Anda di halaman 1dari 46

SKENARIO 1

MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas
untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi
tersebut di bawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter
melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris
dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin
tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.

1
KATA-KATA SULIT

1. Vaksin : Sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk


meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibody dan
Suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan ataupun suspensi
protein antigen yang berasal dari mikroorganisme tersebut yang diberikan untuk
mencegah atau meringankan atau mengobati penyakit menular.

2. Vaksinasi : Proses memasukkan ke vaksin ke dalam tubuh untuk


menghasilkan kekebalan.

3. Vaksinasi BCG : Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah


memberikan vaksin untuk mendapatkan kekebalan dari penyakit TBC, dibuat
dari Mycobacterium bovis ataupun Vaksin yang berfungsi melindungi bayi dari
TBC.

4. Antigen : Imunogen yang sudah bereaksi dengan imunoglobulin,


dan merupakan bahan yang dapat merangsang respon imun tubuh dan bereaksi
dengan antibody. ataupun substansi yang menstimulasi antibodi spesifik
( limfosit yang sensitifitas secara khusus).

5. Nodus limfatikus : Suatu kumpulan jaringan limfoid yang terletak di


sepanjang sistem limfatikus atau kelenjar kecil seperti kacang tanah, berfungsi
untuk membentuk limfosit dan berterminal di limfa.

6. Regio Axila dekstra : Regio dada di sekitar fossa axilaris sebelah kanan,
bagian tubuh yang berada di ketiak bagian kanan.

7. Respon Imun : Respon yang ditimbulkan oleh sel-sel molekul yang


berhadapan dengan substansi asing, kekebalan tubuh terhadap penyakit terutama
infeksi. Atau perlindungan terhadap penyakit, biasanya penyakit menular di
perantarai oleh sel-sel dan jaringan yang disebut sistem imun yang mengacu
pada kemampuan untuk merespon pada zat asing, mikroba dan molekul non
infeksi.

8. Benjolan : Bagian yang bengkak pada dahi ( kepala dan


sebagainya).

2
BRAINSTROMING

Pertanyaan

1. Mengapa vaksinasi BCG diberikan ?


2. Mengapa vaksin BCG diberikan di lengan kanan atas ?
3. Mengapa terjadi reaksi antigen setelah vaksinasi ?
4. Bagaimana pemberian vaksin bisa menimbulkan respon imun tubuh ?
5. Mengapa timbul benjolan di ketiak kanan ?
6. Apa peran dari nodus limfatikus ?
7. Berapa usia optimal pemberian vaksinasi BCG ?
8. Mengapa diberikan pada bayi usia 2 bulan ?
9. Apakah di dalam islam vaksin diperbolehkan ?
10. Mengapa nodus limfatikus membesar di regio axilaris dekstra ?
11. Mengapa benjolan timbul setelah 4 minggu ?

Jawaban

1. Karena untuk mencegah penyakit menular yaitu TBC.


2. Karena untuk mengetahui reaksi cepat yaitu karena ada nodus limfatikus di
lengan atas. WHO menyarankan vaksin dilakukan di lengan atas, sedangkan
pemberian di paha tidak efektif karena terdapat banyak lemak jika tetap
dilakukan karena adanya alasan estetik yaitu agar tidak terdapat bekas.
3. Karena vaksin dianggap benda asing oleh tubuh.
4. Vaksin berperan sebagai antigen ( adanya imunitas natural yaitu makrofag )
memicu sel limfosit B membentuk antibodi.kemudian antibodi memicu kerja sel
limfosit T helper ( membantu penghancuran antigen ) dan T memori
(mengingat).
5. Karena nodus limfatikus regio axillaris dekstra sedang bereaksi terhadap antigen
untuk membentuk respon imun tubuh. Sedangkan pemberian vaksin BCG
sendiri normalnya timbul benjolan di tempat penyuntikan, tapi karena kesalahan
penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang tinggi tidak terjadi.
6. Untuk memproduksi antibodi, menyaring dan mencegah penyebaran infeksi.
7. Usia optimal 2-3 bulan atau 2 bulan.
8. Karena masa inkubasi kuman TVC yaitu 2 bulan. Jika diberikan lebih dari 3
bulan dilakukan tes mountox atau tuberkulin. Dan pada bayi timus masih aktif
memproduksi sel limfosit T.
9. Diperbolehkan asalkan bahan ( enzim pda bakteri ) pada vaksinnya halal, jika
bahan nya haram diperbolehkan jika dalam keadaan darurat atau tidak ada
alternatif lain.
10. Karena nodus limfatikus regio axillaris dekstra sedang bereaksi terhadap antigen
untuk membentuk respon imun tubuh.
11. Karena reaksi pembentukan antibodi selama 4 minggu.

3
HIPOTESIS

Vaksin BCG merupakan suspensi antigen yan berisi mikroorganisme yang dilemahkan,
antigen tersebut akan memicu pembentukan respon imun tubuh dimulai dari reaksi
imunitas natural seperti makrofag dilanjutkan dengan reaksi imunitas seluler berupa
limfosit T dan humoral berupa limfosit B yaitu antibodi. Organ yang berperan adalah
nodus limfatikus yang tersebar di beberapa bagian tubuh. Dalam pandangan islam
pemberian vaksin diperbolehkan jika menggunakan bahan yang halal, akan tetapi
apabila terpaksa menggunakan bahan yang haram dikarenakan suatu uzur maka
diperbolehkan.

4
SASARAN BELAJAR

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Organ limfoid atau Sistem Limfatikus


LO.1.1. Makroskopik
LO.1.2. Mikroskopik
LO.1.3. Sirkulasi
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh
LO.2.1. Definisi
LO.2.1. Klasifikasi
LO.2.2. Mekanisme
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Antigen dan Imunogen
LO.3.1. Definisi
LO.3.2. Klasifikasi dan Struktur
LO.3.3. Fungsi
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
LO.4.1. Definisi
LO.4.2. Klasifikasi dan Struktur
LO.4.3. Fungsi
LI.5. Memahami dan Menjelaskan Vaksinasi dan Imunisasi
LO.5.1. Vaksinasi
LO.5.2. Imunisasi
LI.6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Pandangan Islam terhadap Pemberian Vaksin

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi systema limfaticum

5
Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau
protein yang hilang, sistem ini dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sistem
imunitas tubuh.
Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan massa kecil
jaringan limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga organ yaitu tonsil, timus, dan
limpa. Bagian penting lain dari penelitian meliputi peran organ limfatik dalam
pembentukan antibodi, respons imun, reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap
transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit autoimun.
Sistema lymphaticum dan systema cardiovascular adalah system yang membawa
cairan tubuh beredar keseluruh tubuh, tetapi harus diingat bahwa fungsi dari kedua
system tersebut berbeda. System lymphaticum bukan system sirkular yang tertutup
dan tidak mempunyai pompa sentral. Serta dibentuk oleh kumpulan pembuluh
lymph berdinding tipis yang membawa cairan yang jernih.
Systema lymphaticum dibentuk oleh:
1. Lymph
2. Pembuluh lymph, urutan besar pembuluh dari kecil sampai besar : kapiler
lymph, lymphatic, sampai ductus lymphaticus
3. Nodus lymphaticus, juga disebut : lymphoglandulae
4. Jaringan lymph di tractus intestinal, tepatnya di vili-vili intestinal yang biasa
disebut plaque peyeri
5. Lien, yang sering disebut limpa
6. Thymus
7. Tonsil
(Grey,1865)
System lymphaticum didalam tubuh berfungsi sebagai:
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah
2. Mengangkut lymphocytes dari kelenjar lymph ke sirkulasi darah
3. Untuk membawa lemak yang sudah diemulsikan oleh usus ke sirkulasi darah
(oleh lacteal)
4. Kelenjar lymph (kelenjar getah bening) menyaring dan menghancurkan
mikroorganisme untuk menghindari penyebaran mikroorganisme itu dari tempat
masuknya kedalam jaringan, ke bagian tubuh lain
5. Apabila ada infeksi, kelenjar lymph menghasilkan zat anti (antibody) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi
( Miller,1977)

1.1. Makroskopik

Sistem Limfatikus ini dibentuk oleh :


A. Lymph
Lymph merupakan cairan jernih yang dibawa mengalir dalam pembuluh
Lymph pada sistem Lymphaticus. Cairan intraselular (cairan yang berada di
antara rongga2) yang masuk ke kapiler lymph dan nantinya akan mengalami
filtrasi untuk masuk ke pembuluh lymph yang nantinya beredar/ bersirkulasi

6
keseluruh tubuh yang kemudian akan masuk ke pembuluh darah. Lymph
seperti plasma tetapi memiliki kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-
Kelenjar Lymph menambahkan Lymphocytes pada Lymph. Lymph dalam
salurannya digerakkan oleh kontraksi otot rangka (skelet) seperti di
ekstremitas inferior (disebut skeletl muscle pump), oleh otot polos dan
adanya katup untuk lymphatic yang lebih besar, jga dibantu oleh gerakan
respirasi pada pembuuh lymph di thorax, disebut dengan respiratory pump.
B. Pembuluh Lymph (kapiler Lymph, Lymphatic, Ductus Lymphaticus)
Pembuluh Lymph berdinding tipis dan mempunyai katup seperti pembuluh
darah vena. Pembuluh lymph mempunyai diameter yang berbeda-beda,
mulai dari yang paling kecil yaitu Kapiler lymph, pembuluh lyph yang lebih
besar disebut lymphatic dan pembuluh yang paling besar disebut Ductus
Lymphaticus.
Kapiler Lymph berada diseluruh tubuh, kecuali susunan saraf pusat,
meninges, bola mata (kecuali conjunctiva), lobulus hepar, pulpa lien,
parenkim ren dan semua cartilago/ tulang rawan.
Ductus Lymphaticus terdiri atas 2:
1. Ductus Lymphaticus Dextra
Ductur Lymphaticus Dextra merupakan pembuluh lymph yang pendek.
Ductus ini menerima aliran lymph dari kepala dan leher kanan,
ekstremitas superior dextra (lengan kanan) dan thorax dextra.
2. Ductus Lymphaticus Sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus
Ductus Lymphaticus sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus ini
merupakan duktus yang panjang. Ductus lymphaticus sinistra ini
menerima aliran lymph dari kepala dan leher kiri, ekstremitas superior
sinistra, thorax sinistra, seluruh abdomen dan kedua ekstremitas inferior.
Ductus lymphaticus sinistra juga menerima aliran lymph dan chyle dari
cysterna chyle.
Cysterna Chyle ini menerima chyle dari lacteal / chyliferous (kapiler
lymph pada vili-vili intestinal tenue / usus halus), dan menerima aliran
lymph dari kedua ekstremitas inferior, dinding dan viscera abdomen &
pelvis. Lacteal juga menyerap lemak yang sudah di emulsikan, asam
lemak dan vitamin A, D, E, K.

Organ limfoid primer :

Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang
merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak
merupakan 50 % atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ
limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B
sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel hematopoietik yang

7
diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke
sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.

i. Timus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan
mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan.
akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah.
Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk
segitiga, gepeng dan kemerahan.

Timus mempunyai 2 batasan, yaitu :


1) Batasan anterior = manubrium sterni dan rawan costae IV
2) Batasan atas = Regio colli inferior (trachea)
Letak : Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum.
Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta,
dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas
Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior
dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena
mammaria interna.

Thymus mempunyai struktur pipih, berlobus dua atau tiga. Terletak antara
sternum dan pericardium dalam mediastinum superior. Pada bayi neonates,
thymus mempunyai ukuran relative yang terbesar dibandingkan dengan ukuran
tubuhnya, dimana pada saat itu thymus dapat meluas sampai didepan pembuluh-
pembuluh besar dan pangkal leher. Thymus terus tumbuh sampai pubertas, tetapi
setelah dewasa thymus akan mengalami involusi. Thymus tampak berwarna
dadu dan berlobus dan merupakan sumber penting limfosit T. batas anterior
thymus adalah sternum, rawan costae 4, M.sternophyoid dan
M.sternothyroideus. batas atas/superior adalah leher, kadang sampai dekat lobus
inferior glandula thyroidea. ( Grey, 1865 )

8
Makna klinis : Thymoma adalah tumor dari thymus yang sering ditemukan di
mediastinum anterior. Sering tumor ini berhubungan dengan myasthenia gravis
dan aplasia sel darah. (Snell,1998)
ii. Sumsum Tulang

Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem
hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi
dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem
hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang kemudian mejadi
prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B
dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang
kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang
kemudiankeluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder.
Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi
prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju
timus.

Organ limfoid sekunder :

Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempersentasikan


antigen yang yang ditangkapnya di bagian lain tunuh ke sel T yang memacunya
untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.
1. Limfonodus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi


limfosit dan antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring

9
aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan
kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah
penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian
hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan
saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus.
Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan
cembung.

NODUS LYMPHATICUS

Berbetuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cembung dan cekung,
pinggiran yang cekung disebut dengan hillum. Biasanya nodus lymphaticus berada di
sekitar pembuluh darah

Lokasi Nodus Lymphaticus

 Kepala
1. Kepala dan Leher belakang
2. Sekitar M.sternimastoideus , meliputi belakang lidah, pharynx, cavum nasi,
atap mulut dan wajah
3. Dibawah ramus mandibula, mencakup dasar mulut
 Ekstremitas Superior
1. Lipat siku sampai lengan bawah dan tangan
2. Regio Axillaris
3. Dibawah M. Pectoralis, meliputi glandula mamae , kulit dan otot thorax
 Thorax
1. Bagian parietal, dinding thorax
2. Bagian Viscera, meliputi jantung, pericardium, pulmo, pleura , thymus, dan
oesophagus
 Abdomen dan pelvis
1. Bagian parietal, meliputi bawah peritoneum, dekat pembuluhn darah besar
2. Bagian viscera meliputi pembuluh darah viscera
 Rectum
 Ekstremitas Inferior
1. Diatas A.V tibialis anterior
2. Regio poplitea
3. Regio inguinal
C. Organ Limfoid

10
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran
cekung (hillus).
Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah
leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.
2. Lien (Limpa)

Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna


kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval.
Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat
pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.

Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi


costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas

11
anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra.
Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12. Lien terletak
antara vertebrae thoracalis 9-12 dan pada costae 9,10,11
sinistra. Lien berada disebelah lateral dari linea mid clavicula
sinistra dan sepanjang sumbu costae 10. Margo anterior lien
teraba tajam , mempunyai tiga incisura dan tidak keluar dari
arcus costarum . sedangkan margo posterior teraba tumbul.
Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri
lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju
hati.
Batas-batas

Batas anterior adalah gaster, cauda pancreas, flexura coli sinistra , ren sinistra sepanjang
pinggir medialnya. Batas posteriornya adalah diaphragma, pleura sinistra , pulmo
sinistra, costae 9,10,11 sinistra.

Bagian-Bagian

 Facies visceralis
 Facies diaphragmatica
 Hilus lienalis

Hubungan lien dengan alat sekitar

Dengan gaster oleh ligamentum gastrilienalis, dari hilus lienalis ke curvatura major.
Dengan diaphragma oleh ligamentum phrenico lienalis Dengan dalaman perut

 Depan : gaster
 Belakang : ren (ginjal)
 Bawah : Flexura coli sinistra

Pada hillus lienalis menempel cauda pancreas (daerah intraperitoneal) , A.V .lienalis dan
vasa lienalis

Dengan ren oleh lig lienorenalis , adalah : lig. Gastrolienalis yang melipat ke belakang
abdomen bagian posterior sebagai lapisan anterior Lig.lienorenalis.

3. Tonsil

Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila
yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil
tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of

12
Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang
terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :

a) Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula)
oropharynx dextra dan sinistra. Terletak dalam 1 lekukan
yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang
biasa disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua
otot melengkung membentuk arcus yaitu arcus
palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
b) Tonsila lingualis
Adalah susunan jaringan lymphoid dibawah mukosa 1/3
posterior lidah, tidak mempunyai papila yang
menyebabkan permukaannya berbenjol-benjol tidak
teratur. Lidah diperdarahi oleh arteri lingualis, ramus
tonsilaris a. Facialis dan a. Pharyngea ascendens, vena-
venanya bermuara ke vena jugularis interna.
c) Tonsila pharyngealis
Merupakan kelompok jaringan lymphoid dibawah epitel
atap nasopharynx di dinding posteriornya. Perdarahan
tonsilla pharyengealis diberikan oleh A. Maxillaris dan
A.facialis. Vena-venanya sesuai dengan nama arterinya
yang semuanya akan bermuara ke plexus venosus
pharyngeal.
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang
merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis)
dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

1.2. Mikroskopik
a. Kapiler Lymph
i. Mempunyai katup satu arah sehingga kelebihan cairan dapat masuk tetapi
tidak dapat keluar

13
ii. Mengambil bakteri dan virus yang akan dihancurkan di limfonodus

b. Pembuluh Lymph Sedang


i. Serupa dengan pembuluh darah (mempunyai 3 lapisan) tetapi lebih tipis
ii. Pembuluh lymph superfisial berjalan bersama dengan vena superfisial
iii. Pembuluh lymph visera dan pembuluh lymph di saluran cerna berjalan
bersama dengan arteri visera
iv. Mempunyai tekanan yang sangat rendah

c. Pembuluh Lymph Besar (Ductus Thoracicus)

d. Nodus Lymphaticus
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus à
tempat arteri dan saraf masuk dan vena serta vassa efferent keluar dari organ

14
i. Korteks Luar
 Dibentuk oleh jaringan limfoid yang terdiri atas sel
retikular mesenkimal yg menghasilkan serat retikular
yang dipenuhi oleh limfosit B
 Di dalam jaringan limfoid korteks terdapat struktur
berbentuk sferis yg disebut nodulus limfatikus
 Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh
suatu jaringan ikat longgar dari makrofag, sel
retikular dan serat retikular
ii. Korteks Dalam
 Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung
beberapa nodulus
 Mengandung banyak limfosit T, terutama T helper

15
iii. Medula Limfonodus
 Terdiri atas korda medularis yang merupakan
perluasan korteks dalam
 Mengandung Limfosit B, limfosit T dan sel plasma
 Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti
kapiler yg berdilatasi à sinus limfoid medularis yang
mengandung cairan limfe
e. Timus
i. Timus memiliki suatu simpai jaringan
ikat yang masuk ke dalam parenkim
dan membagi timus menjadi lobulus.
ii. Setiap lobulus memiliki satu zona
perifer gelap disebut korteks dan zona
pusat yang terang disebut medula.
Korteks dan medula berisi sel-sel
limfosit.
iii. Korteks Timus
a. Sebagian besar limfosit T
yang sedang berproliferasi
b. Sel retikular epitelial yang tersebar
c. Beberapa makrofag
iv. Medula Timus
a. Lebih banyak sel retikular
epitelial dan limfosit
matang
b. Sel retikular epitelial
mensekresi hormon
thymosin utk diferensiasi dan proliferasi
sel T
c. Mengandung badan hassal
yang merupakan sel
retikular epitel gepeng
yang tersusun konsentris,
mengalami degenerasi dan
mengandung granula
keratohialin.
d. Fungsi badan hassal
belum diketahui
f. Lien
a. Pulpa Lien
i. Pada permukaan irisan melalui lien segar, dengan mata tampak
bintik-bintik putih dalam parenkim à nodulus limfatikus (pulpa
putih/pulpa alba)
ii. Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan
darah à pulpa merah/pulpa rubra.

16
iii. Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda lien
(korda billroth) yang terdapat diantara sinusoid.

b. Pulpa Putih / Pulpa Alba


i. Terdiri atas jaringan limfoid yang menyelubungi a. sentralis dan
nodulus limfatikus
ii. Sel-sel limfoid yang mengelilingi a. sentralis terutama Limfosit T
dan membentuk selubung periarteri
iii. Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis

c. Pulpa Merah / Pulpa Rubra


i. Adalah jaringan retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
1. korda lien yang terdiri atas sel dan serat retikular
mesenkimal
2. makrofag
3. limfosit
4. sel plasma
5. banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit)
ii. Banyak terdapat sinusoid

17
g. GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue)
a. Dapat ditemukan terisolasi atau berkelompok dalam jaringan ikat longgar
berbagai organ, terutama dalam lamina propria saluran cerna, saluran
napas bagian atas dan saluran kemih. Contoh: plaques peyeri

h. MALT (Mucous Associated Lymphoid Tissue)

i. O-MALT (organized mucosa-associated lymphatic tissue)


a. Tonsila Palatina
i. Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
ii. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim
membentuk kriptus yabg mengandung sel-sel epitel yang
terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya

18
iii. Yang memisahkan jaringan limfoid dari organ-organ berdekatan
adalah satu lapis jaringan ikat padat yg disebut simpai tonsila
yang biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi
tonsila

b. Tonsila Pharyngeal
i. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
ii. Terdiri atas lipatan-lipatan mukosa dengan jaringan limfoid difus
dan nodulus limfatikus
iii. Tidak memiliki kriptus
iv. Simpai lebih tipis dari tonsila palatina
c. Tonsila Lingualis
i. Lebih kecil dan lebih banyak
ii. Terletak pada pangkal lidah
iii. Ditutupi epitel berlapis gepeng
iv. Masing-masing mempunyai sebuah kriptus

1.1. Sirkulasi

19
 Susunan sel-sel endotel membentuk lubang mirip katup satu arah di dinding
pembuluh.
 Tekanan cairan di bagian luar pembuluh mendorong masuk tepi-tepi paling
dalam dari sepasang tepi yang tumpang-tindih, menciptakan celah antara tepi-
tepi (yaitu lubang katup). Lubang ini memungkinkan cairan interstisium masuk.
 Setelah masuk ke pembuluh limfe, cairan limfe tidak keluar. Tekanan cairan di
bagian dalam mendorong tepi-tepi yang tumpang tindih saling mendekat,
menutup katup sehingga cairan limfe tidak keluar.
Partikel besar di cairan interstisium, misalnya protein plasma yang keluar dan
bakteri, dapat memperoleh akses ke pembuluh limfe awal tetapi tidak dapat
masuk ke kapiler darah.
 Pembuluh-pembuluh limfe awal kemudian menyatu untuk membentuk
pembuluh limfe yang semakin besar, yang akhirnya bermuara ke dalam sistem
vena didekat tempat darah memasuki atrium kanan.
 Aliran limfe terjadi melalui dua mekanisme:
Pertama
o Pembuluh limfe selain pembuluh limfe awal dikelilingi oleh otot polos,
yang berkontraksi secara ritmis akibat aktivitas miogenik.
o Ketika otot tersebut teregang akibat pembuluh terisi oleh limfe, otot
tersebut secara inheren berkontraksi lebih kuat, mendorong cairan limfe
di dalam pembuluh.
o Stimulasi otot polos limfe oleh sistem simpatis semakin meningkatkan
aktivitas pemompaan pembuluh limfe.
Kedua
o Karena pembuluh limfe limfe terletak diantara otot-otot rangka,
kontraksi otot-otot ini memeras limfe keluar dari pembuluh.
o Katup-katup satu arah yang terletak di pembuluh limfe mengarahkan
aliran limfe menuju pintu keluarnya di vena dada.

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh

2.1. Definisi

Imunitas adalah pertahanan terhadap penyakit ,terutama penyakit infeksi (Immunologi Abbas);
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. (Imunologi UI) ; Sistem Imun
adalah kumpulan sel-sel , jaringan dan molekul-molekul yang berperan dalam pertahanan
infeksi (imunologi Abbas) ; Sistem Imun adalah gabungan sel,molekul dan jaringan yang
berperan dalam resistensi terhadap infeksi (Imunologi UI) ; Sistem kompleks yang terdiri
dari komponen-komponen seluler dan molekuler, fungsi utamanya adalah untuk
membedakan substansinya sendiri dengan substansi asing serta sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai organisme atau substansi asing [Dorland Ed. 29] ;
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk melindungi dirinya sendiri dengan menahan
atau menghilangkan benda asing (seperti bakteri atau virus) atau sel abnormal (sel
kanker) yang berpotensi merugikan. (Sherwood, 2015)

20
2.1. Klasifikasi

Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan
imunitas lebih mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon
imun dapat dibagi menjadi respon imun alamiah atau nonspesifik / natural / innate /
native / nonadaptif dan didapat atau spesifik / adaptif / acquired.
1. Respon Imun Nonspesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada
dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas
terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen
potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi
serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak
yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein
membrane sel sehingga dapat mencegah infeksi melalui kulit.
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh
dari kuman gram (+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan
dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat
antibacterial terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak
dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma.
c. Pertahanan humoral

21
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan
berfungsi local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin,
katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral.
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons
inflamasi. Spectrum yang luas diproduksi hepatosit dan monosit.
Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor
kemotaktik dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein
yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons
imunitas nonspesifik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas
penyakit inflamasi. Dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan pada permukaan
bakteri/jamur.
d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam
sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat
ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan
dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel
NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk
mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-sel dalam
jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan
tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan
sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan
dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut
disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh,
sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik.
Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun
nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara
makrofag-sel T.
a. Respon imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
sel B. Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di
sumsum tulang. Pada manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang.
b. Respon imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut
juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T
dibentuk di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya
terjadi di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-

22
95% dari semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi
matang dan selanjutnya meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.

2.2. Mekanisme

A. Mekanisme Respon Imun Non-Spesifik


Sistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja saat
terdapat invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak invasi
organisme. Sel yang berperan dalam sistem imun alami di antaranya adalah makrofag
dan natural killer cell. Sel-sel tersebut dinamakan fagosit karena akan melawan
invasi dengan cara fagositosis (penelanan organisme asing).
Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami adalah
dengan produksi ‘antibiotik alami’ berupa interferon dan lysozyme. Interferon
berperan dalam mengeblok replikasi dari virus yang masuk ke dalam tubuh,
sedangkan lysozyme berperan dalam menyerang dinding sel bakteri.

Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus


barrier kulit akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh
darah. Kemudian membran sel fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa
masuk. Dari situ bakteri akan masuk ke dalam sel di dalam vacuola berbungkus
membran (disebut Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung bersama lisosom untuk
proses digesti bakteri.
Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana
sel tersebut merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai
15% dari total populasi limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan
melindungi terhadap berbagai mikroba menular. Natural Killer Sel adalah faktor
yang sangat penting dalam memerangi kanker. Stimulasi imun adalah kunci untuk
menjaga jumlah sel darah putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural Killer
kesempatan untuk melawan kanker dan penyakit lainnya.

23
Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia,
virus akan melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat
inilah sel natural killer mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya
akan mencari sel terinfeksi yang memiliki identitas yang sama seperti virus lalu
membunuhnya dengan mengeluarkan toksin.

B. Mekanisme Respon Imun Spesifik


Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke
dalam tubuh. Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan
membuat fragmen antigen pada tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan
fragmen pada tubuhnya disebut Antigent Presenting Cell (APC). Kemudian sel T
helper akan mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi dengan fragmen
di permukaan APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia
dalam bentuk Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-
2. Zat kimia Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T
sitotoksin dan sel B. Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua
jalur, yaitu:
1. Sel T Sitotoksin
Sel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen
pada permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin
dengan tipe yang berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin
dapat berinteraksi dengan fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara
berikatan dengan fragmen tersebut. Ikatan tersebut akan merangsang sel T
sitotoksin untuk mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat membunuh sel
terinfeksi beserta dengan antigen di dalamnya.

2. Sel B
Sel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi
untuk mengenali antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang
memiliki pasangan struktur fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma ini menjadi pabrik utama sumber antibodi yang
akan ikut mengalir bersama aliran darah. Antibodi yang sudah spesifik akan
mengikat antigen tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel lainnya.
Pengikatan ini sebagai marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen
tersebut.

24
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Antigen dan Imunogen

3.1. Definisi
Antigen (imunogen) adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun
yang dirangsang oleh imunogen dan atau TCR (T-Cell Receptor). Antigen lengkap
adalah antigen yang menginduksi baik respons imun maupun bereaksi dengan
produknya. Yang disebut dengan antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan
sendiri menginduksi respons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti
antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan molekul besar
yang disebut molekul atau protein pembawa. ( Imunologi UI )

3.2. Klasifikasi dan struktur

Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari
antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi
pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi
atau oleh reseptor antibodi), spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat
kimiawi:

1. Pembagian antigen menurut epitop


a. Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: hapten.
b. Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut
ditemukan pada satu molekul. Contoh: polisakarida.
c. Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap
macamnya. Contoh: protein.
d. Multideterminan, multivalen

25
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu
molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara
kimiawi). Contoh: kimia kompleks.
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
a. Heteroantigen, uang dimiliki oleh banyak spesies.
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein
termasuk dalam golongan ini.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan,
misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik
bakteri.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan
bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan
respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah
respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan
spesifisitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah
merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat
protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
sfingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila
diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya
tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita
dengan LES (Lupus Eritematosus Sistemik).
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya
multideterminan dan univalen.

3.3. Fungsi
a. Merangsang respon imun, secara spesifik antigen dapat merangsang sel B atau
sel T atau keduanya.
b. Berinteraksi dengan produk respons imun (antibodi dan/ T-cell receptor).

26
c. Menginduksi baik respon imun dan bereaksi dengan produknya (antigen
lengkap).

LI.4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi

4.1. Definisi

Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung


berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang
digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai
imunoglobulin. Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan menghantarkannya
ke sistem efektor pemusnahan. Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi
yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis.
( Imunologi UI )

4.2. Klasifikasi dan Struktur

Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai
polipeptida, terdiri dari 2 rantai “berat” (heavy chain=H) dan 2 rantai
“ringan”(light chain =L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama
lain oleh ikatan disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah
oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik dan dapat
mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan bahwa
fragmen itu univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab
(fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan
karenanya dapat membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin,
suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga
tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga
masih bersifat divalen (bervalensi dua), dan disebut F(ab’)2. Analisis asam amino
menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H
selalu menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan,
disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata menuunjukkan struktur
yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan rantai-L dan rantai-H,
yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh
karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari
immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.
Rantai- L (light chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air
kemih penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut rantai-
Қ(kappa) dan rantai-λ (lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua
macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai-Қ 65% dan rantai-λ 35%, atau ratio
Қ: λ adalah 2:1.
Rantai- H. Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara
lain terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H

27
tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai rantai-Қ atau λ (di dalam
satu molekul selalu hanya satu macam saja).
a. Rantai-H dari IgG disebut juga rantai-γ (gama)
b. Rantai-H dari IgA disebut rantai-α (alpha)
c. Rantai-H dari IgM disebut rantai-μ (mu)
d. Rantai-H dari IgD disebut rantai-δ (delta)
e. Rantai-H dari IgE disebut rantai-ε (epsilon)
Bagian variabel dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yang khas
terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung
terhadap antigen, tetepi kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin
menentukan aktifitas biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG
memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut
menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi biologis di
atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibody bergabung
dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen,
perlekatan dengan sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi
biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain,
tergantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan
dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi aktif.

Terdapat 5 jenis antibodi atau imunoglobulin, yaitu imunoglobulin G, imunoglobulin A,


imunoglobulin M, imunoglobulin D, dan imunoglobulin E.

1. Imunoglobulin M
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
a. Imunoglubulin utama pada sekret (kolostrum, saliva, air mata, secret
saluran pernapasan, gastrointestinal, dan genitalia.
b. Melindungi membran mukosa dari bakteri dan virus.
c. Berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada tahap
awal respons sel plasma.
2. Imunoglobulin G
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan selanjutnya.
a. Imunoglobulin utama pada serum manusia (70-75% immunoglobulin).
b. Antibodi terpenting pada respon imun sekunder & prtahan terhadap
bakteri & virus.
c. Satu-satunya antibodi yang dapat melewati plasenta.
d. Memberikan imunitas pasif pada bayi yg baru lahir.
e. IgG yang tersebar d intravaskuler dan ekstravaskuler bersifat antitoksin.
f. Terdiri dari = 2 rantai L & 2 rantai H yang dihubungkan dengan ikatan
disulfide (formula molekul H2L2).
g. Bersifat divalen (karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik).
h. Sub kelas IgG : IgG1 (65%), IgG2 (ditujukan pada antigen polisakarida
(bagian sistem pertahanan penting terhadap bakteri berkapsul), IgG3,

28
IgG4 (berdasarkan pada perbedaan antigen rantai H, dan lokasi ikatan
disulfide).
i. Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen
yang sama.
j. IgM & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta aktivasi
komplemen.
3. Imunoglobulin A
a. Ada di dalam sekresi mukosa dan aktif di tempat tersebut.
b. Ditemukan pada sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan perkemihan
(contoh: pada airmata dan ASI).
4. Imunoglobulin D
a. Terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B.
b. Antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam darah.
5. Imunoglobulin E
a. Melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pada
reaksi alergi; melepaskan histamin dari basofil dan sel mast.
b. Menyebabkan reaksi alergi akut.

Genetik
Tiap rantai imunoglobulin terdiri dari suatu regio variabel (V) dan suatu regio konstan
(C). Untuk setiap tipe rantai imunoglobulinyaitu rantai ringan kappa (), rantai ringan
lambda (), dan kelima rantai berat (H, H, H, H, dan H)terdapat pool segmen
gen yang terpisah, terletak pada kromosom berbeda. Pada manusia, famili multigen
ditemukan pada kromosom sebagai berikut: , kromosom 22; , kromosom 2; dan
keluarga rantai berat, kromosom 14. Setiap ketiga lokus gen tersebut mengandung satu
kelompok segmen gen V yang berbeda, yang terpisah jauh dari segmen gen C. Selama
diferensiasi sel B, DNAnya diatur kembali untuk membawa segmen gen terpilih
sehingga berdampingan satu sama lain di dalam genom. Suatu keluarga enzim yang
dikenal dengan nama V(D)J rekombinase bertanggung jawab atas proses pengaturan
kembali gen ini.
Regio variabel tiap rantai L disandi oleh dua segmen gen: V dan J, Regio
variabel tiap rantai H disandi oleh tiga segmen gen: V, D, dan J. Segmen-segmen ini
bersatu ke dalam satu gen variabel-V fungsional melalui pengaturan DNA kembali.
Setiap gen variabel-V yang disusun kemudian ditranskripsi dengan gen konstan-C yang
tepat untuk menghasilkan sebuah messenger RNA (mRNA) yang menyandi rantai
peptida lengkap. Rantai L dan H disintesis secara terpisah pada polisom dan akhirnya
disusun di sitoplasma untuk membentuk unit H2L2 melalui ikatan disulfida. Gugus
karbohidrat kemudian ditambahkan selama proses, melalui komponen membran sel
(misal, aparatus Golgi), dan molekul imunoglobulin dilepas dari sel.
Mekanisme pengaturan gen kembali ini memungkinkan penyusunan begitu
banyak variasi molekul imunoglobulin. Keanekaragaman antibodi tergantung dari (1)
segmen gen V, D, dan J multipel; (2) asosiasi kombinatorial, yaitu asosiasi tiap segmen
gen V dengan setiap segmen D atau J; (3) kombinasi acak rantai L dan H yang berbeda;
(4) hipermutasi somatik; dan (5) keanekaragaman tautan, diciptakan oleh penggabungan

29
yang tidak akurat selama pengaturan kembali dengan penambahan nukleotida oleh
enzim terminal deoksinukleotidil transferase untuk membentuk suatu gabungan
lengkap.

4.3. Fungsi

LI.5. Memahami dan Menjelaskan Vaksinasi dan Imunisasi

5.1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan
ke dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau
menusukkan jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun,
apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa
menimbulkan penyakit.
Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat
dalam pejamu, dapat menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respons
imun seperti yang terjadi pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan

30
(seluruh sel atau komponen spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan
tetapi tetap imunogen.
Persyaratan umum vaksinasi adalah

1. Pertahanan tubuh tidak lemah. Tidak mungkin bahwa vaksin akan memberikan
orang infeksi. Namun pada jenis vaksin, seperti campak, gondok, rubella, cacar
air, dan flu semprot hidung berisi virus hidup tapi lemah dan tidak boleh
diterima oleh orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
2. Tidak memiliki reaksi alergi tertentu
3. Pada seorang traveller, misalkan pada ibu hamil vaksin hidup tertentu dapat
membahayakan janin dari wanita hamil. Ini termasuk campak, gondok, rubella
vaksin, vaksin cacar, dan vaksin flu semprot hidung. Untuk menghindari
kerusakan pada bayi, wanita hamil tidak boleh menerima vaksin ini.

Jenis Vaksin

1. BCG
a. BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

31
b. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur
kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur
lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
c. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
d. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang
mungkin terjadi:
Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan
ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
e. Komplikasi yang mungkin timbul adalah
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan.
Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
disayat.
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2. DPT
a. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus.
b. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
c. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius,
seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
d. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang.
e. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang
berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha
f. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur
2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun
setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak

32
mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya
diberikan DT, bukan DPT.
g. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan
booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun
(karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah
10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan
minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
h. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam
ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek
samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam
vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi
berikut: demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius), kejang, kejang demam
(resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya), syok (kebiruan,
pucat, lemah, tidak memberikan respon).
i. Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan,
imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah
mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal,
penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau
kejangnya bisa dikendalikan.
j. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi
demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan
3. DT
a. memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus.
b. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak
boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu
menerima imunisasi difteri dan tetanus.
c. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita
demam inggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan
pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari.
4. TT
a. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk
pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

33
b. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot
paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah
reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.
5. Polio
a. Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
b. Terdapat 2 macam vaksin polio :
1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk
trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
c. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun).
d. Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula.
e. Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
1) Diare berat
2) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
3) Kehamilan
f. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
g. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan
primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi.
h. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak
perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak
bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani
imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah
mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma),
dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang
sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat
imunosupresan lainnya.

34
i. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang
menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi
ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
j. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
6. Campak
a. Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada
umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara
subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
b. Kontra indikasi pemberian vaksin campak :
1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsius
2) Gangguan sistem kekebalan
3) Pemakaian obat imunosupresan
4) Alergi terhadap protein telur
5) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
6) Wanita hamil
c. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
7. MMR
a. Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
b. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata
berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak
juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan
otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala
dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang
disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput
otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
c. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat
dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian
vaksin MMR.
d. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen
MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu
memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
e. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun

35
(sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum
masuk SMP).
f. Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun
atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status
imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
g. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah
memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit
tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya,
suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk
memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan
pertama.
h. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen
vaksin:
1) Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin
akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang
menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala
lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR.
Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik
dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang
terjadi pada suntikan MMR kedua.
2) Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan
dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam
waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
3) Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening dan
atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-
2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15%
anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang
ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak
yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa
yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus
berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul).
4) Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1
minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan
pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi
kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
i. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek
samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman
merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.

36
j. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi
MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
1) Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
2) Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
3) Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia,
limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi
penyinaran atau obati imunosupresan.
4) Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
8. Hib
a. Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe
b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
b. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak
berumur 2, 4 dan 6 bulan.
9. Imunisasi Varisella
a. Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air
ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara
perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
b. Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air
dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang
mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau
lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah
menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu
4-8 minggu.
c. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya
infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus
terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di
rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang
dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
d. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah
kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan
varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa
lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang
terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
e. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama
10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
f. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa :
1) Demam
2) Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
3) Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
g. Efek samping yang lebih berat adalah :
1) Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan pneumonia.
2) Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan
pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan

37
perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit
sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
3) Ensefalitis
4) Penurunan koordinasi otot.
h. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :
1) Wanita hamil atau wanita menyusui
2) Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah
atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif
bawaan
3) Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin
atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan
tersebut
4) Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau
gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
5) Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
6) Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen
darah lainnya
7) Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.
10. HBV
a. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
b. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi
dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan
HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II
dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV
III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
c. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada
lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada
saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6
bulan.
d. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai
anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
e. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan)
dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
11. Pneumokokus Konjugata
a. Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri
yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat

38
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia
(infeksi darah).
b. Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat
digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap
terjadinya infeksi pneumokokus.

5.2. Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Tujuan imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu
seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar
air, TBC, dan lain sebagainya.

Imunisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu imunisasi pasif dan aktif.

1. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari
orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten
imun kepada pejamu yang sebelumnya imun inkompeten, disebut transfer
adoptif. Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari
globulin gama homolog yang dikumpulkan.
a. Imunisasi pasif alamiah
1) Imunitas maternal melalui plasenta
Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin.
IgG dapat berfungsi sitotoksik, antivirus dan antibakterial
terhadap H. Influenza B atau S. agalacti B. Ibu yang mendapat
vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif kepada janin dan
bayi.

39
2) Imunitas maternal melalui kolostrum
ASI mengandung berbagai komponen sistem imun. Beberapa di
antaranya berupa Echancement Growth Factor untuk bakteri yang
diperlukan dalam usus atau faktor yang justru dapat menghambat
tumbuhnya kuman tertentu (lisozim, laktoferin, interferon,
makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibodi ditemukan dalam
ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum (ASI pertama
segera setelah partus).
b. Imunisasi pasif buatan
1) Immune Serum Globulin nonspesifik
2) Immune Serum Globulin spesifik: Hepatitis B Immune Globulin,
ISG Hepatitis A, ISG Campak, Human Rabes Immune Globulin,
Human Varicella-Zoster Immune Globulin, Antisera terhadap
virus Sitomegalo, Antibodi Rhogam, Tetanus Immune Globulin,
dan Vaccina Immune Globulin.
3) Serum asal hewan
2. Imunisasi Aktif
Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin
hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah
diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus
tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan booster antigen. Baik sel B
maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi. Keuntungan dari pemberian vaksin
hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan
pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi alamiah.
Vaksin yang dilemahkan diproduksi dengan mengubah kondisi biakan
mikroorganisme dan dapat merupakan pembawa gen dari mikroorganisme lain
yang sulit untuk dilemahkan.

Jadwal Imunisasi 2017

40
PERBEDAAN VAKSIN DAN IMUNISASI

Vaksinasi adalah memberikan vaksin atau jenis patogen tertentu yang dilemahkan
atau dinon-aktifkan. Sedangkan imunisasi adalah pemberian serum tertentu yang
sudah terdapat hasil respon imun, misalnya antibodi. Vaksinasi merupakan imunitas
aktif buatan sedangkan imunisasi adalah imunitas golongan pasif buatan.

LI.6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Pandangan Islam terhadap Pemberian


Vaksin

41
Masalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :
1. Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Ibnu
Hazm.
Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah: Sesungguhnya Allah
telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali
apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- An’am [6]:119)
Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit
kulit, Nabi membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya,
dan bolehnya orang yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila
ada penyakit di rambutnya. Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang,
karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memakan tujuh
butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan
sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil
sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga
kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh
sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.
2. Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah.
Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi: “Sesungguhnya allah menciptakan
penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan benda
haram” (ash-Shohihah:4/174). Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak
wajib menurut jumhur ulama, dan karena sembuh dengan berobat bukanlah
perkara yang yakin.

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri
dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia
akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim :
4702).

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab


untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana
halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

42
Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)

1) Dhorurat dalam Obat


Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang
keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya
tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan
bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu
kaidah fiqhiyyah dikatakan: “Darurat itu membolehkan suatu yang
dilarang”
Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti
lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan
saja. Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : “Seandainya
seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya,
sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan
makan barang najis.”

2) Kemudahan Saat Kesempitan


Sesungguhnya syari’at islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali
dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan:
“Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang
pasti”.
Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada
tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i
tatkala berkata : “Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala
sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.”

Perlukah Vaksin?
Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang
dewasa yang mengalami gangguan system imun dan syaraf, interaktif,
kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, arthritis
reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsy. Hal itu disampaikan oleh
Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika, Barbara Loe.
Sementara itu, dr. Muhammad Ali Toha Assegaf, Anggota IDI, Anggaota
Ikatan Dokter Akupuntur Indonesia menyatakan kegelisahannya terhadap
vaksin, Halalkah vaksin yang ada di negeri ini/perlukah vaksinasi? Dan
amankah? Ini adalah kegelisahan saya sebagai dokter dan kegelisahan jutaan
orang yang menyakini sabda Rasulullah SAW., : “Allah tidak menciptakan
kesembuhan dari hal yang diharamkan atas kalian”. Juga Allah SWT tidak
menjadikan barang haram sebagai obat bagi umatku”.

43
Pendapat Kontra :

a. Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah
orang tretular penyakit infeksi yang pengguna alkohol, obat bius, dll.
b. Efek samping yg membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal,
aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan
memicu autism, cacat otak, dll.
c. Lebih banyak bahaya daripada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
d. Konspirasi & akal-akalan Negara barat untuk memperbodoh dan meracuni
negara berkembang dan Negara muslim dengan menghancurkan generasi
muda.
e. Menyingkirkan metode pengobatan & pencegahan dari Negara-negara
berkembang dan Negara muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma,
& habbatussauda.

Pendapat Pro :

a. Mencegah para bayi tertular dari sang ibu, yang membawa virus toksoplasma,
rubella, hepatitis B yang dapat membahayakan ibu dan janin.
b. Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang
menjadi wabah seperti kolera, diphteri, & polio.
c. Efek samping yang membahayakan bisa diminimalisirkan dengan tanggap
terhadap kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu tentang
jenis merek vaksin serta jadwal yg benar sesuai kondisi setiap orang.
d. Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Contoh fatwa MUI yg
menyatakan halal. Dan jika haram, maka tetap diperbolehkan karena
mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah.

Percampuran benda najis atau haram dengan benda suci


Kemudian juga ada istilah “istihlak” yaitu bercampurnya benda najis atau haram pada
benda yang suci sehingga mengalahkannya sifat najis baik rasa, warna dan baunya.
Misalnya hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak. Maka tidak
membuat haram air tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun.” (Bulughul Maram, Bab
miyah no.2)

“Jika air mencapai dua qullah tidak mengandung najis –diriwayat yang lain- tidak
najis” (Bulughul Maram, Bab miyah no.5)

44
Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator yang sudah hilang melalui
proses pencucian, pemurnian dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya.

Jika kita masih berkeyakinan bahwa vaksin haram, mari kita kaji lebih lanjut. Bahwa
ada kaidah fiqhiyah,

“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”

Kaidah ini dengan syarat:


• Tidak ada pengganti lainnya yang mubah
• Digunakan sekadar mancukupi saja untuk memenuhi kebutuhan

Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat:
• Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya

Adapun yang berdalil dengan daya tahan tubuh bisa dengan jamu, habbatussauda, madu
(bukan berarti kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional), maka kita jawab itu
adalah pengobatan yang bersifat umum tidak spesifik, sebagaimana jika kita mengobati
virus tertentu, maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh,
akan tetapi bisa sangat lama dan banyak faktor. Bisa saja ia mati sebelum daya tahan
tubuh meningkat. Apalagi untuk jamaah haji syarat satu-satunya adalah vaksin.
o Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar penggunaannya saja.

Jika ada yang berdalil dengan,


”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan
jangan berobat dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani, hasan)

Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-
benda haram kecuali dalam kondisi darurat, dengan syarat:
1 Penyakit tersebut penyakit yang harus diobati
2 Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
3 Tidak ada pengganti lainnya yang mubah
Hal ini berlandaskan pada kaidah fiqhiyah,
” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling
ringan “

45
Daftar Pustaka

Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. (2014) Imunologi Dasar Edisi ke-11.
Jakarta, Badan Penerbit FKUI.

Brooks,G.F., K.C.Carroll, et al (2010) Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz, Melnick, &


Adelberg) Edisi 25. Jakarta, EGC.

Dorland, W. A. N. (2010). Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31. Jakarta: EGC

Dari artikel Pro Kontra Hukum Imunisasi dan Vaksinasi — Muslim.Or.Id –


Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah dan https://kesehatanmuslim.com/imunisasi-
dalam-pandangan-syariat/

Eroschenko, Victor P. (2010). Atlas Histologi diFiore ed. 11. Jakarta : EGC

Garna Baratawidjaja, Karnen dan Iris Rengganis. (2014). Imunologi Dasar. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI

Sherwood, Lauralee. (2015) Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta, EGC.

Zulhamidah, Yeni. 2014. Sistema Lymphaticus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas


Kedokteran Universitas Yarsi

46

Anda mungkin juga menyukai