Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian, dalam bahasa inggris “research”. Research “kembali”,
“search” berarti “mencari”. Sesuai dengan tujuannya, reseacrh didefinisikan
sebagai “suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah”. Pelajaran yang membicarakan metode-metode
ilmiah mengenai penelitian disebut metode penelitian atau research
methodology.
Mengapa orang melakukan penelitian? Hal ini tidak lain karena sifat
ilmu pengetahuan yang selalu ingin menemukan hal-hal yang baru. Disamping
itu, banyak pendapat mengatakan bahwa, manusia selalu ingin memecahkan
masalah yang dihadapinya. Hidup manusia penuh dengan masalah, baik
masalah besar ataupun kecil. Manusia juga cenderung ingin mencari sesuatu
yang baru. Sesuatu yang baru itu diharapkan dapat menguntungkan dirinya.
Setiap manusia yang mendapatkan masalah, berharap dapat memecahkan
masalahnya dengan baik.
Umumnya orang yang sulit memecahkan masalah akan minta bantuan
orang lain. Dia berharap, orang lain ikut memikirkan masalahnya dan bertukar
pengalaman. Pengalaman itu bisa dari pengalaman sendiri, pengalaman orang
lain, dan pengalaman dari membaca banyak buku ilmu pengetahuan. Hal ini
berarti dia ingin mendapatkan ilmu pengetahuan dari orang lain.
Artinya, bahwa manusia terpelajar akan memecahkan masalahnya
dengan cara relevan. Pendek kata memcahkan masalah dengan ilmu
pengetahuan yang relevan dan objektif. Memecahkan masalah secara ilmiah.
Sebab, tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan profesional harus didasarkan
pada katagori ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1
Dari latar belakang di atas maka kami membuat rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang saja jenis-jenis penelitian menurut tujuan, sifat dasar,
pendekatan, dan menurut metode ?
2. Bagaimana rancangan penelitian menurut percobaan, kuasi
eksperimental, dan penelitian klinik ?
3. Apa itu RAP, tujuan, penggunaan dan pelaksanaan RAP ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka kami membuat tujuan
penulisan, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang saja jenis-jenis penelitian menurut tujuan,
sifat dasar, pendekatan, dan menurut metode.
2. Untuk mengetahui bagaimana rancangan penelitian menurut percobaan,
kuasi eksperimental, dan penelitian klinik.
3. Untuk mengetahui apa itu RAP, tujuan, penggunaan dan pelaksanaan
RAP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis – Jenis Penelitian


Menurut singarimbun (2006) membagi jenis penelitian dengan istilah “tipe
penelitian” menjadi tiga tipe, sebagai berikut:
1. Penelitian penjajakan (explorative)
2. Penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research/
penelitian pengujian hipotesis atau testing research), dan
3. Penelitian deskriptif (descriptive)
Penjelasannya:
1. Penelitian penjajakan (explorative) bersifat terbuka, masih mencari-cari
belum memiliki hipotesis. Penelitian ini sering digunakan sebagai tahap
pertama untuk penelitian lebih lanjut dan lebih dalam
2. Penelitian penjelasan berkaitan dengan hubungan-hubungan variabel-
variabel penelitian serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya
3. Penelitian deskriptif umumnya untuk mengetahui perkembangan dan
frekuensi sarana fisik tertentu misalnya akseptor KB, fenomena sosial
tertentu dll, yang hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi.
Disamping itu penelitian deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan
fonemena sosial tertentu, misalnya masalah interaksi sosial, sistem
kekerabatan dan lain-lain. Pada penelitian deskriptif kualitatif tidak ada
hipotesis. Jika terdapat hipotesis, tidak untuk diuji secara statisti.
Bila penelitian berupa deskriptif kuantitatif, yakni penelitian yang
didasarkan pada data-data berupa angka-angka. Maka diuji secara statistic
karena diperolah mean, simpangan baku, dll. Oleh karena itu pada penulisan
laporan penelitian harus ditulis jenis penelitiannya misalnyadeskriptif
kuantitatif.
Bogdan dan Biklen (1982) yang dikutip Widarto (1997) mengatakan :”
Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words

3
of picture rather than numbers”. Maksudnya bila ditulis hanya kata penelitian
deskriptif, bisa diartikan sebagai penelitian kuantitatif.
Selanjutnya, Singarimbum (2006) membedakan istilah tipe penelitian
dengan metode penelitian. Didalam metode penelitian ia memasukkan
beberapa jenis, yakni
1. Penelitian eksperimen
2. Penelitian evaluasi
3. Grounded research dan
4. Analisis data sekunder
Mengenal hal tersbut diatas, penjelasannya sebagai berikut:
1. Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen adalah suatu model penelitian dengan melakukan
intervensi (perlakuan) pada subjek penelitian untuk mengetahui hasil
perubahannya (perubahan pada variabel atau objek penelitian) setelah
diperlakukan oleh intervensi itu. Eksperimen bida dilakukan tanpa atau
dengan kelompok pembanding (control group).
Sebagai contoh, yang tidak menggunakan kelompok control,
misalnya sekelompok wanita usia subur (sampel random & variabel laur
dikontrol), sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen ini ditest
dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat khusus untuk
keoentingan ini, sebagai pre-test. Setalah itu dilakukan penyuluhan.
Penyuluhan ini adalah suatu intervensi (perlakuan) kepada kelompok
eksperimen. Setelah penyuluhan dilakukan ditest lagi menggunakan
kuesioner yang sama, sebagai post-test. Hasil pre-test dan post-test
dibandingkan apakah ada perubahan sikap atau tidak.
Gambar rancangan penelitiannya dalam 3 langkah tanpa kelompok
control/ pembanding (lihat gambar 2.1)
1. Desa eksperimen Sikap

Pretest
2. Desa eksperimen

4
Penyuluhan(treatment/ intervensi/ perlakuan)
3. Desa eksperimen Sikap

Posttest
Rancangan penelitian eksperimen tanpa kontrol
Contoh lain yang menggunakan kelompok control, sebagai berikut. Misalnya
dilakukan peneltian pada kelompok wanita disuatu desa dengan mendistribusikan
leaflet KB mengenai kontrasepsi modern. Dihipotesiskan bahwa dengan
perlakuan pendistribusikan leaflet KB tersebut, mempengaruhi penerimaan
kontrasepsi modern. Dilakukan penelitian tersebut pada desa eksperimen dan desa
control. Setelah intervensi dilakukan pada desa eksperimen, kemudian bandingkan
penerimaannya terhadap metode kontrasepsi modern ini antara responden di desa
eksperimen dan desa control. Para responden antara desa eksperimen dan desa
control harus dipilih dengan cirri-ciri yang kurang lebih sama. Apakah ada
perbedaan antara desa eksperimen dengan desa control setelah dilakukan
intervensi tersebut.
Ada perubahan sikap
Desa eksperimen
Tak ada perubahan sikap
Intervensi leaflet
Ada perubahan sikap
Desa control
Tak ada perubahan sikap
Tak ada intervensi
Gambar 2.2
Rancangan penelitian eksperimen dengan kelompok control
Mengenai hal ini harus diperhatikan variabel lain yang mempengaruhi ,
karena efeknya dapat mengacaukan hasil eksperimen. Umpama adanya tambahan
PLKB, bidan desa, penyuluhan KB dari puskesmas atau lembaga terkait lainnya.
Mungkin saja variabel tersebut pengaruhnya lebih besar dari leaflet yang

5
diedarkan. Bila variabel-variabel lain iyu (yang pembanding, maka fungsi sebagai
pembanding akan menjadi tidak syah, karena akan mengacaukan atau
mengaburkan hasilnya. Variabel-variabel pengganggu harus dikontrol,
dihilangkan pengaruhnya.
2. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi oleh Singarimbun (2006) disamakan dengan penelitian terapan
(action research). Penelitian evaluasi dibagi dua, yakni evaluasi formatif dasn
evaluasi summative. Pada evaluasi formatif yang diteliti adalah pelaksanaan suatu
program, dengan mencari umpan balik (feed back) untuk memperbaiki suatu
program. Sedangkan evaluasi summative dilakukan pada akhir peogrma untuk
mengukur mengenai keberhasilan program. Apakah program tersebut berhasil
dicapai atau tidak.
3. Grounded research atau grounded theory
Grounded research disebut juga penelitian dari bawah atau teorindari bawah.
Dikatakan demikian, karena peneliti berangkat dari data-data, dikumpulkan,
dikelompokkan, kemudian dianalisis, sehingga menemukan teori-teori baru.
Sebagai contoh, seorang peneliti dengan bekal konsep-konsep penelitian
kualitatif, berangkat kesuatu kecamatan, mengumpulkan data-data dari desa-desa
mengenai ibu yang hamil. Ia mencatat ciri-ciri geografis desa , adat istiadat,
agama, dan lain-lain. Kemudian dicatat pula usia ibu-ibu yang hamil, diantaranya
ibu-ibu yang hamil pertama. Selanjutnya melakukan wawancara mengenai
kebiasaan ibu-ibu hamil mengenai berbagai hal, pendidikan, pengetahuan umum,
dan kesehatan. Diharapkan cirri-ciri yang diperoleh didapat semaksimal mungkin.
Wawancara dalam penelitian grounded adalah wawancara terbuka. Artinya,
bersifat bebas mengeluarkan pendapat yang luas, tidak dibatasi suatu pilihan
tertentu seperti kuesioner untuk mengumpulkan score pada penelitian kuantitatif.
Hasil dari penelitian tersebut diatas, kemudian dikelompok-kelompokkan.
Dari hasil pengelompokkan akan diperoleh kenyataan, umpanya : desa dengan
cirri-ciri budaya tradisional yang masih kental, ternyata usia ibu hamil pertama
kali masih muda, atau dengan kata lain, kebanyakan kawin muda. Berbagai
simpulan (yang bersifat induktif) dari hasil penelitian yang berangkat dari konsep

6
yang tidak didukung landasan teori atau hipotesis tersebut, pada suatu saat dapat
digunakan sebagai landasan teori untuk kepentingan penelitian lebih luas.
Jadi teori tersebut diatas tidak diperoleh dari buku-buku atau teks-teks lainnya
kepustakaan, melainkan diperoleh dari pengalaman empiris dilapangan. Dari
penelitian awal, maka disebutlah penelitian grounded atau teori dari bawah. Sifat
penarikan kesimpulan yang berasal dari data itu dikenal istilah induktif.
Sebaliknya bila menyusun konsep dan hipotesis (dugaan sementara) yang
disimpulkan dari bahan bacaan sebagai landasan teori, maka disebut deduktif.
Disinilah letak perbedaan antara teori grounded sebagai bagian dari penelitian
kualitatif dengan teori kuantitatif yang selalu memerlukan hitungan-hitungan
statistic, kadang-kadang menjadi lebih rumit.
Jadi tinjauan kepustakaan dalam grounded bukan untuk landasan teori akan tetapi
digunakan untuk mendukung atau mencocokan hal-hal yang perlu dilapangan
(Singarimbun dikk, 2006; Moleong, 2004).
4. Analisis Data Sekunder
Data sekunder dapat digunakan untu penelitian dengan berbagai teknik metode
atau jenis penelitian. Bisa juga digunakan untuk membandingkan dengan studi-
studi yang pernah dilakukan.
5. Jenis-jenis Penelitian Menurut Beberapa Ahli
Membagi jenis-jenis penelitian yang berbeda-beda polanya, Notoatmojo (2002)
membagi secara khusus untuk penelitian kesehatan sebagai berikut:
Pertama menurut metode penelitannya. Berdasarkan metode penelitiannya, maka
penelitian kesehatan itu dibagi menjadi 2 kelompok besar:
a. Metode penelitian survei (survey research method)
Metode ini dibagi lagi menjadi surbei yang bersifat deskriptif dan
analitik. Penelitian desktiptif disebut pula sebagia penelitian penjelajahan
karena survey ini dilakukan untuk menggambarkan keadaan yang
sebenarnya (objektif) disuatu komunitas masyarakat, misalnya distribusi
penyakit didalam masyarakat dan kaitannya dengan umur, jenis kelamin
dan karakteristik lain. Ditegaskan dalam survey deskriptif adalah sebagai
hasil menjawab pertanyaan “bagaimana (how)”.

7
Berbagai dengan survey analitik, survey diarahkan pada penjelasan
suatu keadaan. Misalnya mengapa penyakit itu menyebar disuatu
masyarakat, mengapa suatu penyakit bisa menyerang seseorang dll. Jadi
menurutnya survey analitik akan menjawab pertanyaan mengapa (why).
Oleh sebab itu menurut Notoatmojo (2002), survey analitik disebut juga
explanatory study atau penelitian penjelasan. Jenis penelitian analitik ini
dibagi menjadi tiga macam lagi, yakni:
1. seksional silang (cross sectional), dalam sistem ini variabel-
variabelnya diukur dalam waktu yang bersamaan. Misalnya penelitian
tentang hubungan antara bentuk tubuh dengan hipertensi, hubungan
antara kondisi sanitasi dengan panyakit menular, dan lain-lain.
2. Study retrospektif (restrospective study), penelitian ini bersifat
backward looking atau melihat kebelakang, juga bersifat longitudinal
ke belakang. Data sekunder berperan besar dalam penelitian ini.
Misalnya dikumpulkan data sekunder mengenai penderita kanker paru-
paru. Kemudian dicheck riwayat merokoknya pada waktu yang lampau
sampai sekarang, bila penderita masih hidup. Bila tidak, seluruhnya
akan menggunakan data sekunder. Dari data-data sekunder dapat
dilakukan perhitungan-perhitungan statistic. Teknik ini umumnya
menggunakan kelompok control, yang juga bisa menggunakan data
sekunder atau data primer. Ciri-ciri antara data pembanding dan data
yang diteliti harus kurang lebih sama.
Gambar rancangan penelitiannya sebagai berikut:
kasus
Merokok
Penderita Ca
Paru
Tak merokok

kontrol
Merokok

8
Non penderita Ca Paru
Tak merokok
Rancangan penelitian retropsektif
3. Sudy prospektif (prospective study), penelitian ini bersifat forward
looking. Istilah prospective disebut juga dengan istilah cohort atau
longitudinal kedepan (Praktiknya. 2001, Budiarto. 2004, Mousner, J.S
dan Bahn, A.K. 1985). Penelitian ini mirip retrospektif akan tetapi
berlaku ke depan. Misalnya penelitian hubungan resiko merokok
dengan kanker paru seperti tersebut diatas dilakukan menggunakan
data primer. Tekniknya sama dengan retrospektif akan tetapi datanya
adalah data primer. Hal ini bisa berlangsung sengat lama, bertahun-
tahun.
Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
Resiko
Ca Paru
merokok
Tidak Ca Paru
------------------------------------------------------------------------------------------
----
Kontrol Ca Paru
Tak merokok
Tidak Ca Paru
Rancangan penelitian prospektif
b. Metode peneltian eksperimen
Penjelasan mengenai metode ini sama dengan apa yang telah diterangkan
diatas, mengenai penelitian eksperimen.
Kedua, adalah berdasarkan segi manfaat atau kegunaannya, penelitian
kesehatan digolongkan menjadi:
1. Penelitian dasar (basic of fundamental research), disebut juga penelitian
murni (pure science). Jenis penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
gejala yang muncul pada suatu ihwal. Dari gejala tersebut dianalisis,

9
simpulannya adalah merupakan pengetahuan baru, khasanah baru atau
teori baru. Sebagai contoh adalah penelitian tentang teori penyebab
kanker, penelitian cloning, bayi tabung, dan lain-lain.
2. Penelitian terapan (apllied research) atau penelitian operasional
(operasional research). Penelitian ini bermaksud mencobakan suatu sistem
baru yang diujicobakan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses atau
sistem atau program dengan menggunakan teori-teori. Dalam hal ini teori
kesehatan, termasuk teori yang berkaitan dengan kebidanan atau
keperawatan. Sistem ini bertujuan untuk mencari sistem yang terbaik
sesuai dengan sumber daya yang tersedia, sesuai dengan kondisi yang ada.
Contohnya adalah penelitian untuk mengembangkan sistem pelayanan
terpadu diPuskesmas.
3. Penelitian evaluasi (evaluation research), penelitian ini digunakan untuk
menilai pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang sedang berjalan
untuk mencari umpan balik. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar guna
memperbaiki sistem atau program tertentu. Penelitian evaluasi ini ada dua
tipe, yakni tinjauan contoh dari penelitian evaluasi yang bersifat tinjauan,
ialah evaluasi keberhasilan program imunisasi, keluarga berencana, dan
lain-lain. Sejauh mana hasil dari program ini dan apap pula dampaknya.
Sedangkan penelitian evaluasi yang bersifat trials, misalnya penelitian
mengenai efektivitas dan efisiensi suatu pengobatan atau program-program
kesehatan yang lain. Jenis penelitian ini disebut juga clinical trials.

Ketiga, ditinjau dari segi tujuannya. Dari segi ini sama seperti dikemukakan
oleh Singarimbun (2006), yakni terdiri dari 3 jenis penelitian penjelajahan
(eksploratif), penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif.
Keempat, dari segi tempat atau sumber data, sama seperti dikemukakan
oleh Hadi (2001), yakni penelitian perpustakaan, penelitian laboratorium, dan
penelitian lapangan.
Kelima, ditinjau dari segi area masalah kesehatan. Dalam hal ini dibagi
menjadi dua, yakni penelitian klinik termasuk keperawatan dan penelitian

10
kesehatan masyarakat. Penelitian klinik sasarannya adalah pasien atau orang sakit,
sedangkan penelitian kesehatan masyarakat sasarannya adalah orang sehat dengan
tujuan untuk pencegahan dan pemeliharaan kesehatan.
Dari kepustakaan tersebut di atas, bila di kaji, sebenarnya banyak
kemiripan. Istilah-istilah yang digunakan dan pengertiannya tidak berbeda.
Misalnya penelitian eksperimental dapat digolongkan dalam bagian jenis yang
mana saja. Maksud dan arti serta metode penelitian eksperimental bagi para
penulis penelitian adalah sama, seperti diterangkan diatas. Demikian juga istilah-
istilah jenis penelitian yang lain-lain. Hanya penempatan ruang pembagiannya
saja yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa betapa bebasnya para
cendikiawan memaparkan pendapatnya untuk membuat skema pembagian jenis-
jenis penelitian tersebut.
Penelitian longitudinal, baik prospective maupun retrospective telah
dijelaskan diatas. Kalau ditilik dari pembagian menurut Hadi (1991) yang diacu
juga oleh Mantra (2004), maka bila membicarakan pendekatan longitudinal, harus
membicarakan cross sectional.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang dilakukan dngan
pengamatan (pengumpulan data) sekaligus dalam waktu tertentu (point time
approach) dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan
(pendataan) selama penelitian (Budiarto, 2004; Notoadmodjo, 2006). Penelitian
cross sectional disebut juga penelitian transversal, karena seolah-olah
pengamatannya adalah suatu penampang melintang. Di samping itu, Budiarto
(2004) juga menjelaskan dalam bukunya bahwa penelitian cross sectional ini
disebut juga sebagai penelitian prevalensi, dengan maksud melakukan deskripsi
subjek studi seperti halnya pada penelitian deskriptif atau mengadakan
penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Penelitian ini bisa dilakukan untuk
penelitian deskriptif maupun analitik. Ditegaskan juga bahwa dalam
epidemiologik penelitian crose sectional yang bersifat analitik dapat digunakan
untuk menentukan besarnya risiko relatif, risiko atribut atau population atributable
risk (PAR), dan juga hubungan sebab akibat. Bahkan Praktiknya (2001)

11
menegaskan bahwa penelitian cross sectional paling banyak digunakan pada
penelitian epidemiologi.
Pada penulisan laporan penelitian untuk karya tulis ilmiah, skripsi atau
tesis, umumnya pada bab yang membicarakan metodologi penelitian, pada sub
bab jenis penelitian, digunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif atau analitik.
Hal ini berarti bahwa yang lazim dikemukakan adalah jenis penelitian menurut
tarafnya (Hadi, 2001). Seperti dikemukakan oleh banyak penulis buku metodologi
penelitian, maka yang dimaksud dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,
ialah suatu penelitian yang bertujuan menggambarkan (deskripsi) tentang keadaan
tertentu secara objektif. Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan sampel.
Bisa menggunakan sampel, hasil penelitiannya hanya berlaku untuk sampel itu
sendiri, tidak untuk digeneralisasikan pada populasi. Artinya tidak bermaksud
untuk membuat kesimpulan untuk populasi dari mana sampel itu diambil. Istilah
deskriptif yang dimaksud disini adalah deskriptif kuantitatif. Oleh karena itu,
statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif (Sugiono, 2009 : 21).
Umumnya pada penelitian deskriptif tidak membuat hipotesis, dan sebagai
gantinya adalah pertanyaan penelitian. Hasil deskripsinya, akan dipaparkan dalam
bentuk tabel-tabel dan grafik-grafik.
Sebagai catatan, kita tidak boleh kaku dalam menelaah dan mengguanakan
istilah “deskriptif” atau lainnya, sebab ada kalanya sesuai dengan persepsinya.
Sebagian pendapat memaparkan bahwa pada penelitian deskriptif dilakukan
penyimpulan tinjauan pustaka dan membuat hipotesis serta mengujinya. Yang
paling penting adalah pedoman pada definisi operasionalnya dan konsisten
didalam pelaksanaannya.
Klasifikasi jenis penelitian sebetulnya relatif sangat beragam dan
tergantung dari aspek mana penelitian tersebut diklasifikasikan. Ketiadaan
kesepakatan dalam pengklasifikasian tersebut bertolak dari adanya perbedaan
sudut pandang dari para ahli dalam mengawali fokus pengklasifikasiannnya
sejalan dengan aspek kepentingan pengklasifikasian penelitian itu sendiri.
Pengklasifikasian jenis-jenis penelitian ini sebenarnya hanya sebuah upaya untuk
mengklasifikasikan penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan

12
bagi kita. Di dalam makalah ini penulis akan menggunakan lima klasifikasi bagi
penelitian, yaitu:
a. Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan
a. Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan
untuk menemukan ilmu (pendidikan ) dan masalah masalah yang baru
dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan masalah masalah yang
diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru dan belum
pernah diketahui sebelumnya. Misalnya,suatu penelitian telah
menghasilkan profil atau kriteria kepemimpinan efektif dalam manejemen
berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode atau prosedur baru
dalam pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan peserta didik.
b. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang
dilaksanakan untuk mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada.
Penelitian dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau
memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian
tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang
sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian
tentang sistem penjaminan mutu (Quality asurance) dalam
organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan
dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
c. Penelitian Verifikasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk
menguji kebenaran ilmu-ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa
konsep, prinsip, prosedur, dalil maupun praktek pendidikan itu sendiri.
Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya
keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya
pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau

13
penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas model-model
pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.

b. Jenis Penelitian Berdasarkan Sifat Dasar


a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
1) Tujuan :
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau
daerah tertentu.
2) Ciri-ciri :
Tidak perlu mencari hubungan, menguji hipotesa, dan
membuat ramalan.
3) Langkah-langkah Pokok
• Perumusan masalah.
• Menentukan jenis informasi yang diperlukan.
• Menentukan prosedur pengumpulan data.
• Menentukan prosedur pengolahan data.
• Menarik kesimpulan penelitian.

b. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang
mempelajari hubungan dua variabel atau lebih,yakni sejauh mana variasi
dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.
Derajat hubungan variabel-variabel dunyatakan dalam satu indeks yang
dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan
besar kecilnya hubungan antara kedua variabel.
1) Tujuan :

14
Untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan
variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
2) Ciri-ciri :
• Dilakukan untuk variabel yang diteliti rumit.
• Memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak.
• Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya hubungan
atau tidak adanya hubungan.
3) Langkah-langkah Pokok :
• Definisikan masalah.
• Lakukan penelaahan kepustakaan.
• Rancang cara pendekatannya.
• Kumpulkan data.
• Analisis data.
• Tuliskan laporannya.

c. Penelitian Studi Kasus


Penelitian studi kasus pada dasarnya penelitian yang mempelajari
secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang
mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus kepala
sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja. Terhadap kasus tersebut peneliti
mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama.
Mendalam, artinya mengungkap semua variabel yang dapat menyebabkan
terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi
kasus adalah mengapa individu melakukannya, apa yang dia lakukan, dan
bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.
1) Tujuan :
Untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang
dan interaksi lingkungan suatu objek.
2) Ciri-ciri :

15
• Penelitian mendalam mengenai unit sosial yang hasilnya merupakan
gambaran lengkap tentang unit tersebut.
• Meneliti jumah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan
kondisi yang besar jumlahnya.
3) Langkah-langkah Pokok :
• Rumuskan tujuan yang akan dicapai.
• Rancang cara pendekatannya.
• Kumpulkan data.
• Organisasikan data dan informasi menjadi unit studi yang koheren.
• Susun laporan.

d. Penelitian Cuasal Comparative ( Ex Post Facto )


Ex Post Facto secara harfiah berarti “sesudah fakta”, karena kausa
atau sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel
lain. Penelitian ini disebut penelitian kausal komparatif karena dimaksud
untuk menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola prilaku yang
dilakukan dengan cara membandingkan subjek di mana pola tersebut ada
dengan subjek yang serupa dsi mana pola tersebut tidak ada atau berbeda.
1) Tujuan :
Untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi
mungkin menyebabkan perbedaan prilaku pada subjek. Dengan kata
lain, penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi
antar kelompok subjek ( dalam variabel independen ) menyebabkan
terjadinya perbedaan pada variabel/dependen.
2) Ciri-ciri :
• Bersifat Ex Post Facto, artinya data dikumpulkan setelah semua
kejadian yang dipersoalkan berlangsung.
3) Langkah-langkah Pokok :
• Definisikan masalah.
• Lakukan penelaahan kepustakaan.
• Rumuskan hipotesis.

16
• Rancang cara pendekatannya.
• Validasikan teknik untuk mengumpulkan data dan interpretasikan
dalam cara yang jelas dan cermat.
• Kumpulkan dan analisis data.
• Susun laporannya.

e. Penelitian Eksperimen Semu


Penelitian eksperimen semu merupakan jenis penelitian yang
mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan
kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian ini
secara khas mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak mungkin
untuk mengontrol semua variabel kecuali beberapa variabel saja.
1) Tujuan :
Untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab-akibat dalam keadaan
yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh
informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian.
2) Ciri-ciri :
• Secara khas mengenai keadaan praktis.
• Mempunyai perbedaan yang kecil dengan penelitian eksperimen
sungguhan.
3) Langkah-langkah Pokok :
Langkah pokok dalam penelitian eksperimen semu hampir sama
dengan penelitian eksperimen sungguhan, karena kecuali memberikan
perlakuan dengan pengalaman sungguhan secara teliti terhadap
masing-masing keterbatasan dalam hal validitas internal dan
eksternalnya.

f. Penelitian Eksperimen Sungguhan


Penelitian eksperimen sungguhan adalah jenis penelitian yang
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain di mana

17
secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan
membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol secara ketat.
1) Tujuan :
Untuk menyelidiki kemungkinanan hubungan sebab-akibat dengan
melakukan kontrol/kendali
2) Ciri-ciri :
Memusatkan usaha pada pengontrolan varians
3) Langkah-langkah Pokok :
• Penentuan fokus penelitian.
• Penyesuaian paradigma dengan fokus penelitian.
• Melakukan survai lapangan dan kepustakaan yang relevan bagi
masalah yang akan digarap.
• Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
• Merumuskan hipotesis, berdasarkan atas penelaahan kepustakaan.
• Mendefinisikan pengertian dasar dan variabel penelitian.
• Menyusun rencana penelitian.
• Melaksanakan eksperimen.
• Mengatur data kasar untuk dianalisa, selanjutnya dengan
menempatkan dalam rancangan yang memungkinkan
memperhatikan efek yang diperhatikan akan ada.

g. Penelitian Pengembangan (Reserch and Development).


Yang dimaksud dengan penelitian pengembangan atau Research
and Development (R & D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah
dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.
1) Tujuan :
Untuk menyelidik pola dan perurutan pertumbuhan dan atau perubahan
sebagai fungsi waktu.
2) Ciri-ciri :

18
Memusatkan pada studi mengenai variabel-variabel dan
perkembangannya selama beberapa bulan atau tahun.
3) Langkah-langkah Pokok :
• Definisikan masalahnya.
• Lakukan penelaahan kepustakaan.
• Rancangan cara pendekatan.
• Kumpulkan data.
• Evaluasi data yang terkumpul.
• Susun laporan mengenai evaluasi itu.

h. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri
yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri.
1) Tujuan :
Untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan
langkah pemecahan terhadap masalah.
2) Ciri-ciri
• Perbaikan
• Keterlibatan.
3) Langkah-langkah Pokok :
• Penetapan fokus masalah penelitian.
• Perencanaan tindakan perbaikan.
• Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi.
• Analisis dan refleksi.
• Perencanaan tindak lanjut.

c. Jenis Penelitian Berdasarkan Pendekatan


a. Penelitian Kuantitatif (quantitative research)
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk
menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat

19
terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan
simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan
situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk
mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran
disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

b. Penelitian Kuliatatif (Qualitative Research)


Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab
permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam
konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan
alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi,
serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses
penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap
orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan
berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu
yang cukup lama.

c. Penelitian Perkembangan (Developmental Reseach)


Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan
urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek
penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu,
seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan
lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
1) Studi alur panjang (longitudinal)

20
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan
individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang
cukup lama (jangka panjang)
2) Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan
perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia
tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti
tidak perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti
dengan subjek baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk
menarik simpulan, peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup
lama. Misalnya, meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia
pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua saja, dan
seterusnya.
3) Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa
lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang.
Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.

d. Jenis-jenis penelitian berdasarkan metode


a. Penelitian sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di
bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel,
sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative
research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap
fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa
lampau. Tujuannya yakni untuk :
1) Mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara
sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan,

21
mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti
secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
2) Meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang
fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa
kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa
yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997)
menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia
bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis,
melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar
manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak
semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa
diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan,
gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun
hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya
sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai
kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya,
maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
− Sumber Primer,
 Sumber yang diperoleh secara langsung dari objek
peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana,
senjata, dsb.
 Cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata
ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-
undang, piagam, otobiografi, dsb.
− Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti:
ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.

22
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian :
 Dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku,
majalah, koran, dsb.
 Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di
dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya
skor tes, laporan sensus, dsb.
 Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan
orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini
merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang
disebut oral history.
 Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang
memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa
lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama
dalam data sekunder perlu diadakan external critism
maupun internal critism. Dalam external critism dikaji
tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan
dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat,
dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah
dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya.
Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat
meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda
tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk
juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam
internal critism dikaji, misalnya apa yang dimaksudkan
oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah
pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat
konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang
lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin
bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat

23
memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang
berharga untuk ditelaah secara serius.
− Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
 Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh
orang lain.
 Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak
dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid
dan reliabel, berat sebelah dan bias.
 Selain data sekunder, ada juga data primer yang
dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan
secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer
dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan
pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
 Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk
menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan
kritik internal.
 Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan
sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang
lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah
pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan
masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah
yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta
mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-
informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau
pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat
diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap
terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
 Tahap pertama: persiapan penelitian

24
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain
penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan
masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan
manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih
pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah
kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman
analisis data.
 Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik (pengumpulan data)
b. Kritik (verifikasi)
c. Interpretasi (penafsiran)
d. Histiriograf (penulisan sejarah)
 Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian

b. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang
fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian deskriptif
ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative, korelasional, dan
pengembangan. Tujuannya adalah untuk, yaitu:
1) menjelaskan suatu fenomena,
2) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan
fenomena yang ada,
3) mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan justifikasi kondisi-
kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung,
4) membuat perbandingan dan evaluasi, dan
5) mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah
atau situasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman
mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan datang.

25
c. Penelitian eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara
ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis,
yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental.
Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan
bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian
ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental),
eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single
subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti
prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni,
kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel
dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari
yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental)
pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu
variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain
dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel
sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen
jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal
merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam
pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni,
kuasi dan lemah belaku.

d. Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok
(Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang
digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu.
Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang

26
berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam
suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan
informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku,
dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun
data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab
langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran
kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon,
video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini
adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan
untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung
bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika
dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil
data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample
besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat
digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif),
penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan
pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di
masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-
indikator social.

e. Penelitian ekspos fakto


Penelitian ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang
dilakukan terhadap suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis penelitian ini
disebut juga sebagai restropective study karena meneusuri kembali terhadap
suatu peristiwa dan kemudian menelusuri ke belakang untuk menyelidiki
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini
dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena
perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ini merupakan

27
penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak
dlakukan pada saat penelitian berlangsung.
Dalam beberapa hal penelitian ekspos fakto dapat dianggap sebagai
kebalikan dari penelitian eksperimen atau sebagai pengganti dari
pengambilan dua kelompok yang sama, kemudian diberi perlakuan yang
berbeda.

B. Rancangan Penelitian
1. Pengertian dan Klarifikasi Rancangan (Desain) Penelitian
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti
luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan
observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses, membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel,
prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data
yang terkumpul dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan
rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk
mrnjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam
rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol
yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan
akan menjadi jelas. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna
pelaksanaan sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan
suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat,
dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat
validitas internal dan validitas eksternal.
a. Rancangan penelitian percobaan

28
Rancangan penelitian percobaan pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan deskripsi dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang dihasilka tergantung pada
banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang topik sebelum
proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan
deskriptif dibagi menjadi dua yaitu rancangan eksploratori dan survei.
Rancangan percobaan yang lainnya adalah sensus atau
penelitian populasi. Ciri utama dan rancangan penelitian deskriptif
tidak menyatakan adanya hubungan sebab akibat serta tidak terlalu
kompleks, karena biasannya penelitian ditujukan untuk meneliti
variabel atau populasi tunggal.
b. Rancangan penelitian eksploratori
Jenis rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan
penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari
hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu. Sesuatu yang
baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta dan
penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak memakan waktu
dan biaya
c. Rancangan penelitian survei
Penetapan rancangan penelitian survey bertujuan :
 Untuk mencari informasi aktual yang mendetail berdasarkan gejala
yang ada
 Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau bentuk
mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-paktek yang sedang
berlangsung
 Untuk membuat komparasi dan evaluasi
 Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain
dalam menangani masalah-masalah atau situasi yang sama, agar
dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana
dan pengambilan keputusan dimasa depan.
d. Rancangan penelitian eksperimen

29
Semua rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai
karakteristik sentral yaitu didasarkan pada adanya manipulasi variabel
bebas dan mengukur efek pada variabel terikat. Rancangan eksperimen
klasik terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi, dalam
kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada
perubahan yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara umum, ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah :
 Subyek secara acak dipilih ke dalam kelompok-kelompok
 Peneliti merancang manipulasi yang akan diberikan pada variabel
eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat
 Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok yaitu krlompok
eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding
 Selalu digunakan analisis variabs untuk meminimalkan varians dan
error dan memaksimumkan varians dari variabel yang diteliti dan
berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh karena itu peneliti harus mampu melakukan kontrol
yang ketat terhadap variabel eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar
dalam pelaksanaan rancangan eksperimen yaitu :
i. Replikasi, pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini berguna
untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap eror
eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap
rata-rata pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
ii. Randomisasi bermanfaat untuk meningkatkan validitas dan
mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian kelompok dan
perlakuan
iii. Kontrol internal, melakukan penimbangan, bloking dan
pengelompokkan serta unit-unit percobaan yag digunakan. Hal ini,
bermanfaat unntuk membuat prosedur yang lebih akurat,
efisien,dan sensitif.
e. Rancangan Penelitian Klinik

30
Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan
perkembangan ilmu kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah
berkembang melalui dua cara, yaitu melalui observasi dan eksperimen.
Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-
gejala yang terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian
diperoleh informasi tenatng perjalanan alamiah penyakit dan factor-
faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan cara eksperimen, dilakukan
dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek, kemudian
mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek
tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling
menunjang dan saling melengkapi.
1) Tahap – tahap penilitian
Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada
manusia. Dengan sendirinya sebelum obat tersebut dicobakan pada
manusia terlebih dahulu harus dicobakan pada binatang percobaan.
Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap,
yakni :
 Tahap pertama
Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk
pertama kali pada manusia, setelah obat yang bersangkutan
telah lolos dari penilitian farmakologi dan teksiologi pada
binatang percobaan. Tujuan penilitian klinis tahap ini untuk
memperlihatkan efek farmakologi klinik suatu obat pada
sekelompok kecil penderita atau sukarelawan sehat.
Pengukuran dalam penilitian ini menyangkut khasiat obat,
dengan data yang dikumpulkan adalah : jenis obat, hubungan
antara dosis dengan respons, lama keja obat pada dosis tunggal,
metabolisme, dan interaksi.
 Tahap kedua
Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah
kerja farmakologi yang telah dibuktiakan pada tahap pertama

31
tersebut berguna untuk pengobatan. Indicator dari pengukuran
penilitian tahap ini adalah penyembuhan penyakit. Tetapi
karena kesembuhan tersebut biasanya terjadi pada waktu yang
panjang, maka efek farmakologilah yang dijadikan indicator,
misalnya kadar gula darah, penurunan tekanan darah, dan
sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data tentang efek
samping yang cukup untuk memperkirakan secara dini rasio
antara risiko dan keuntungan. Dari penilitian pada tahap ini
dapat ditentukan manfaat obat yang bersangkutan dibanding
dengan obat atau cara pengobatan yang lain yang telah
ada.Dalam tahap ini pula dapat ditentukan hubungan antara
dosis dan kadar obat dalam plasma atau jaringan dengan efek
kliniknya.
 Tahap ketiga
Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang
lebih banyak, dan dilakukan di luar tempat penilitian tahap
kedua, dan hasil penilitian ini dapat memperkuat atau menolak
hal-hal yang ditemukan pada penilitian tahap kedua,
misalkannya : insiden efek samping yang frekuensinya rendah,
profil obat yang bersangkutan bila digunakan pada pasien yang
tidak terseleksi secara teliti, dan sebagainya.
 Keempat
Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh
sebab itu penilitian sering disebut ‘’ post marketing drugs
surveillance’’,yang bertujuan mengatasi kekurangan informasi
yang ada pada penilitian tahap sebelumnya. Penilitian ini
mencakup empat masalah pokok yaitu :
− Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat
jangka pendek.
− Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian
jangka lama dalam usaha pencegahan kekmbuhan, komplikasi

32
penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara
penyembuhan yg lain.
− Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru,
kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan
penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada
percobaan klinik yang terkontrol.
− Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja
yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian
epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat
ini ‘’ clinical trial’’ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/
kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan
untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang
lain, misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan,
dan sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian
pelayanan kesehatan ( health care trial)
3. Kontrol internal, melakukan penimbangan,bloking, dan pengelompokkan
dan unit-unit percobaan yang digunakan. Hal ini bermanfaat untuk
membuat prosedur yang lebih akurat, efisien dan sensitif.
Error eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi karena
beberapa hal , yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan
c. Kesalahan pengukuran
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam percobaan
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor luar.

Semakin banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian


eksperimen itu mahal dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu
pertimbangan untuk menentukan banyaknya replikasi sangat ditentukan oleh:

33
a. Luas dan banyaknya jenis unit pecobaan.
b. Bentuk unit percobaan.
c. Varibilitas dan ketersediaan material percobaan.
d. Derajat ketelitian yang diinginkan. Derajat kebebasan diharapkan
tidak boleh kurang dari 10-15.
1. Rancangan Eksperimental sungguhan (true experimental rescarch)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau
lebih kondisi perlakuan dan memperbandingakanhasilnya dengan satu
atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:
a. Control group posttest-only design
Dalam model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat
dianggap setara. Selanjutnya kelompok ekperimen diberikan
perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu
tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada
kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.
Model rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak
dimungkinkan dilakukan pre test atau ketika dikhawatirkan akan
adanya interaksi antara pre test dengan perlakuan yang diberikan.
Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre
test, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan faktor-faktor
tersebut.
b. Pre test post tes control group design
Rancangan ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre test
karena akan lebih akurat dalam memperoleh akibat dan suatu
perlakuan dengan perbandingan keadaan dan variabel kontrol yang
tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design

34
Rancangan solomon ini memang tidak banyak digunakan pada
jumlah sampel penelitian yang kecil. Namun pada penelitian pertanian
dan sosial sering digunakan. Rancangan ini memiliki keunggulan
untuk mengurangi pengaruh pre test terhadap unit percobaan dan
mengurangi error interaksi antara pre test dengan perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang
dilakukan pre test dan 2 kelompok yang dilakukan pre test postles.
Secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok perlakuan dan kontrol dengn pre test.
2. Kelompok perlakuan dan kontrol tanpa pre test.
Khusus faktorial pada dasarnya bukan merupakan rancangan
penelitian, tetapi memang sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena
itu eksperimen faktorial bisa didekati dengan berbagai rancangan,
misalnya dengan randomized complete block.
Keuntungan dari eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk
mengetahui pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu semua
prinsip dasar penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error
eksperimen dapat diukur. Misalnya akan diadakan 2 perlakuan
pemberian makanan tambahan yang berupa susu dan bubur kacang
dengan masing masing 2 level. Maka disusunlah kelompok:
1) Kelompok A, pemberian susu 2 gelas sehari.
2) Kelompok B, pemberian susu 3 gelas sehari.
3) Kelompok C, pemberian bubur kacang 1 mangkok sehari.
4) Kelompok D, pemberian bubur kacang 2 mangkok sehari.

2. Rancangan Eksperimental Semu (Quasi Experimental Research)


Tujuan rancangan eksperimental semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau

35
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus
dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas
internal dan validitas eksternal rancangannya dan berbuat sesuai
dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah :
a. Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b. Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok an atau
c. Tidak ada kelompok kontrol.
3. Rancangan penelitian uji klinik
Rancangan penelitian uji klinik sangat khas karena
berkaitan dengan pencapaian tujuan untuk mengetahui khasiat
obat, efek samping obat, dosis optimal untuk orang Indonesia, dan
membandingkan efek obat lain. Dalam hal ini rancangan penelitian
uji klinik bersifat eksperimental dan komparatif. Oleh karena itu
dalam rancangan uji klinik dikenal perlakuan dan plasebo.
Plasebo adalah bahan inert, tidak berkhasiat tidak
mempunyai efek metabolik yang berarti, tidak toksik, tidak
alergenik, dan tidak memiliki efek farmakologik terhadap penyakit
yang sedang diobati. Plasebo harus diberikan dalam keadaan yang
sama dengan obat yang diteliti dalam arti : bentuk , rasa, dan
warna, sehingga penderita tidak dapat membedakannya dengan
obat yang diteliti.
A. Fase pelaksanaan rancangan uji klinik
Pelaksanaan rancangan uji klinik pada manusia melibatkan dokter
dan ahli farmakologi klinik sebagai pelaksana, pengawas, dan
penanggungjawab penelitian. Rancangan uji klinik meliputi
beberapa fase yaitu:
1) Safety evalution, penelitian ini dibawah pengawasan ahli
farmakologi klinik yang ingin mengetahui efek
farmakodinamika dan farmakokinetik obat pada manusia.

36
Tujuannya untuk menilai keamanan obat yang diteliti.
Subjeknya dapat orang sehat dan orang sakit.
2) Efficacay evalution penelitian ml dilakukan pada subyek
yang jumlahnya terbatas dibawah pengawasan dokter ahli
pada bidangnya. Tujuan untuk menilai efek obat.
3) Multicentre clinical trial, penelitian yang dilakukan pada
sejumlah besar subyek. Tujuannya untuk mengetahui efek
terapi dan efek samping obat dalam skala luas.
4) Post marketing trial, penelitian yang dilakukan untuk
memantau efek terapetik dan efek samping obat yang lebih
rinci sesudah obat tersebut dipasarkan.

B. Subyek dan penderita serta


Dalam penelitian yang menggunakan rancangan uji klinik,
peranan subyek (sehat) dan penderita serta sangat penting. Oleh
karena itu subyek dan penderita serta dalam rancangan ini harus
memenuhi beberapa syarat yang ketat. Syarat tersebut meliputi:
1) Kriteria diagnostik merupakan kriteria penyerta (kriteria
inkulasi) atau syarat yang diperlukan untuk subyek
penelitian dan berarti bahwa semua persyaratan harus
dipenuhi agar kita memperoleh kelompok penderita yang
homogen.
2) Kriteria pre-terapi merupakan kriteria yang berisi
persyaratan antara lain tentang umur, jenis kelamin, status
sosial ekonomi. Berat ringannya penyakit, terapi
sebelumnya, dan ciri yang lain yang ada hubungannya
dengan penelitian.
3) Kriteria Ko-morbid merupakan kriteria penyisihan (kriteria
ekslusi) yang memuat persyaratan untuk menolak penderita
dalam uji klinik. Misalnya penderita gagal ginjal dengan

37
kadar kreatinin serum lebih dari 4 mg/dl, sehingga tidak
boleh menjadi subyek penelitian.

B. Rapid Assessment Prosedur (RAP)


1. Pengertian RAP
Merupakan sebuah pedoman yang dapat digunakan oleh setiap peneliti
tanpa harus memiliki latar belakang antropologi yang mendalam, serta
dirancang untuk suau penelitian yang berjangka waktu 1 sampai 2 bulan.
Dalam RAP lebih ditekankan pada metode kualitatif, walaupun tidak menolak
penggunaan kuesioner bila dianggap dapat menambah informasi yang lebih
lengkap. (Eva Ellya Sibagariang: 2010)

2. Tujuan Dan Kegunaan RAP


Tujuan adalah dimaksudkan untuk memperbaiki dan memahami
keberhasilan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program
kesehatan. (Eva Ellya Sibagariang: 2010)
Kegunaan adalah untuk mengatasi kesulitan pennelitian diantaranya
kesulitan dengan terbatasnya waktu dan dana serta tuntutan agar penelitian
dilakukan secara cepat dan akurat karena hasilnya akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada dan membuat kebijakan. (Eva Ellya
Sibagariang: 2010)
3. Cara Pelaksanaan RAP
1. Wawancara mendalam (In-Depth Inerview).
Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. (Eva Ellya
Sibagariang: 2010)

38
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara juga merupakan
alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara
peneliti dan responden.
Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara mendalam merupakan proses
menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan
fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode
wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif. Dalam metode
kualitatif ini ada dikenal dengan teknik wawancaramendalam (In-depth
Interview). Pengertian wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara
dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama (Sutopo 2006: 72). Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini
adalah keterlibatannya dalam kehidupan responden/informan.
Dalam wawancara-mendalam melakukan penggalian secara mendalam
terhadap satu topik yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud
diadakan wawancara tersebut) dengan menggunakan pertanyaan terbuka.

39
Penggalian yang dilakukan untuk mengetahui pendapat mereka berdasarkan
perspective responden dalam memandang sebuah permasalahan. Teknik
wawancara ini dilakukan oleh seorang pewawancara dengan mewawancarai satu
orang secara tatap muka (face to face).
Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara-mendalam adalah :
1. Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau
sangat sensitif
2. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah
3. Responden tersebar à maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan
kesempatan untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud
diadakan penelitian tersebut
4. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
tanpa adanya tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam mengeluarkan
pendapatnya
5. Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman (guide)
atau tanpa menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide),
alur pertanyaan yang telah dibuat tidak bersifat baku tergantung
kebutuhan dilapangan
Sedangkan kelemahan dari wawancara-mendalam ini adalah adanya
keterikatan emosi antara ke duanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai),
untuk itu diperlukan kerjasam yang baik antara pewawancara dan yang
diwawancarainya.
Materi dalam wawancara-mendalam tergantung dari tujuan dan maksud
diadakannya wawancara tersebut. Agar hasil dari wawancara tersebut sesuai
dengan tujuan penelitian, diperlukan keterampilan dari seorang pewawancaranya
agar nara sumbernya (responden) dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan. Beberapa teknik dalam wawancara agar berjalan
dengan baik, adalah:
a) Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

40
 Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata
responden (nama, alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu lama
(±5 menit)
 Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar
responden memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan
supaya lebih transparan kepada responden (adanya kejujuran).
 Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan
aktifitas yang lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga
memberikan rasa “nyaman” bagi responden (tidak adanya tekanan),
misalnya responden boleh merokok, minum kopi/teh, makan dan lain-
lain
 Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting,
kerjasama dan bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang
responden berikan akan dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban
yang salah atau benar dalam wawancara ini. Semua pendapat yang
responden kemukakan sangat penting untuk pelaksanaan penelitian ini.

b) Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan
karena :
 Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
 Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
 Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran
c) Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu
kepada responden yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat)
responden bukan merupakan pendapat dari responden itu sendiri
d) Intonasi suara. Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka
dengan jawaban responden, hendaknya intonasi suara dapat dikontrol
dengan baik agar responden tetap memiliki rasa “nyaman” dalam sesi
wawancara tersebut. Hal yang dapat dilakukan misalnya; mengambil
minum, ngobrol hal yang lain, membuat candaan dll)

41
e) Kecepatan berbicara, Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan
sehingga memberikan jawaban yang diharapkan oleh pewawancara
f) Sensitifitas pertanyaan. Pewawancara mampu melakukan empati kepada
responden sehingga membuat responden tidak malu dalam menjawab
pertanyaan tersebut
g) Kontak mata. Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses
wawancara tersebut..
h) Kepekaan nonverbal. Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa
tubuh yang ditunjukan oleh responden, misalnya responden merasa tidak
nyaman dengan sikap yang ditunjukan oleh pewawancara, pertanyaan atau
hal lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan informasi yang diterima
tidak lengkap
i) Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat
mengontrol waktu. Hal ini dikuatirkan responden dapat menjadi bosan,
lelah sehingga informasi yang diharapkan tidak terpenuhi dengan baik.
Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan wawancara-mendalam yang
dilakukan secara tatap muka adalah 1-2 jam, tergantung isu atau topik
yang dibahas.
Sebelum dilakukan wawancara-mendalam, perlu dibuatkan pedoman (guide)
wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pewawancara dalam menggali
pertanyaan serta menghindari agar pertanyaan tersebut tidak keluar dari tujuan
penelitian. Namun pedoman (guide) wawancara tersebut tidak bersifat baku 
dapat dikembangkan dengan kondisi pada saat wawancara berlangsung dan tetap
pada koridor tujuan diadakannya penelitian tersebut.
Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara-mendalam berjalan dengan
baik, diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan wawancara-
mendalam tersebut. Alat dokumentasi adalah :
1. Recoder (alat perekam suara). Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pewawancara mengingat kembali mengenai wawancara yang telah dilakukan.
Sehingga dapat membantu dalam pembuatan report dan analisanya

42
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah terjadinya
pelaksanaan wawancara dengan responden yang sama agar informasi yang
diberikan tidak bias
3. Catatan lapangan.
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung) dalam
melakukan analisa.

2. FDG ( Focus Group Discussion)


A. Pengertian
FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi
yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau
masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD adalah suatu
proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu
permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung
tiga kata kunci: a.Diskusi (bukan wawancara atau obrolan);
b. Kelompok (bukan individual); c.Terfokus/Terarah (bukan bebas).
Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama
dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di kafe-kafe. FGD
bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan
suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk
mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang
dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu
permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut
bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang
semata-mata digelar untuk mencari konsensus.
Sebagai alat penelitian, FGD dapat digunakan sebagai metode
primer maupun sekunder. FGD berfungsi sebagai metode primer jika
digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian atau metode utama
(selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD

43
sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk
melengkapi riset yang bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah satu
teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode
primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.
Di luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger &
Casey (2000: 12-18) menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat
digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan, misalnya (1) pengambilan
keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau program,
(4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

B. Kapan FGD Harus Digunakan?


FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian
sosial jika:
1. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi,
sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan.
2. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara
kelompok atau kategori masyarakat.
3. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset
kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan
berimplikasi luas.
4. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena
mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya.

C. Kapan FGD Tidak Diperlukan?


FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode
penelitian sosial jika:
1. Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta
2. Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
3. Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-
share dalam sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut
diajukan secara personal antara peneliti dan informan.

44
4. Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan
yang berkategori “sensitif”.
5. Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
6. Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.
Meskipun terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang
hanya berlangsung 1 -3 jam, memerlukan persiapan, kemampuan, dan
keahlian khusus. Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar
hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

D. Persiapan dan Desain Rancangan FGD


Sebagai sebuah metode penelitian, pelaksanaan FGD memerlukan
perencanaan matang dan tidak asal-asalan. Untuk diperlukan beberapa
persiapan sebagai berikut: 1) Membentuk Tim; 2) Memilih Tempat dan
Mengatur Tempat; 3) Menyiapkan Logistik; 4 Menentukan Jumlah Peserta;
dan 5) Rekruitmen Peserta.
1. Membentuk Tim
Tim FGD umumnya mencakup:
1. Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami
masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak
dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola
diskusi (ketrampilan proses).
2. Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati
jalannya FGD, dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus
diskusi (apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada
pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD
yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan
berpendapat.
3. Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti
permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya.
Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer
atau laptop yang lebih fleksibel.

45
4. Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan),
menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut
mitra kerja lokal di daerah penelitian.
5. Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD
berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi,
akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau
barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
6. Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan
dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin
berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama perekam selama dan
sesudah FGD berlangsung.
7. Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput,
konsumsi, bloker (penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya
anak kecil, preman, telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa
peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb)

2. Memilih dan Mengatur Tempat


Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun
seyogianya tempat FGD yang dipilih hendaknya merupakan tempat yang
netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan bebas dari
gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil,
dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk
yang memadai (bisa lantai atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah
atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator sebagai fokusnya. Jika
FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk yang depannya
ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap pintu
tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai “pemandangan”
yang dapat dilihat diluar rumah.
Jika digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:

46
(Irwanto, 2006: 68)

3. Menyiapkan Logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum,
selama, dan sesudah FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis
(ATK), dokumentasi (audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD:
seperti transportasi; properti rehat: alat ibadah, konsumsi (makanan kecil dan
atau makan utama); insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan lain
sebagainya.
Insentif dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar
diberikan. Selain sebagai strategi untuk menarik minat peserta, pemberian
insentif juga merupakan bentuk ungkapan terimakasih peneliti karena peserta
FGD bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mencurahkan
pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam
undangan mengenai intensif apa yang akan mereka peroleh jika datang dan
aktif dalam FGD. Mengenai bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan dengan
sumberdaya yang dimiliki peneliti. Umumnya insentif dapat berupa sejumlah
uang atau souvenir (cinderamata).

4. Jumlah Peserta
Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Menurut beberapa literatur tentang FGD (lihat misalnya
Sawson, Manderson & Tallo, 1993; Irwanto, 2006; dan Morgan D.L, 1998)

47
jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang, namun ada juga yang menyarankan
jumlah peserta FGD lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8
orang (Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan variasi
yang menarik, dan terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-
masing peserta untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam.
Jumlah peserta dapat dikurangi atau ditambah tergantung dari tujuan
penelitian dan fasilitas yang ada.

5. Rekruitmen Peserta: Homogen atau Heterogen?


Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto
(2006: 75-76) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai
dengan tujuan awal diadakannya FGD.
2. Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan
variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel
sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi peserta itu harus
memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. Dalam mempelajari
persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar, FGD
dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial
ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau
diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen.
3. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya
semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu
orang saja juga akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama.
4. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena
variasinya terlalu besar.
5. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis
kelamin, status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi
dalam melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih
dapat berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu.

48
6. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah
ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana
yang harus/boleh/tidak boleh homogen.

E. Pelaksanaan FGD
Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan
moderator sebagai “Sang Sutradara”. Peran Moderator dalam FGD dapat
dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang bersifat pokok (secara prosedural
pasti dilakukan) maupun yang tentatif (hanya diperlukan jika memang situasi
menghendaki demikian). Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD, (b)
meminta klarifikasi, (c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing
(penggalian lebih dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah
ada peserta yang dominan dan memberi kesempatan yang lain untuk
bersuara), (g) reframing, (h) refokus, (i) melerai perdebatan, (j) memanfaatkan
jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan (l) menutup FGD.
Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan
baik adalah permulaan. Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap
terarah, tugas awal moderator terkait dengan permulaan diskusi yaitu (1)
mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan singkat topik yang akan
dibahas (overview), (3) membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati
bersama (atau hal-hal lain yang akan membuat diskusi berjalan mulus), dan
(4) mengajukan pertanyaan pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu
usahakan, baik pertanyaan maupun respon dari jawaban pertama tidak terlalu
bertele-tele karena akan menjadi acuan bagi efisisensi proses diskusi tersebut.

F. Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD


Analisis data dan Penulisan Laporan FGD adalah tahap akhir dari kerja
keras peneliti. Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut:
1. Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD
2. Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim)
3. Baca kembali hasil transkrip

49
4. Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol dan berulang-
ulang muncul dalam transkrip, lalu kelompokan menurut masalah atau
topik. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang berbeda
untuk mengurangi “bias” dan “subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga
dilakukan dengan mengikuti Topik-topik dan subtopik dalam Panduan
diskusi. Jangan lupa merujuk catatan yang dibuat selama proses FGD
berlangsung.
5. Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam
FGD biasanya mencakup:
a) Konsensus
b) Perbedaan Pendapat
c) Pengalaman yang Berbeda
d) Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya.
Catatan Penting:
 Perlu diingat bahwa jika dalam sebuah wawancara pribadi, peneliti
dihadapkan pada data individual—bukan sebuah proses kelompok—maka
dalam FGD peneliti akan memperoleh data individu sekaligus kelompok.
 Semua pekerjaan, mulai dari mengumpulkan data, membahas hasil, mencari
topik yang penting dalam transkrip, membahas kembali topik-topik itu,
sampai menuliskan laporan harus dilakukan dengan tim atau paling tidak
berpasangan untuk menghindari pendapat subjektif pribadi. Bila dilakukan
dalam tim maka laporan bisa mendekati keutuhan karena berbagai
pandangan saling melengkapi.

3. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan
langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain
penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung
berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan

50
selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk
membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
1. Tujuan Observasi.
Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang
kehidupan sosial yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya.
Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari
hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya.
Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data
konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.

2. Jenis-jenis Observasi.
Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis,
yaitu observasi partisipasi dan observasi non partisipasi.
a. Observasi partisipasi.
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau
observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan.
Jadi, peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan
bagian dari kelompokyang ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah
peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya
sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian.
Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat
dalam situasi itu sehingga proseduryang berikutnya tidak mudah dicek
kebenarannya oleh peneliti lain.
b. Observasi non partisipasi.
Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya
tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang
diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada saat ini. Kelemahan cara ini
antara lain kehadiran pengamat dapat memengaruhi sikap dan perilaku
orang yang diamatinya.

51
3. Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu
checklist, rating scale, anecdotal record, catatan berkala, dan mechanical
device.
a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama. responden
dan faktor- faktor yang akan diamati.
b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut
tingkatan- tingkatannya.
c. Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.
d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk
memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.
4. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan
Data
a. Kelebihan observasi.
Kelebihan dari observasi, antara lain:
1) Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal,
perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga
pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.
2) Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan
berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan
penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal
dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun,
hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung.
b. Kelemahan observasi.
Kelemahan dari observasi, antara lain:
1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan
langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku
Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus
menunggu adanya upacara adat tersebut.

52
2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena
yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena
perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern
akan sulit atau tidak mungkin dilakukan.
3. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi,
seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang
bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung
terhadap konflik keluarga tersebut karena kurang jelas.

5. Observasi Partisipatif
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau
observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi,
peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari
kelompokyang ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan
bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya
tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada
kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga
proseduryang berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

6. Survey
Adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.

7. Pemeriksaan Data

53
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi
penelitian yang dimasuksudkan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi, dengan mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas
dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian berbagai jenis
rancangan atau metode penelitian.

B. Saran
Melalui makalah ini kami berharap melalui makalah ini para
pembaca dapat menggunakan metode penelitian yang tepat ketika mulai
melakukan penelitian dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

54

Anda mungkin juga menyukai