Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HAK ASASI ANAK DI

INDONESIA

OLEH
IZZATUL ISMA
KELAS 22

WAWASAN KEBANGSAAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup
manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu
bertanggung jawab dalam keberlangsungan bangsa dan negara, setiap anak perlu
mendapat perlindungan dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, maupun sosial. Untuk itu, perlu
dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya perlakuan
diskriminatif. Dalam hal menjamin seorang anak agar kehidupannya bisa berjalan
dengan normal, maka negara telah memberikan payung hukum yakni Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Namun seiring berjalannya waktu, pada kenyataannya undang-undang
tersebut dirasa belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya tumpang
tindih antar peraturan perundang-undangan sektoral terkait dengan definisi anak, di
sisi lain maraknya kejahatan terhadap anak di tengah-tengah masyarakat, salah
satunya adalah kejahatan seksual yang saat ini banyak dilakukan oleh orang-orang
dekat sang anak, serta belum terakomodirnya perlindungan hukum terhadap anak
penyandang disabilitas.
Sehingga, berdasarkan paradigma tersebut maka Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang saat ini sudah berlaku ±
(kurang lebih) 12 (dua belas) tahun akhirnya diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, yang mempertegas tentang perlunya pemberatan
sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan terhadap anak terutama kepada
kejahatan seksual yang bertujuan untuk memberikan efek jera, serta mendorong
adanya langkah konkrit untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi anak (korban
kejahatan) dikemudian hari tidak menjadi pelaku kejahatan yang sama. Karena
berdasarkan fakta yang terungkap pada saat pelaku kejahatan terhadap anak
(terutama pelaku kejahatan seksual) diperiksa di persidangan, ternyata sang pelaku
dulunya juga pernah mengalami (pelecehan seksual) sewaktu sang pelaku masih
berusia anak, sehingga sang pelaku terobsesi untuk melakukan hal yang sama
sebagaimana yang pernah dialami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hak asasi anak?
2. Apa saja yang merupakan hak-hak anak?
3. Jelaskan landasan hukum perlindungan hak asasi anak di Indonesia?
4. Lembaga apa yang memayungi pelaksanaan perlindungan hak asasi anak di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai salah satu tugas mata kuliah wawasan kebangsaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perlindungan hak asasi anak di
Indonesia.
BAB II
ISI

A. Hak Asasi Anak

a. Defenisi Hak Asasi Anak


Hak anak asasi adalah hak-hak khusus yang bertujuan untuk
melindungi semua manusia yang berusia di bawah 18 tahun. Hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang berlaku untuk semua manusia terlepas dari berapa
usia mereka, oleh karena itu anak-anak juga mendapat manfaat yang sama
dengan orang dewasa. Namun, karena posisinya yang rentan di masyarakat,
anak juga mendapat hak-hak khusus yang memberi mereka perlindungan
khusus.
Hak Asasi anak adalah merupakan alat untuk melindungi anak dari
kekerasan dan penyalahgunaan. Hak anak dapat menciptakan saling
menghargai pada setiap manusia. Penghargaan terhadap hak anak hanya bisa
dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa
setiap orang memiliki hak yang sama, dan kemudian menerapkannya dalam
sikap dan perilaku yang menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang
lain.

b. Tujuan Hak Asasi Anak


Tujuan Hak-Hak anak adalah untuk memastikan bahwa setiap anak
memiliki kesempatan untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Hak-hak
anak menentukan bahwa anak tanpa diskriminasi harus dapat berkembang
secara penuh, serta memiliki akses terhadap pendidikan dan perawatan
kesehatan, tumbuh di lingkungan yang sesuai, mendapat informasi tentang hak-
hak mereka, dan berpartisipasi secara aktif di masyarakat.
Karena anak-anak adalah calon-calon penerus bangsa yang harus
dilindungi dan dipenuhi hak-haknya. Agar kelak mampu bertanggung jawab
dalam keberlangsungan bangsa dan negara. Anak-anak yang tumbuh dan
berkembang dengan hak-haknya yang terpenuhi dengan baik maka akan
melahirkan manusia-manusia yang tangguh dalam menghadapi masa depan.
c. Prinsip Hak Asasi Anak
Menurut Konvensi Hak-Hak Anak yang diadakan oleh Komite
Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 20 November 1989, Prinsip
Hak Asasi Anak adalah sebagai berikut :
1. Non-diskriminasi dan kesempatan yang sama Semua anak memiliki hak
yang sama. Konvensi ini berlaku untuk semua anak, apapun latar belakang
etnis, agama, bahasa, budaya, atau jenis kelamin.Tidak peduli dari mana
mereka datang atau di mana mereka tinggal, apa pekerjaan orang tua
mereka, apakah mereka cacat, atau mereka kaya atau miskin. Semua anak
harus memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi mereka
sepenuhnya.
2. Kepentinggan terbaik dari anak Kepentingan terbaik bagi anak harus
menjadi pertimbangan utama ketika membuat keputusan yang mungkin
berdampak pada anak. Ketika orang dewasa membuat keputusan mereka
harus berfikir bagaimana keputusan mereka itu berdampak pada anak-anak.
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan Anak
mempunyai hak untuk hidup. Anak harus memperoleh perawatan yang
diperlukan untuk menjamin kesehatan fisik, mental, dan emosi mereka serta
juga perkembangan intelektual, sosial, dan kultural.
4. Partisipasi Anak mempunyai hak untuk mengekspresikan diri dan didengar.
Mereka harus memilik kesempatan untuk menyatakan pendapat tentang
keputusan yang berdampak pada mereka dan pandangan mereka harus
dipertimbangkan. Berkaitan dengan ini, usia anak, tingkat kematangan, dan
kepentingan mereka yang terbaik harus selalu diingat bila
mempertimbangan ide atau gagasan anak.

B. Hak-Hak Anak
1. Anak mempunyai hak untuk bermain.
2. Anak mempunyai hak untuk berkreasi
3. Anak mempunyai hak untuk berpartisipasi
4. Anak mempunyai hak untuk berhubungan dengan orang tua bila terpisahkan.
5. Anak mempunyai hak untuk bebas beragama
6. Anak mempunyai hak untuk bebas berkumpul.
7. Anak mempunyai hak untuk bebas berserikat.
8. Anak mempunyai hak untuk hidup dengan orang tua.
9. Anak mempunyai hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
10. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan nama.
11. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan identitas.
12. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan kewarganegaraan.
13. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan.
14. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi.
15. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang baik.
16. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan standar kehidupan yang layak.
17. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi.
18. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari tindakan atau dan
penangkapan sewenang-wenang.
19. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari perampasan
kebebasan.
20. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam,
hukuman dan perlakuan tidak manusiawi.
21. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari siksaan fisik dan
non fisik.
22. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari penculikan,
penjualan dan perdagangan atau trafiking.
23. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi
seksual dan kegunaan seksual.
24. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari pemandangan
atau keadaan yang menurut sifatnya belum layak untuk dilihat anak.
25. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi dan
penyalahgunaan obat-obatan.
26. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi
sebagai pekerja anak.
27. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi
sebagai kelompok minoritas.
28. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi
genting atau darurat.
29. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai
pengungsi atau orang yang terusir atau tergusur.
30. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami
konflik hukum.
31. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam konflik
bersenjata atau konflik sosial.

C. Landasan Hukum Perlindungan Hak Asasi Anak di Indonesia


Sebelumnya undang-undang tentang perlindungan anak yang berlaku
adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Namun seiring berjalannya waktu, pada kenyataannya undang-undang tersebut
dirasa belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya tumpang tindih
dengan peraturan perundang-undangan lain.
Sehingga, berdasarkan hal tersebut maka Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang saat ini sudah berlaku ± (kurang
lebih) 12 tahun akhirnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
Berikut isi dari Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014. Selain itu ada Perppu
Nomor 1 Tahun 2016 tentang pengebirian terhadap pelaku kejahatan seksual
terhadap anak-anak. Berikut beberapa perubahan Undang-Undang nomor 23 Tahun
2002 dalam Undang Undang nomor 35 Tahun 2014 :
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa negara menjamin hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

b. bahwa kekerasan seksual terhadap anak semakin meningkat secara signifikan


yang mengancam dan membahayakan jiwa anak, merusak kehidupan pribadi dan
tumbuh kembang anak, serta mengganggu rasa kenyamanan, ketentraman,
keamanan, dan ketertiban masyarakat;

c. bahwa sanksi pidana yang dijatuhkan bagi pelaku kekerasan seksual terhadap
anak belum memberikan efek jera dan belum mampu mencegah secara komprehensif
terjadinya kekerasan seksual terhadap anak, sehingga perlu segera mengubah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,


dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;

Mengingat :

1. Pasal 22 ayat (1) dan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG TENTANG


PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5606) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 81

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap
Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh anak,
pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau
dilakukan oleh lebih dari satu orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penambahan 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah
dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D.

(5) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit
menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal
dunia, pelaku dipidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10
(sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

(6) Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman identitas
pelaku.

(7) Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat dikenai
tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan cip.

(8) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diputuskan bersama-sama


dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan tindakan.

(9) Pidana tambahan dan tindakan dikecualikan bagi pelaku Anak.

2. Di antara Pasal 81 dan Pasal 82 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 81A yang
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 81A

(1) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (7) dikenakan untuk
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dilaksanakan setelah terpidana
menjalani pidana pokok.

(2) Pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bawah


pengawasan secara berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum, sosial, dan kesehatan.

(3) Pelaksanaan kebiri kimia disertai dengan rehabilitasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan dan rehabilitasi
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
3. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 82

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh anak,
pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau
dilakukan oleh lebih dari satu orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penambahan 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah
dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E.

(4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit
menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal
dunia, pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

(5) Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman identitas pelaku.

(6) Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (4)
dapat dikenai tindakan berupa rehabilitasi dan pemasangan cip.

(7) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diputuskan bersama-sama


dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan tindakan.

(8) Pidana tambahan dikecualikan bagi pelaku Anak.

4. Di antara Pasal 82 dan Pasal 83 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 82A yang
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 82A

(1) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (6) dilaksanakan selama
dan/atau setelah terpidana menjalani pidana pokok.

(2) Pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bawah


pengawasan secara berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum, sosial, dan kesehatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal II

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

D. Lembaga Perlindungan Anak di Indonesia


Lembaga utama yang berperan dalam perlindungan anak di Indonesia
adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) merupakan lembaga resmi yang memiliki wewenang memberi
referensi, rujukan, pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggaraan
perlindungan anak di Indonesia. KPAI dibentuk berdasarkan Keppres No.77 Tahun
2004 Jo Tahun 2004. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
memuat bahwa KPAI adalah lembaga negara independen.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk berdasarkan
amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang
tersebut disahkan oleh Sidang Paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan
ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002.
Setahun kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang tersebut, Presiden
menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan mengangkat
Anggota KPAI seperti yang diatur dalam peraturan per-undang-undangan tersebut.

a. Fungsi KPAI
Dalam Pasal 76 UU Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI yang
berbunyi sebagai berikut :
 Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan
informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan,
pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak.
 Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden
dalam rangka perlindungan anak.

Berdasarkan pasal tersebut di atas, mandat KPAI adalah mengawal


dan mengawasi pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan oleh para
pemangku kewajiban perlindungan anak sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
20 yakni : “Negara, Pemerintah, Masyarakat, Keluarga, dan Orangtua” di
semua strata, baik pusat maupun daerah, dalam ranah domestik maupun publik,
yang meliputi pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan khusus. KPAI bukan
institusi teknis yang menyelenggarakan perlindungan anak.

b. Tujuan KPAI
 Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam
perlindungan anak;
 Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak;
 Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan anak;
 Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan pengawasan
perlindungan anak;
 Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan pengaduan
masyarakat;
 Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.

c. Lembaga Mitra KPAI


 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
 Kepolisian Republik Indonesia
 Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
 Komite Nasional Perlindungan Anak Indonesia
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah perlu melakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
tanpa adanya perlakuan diskriminatif. Karena anak-anak adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah
bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam keberlangsungan
bangsa dan negara.
Hak anak asasi adalah hak-hak khusus yang bertujuan untuk
melindungi semua manusia yang berusia di bawah 18 tahun. Hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang berlaku untuk semua manusia terlepas dari berapa
usia mereka, oleh karena itu anak-anak juga mendapat manfaat yang sama dengan
orang dewasa. Namun, karena posisinya yang rentan di masyarakat, anak juga
mendapat hak-hak khusus yang memberi mereka perlindungan khusus.
Tujuan Hak-Hak anak adalah untuk memastikan bahwa setiap anak
memiliki kesempatan untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Hak-hak anak
menentukan bahwa anak tanpa diskriminasi harus dapat berkembang secara penuh,
serta memiliki akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan, tumbuh di
lingkungan yang sesuai, mendapat informasi tentang hak-hak mereka, dan
berpartisipasi secara aktif di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai