Anda di halaman 1dari 9

B.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Dengan Infertilitas


I. PENGKAJIAN
a. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-30 tahun) (Prawirohadjo, 2009)
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan : Tingkat pendidikan dapat mendukung atau
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dan
taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan
dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas,
makin tinggat tinggi pendidikan semakin tinggi pula
pemahaman seseorang terhadap informasi yang
didapat dan pengetahuan pun akan semakin tinggi.
Hal ini juga berkaitan dengan pengambilan
keputusan (Undang-Undang Sisdiknas, 2007).
Pekerjaan : Wanita yang bekerja memiliki waktu yang lebih
sedikit untuk berkumpul bersama keluarga
(Arikunto, 2002).
Alamat :

2. Keluhan utama :
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti berikut :
Belum memiliki anak walaupun setelah lebih dari 1 tahun
menikah
(Saifuddin, 2010)

3. Riwayat Kesehatan Klien :


a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
Memiliki riwayat kelainan reproduksi dapat mempengaruhi
untuk infertilitas (ABPK, 2006).
b. Riwayat Kesehatan sekarang:
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan
keluhan s/d pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)

3
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Infertilitas dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan
keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan
lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal.
(Fraser & Cooper, 2009)

5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid,
banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.
a. Wanita denganinfertilitas biasanya merasakan nyeri haid dan
haid tidak teratur, (Saifuddin, 2010)

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No. BB/ Abnor Lak
Suami Anak UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK H M Peny
PB malitas tasi

7. Riwayat Kontrasepsi
Penggunaan KB suntik hormonal progestin dapat menyebabkan
sulit kembali kesuburannya (Saifuddin 2010)

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nafsu makan meningkat. Adanya hormon progesteron
Nutrisi yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan
yang ada di hipotalamus. (Mansjoer, 2007)
Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat tertentu
Kebiasaan (epilepsi dan tuberculosis) dapat mempengaruhi
kesuburan (Saifuddin, 2010)
Pasangan yang melakukan 2-3 x/ minggu secara rutin
Seksualitas
namun belum juga memiliki anak (Saifuddin, 2010)

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

4
Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa
setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu
tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak. (Prawirohardjo,
2009)

b. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
a. Tekanan darah tinggi selama < 180/110 mmHg boleh
menggunakan suntikan progestin. (Saifuddin, 2010)
b. Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek, Nadi > 100x/menit
merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana
memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan
jantung atau bekuan darah di dalam paru. (Saifuddin, 2010)

Antropometri :
Berat badan sekarang :
Walaupun sebagian besar hormon estrogen dihasilkan oleh
ovarium, namun 30% hormon estrogen dihasilkan juga oleh
lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen
sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat
badan yang berlebihan atau memiliki lemak tubu 10-15% dari
tubuh normal, maka ia akan menderita gangguan pertumbuhan
folikel di ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom, yaitu
sindrom ovarium polikistik. Sindrom tersebut juga terkait
dengan resistansi insulin dan diabetes mellitus.
Disamping berat badan yang berlebih, berat badan yang
sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang
wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohdrat, lemak, dan
rotein sangat diperlukan untuk pembentukann hormon
reproduksi sehingga ketika ia kurus akibat asupan gizi yang
sangat kurang, maka akan mengalami defisiensi hormon
reproduksi yang berakibat terhadap peningkatan kejadian

5
infertilitas pada dirinya.
(Varney, 2007)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Kepala :
b. Wajah : Wajah tampak pucat atau sianosis merupakan salah
satu tanda kemungkinan adanya penyakit jantung yang
merupakan kontraindikasi dari kontrasepsi suntikan apapun.
(Saifuddin, 2010)
c. Mata : Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan
indikasi adanya/penyakit hati. Penyakit hati akut sebaiknya
jangan menggunakan kontrasepsi suntikan. (Saifuddin, 2010)
d. Hidung :
e. Mulut :
f. Telinga:
g. Leher :
h. Dada : Nyeri dada hebat atau napas pendek merupakan tanda
bahaya kemungkinan penyakit jantung. Sebaiknya jangan
menggunakan kontrasepsi suntikan. (Saifuddin, 2010)
i. Payudara :
j. Abdomen :
k. Genitalia :
l. Ekstremitas :

Palpasi
a. Kepala :
b. Mata :
c. Hidung :
d. Leher :
e. Dada : Nyeri dada hebat yang menjadi salah satu tanda
penyakit jantung sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi
suntikan. (Saifuddin, 2010)
f. Payudara : Terabanya benjolan yang dapat menandakan
adanya kemungkinan menderita tumor jinak atau kanker
payudara tidak boleh menggunakan metode hormonal dalam
penanganan infertilitas . (Saifuddin, 2010)
g. Abdomen : Jika teraba pembesaran pada abdomen karena
adanya pembengkakan hati hal tersebut mungkin indikasi

6
adanya penyakit hati (Saifuddin, 2010)
h. Genetalia :
i. Ekstremitas :

Auskultasi : Nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar suara nafas


tambahan, bising usus 5-35 x/menit. Jika peserta KB memiliki
keluhan atau riwayat sesak napas, kemungkinan peserta
mempunyai penyakit jantung yang serius yang merupakan
kontraindikasi penggunaan kontrasepsi suntik (Saifuddin, 2010).

Perkusi :
a. Refleks ekstremitas atas: refleks bisep (+), refleks trisep (+)
b. Refleks ekstremitas bawah : patella (+), capillary refill kembali
dalam waktu < 2 detik, homan sign (-)
(Saifuddin, 2010)

3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan mikroskopik
1) Konsetrasi spermatozoa
Menghitung konsentrasi spermatozoa dalam air mani sama
caranya dengan menghitung konsentrasi darah. Ketelitian
menghitung akan berkurang dengan kurangnya konsentrasi
spermatozoa. Analisis air mani sebaiknya dilakukan lebih dari
satu kali. Jika konsentrasi spermatozoa kurang dari 10 juta/ml,
sungguh jarang tapi tidak mustahil, jika kehamilan masih dapat
terjadi.
2)Motalitas spermatozoa
Setetes air mani ditempatkan pada gelas obyek, kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Presetase spermatozoa motil ditaksir
setelah memeriksa 25 lapangan pandangan besar. Jenis motalitas
spermatozoa dibagi ke dalam skala 0 samapai 4. Pada pemeriksaan
pasca senggama ternyata spermatozoa dapat bergerak dapat
mencapai lendir serviks daam 1,5 menit setelah ejakulasi, dan tidak
dapat hidup lama dalam secret vagina karena keasamannya yang
tinggi. Dengan demikian, spermatozoa yang membuahi ovum, harus

7
secepatnya membebaskan diri dari lingkungan plasma mani dan
secret vagina. Oleh karena itu faktor vagina hampir tidak berengaruh.
Motilitas spermatozoa kurang dapat diperoleh dari suami sehat
setelah tidak bersenggama lebih dari 10 hari. Hal ini mungkin karena
kerusakan akibat terlampau lama ditimbun dalam system duktus.
Pemeriksaan air mani berikutnya setelah abstinensi yang singkat
akan menimbulkan motilitas spermatozoa seperti semuala.
3) Morfologi spermatozoa
Morfologi spermatozoa harus dianggap sama pentingnya dengan
konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan
pulasan sediaan-usap air mani, kemudian menghitung jenis
spermatozoanya.
b. Uji ketidakcocokan imunologik
Uji kontak air mani dengan lendir serviks yang dikembangkan oleh
Kremer dan Jager dapat mempertunjukkan adanya antibody local pada pria
atau wanita.
Masalah vagina dan serviks
a. Uji pascasenggama
Cara pemeriksaan: setelah abstinensi selama 2 hari, pasangan dianjurkan
melakukan senggama 2 jam sebelum waktu yang ditentukan untuk datang ke
dokter. Dengan speculum vagina kering, serviks ditampilakan, kemudian
lendir serviks yag tampak dibersihkan dengan kapas kering pula. Jangan
menggunakan kapas basah oleh antiseptic karena dapat mematikan
spermatozoa. Lendir serviks diambil dengan semprit tuberculin, kemudian
disemprotkan keluar pada gelas objek, lalu ditutup dengan gelas penutup.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan lapangan pandangan besar.

b.Uji in vitro
1) Uji gelas obyek
Caranya dengan menempatkan setetes air mani dan setetes lendir serviks
pada gelas obyek, kemudian kedua bahan itu disinggungkan satu sala lain

8
dengan meletakkan sebuah gelas penutup diatasnya. Spermatozoa akan
tampak menyerbu ke dalam lendir serviks, didahului oleh pembentukkan
phalanges air mani kedalam lendir serviks.
2) Uji kontak air mani dengan lendir serviks
Menurut Kremer & Jager, pada ejakulat dengan auto imunisasi, gerakan
maju spermatozoa akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar di tempat
kalau bersinggungan dengan lendir serviks. Perangai gemetar di tempat ini
terjadi pula kalau air mani yang normal bersinggungan dengan lendir serviks
dari wanita yang serumnya mengandung antibody terhadap spermatozoa.

Masalah uterus
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Biopsy endometrium
Barangkali tidak ada satu alasan penting untuk melakukan biopsi, kecuali
untuk menilai perubahan khas yang terjadi pada alat yang dibiopsi itu.
Gambaran endometrium merupakan bayangan cermin dari pengaruh hormon-
hormon ovarium.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : PAPAH usia ……. dengan Infertilitas
Masalah : belum memiliki anak
(Saifuddin, 2010)

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis potensial : Stres
Masalah potensial : perceraian

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : kolaborasi dengan dokter

9
V. INTERVENSI
1. Berikan semangat kepada ibu bahwa masalahnya akan bisa teratasi
Rasional : pemberian pendidikan kesehatan, konseling dan petunjuk
kepada klien bertujuan untuk memberikan dukungan emosinal agar
stress ibu berkurang (Varney, 2008)

2. Berikan konseling tentang nutrisi


Rasional : asupan nutrisi mempengaruhi infertilitas (Varney, 2008)

3. Kolaborasi dengan dokter


Rasional :Tujuan dari evaluasi infertilitas adalah menentukan
penyebab dari infertilitas, menentukan pilihan pengobatan
baik tindakan medis atau tindakan bedah. Proses
pemeriksaan dan pengobatan bisa menimbulkan stress fisik,
emosi, dan financial pada suami/istri.
(Varney, 2008)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

10
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo

Baradero, Mary, dkk. 2005. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

11

Anda mungkin juga menyukai