menyatakan bahwa “permasalahan yang terjadi
dari setengahnya sebesar (24,7%) berada pada pada remaja terdiri atas : permasalahan yang
ketegori tinggi, dan sebagian kecilnya sebesar berhubungan dengan jasmani, permasalahan yang
(6,2%) berada pada kategori rendah. Dengan timbul karena hubungan dengan orang tua,
demikian dapat disimpulkan bahwa lebih dari permasalahan yang berhubungan sekolah, dan
setengah responden mempunyai sikap asosial permasalahan pribadi”. Pernyataan tersebut
pada kategori sedang. selaras dengan hasil temuan yang menunjukkan
bahwa terjadi permasalahan-permasalahan pada
remaja.
Permasalahan tersebut berhubungan dengan
4.2. PEMBAHASAN guru, teman sebaya, orang tua, juga kegiatan
berlajar. Permasalahan dengan guru terjadi ketika
Hasil temuan di atas menunjukkan bahwa sikap siswa yang kurang baik ketika berhadapan
kebanyakan remaja saat ini di tengah-tengah dengan guru, seperti melawan, kurang
berbagai macam kemajuan teknologi yang ada menghargai guru, dan bertindak sesuai dengan
mereka memiliki sikap asosial, dimana sikap kehendaknya. Selanjutnya permasalahan terjadi
asosial ini dapat menimbulkan permasalahan ketika individu atau teman sebaya, mereka kurang
remaja. Sikap asosial sendiri mengacu pada dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya
kurangnya dorongan untuk terlibat interaksi. karena kurangnya berminat untuk berinteraksi
Mereka cenderung mengandalkan berbagi macam dengan orang-orang disekitarnya ataupun mereka
teknologi yang ada disekitarnya untuk melakukan hanya berinteraksi dengan teman sebaya yang
interaksi. Hal ini bertolak belakang dengan dianggapnya mempunyai sikap dan karakter yang
hakekat manusia yang merupakan makhluk sosial. hampir mirip dengan dirinya, selain itu remaja
Seperti yang dikatakan oleh Gillin dan Gillin atau individu kurang dapat melakukan kerjasama
(Soekanto. 2007:55) bahwa “interaksi sosial dengan individu atau kelompok lain dan hal ini
merupakan hubungan-hubungan sosial yang akan menghambat ketika mereka mempunyai


504
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

tugas kelompok atau project bersama. Mereka Sarlito Wirawan Sarwono.(2006). Psikologi
cenderung bersikap egois dan memetingkan Remaja. Jakarta: Rajawali
dirinya sendiri ketika dihapakan dengan individu Soekanto Soerjono. (2007). Sosiologi suatu
lain ataupun dengan kelompok individu. Selain
pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
itu permasalahan yang terjadi pada remaja dengan
orang tua, adalah sebagian dari remaja sekarang Persada.
kurang menghargai dan menghormati orang tua. Syafaat, Aat dkk. (2008). Peranan Pendidikan
Mereka kerap melawan kepada orang tua dengan Agama Islam Dalam Mencegah
nada tinggi atau menggunakan bahasa yang tidak Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali
pantas, dan kebanyakan orang tua saat ini merasa Pers.
segan untuk menegur atau memarahi anaknya Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial Suatu
apabila anaknya melakukan hal yang kurang baik
Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.
atau kurang pantas. Maka dari itu, harus adanya
pendampingan dari guru atau orang tua untuk Youarti, Inta Elok, dan Nur Hidayah.
meminimalisir terjadinya permasalahan remaja (2018).Perilaku Phubbing Sebagai
yang diakibatkan oleh tumbuhnya sikap asosial. Karakter Remaja Generasi Millennial.
Karena pada dasarnya , pada usia remaja, mereka Retieved from :
dituntut untuk mengasah kemampuan http://ejournal.stkipmpringsewu-
berinteraksinya sejak dini, yang nantinya akan lpg.ac.id/index.php/fokus/article/view/
menjadi bekal mereka untuk terjun langsung
553/2
dalam kehidupannya di masyarakat kelak.

5 KESIMPULAN
Saat ini banyak remaja millennial yang kurang
mengembangkan kemampuan berinteraksi
dikarenakan mereka lebih mengandalkan berbagai
macam hasil dari kemajuan teknologi dalam
kegiatan berinteraksi dengan individu atau
kelompok lainnya. Sikap asosial ini yang menjadi
kan mereka kurang mempunyai motivasi untuk
bersosialisasi dengan sekitarnya dan mereka
masih mementingkan dirinya sendiri dengan
merasa bahwa dirinya yang selalu benar. Hal
tersebut menjadikan remaja kurang memelihara
tingkah laku mereka dalam menjalankan
kehidupan sosialnya dimana terdapat nilai dan
norma sosial yang seharunya menjadi acuan
mereka dalam bertingkah laku.

REFERENSI
Fatnar, Virgia Ningrum dan Choirul Anwar.
(2014). Kemampuan Interaksi Sosial Antara
Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren
Dengan Yang Tinggal Bersama Orangtua.
Retrieved from :
http://journal.uad.ac.id/index.php/EMPATH
Y/article/view/3032

Nurihsan, Achmad Juntika dan Mubiar Agustin.


(2011). Dinamika Perkembangan Anak
dan Remaja: Tinjauan Psikologi,
Pendidikan, dan Bimbingan.
Jakarta:Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai