Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA NATAL CARE (INC)

DAMIANUS GUIDO

18180100091

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2019
A. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian proses dimana jalan lahir disiapkan untuk
memungkinkan bayi bisa keluar dari rongga rahim ke dunia luar. Dalam proses ini
biasanya bisa terlaksana dengan persalinan pervaginam baik secara spontan,
instrumental, dan section caesarean (Capogna, 2015).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.(Asuhan Persalinan
Normal,2014)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan ( 37- 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2011)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat timbul dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.( Ilmu Kebidanan,2012)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo S, 2009).

B. Batasan Persalinan Normal dan Persalinan dengan Resiko Tinggi


Persalinan normal adalah peristiwa adanya kontraksi uterus yang disertai dengan
kemajuan proses dilatasi dan pendataran serviks. Persalinan normal adalah peristiwa
lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam uterus dengan presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa mengunakan alat pertolongan pada usia kehamilan aterm dengan
berat badan bayi 2500 gram atau lebih, dengan lama persalinan kurang dari 24 jam
yang dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan. Sedangkan
menurut WHO, persalinan normal adalah peralinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir ), mempunyai resiko rendah pada
awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42
minggu, dan setelah persalinan ibu dan bayi berada dalam kondisi baik.
Persalinan abnormal (distosia) adalah persalinan yang berjalan tidak normal.
Seringkali pula disebut sebagai partus lama, partus tak maju , disfungsi persalinan atau
disproporsi sepalo pelvik (CPD). Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang
sulit, memiliki karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat.
Persalinan abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran
bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah
indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic
disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau
lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap penyempitan diameter panggul yang
mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul
sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau
umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet,
outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang
dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
1. Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa
dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa
mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya maka persalinan harus dibantu dengan forceps. Setelah pembukaan lengkap
dan ketuban pecah, tenagalah yang mendorong anak keluar.
2. Passage
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul dan bagian
lunak yaitu otot-otot panggul.
3. Passenger
Passenger adalah penumpang yang melewati jalan lahir yaitu janin, plasenta
atau juga selaput ketuban yang harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu,
plasenta dan selaput ketuban serta cairan amnion dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin.

4. Posisi ibu dan Psikologis


Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari Bendosphin,
Cortisol, Adenocus tricotropin, EpinephrinHormon – hormon tersebut
mempengaruhi otot-otot halus uterus yang dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus sehingga menimbulkan distorsia (pembukaan serviks lambat
sehingga dapat mengganggu proses kemajuan persalinan).
Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan persalinan:
Kecemasan

Persalinan 1. Peningkatan Bendharpin


2. Adenous Tricotropin
3. Cortisol
4. Epinephrine

Pembukaan Serviks
Kontraksi
Lambat

Otot Halus Uterus


Terganggu

Gambar : Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan persalinan

 Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan terjadinya


Retensi Na, Ekskresi K, dan Penurunan glukosa sehingga dapat mempengaruhi
sekresi epinefrin dan dapat menghambat aktivitas miometrium. Berikut gambar
siklus pengaruh ketakutan terhadap persalinan:
Ketakutan

Persalinan Lama Menimbulkan:


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan Glukosa
Pembukaan Serviks
Lambat

Kontraksi Uterus Menghambat Aktivitas


Lemah Miometrium

Gambar : Siklus pengaruh ketakutan pada kemajuan persalinan

D. Proses Persalinan
1. Tanda-tanda Persalinan

a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir atau lender
bercampur darah (blood show).
c. Dapat disertai ketuban pecah.
d. Dijumpai perubahan serviks.
e. Perlunakan serviks.
f. Pendataran serviks.
g. Pembukaan serviks.

2. Tanda-tanda Persalinan Semu dan Sejati


Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga
mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.

3. Mekanisme Persalinan :
1. Karakteristik Kala I
Disebut juga kala pembukaan, yaitu mulai pembukaan 1 hingga 10 (lengkap).
Kala I dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase Laten
 Fase ini dimulai sejak awal terjadinya kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumya, fase laten berlangsung hampir atau sampai 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik.
b. Fase Aktif
 Fase ini berlangsung dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Terjadi penurunan bagian terendah janin.
(Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2010: 38)
2. Karakteristik Kala II
Disebut juga kala pengeluaran yang terjadi 20 menit hingga 3 jam.
Kontraksi pada kala ini menjadi semakin kuat dengan lama 49-90 detik. Namun
durasi kontraksi menjadi lebih panjang, yaitu 3-5 menit. Hal ini berguna untuk
member waktu ibu beristirahat dan menghindari terjadinya asfiksia pada janin.
3. Karakteristik Kala III
Disebut juga kala uri. Berlangsung 6-15 menit setelah bayi keluar. Lama
kala III maksimal 30 menit. (Sarwono Prawirohardjo. 2010: hal. 334-335).
Fisiologi Kala III:
a. Lepasnya placenta dari implantasinya pada dinding uterus
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina. (Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2012: 123)
b. Pengeluaran placenta dari cavum uteri
Pengeluaran placenta dari cavum uteri dilakukan setelah memastikan placenta
telah lepas dari perlekatannya
4. Karakteristik Kala IV

Setelah plasenta lahir:


a. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
b. Evaluasi tinggi fundus uterus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa
jari di bawah pusat.
c. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak
langsung untuk mengukur kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala
dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, dan
kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. bila ibu
mengalami syok hipovolemik, maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total
jumlah darah ibu (2000 – 2500 ml). (Asuhan Persalinan Normal,JNPK-KR,
2012: 137)
d. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)
perineum. Perluasan laserasi perineum:
 Derajat Satu, laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
perineum. Laserasi derajat satu tak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik.
 Derajat Dua, laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
dan otot perineum. Laserasi derajat dua dijahit menggunakan teknik penjahitan
laserasi perineum.
 Derajat Tiga, laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, dan otot spinchter ani.
 Derajat Empat, laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spinchter ani, dan dinding depan rectum.
Laserasi derajat tiga dan empat harus segera di rujuk ke fasilitas terdekat,
karena penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi
perineum derajat tiga dan empat.
(Midwifery Manual of Maternal Care dan Varney’s Midwifery, edisi ke-3)
e. Evaluasi keadaan umum ibu. Selama dua jam pertama pasca persalinan:
 Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama
satu jam kedua kala IV.
 Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala IV.
 Pantau temperature tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
 Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua kala IV.
 Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah
darah yang keluar serta bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi
lembek.
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup,
kemudian berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
 Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di
bagian belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.
(Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2012: 137-139)

E. Adaptasi Persalinan
1. Adaptasi Fetal
Setelah perkembangan embrio, tahap perkembangan janin terjadi. Dalam
perkembangan prenatal manusia, perkembangan janin dimulai dari minggu
kesembilan setelah pembuahan (atau usia kehamilan minggu ke sebelas) dan
berlanjut hingga kelahiran. Perkembangan prenatal adalah sebuah kontinum, tanpa
ciri khas yang jelas yang membedakan embrio dari janin. Namun, janin dicirikan
oleh keberadaan semua organ tubuh utama, meskipun mereka belum sepenuhnya
berkembang dan fungsional dan beberapa belum terletak di lokasi anatomi terakhir
mereka.
2. Adaptasi Maternal
a. Menerima kehamilan:
 Kesiapan menyambut kehamilan
 Respon emosional
 Respon terhadap perubahan citra tubuh
 Ambivalensi selama masa hamil
 Upacara tanda kedewasaan
b. Mengenal peran ibu
c. Hubungan ibu – anak perempuan
d. Hubungan dengan pasangan
 Hubungan seksual
 Kekhawatiran tentang janin
e. Hubungan ibu – anak
 Fase 1: menerima fakta biologis
 Fase 2: menerima janin
 Fase 3: secara realistis mempersiapkan diri
f. Persiapan melahirkan
g. Wanita yang menjadi ibu untuk kali kedua
3. Adaptasi Paternal
a. Menerima kehamilan
 Kesiapan menyambut kehamilan
 Respon emosi
 Identifikasi peran ayah
 Hubungan dengan pasangan
 Hubungan ayah – anak
 Antisipasi persalinan
4. Adaptasi Sibling
a. Membagi perhatian dengan saudara baru mugkin mirip krisis utama untuk
seorang anak yang lebih tua
b. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan sibling usia, sikap orang
tua, peran ayah & bagamana ortu mempersiapkan anak tertua tehadap perubahab
yang terjadi
F. Pathway Intranatal
G. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Non Pharmakologi
1. Metode Persiapan Persalinan
a. Metode Dick-Read
Grantly Dick- dan read ialah seorang dokter inggris yang menulis dua buku,
natural childbirth (1933) dan Child-birth Without fear (1944). Ia menulis bahwa
rasa nyeri melahirkan merupakan akibat pengaruh social dan sindrom takut –
tegang – nyeri.
Menurut Dick – Read ( 1959 ) : Rasa takut, tegang, dan nyeri ialah tiga
selubung yang bertentangan dengan rancangan alam. Apabila rasa takut, tegang,
dan nyeri berjalan beriringan, untuk menghilangkan nyeri perlu dilakukan
tindakan untuk meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut. Implementasi
teori saya menunjukkan metode yang dapat mengalahkan ketakutan,
menghilangkan ketegangan, dan menggantinya dengan relaksasi mental dan fisik.
Karya Dick – Read menjadi dasar program persiapan melahirkan dan
pelatihan pengajar diseluruh Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Afrika
Selatan. Perawat yang telah mempelajari metode ini mendirikan International
Childbirth Education Association ( ICEA ) pada tahun 1960.
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick – Read meliputi pemberian informasi
tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, hygiene, dan latihan fisik.
Kelas – kelas ini mengajarkan tiga teknik :
 Latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan.
 Latihan relaksasi secara sadar.
 Latihan pola napas.
Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh
tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik
selama kontraksi maupun diantara kontraksi.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang masa
bersalin, napas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu
terakhir ini, menahan napas pada tahap kedua persalinan. Para pengajar metode
Dick – Read berpendapat bahwa berat otot – otot abdomen terhadap uterus yang
berkontraksi meningkatkan rasa nyeri. Wanita melahirkan diajar untuk
mendorong otot – otot perutnya ke atas saat rahim naik selama suatu kontraksi.
Dengan demikian otot – otot abdomen terangkat dari uterus yang berkontraksi.
Metode Dick – Read telah diadaptasi karena dukungan persalinan yang
dahulu hanya dilakukan oleh perawat, saat ini dapat dilakukan oleh suami atau
orang lain yang dipilih ibu.

b. Metode Lamaze
pada sekitar tahun 1960, metode Lamaze menjadi populer di Amerika
Serikat, setelah Marjorie Karmel memperkenalkan metode psikoprofilaksis (
PPM ) dalam bukunya, Thank You, Dr. Lamaze. The American Society For
Psychoprophylaxis in Obstetrics ( ASPO ) didirikan pada tahun 1960 dan the
National Associaton of Childbirth Education, Inc. ( NACE ) dibentuk pada tahun
1970 untuk mempromosikan metode Lamaze dan mempersiapkan pengajar
metode ini. Pada tahun 1971, the National Council of Childbirth Education
Specialists, Inc. ( CCES ) didirikan untuk menawarkan seminar untuk melatih
pengajar.
Metode Lamaze berasal dari karya Pavlov tentang classical conditioning.
Menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respons bersyarat. Wanita juga dapat
dikondisikan supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode
Lamaze membuat wanita berespons terhadap kontraksi rahim buatan dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan sebagai ganti berteriak dan
kehilangan kendali ( Lamaze, 1972 ). Strategi untuk mengatasi rasa nyeri ini
antara lain memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada
gambar yang sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga
jalur saraf itu tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.
Wanita ini diajar untuk merelaksasi otot – otot yang tidak terlibat saat ia
mengontraksi kelompok otot tertentu. Ia akan menerapkan latihan ini pada saat
melahirkan, yakni dengan merelaksasi semua otot lain saat rahim berkontraksi.
Wanita yang mengikuti kelas p;ersiapan dengan memakai metode Lamaze selama
tahap pertama persalinan mempertahankan control neuromuskular pada tingkat
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang mempersiapkan diri
dengan caranya sendiri ( Bernardini, Maloni, Stegman, 1983 ). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Cronenwett dan Brickman ( 1983 ) dan Mackey (
1990 ), mempertahankan kendali erat kaitannya dengan rasa puas.
Pengajar – pengajar metode Lamaze percaya bahwa pernapasan dada
mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan lebih
banyak ruang bagi rahim untuk berkembang. Pola pernapasan dada bervariasi,
sesuai intensitas kontraksi dan kemajuan persalinan. Para pengajar ini juga
berusaha menghilangkan rasa takut dengan meningkatkan pemahaman tentang
fungsi tubuh dan nyeri neurofisiologis. Dukungan pada saat bersalin diberikan
oleh suami, orang lain, atau pleh tenaga ahli terlatih yang disebut monitrice.

c. Metode Bradley
Robert Bradley, seorang ahli kandungan dari denver, menulis Husband –
Coached Childbirth pada tahun 1965, suatu metode yang menjelaskan apa yang
disebutnya persalinan alami yang sebenarnya, yakni tanpa tindakan anestesi atau
analgesi dan dengan bantuan suami serta memakai teknik pernapasan khusus saat
melahirkan. The American Academy of Husband – Coached Childbirth (
AAHCC ) didirikan untuk mempersiapkan para pengajar dan menyiapkan
metode ini supaya dapat digunakan.
Metode Bradley didasarkan pada observasi perilaku binatang saat
melahirkan dan menekankan keharmonisan tubuh, yakni dengan melakukan
control pernapasan, pernapasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh ( Bradley, 1974
). Teknik ini menekankan factor lingkungan, seperti suasana gelap, menyendiri,
dan suasana tenang sehingga peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. Ibu yang
memakai metode Bradley sering tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya mereka
berada dalam tingkat relaksasi mental yang dalam.
Walaupun kehadiran ayah pada saat melahirkan tampaknya merupakan
factor yang sangat penting bagi kebanyakan wanita, konsep ayah atau suami
sebagai penolong persalinan mendapat kritikan dari beberapa pihak ( klien, dkk,
1981 ). Beberapa pria tidak nyaman dalam memainkan peran ini, tetapi tetap
dapat mendukung istrinya selama hamil dan bersalin.
2. Teknik-teknik relaksasi dan bernafas
Relaksasi tidak hanya kegiatan pasif, tapi sebuah kegiatan yang secara sadar
dan aktif merilis ketegangan. Melakukan teknik relaksasi fisik yang melepaskan/
merilekskan otot-otot membantu untuk mengurangi ketegangan fisik, mengurangi
rasa sakit. Hal ini juga dapat menyebabkan rasa aman dan kesejahteraan emosional,
yang akhirnya akan mengurangi kecemasan, yang mengurangi kepekaan kita
terhadap rasa sakit.
H. Pengkajian Fetal
1. Teknik Monitoring: Auskultasi djj, elektrolit fetal monitoring (cardiografi)
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat wanita tidak
sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120
sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi detik jam
dibawah bantal.
Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan :
a. Auskultasi periodik
Tersedia beberapa instrumen untuk mendeteksi denyut jantung janin seperti :
Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop Pinard/Laenec (18-20 minggu), Stetoskop
ultrasonografi dopler (12 minggu).
b. Electronic Fetal Monitoring
Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu : alat eksternal (transducer
eksternal) dan alat internal (elektroda spiral dan kateter tekanan intrauterin).
c. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan stetoskop Pinard
 Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari suara
lain.
 Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu
diperiksa ditutup, pintu/jendela ditutup.
 Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.
 Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan. Setelah daerah
ditentukan, stetoskop Pinard dipakai, bagian yang berlubang luas ditempatkan
ke atas tempat/daerah dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian
yang lubangnya sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak lurus.
 Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung
janin. Bila telah terdengar suatu detak, maka untuk memastikan apakah yang
terdengar itu bunyi jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan detak
nadi ibu. Bila detakan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung
janin, tetapi detak aorta abdominalis dari ibu.
 Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin,
maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensi denyut jantung
janin itu.
Dengan menggunakan doppler
 Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan
 Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen
dengan permukaan sensor.
 Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan
tombol start untuk mendengarkan denyut jantung janin.
 Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol
pengatur volume.
 Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui monitor.
d. Cara Menghitung Denyut Jantung Janin
Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini
dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta
membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.

2. Non stress test


NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.

3. Ultrasonografi
Ultrasonografi digunanakan untuk memastikan posisi kandungan, plasenta, dan janin
serta jumlah cairan amnion yang mencukupi.
a. Mengetahui kelainan bawaan (Syndrome down,dll)
b. Mengetahui jenis kelamin bayi.
c. Mengetahui tingkat kematangan paru janin.Mengetahui ada tidaknya infeksi
cairan amnion.
I. Ciri-ciri “Family Centered Maternity Care”
1. Dilaksanakannya kelas-kelas antenatal
2. Melibatkan partisipasi keluarga pada persalinan dan post partum
3. Persalinan tindakan melibatkan keluarga
4. Rumah bersalin seperti rumah
5. Pelaksanaan prosedur fleksibel
6. Kontak dini orang tua-bayi
7. Pelaksanaan rooming-in fleksibel
8. Bayi dengan komplikasi melibatkan keluaga
9. Pemulangan dini dengan folllow up
J. Faktor-faktor Resiko Persalinan
1. Umur
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Jarak Kehamilan
5. Antenatal Care
6. Riwayat Obstetrik
7. Kehamilan Kembar
8. Ketuban Pecah Dini (KPD )
9. Plasenta Previa
10. Solutio Plasenta
11. Mioma Uteri
12. Diabetes Mellitus
13. Pre-eklamsi
14. Penyakit Jantung
15. Anemia

K. Persalinan Abnormal
1. Masalah dengan power
Power ( kontraksi uterus ) ; pada kala I dan II, selain gangguan kontraksi uterus
juga dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan meneran.
2. Masalah dengan fetus
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak kondusif untuk
memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai dengan hipoksia janin,
yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup.
Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan (antepartum period) atau selama proses
persalinan (intrapartum period).
Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik dari kondisi janin (masalah tali
pusat, infeksi pada rahim, melewati tanggal persalinan) maupun kondisi ibu
(menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau preeklampsia, kehamilan pada usia di
atas 35 tahun, serta mengalami kehamilan dengan janin kembar atau lebih).
3. Masalah dengan panggul
kelainan pada kapasitas panggul (kelainan bentuk, luas pelvik ) dapat menyebabkan
persalinan abnormal. Baik janin maupun kapasitas panggul dapat menyebabkan
persalinan abnormal akibat adanya obstruksi mekanis sehingga seringkali dinamakan
dengan distosia mekanis. Harus pula diingat bahwa selain tulang panggul , organ
sekitar jalan lahir dapat pula menyebabkan hambatan persalinan ( soft tissue
dystocia akibat vesica urinaria atau rektum yang penuh).
4. Masalah dengan psikologis
Berbagai macam gangguan psikologi pada kehamilan tersebut memang bervariasi.
Namun pada dasarnya, semuanya bisa disebabkan akibat tidak siapnya seorang calon
ibu dalam menerima perubahan statusnya. Berikut ini adalah beberapa gangguan
psikologis yang bisa saja muncul:

a. Harga Diri Rendah


Seorang wanita bisa saja mengalami perasaan harga diri rendah akibat kurangnya
informasi yang tepat mengenai seputar kehamilannya. Biasanya ini dialami
terutama bagi yang pertama kali hamil. Pada kasus kehamilan yang tidak
diinginkan, sikap harga diri rendah ini sudah pasti bisa muncul apabila tidak ada
dukungan dari lingkungan sekitarnya. Mekanisme koping seorang wanita yang
mengalami kehamilan pertama kali biasanya akan banyak membutuhkan
dukungan dari orang-orang terdekatnya, sehingga ia bisa menerima kehamilan
sebagai sesuatu yang memang bisa dialami dan terjadi.

b. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan juga merupakan salah satu gangguan psikologi yang
disebabkan karena seseorang merasa tidak mampu melakukan apa-apa. Stigma
mengenai kehamilan yang ia dapatkan mungkin akan membuatnya merasa seolah
harus membatasi aktivitas dan lain-lain sehingga ia kemudian menjadi tidak mau
melakukan apa-apa. Sikap tidak berdaya ini juga biasanya ditunjukkan untuk
menarik perhatian orang lain, agar ia merasa lebih diperhatikan dan istimewa.

c. Gangguan Citra Tubuh


Gambaran diri atau gambaran citra tubuh merupakan salah satu komponen dari
konsep diri dalam psikologi. Manakala seorang wanita tidak siap dalam
menerima perubahan pada tubuhnya saat hamil, maka ia akan cenderung
memiliki penilaian yang berbeda terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Seseorang mungkin akan menjadi lebih minder dan tidak percaya diri akibat
tubuhnya yang semakin berbeda dari gambaran tubuhnya selama ini. Tingkat
kepuasan terhadap penampilan diri sendiri akan berkurang sehingga
menyebabkan seseorang berpikir untuk tetap tampil cantik meskipun dalam
kondisi hamil.

d. Gangguan Alam Perasaan (Mood)


Perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan juga akan menyebabkan
gangguan alam perasaan (mood). Gangguan mood dalam psikologi ini memang
bisa menyerang wanita kapan saja. Seorang wanita yang hamil pada trisemester
pertama mungkin akan cenderung memiliki mood yang fluktuatif. Ini disebabkan
karena adanya perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuhnya. Bentuk
dukungan akan sangat berguna untuk meningkatkan kestabilan emosi wanita yang
sedang hamil dalam trisemester awal.

e. Depresi
Depresi bisa saja terjadi dan menjadi salah satu gangguan psikologi kehamilan
trisemester pertama jika seorang wanita tidak menginginkan kehamilannya. Sikap
depresi dalam psikologi cenderung akan terjadi jika wanita tersebut sebelumnya
memang memiliki karakteristik yang introvert. Perubahan yang ada di dalam
dirinya dianggap sebagai sesuatu yang seharusnya tidak terjadi sehingga muncul
perasaan-perasaan yang membuatnnya tidak nyaman. Kita mungkin harus tahu
adakah ciri-ciri depresi berat yang mungkin saja muncul pada wanita hamil
supaya bisa lekas mendapat pertolongan.
f. Mania
Berkebalikan dengan depresi, seorang wanita justru bisa lebih mania pada
kehamilan awal demi mencari atau mendapatkan perhatian orang lain. Bentuk
mania bisa digambarkan dalam suasana bagaimana dia merengek-rengek,
berteriak-teriak atau histeris dalam menanggapi sesuatu. Umumnya, wanita hamil
yang memiliki sikap mania ini akan cenderung untuk mencari perhatian orang
lain supaya dianggap penting.

g. Obsesif dan Kompulsif


Obsesif dan kompulsif adalah bentuk gangguan psikologi lain yang juga bisa
muncul pada ibu hamil. Sikap ini juga biasanya dipengaruhi dengan
ketidaksiapan pada saat mengalami perubahan kondisi di awal kehamilan. Bentuk
dukungan seperti sikap menenangkan dan meyakinkan ibu hamil bahwa
semuanya akan baik-baik saja bisa diterapkan untuk mengatasi hal ini.

h. Psikosomatis
Gangguan psikosomatis merupakan kondisi dimana seorang ibu hamil merasa
mengalami gangguan atau sakit pada kehamilannya. Ini biasanya terjadi akibat
kondisinya yang kurang bagus dan sering mengalami kegelisahan yang
berlebihan.

i. Penolakan
Penolakan terhadap kehamilannya bisa terjadi bila memang seorang wanita tidak
benar-benar siap dengan statusnya. Perubahan status menjadi ibu hamil bagi
beberapa orang merupakan suatu hal yang “mengerikan” dan seharusnya
dihindari. Mindset ini bisa saja muncul akibat keyakinan-keyakinan sebelumnya
yang dimiliki. Macam-macam trauma psikologis juga perlu diidentifikasi guna
mengetahui adakah faktor predisposisi yang menyebakan terjadinya penolakan.

j. Kecemasan
Kecemasan adalah bentuk paling umum bagi ibu hamil dalam kehamilan awal-
awalnya. Pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu hamil untuk tetap tenang
dan menjaga kesehatannya merupakan salah satu langkah yang tepat untuk
mengurangi kecemasan. Kecemasan yang tidak tertangani bisa berkembang
menjadi serangan panik, dimana ini juga bisa membahayakan kesehatan si ibu.
Beberapa macam gangguan psikologi tersebut memang tidak asing lagi bagi kita.
Mengenali berbagai macam gangguan tersebut bisa membantuk untuk menjaga
kesehatan jiwa si ibu agar kehamilannya bisa berkembang dengan baik hingga
proses melahirkan. Tentu saja, gangguan psikologi kehamilan trisemester pertama
tidak bisa dianggap remeh dan harus diperhatikan.
5. Persalinan prematur
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih
awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim
mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki
jalan lahir.
6. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM) adalah kondisi di
mana kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan dimulai. Kondisi ini dapat
terjadi baik sebelum janin matang dalam kandungan (sebelum minggu ke-37 masa
kehamilan), maupun setelah janin matang.
L. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal Kala 1
1. Pengkajian KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
 Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
 Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau terdiri dari
flek lendir.

2. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b. Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b.d kurang mengingat informasi
yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
c. Risiko infeksi maternal
d. Risiko kekurangan volume cairan

3. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan 1. Orientasikan klien pada
situasional akibat keperawatan selama lingkungan, staf dan
proses persalinan ……..diharapkan ansietas prosedur
pasien berkurang dengan 2. Berikan informasi tentang
criteria hasil: perubahan psikologis dan
 TTV dbn fisiologis pada persalinan.
 Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas.
perasaan cemasnya. 4. Pantau tekanan darah dan
 Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi.
pasien tenang dan 5. Anjurkan klien
kondusif mengungkapkan
perasaannya.
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien

2. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji persiapan,tingkat


pengetahuan tentang keperawatan pengetahuan dan harapan
kemajuan persalinan selama….,pengetahuan klien
b.d kurang mengingat pasien tentang persalinan 2. Beri informasi dan kemajuan
informasi yang meningkat dengan kriteria persalinan normal.
diberikan, kesalahan hasil: 3. Demonstrasikan teknik
interpretasi informasi.  Pasien dapat pernapasan atau relaksasi
mendemonstrasikan dengan tepat untuk setiap
teknik pernafasan dan fase persalinan
posisi yang tepat untuk
fase persalinan

3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji latar belakang budaya
infeksi maternal b.d keperawatan klien.
pemeriksaan vagina selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina, pantau
berulang dan infeksi maternal dapat tanda-tanda vital.
kontaminasi fekal. terkontrol dengan criteria 3. Tekankan pentingnya
hasil: mencuci tangan yang baik.
 TTV dbn 4. Gunakan teknik aseptic saat
 Tidak terdapat tanda- pemeriksaan vagina.
tanda infeksi 5. Lakukan perawatan perineal
setelah eliminasi.
1. KALA I (fase aktif)
a. Pengkajian
 Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
 Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
 Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
 Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada primipara).

2. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.
 Gangguan eliminasi urin b.d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung
kemih.
 Keletihan b.d peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan metabolisme
sekunder akibat nyeri selama persalinan
 Risiko cidera maternal
 Risiko kerusakan gas janin
3. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji derajat ketidaknyamanan
berhubungan asuhan keperawatan secara verbal dan nonverbal
dengan tekanan selama…..,diharapkan 2. Pantau dilatasi servik
mekanik dari nyeri terkontrol dengan 3. Pantau tanda vital dan DJJ
bagian presentasi. criteria hasil: 4. Bantu penggunaan teknik
 TTV dbn pernapasan dan relaksasi
 Pasien dapat 5. Bantu tindakan kenyamanan spt.
mendemonstrasikan 6. Gosok punggung, kaki
kontrol nyeri 7. Anjurkan pasien berkemih 1-2
jam
8. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-obatan/tidak
10. Berikan lingkungan yang tenang
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan 1. Palpasi di atas simpisis pubis
urin b.d perubahan asuhan keperawatan 2. Monitor masukan dan haluaran
masukan dan selama….,diharapkan 3. Anjurkan upaya berkemih
kompresi mekanik eliminasi urine pasien sedikitnya 1-2 jam
kandung kemih. normal dengan kriteria 4. Posisikan klien tegak dan
hasil: cucurkan air hangat di atas
 Cairan seimbang perineum
 Berkemih teratur 5. Ukur suhu dan nadi, kaji adanya
peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Keletihan b.d Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tanda – tanda vital yaitu
peningkatan keperawatan selama … nadi dan tekanan darah
kebutuhan energi diharapkan ibu tidak 2. Anjurkan untuk relaksasi dan
akibat peningkatan mengalami keletihan istirahat di antara kontraksi
metabolisme dengan kriteria hasili: 3. Sarankan suami atau keluarga
sekunder akibat nadi:60-80x/menit(saat untuk mendampingi ibu
nyeri selama tidak ada his), ibu 4. Sarankan keluarga untuk
persalinan menyatakan masih menawarkan dan memberikan
memiliki cukup tenaga minuman atau makanan kepada
ibu

4. Risiko cidera Setelah dilakukan 1. Pantau aktivitas uterus secara


maternal asuhan keperawatan manual
selama….,diharapkan 2. Lakukan tirah baring saat
cidera terkontrol dengan persalinan menjadi intensif
kriteria hasil: 3. Hindari meninggikan klien tanpa
 TTV dbn perhatian
 Aktivitas uterus baik 4. Tempatkan klien pada posisi
 Posisi pasien nyaman tegak, miring ke kiri
5. Berikan perawatan perineal
selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
(IV)
6 Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi yang
gas janin keperawatan menurunkan situasi uteri
selama….,diharapkan plasenta
janin dalam kondisi baik 2. Pantau DJJ dengan segera bila
dengan criteria hasil: pecah ketuban
o DJJ dbn 3. Instuksikan untuk tirah baring
o Presentasi kepala (+) bila presentasi tidak masuk
o Kontraksi uterus teratur pelvis
4. Pantau turunnya janin pada jalan
lahir
5. Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi
M. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal Kala 2
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat

 Melaporkan kelelahan
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
 Lingkaran hitam di bawah mata
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
e. Nyeri / ketidaknyamanan

 Dapat merintih / menangis selama kontraksi


 Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g. Seksualitas

 Servik dilatasi penuh (10 cm)


 Peningkatan perdarahan pervagina
 Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b. Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
c. Risiko kerusakan integritas kulit

3. Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/ tindakan
presentasi nyeri terkontrol dengan kenyamanan seperti perawatan
kriteria hasil: kulit, mulut, perineal dan alat-alat
 TTV dbn tenun yang kering
 Pasien dapat 3. Bantu pasien memilih posisi yang
mendemostrasikan nyaman untuk mengedan
nafas dalam dan 4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
teknik mengedan 5. Kolaborasi pemasangan kateter dan
anastesi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah dan nadi tiap
jantung b.d fluktuasi asuhan keperawatan 5 – 15 menit
aliran balik vena selama…..,diharapkan 2. Anjurkan pasien untuk inhalasi dan
kondisi cardiovaskuler ekhalasi selama upaya mengedan
pasien membaik dengan 3. Anjurkan klien / pasangan memilih
kriteria hasil: posisi persalinan yang
 TD dan nadi dbn mengoptimalkan sirkulasi.
 Suplay O2 tersedia
3. Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Bantu klien dan pasangan pada
integritas kulit keperawatan posisi tepat
selama….,diharapkan 2. Bantu klien sesuai kebutuhan
integritas kulit terkontrol 3. Kolaborasi epiostomi garis tengah
dengan kriteria hasil: atau medic lateral
 Luka perineum 4. Kolaborasi terhadap pemantauan
tertutup (epiostomi) kandung kemih dan kateterisasi

N. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal Kala 3


1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b. Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan
cepat
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
 Nadi melambat
c. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
d. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e. Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
 Tali pusat memanjang pada muara vagina
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Risiko cidera maternal

3. Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan asuhan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama…,diharapkan 2. Berikan kompres es pada
nyeri terkontrol dengan perineum setelah melahirkan
criteria hasil: 3. Ganti pakaian dan liner basah
 Pasien dapat control 4. Berikan selimut penghangat
nyeri 5. Kolaborasi perbaikan episiotomy
1. Risiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
volume cairan asuhan keperawatan mendorong pada kontraksi
selama….,diharapkan 2. Kaji tanda vital setelah
cairan seimbang pemberian oksitosin
denngan criteria hasil: 3. Palpasi uterus
 TTV dbn 4. Kaji tanda dan gejala shock
 Darah yang keluar 5. Massase uterus dengan perlahan
± 200 – 300 cc setelah pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian cairan
parentral

3. Risiko cedera Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri dan massase


maternal asuhan keperawatan dengan perlahan
selama….,diharapkan 2. Kaji irama pernafasan
cidera terkontrol dengan 3. Bersihkan vulva dan perineum
criteria hasil: dengan air dan larutan antiseptic
 Plasenta keluar utuh 4. Kaji perilaku klien dan
 TTV dbn perubahan system saraf pusat
5. Dapatkan sampel darah tali pusat,
kirim ke laboratorium untuk
menentukan golongan darah bayi
6. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral
O. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal Kala 4
1. Pengkajian

a. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada
respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin
atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
c. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
h. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
i. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum bebas
dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas.
b. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota keluarga
c. Resiko kekurangan volume cairan

3. Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d efek Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama … diharapkan 2. Beri informasi yang tepat tentang
jaringan, kelelahan pasien dapat perawatan selama periode
fisik dan mengontrol nyeri, nyeri pascapartum
psikologis, ansietas berkurang dengan Kriteria 3. Lakukan tindakan kenyamanan
hasil : 4. Anjurkan penggunaan teknik
 Pasien melaporkan relaksasi
nyeri berkurang 5. Beri analgesic sesuai kemampuan
 Menunjukkan postur
dan ekspresi wajah
rileks
 Pasien merasakan
nyeri berkurang pada
skala nyeri (0-2)
3. Penurunan koping Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk
keluarga b.d keperawatan menggendong, menyentuh bayi
transisi/peningkata selama…..,diharapkan 2. Observasi dan catat interaksi bayi
n anggota keluarga proses keluarga baik 3. Anjurkan dan bantu pemberian
dengan kriteria hasil: ASI, tergantung pada pilihan klien
o Ada kedekatan ibu dengan
bayi
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan klien pada posisi
volume cairan keperawatan rekumben
selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang memperberat kejadian
cairan simbang dengan intrapartal
criteria hasil: 3. Kaji masukan dan haluaran
 TD dbn 4. Perhatikan jenis persalinan dan
 Jumlah dan warna anastesi, kehilangan daripada
lokhea dbn persalinan
5. Kaji tekanan darah dan nadi setiap
15 menit
6. Dengan perlahan massase fundus
bila lunak
7. Kaji jumlah, warna dan sifat aliran
lokhea
8. Kolaborasi pemberian cairan
parentral

P. Karakterisktik Bayi Baru Lahir


Karakteristik perilaku bayi akan membantu bayi dalam berinteraksi dan berhubungan
dengan orang tua. Oleh sebab itu, orang tua terutama ibu perlu mengenal dan
mengetahui setiap respons perilaku yang ditunjukkan oleh bayinya. Pengetahuan ibu
tentang karakteristik perilaku bayiakan membantu meningkatkan ikatan kasih sayang.
Dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran bayi merupakan masa transisi
kehidupan diluar rahim ibu. Selamaperiode ini bayi mengalami perubahan karakteristik
perilaku dari waktu-waktu, yaitu:
a. Dalam 6 sampai 8 jam setelah kelahiran disebut periode reaktivitas pertama. Dalam
30 menit pertama bayi dalam kondisi siaga, waspada, dan tenang. Bola mata terbuka,
bayi mampu memfokuskan pandangan pada wajah orang tuanya dan menyimak
suara terutama suara ibu sehingga saat tepat bagi bayi dan orang tua untuk membina
hubungan. Bayi juga melakukan gerakan-gerakan aktif, menangis dengan kuat, serta
tampak kelaparan dan memiliki refleks isap yang kuat sehingga menjadi saat yang
tepat untuk mulai memberikan ASI. Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
menjadi salah satu cara mempercepat interaksi yang baik untuk membina hubungan
melalui kontak kulit, mengelus, menggendong, berbicara, dan mempertahankan
kontak mata.
b. Fase tidak aktif, yaitu saat istirahat bayi, terjadi setelah 30 menit kelahiran yang
ditandai dengan bayi mengantuk dan tertidur. Periode bisa berlangsung 2 sampai 4
jam. Bayi menjadi tenang, tidak memberikan respons, dan sulit untuk dibangunkan.
Kondisi rileks menyebabkan denyut jantung, pernapasan dan suhu tubuh menurun.
Dianjurkan untuk tidak melepas baju atau memandikan bayi selama periode ini
karena dapat menyebabkan kedinginan pada bayi.
c. Fase reaktivitas kedua merupakan periode kedua bayi terjaga dan waspada setelah
bangun dari tidur nyenyak. Bayi menunjukkan keadaan sadar dan tenang, aktif dan
menangis. Pemberian makan dapat dimulai jika belum ada inisiasi pada fase
reaktivitas pertama. Refleks isap yang kuat, mengoceh (root), dan menelan akan
membantu pemberian makan/ASI. Periode ini juga menjadisaat yang berharga untuk
orang tua menjalin interaksi dengan bayi. Setelah melewati periode ini, bayi akan
memasuki kondisi fisik dan fungsi tubuh yang stabil, serta membentuk pola tidur
dan terjaga yang teratur.
Q. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Untuk mempermudah kan suatu pengkajian yang akan kita lakukan maka perlu
dipersiap kan cheklist langkah – langkah pemerksaan fisik bayi baru lahir,berikut tabel
langkah untuk memeriksa bayi adalah sebagai berikut :

No Pemeriksaan Hasil pemeriksaan


1 Penampilan secara umum
2. Tanda-tanda fisik
- Pernafasan
- Detak jantung
- Temperatur
3 Berat badan kg /gram
4 Panjang badan cm / inci
5 Tengkorak ( cm )
6 Telinga
7 Mata
8 Hidung dan mulut
9 Leher
10 Bahu,lengan,dada
11 Perut
12 Alat kelamin
13 Pinggul
14 Tungkai dan kaki
15 Punggung dan anus
16 Kulit

a. Riwayat meliputi :
 Persalinan (lamanya? Spontan? KPSW? Lainnya?)
 Neonatal (mekonium? Trauma saat lahir?)

b. Menilai keadaan umum bayi


 Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proporsional/tidak)
 Bagian kepala, badan dan exstremitas (pemeriksaan akan kelainan)
 Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
 Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
 Tangis bayi (melengking, merintih, normal)

c. Tanda-tanda vital
 Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik
turun perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal 40-60 kali per
menit.
 Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di dengar dengan
jelas ,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160 kali permenit.
 Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya 36,5 o C – 37,2 o C diukur pada daerah
aksila bayi selama lima menit dengan menggunakan termometer
d. Lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan.
 Berat badan.
Berat badan bayi baru lahir yang normal yaitu berkisar antara 2500-4000
garam. Diukur dengan keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan
pemeriksaan berat badan pada bayi baru lahir tetap harus dibungkus dan hasil
nya dikurangkan dari berat bungkus bayi. Contoh :
Berat bayi dg bungkus : 3,50 kg
Berat bungkus : 0,25 kg
Berat bayi : 3,25 kg
 Panjang Badan
Rentangkan bayi dengan lembut, dengan pita pengukur, ukurlah dari ujung
kepala sampai ujung tumit nya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara
45-53 cm .

e. Periksa bagian kepala bayi


 Ubun-ubun
Ukuran variasi, tidak ada standar. Merupakan titik lembut pada bagian atas
kepala bayi di tempat tulang tengkorak yang belum sepenuhnya bertemu.
 Sutura, molase.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Tulang tengkorang baru menyatu : dua tahun
 Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan baik karena
trauma persalinan (caput succedaneum, cephal hematoma) atau adanya cacat
congenital ( hydrocephalus)
 Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal occipitalis kepala bayi

f. Periksa telinga
Untuk memeriksa telinga bayi, tataplah muka nya. Bayangkan sebuah garis melintasi kedua
mata nya, normalnya beberapa bagian telinga harus berada diatas garis ini .

g. Periksa mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan apakah bergerak
bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi jika disinari dia
akan mengecil berarti dalam keadaan normal. juga tanda – tanda infeksi seperti misal nya ada
pus.

h. Periksa hidung dan mulut


Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau kah ada
hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langi-langit, reflek hisap, dinilai
dengan mengamati pada saat bayi menyusu atau dengan cara menekan sedikt pipi bayi untuk
membuka mulut bayi kemudian masukan jari tangan anda untuk merasakan hisapan dari bayi.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti labiopalatoskizis.

i. Periksa leher bayi


Periksa lehernya adakah pembengkakan dan benjolan .Pastikan untuk melihat apakah thyroid (
gumpalan di bagian depan tenggorokan bengkak ) hal ini merupakan suatu masalah pada bayi
baru lahir .

j. Periksa dada
Pada daerah yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi nafas dan bunyi jantung
(dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop)

k. Periksa bahu, lengan dan tangan.


Yang dilakukan adalah melihat gerakan dari bayi apakah aktif atau tidak kemudian
menghitung jumlah jari pada bayi.

l. Periksa bagian perut


Pada perut yang perlu dilakukan pemeriksaan yaitu bentuk dari perut bayi, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pust pada saat bayi menangis, perdarahan pada tali pusat ,dinding perut
lembek (pada saat tidak menangis ) dan benjolan yang terdapat pada perut bayi.
m. Periksa alat kelamin. Hal yang perlu diperhatiakan :
 Bayi laki-laki
Yang harus diperiksa adalah normal nya dua testis berada dalam scrotum,
kemudian pada ujung penis terdapat lubang.
 Bayi Perempuan
Yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora menutupi labia minora,
pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan mempunyai
clitoris.

n. Periksa pinggul, tungkai dan kaki.


 Pinggul
Untuk memeriksa pinggul ,peganglah tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan
pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik” ketika
anda menggerkan kaki nya, jika mendengar suara “klik” segera laporkan ke dokter anak
untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan .
Selanjutnya lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali
dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
 Tungkai dan kaki
Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus sama,
serta jumlah jari.
 Periksa punggung dan anus.
Yang diperiksa adalah pembengkakan atau ada cekungan pada punggung bayi
dengan cara membalikan badan bayi dan lihat punggung nya kemudian jari
anda menuruni punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang
punggungnya. Pada anus yang akan diperiksa yaitu lubang dan terbuka atau
telah mengeluarkan mekonium / cairan.
 Periksa kulit.
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-
abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan berlendir yang berfungsi
melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air ketuban selama ia berada
di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak bercak hitam, dan tanda
tanda lahir.
R. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir
1. Pengkajian
o. Riwayat meliputi :
 Persalinan (lamanya? Spontan? KPSW? Lainnya?)
 Neonatal (mekonium? Trauma saat lahir?)

p. Menilai keadaan umum bayi


 Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proporsional/tidak)
 Bagian kepala, badan dan exstremitas (pemeriksaan akan kelainan)
 Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
 Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
 Tangis bayi (melengking, merintih, normal)

q. Tanda-tanda vital
 Periksa laju nafas dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik
turun perut bayi, bayi dalam keadaan tenang. Laju nafas normal 40-60 kali per
menit.
 Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dapat di dengar dengan
jelas ,dihitung selam satu menit. Laju jantung normal 120 – 160 kali permenit.
 Suhu tubuh bayi baru lahir normal nya 36,5 o C – 37,2 o C diukur pada daerah
aksila bayi selama lima menit dengan menggunakan termometer

r. Lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan.


 Berat badan.
Berat badan bayi baru lahir yang normal yaitu berkisar antara 2500-4000
garam. Diukur dengan keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan
pemeriksaan berat badan pada bayi baru lahir tetap harus dibungkus dan hasil
nya dikurangkan dari berat bungkus bayi. Contoh :
Berat bayi dg bungkus : 3,50 kg
Berat bungkus : 0,25 kg
Berat bayi : 3,25 kg
 Panjang Badan
Rentangkan bayi dengan lembut, dengan pita pengukur, ukurlah dari ujung
kepala sampai ujung tumit nya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara
45-53 cm .

s. Periksa bagian kepala bayi


 Ubun-ubun
Ukuran variasi, tidak ada standar. Merupakan titik lembut pada bagian atas
kepala bayi di tempat tulang tengkorak yang belum sepenuhnya bertemu.
 Sutura, molase.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Tulang tengkorang baru menyatu : dua tahun
 Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan baik karena
trauma persalinan (caput succedaneum, cephal hematoma) atau adanya cacat
congenital ( hydrocephalus)
 Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal occipitalis kepala bayi

t. Periksa telinga
Untuk memeriksa telinga bayi, tataplah muka nya. Bayangkan sebuah garis melintasi kedua
mata nya, normalnya beberapa bagian telinga harus berada diatas garis ini .

u. Periksa mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan apakah bergerak
bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi jika disinari dia
akan mengecil berarti dalam keadaan normal. juga tanda – tanda infeksi seperti misal nya ada
pus.

v. Periksa hidung dan mulut


Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau kah ada
hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langi-langit, reflek hisap, dinilai
dengan mengamati pada saat bayi menyusu atau dengan cara menekan sedikt pipi bayi untuk
membuka mulut bayi kemudian masukan jari tangan anda untuk merasakan hisapan dari bayi.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti labiopalatoskizis.

w. Periksa leher bayi


Periksa lehernya adakah pembengkakan dan benjolan .Pastikan untuk melihat apakah thyroid (
gumpalan di bagian depan tenggorokan bengkak ) hal ini merupakan suatu masalah pada bayi
baru lahir .

x. Periksa dada
Pada daerah yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi nafas dan bunyi jantung
(dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop)

y. Periksa bahu, lengan dan tangan.


Yang dilakukan adalah melihat gerakan dari bayi apakah aktif atau tidak kemudian
menghitung jumlah jari pada bayi.

z. Periksa bagian perut


Pada perut yang perlu dilakukan pemeriksaan yaitu bentuk dari perut bayi, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pust pada saat bayi menangis, perdarahan pada tali pusat ,dinding perut
lembek (pada saat tidak menangis ) dan benjolan yang terdapat pada perut bayi.

aa. Periksa alat kelamin. Hal yang perlu diperhatiakan :


 Bayi laki-laki
Yang harus diperiksa adalah normal nya dua testis berada dalam scrotum,
kemudian pada ujung penis terdapat lubang.
 Bayi Perempuan
Yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora menutupi labia minora,
pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan mempunyai
clitoris.
bb. Periksa pinggul, tungkai dan kaki.
 Pinggul
Untuk memeriksa pinggul ,peganglah tungkai kaki bayi seperti pada gambar. Tekan
pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik” ketika
anda menggerkan kaki nya, jika mendengar suara “klik” segera laporkan ke dokter anak
untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan .
Selanjutnya lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik dan turun . kembali
dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika anda menggerakannya .
 Tungkai dan kaki
Yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris dan panjang kedua kaki harus sama,
serta jumlah jari.
 Periksa punggung dan anus.
Yang diperiksa adalah pembengkakan atau ada cekungan pada punggung bayi
dengan cara membalikan badan bayi dan lihat punggung nya kemudian jari
anda menuruni punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang
punggungnya. Pada anus yang akan diperiksa yaitu lubang dan terbuka atau
telah mengeluarkan mekonium / cairan.
 Periksa kulit.
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-putihan, keabu-
abuan, kekuning-kuningan, berminyak dan berlendir yang berfungsi
melindungi kulit bayi agar tidak tenggelam oleh air ketuban selama ia berada
di dalam rahim), warna, pembengkakan atau bercak bercak hitam, dan tanda
tanda lahir.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan
lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan.
b. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
c. Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan dan tali
pusat masih basah

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1 Resiko Perubahan Setelah dilakukan Mengatur temperature :
suhu tubuh: tindakan 1.Monitor temperatur klien
hipotermi/hypertermi keperawatan selama sampai stabil
yang berhubungan 3X 24 jam 2.Monitor nadi, pernafasan
dengan lingkungan diharapkan klien 3. Monitor warna kult
yang baru (udara terhindar dari 4. Monitor tanda dan gejala
luar) dan penurunan ketidak-seimbangan hipotermi / hipertermi
jumlah lemak suhu tubuh dengan 5. Perhatikan keadekuatan
subcutan. KH : intake cairan
Termoregulasi 6. Pertahankan panas suhu
Neonatus tubuh bayi (missal : segera
- Suhu 36,5-37,5˚ ganti pakaian jika basah)
C 7. Bungkus bayi dengan segera
- RR : 30-60 setelah lahir untuk mencegah
X/menit kehilangan panas
- HR 120-140 8. Jelaskan kepada keluarga
X/menit tanda dan gejala hipotermi /
- Warna kulit hipertermi
merah muda 9 Letakkan bayi setelah lahir
- Tidak ada distress di bawah lampu sorot / sumber
respirasi panas
- Hidrasi adekuat 10. Jelaskan kepada keluarga
- Tidak menggigil cara untuk mencegah
- Bayi tidak letargi kehilangan panas / mencegah
panas bayi berlebih
11 Tempatkan bayi di atas
kasur dan berikan selimut dan
ganti popok bila basah
2 Resiko pemenuhan Setelah dilakukan Pemenuhan Nutrisi Bayi
nutrisi kurang dari tindakan 1.Kaji kebutuhan nutrisi Bayi
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2.Observasi intake dan output.
berhubungan dengan 3X 24 jam 3.Observasi reflek hisap dan
ketidakmampuan diharapkan menelan.
tubuh dalam pemenuhan nutrisi 4.Beri minum sesuai program
mencerna nutrisi bayi dapat terpenuhi 5.Monitor tanda-tanda
(imaturitas saluran Dengan KH: intoleransi terhadap nutrisi
cerna). -Reflek hisap dan parenteral.
menelan baik 6.Kaji kesiapan ibu untuk
-Muntah (-) menyusui.
-Kembung (-) 7.Timbang BB setiap hari.
-BAB lancar
-Berat badan
meningkat 15 gr/hr
-Turgor elastis.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :
b/d kurangnya tindakan 1. Bersihkan box / incubator
pertahanan keperawatan selama setelah dipakai bayi lain
imunologis, faktor 3X 24 jam, pasien 2 Pertahankan teknik isolasi
lingkungan dan tali diharapkan bagi bayi ber-penyakit menular
pusat masih basah terhindar dari tanda 3.Batasi pengunjung
dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada
dengan KH : pengunjung untuk cuci tangan
Status Imun : sebelum dan sesudah
- RR : 30- berkunjung
60X/menit 5.lakukan perawatan tali pusat
- Irama napas secara rutin dgn prinsip asertif
teratur 6. Cuci tangan sebelum dan
-Suhu 36-37˚ C sesudah mela-kukan tindakan
- Integritas kulit keperawatan
baik 7 Pakai sarung tangan dan baju
- Integritas nukosa sebagai pelindung
baik 8. Pertahankan lingkungan
Leukosit dalam aseptik selama pemasangan
batas normal alat
9. mengukur TTV
10. Tingkatkan intake nutrisi
11.Kolaborasi: Beri antibiotik.

Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2 Batasi pengunjung
3 Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
4.Bila perlu pertahankan
teknik isolas
5. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase,perawtan
tali pusat secara berkala
6. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
7 Kolaborasi:Berikan
antibiotik sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Babak, dkk. 2010. Keperawatan Matrinitas. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.

Manuaba, Ide Bagus. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Synopsis Obstetrik. Jilid I. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


YBP.SP.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Varney Helen. 2011. Asuhan Kebidanan Varney Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai