Latar Belakang
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Manusia
mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri
dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara
efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta
mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.
Rumusan Masalah
Postur Tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Aktivitas
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan
bebas (kosier,1989).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan
ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.
Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka
dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium
dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam
membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang
umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang
dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan
menyatu pada masa dewasa.
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan.
Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat elastic
sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur
penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan
dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand
atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka
tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan
dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis.
Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Jenis Mobilitas
Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian
pada ekstremitas bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik.
Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal,
contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible. Contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak pada
kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh pada fungsi
sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstremitas bagian bawah.
Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang
kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan
budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis imobilitas
Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya
gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir, seperti pada pasien
yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi karena
keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh. Seperti perubahan pada
metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan
sistem musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan
perilaku.
Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal. Mengingat imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kecepatan metabolism dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada
menurunnya Basal Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energy untuk perbaikan
sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi oksigensi sel. Perubahan metabolism imobilitas dapat
mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat
meningkatkan resiko gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan
ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
immobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberpa dampak dan perubahan metabolisme diantaranya,
pengurangan jumlah metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguang
gastrointestinal.
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan
persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang, sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke
interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Imobilitas juga dapat mengakibatkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot. Sedangkan
meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat
mengkibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel tidak lagi menerima
glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas
metabolisme.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang
dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat
menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan anemia.
Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja
jantung dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakab
menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskuler akan
menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah
sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan
normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali
ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga diakibatkan
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan
arus balik vena.
Gangguan Muskular.
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara langsung. Hal ini ditandai dengan
menurunnya stabilitas. Berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Seperti, otot
betis yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil dan menunjukkan tanda
lemah dan lesu.
Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang
abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot.
Kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi akibat
reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan
jumlah kalsium yang di keluarkan melalui urine semakin besar.
Perubahan Sistem Integumen
Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan
terjadinya isakemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.
Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya asupan dan penurunan curah
jantung, sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas,
emosional tinggi, depresi, perubaha siklus tidur dan menurunnya koping mekanisme.
Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagia tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian,
tendon, ligamen, dan otot. Apabila ke empat bagian tersebut di gunakan dengan benar dan terjadi
keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan
berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah energi yang
digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan
meningkatkan sirkulasi baik renal maupun gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur tubuh yang
benar terdapat beberapa prinsip yang perlu di perhatikan, diantaranya :
Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer vertikal) melewati
pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base
of support-posisi menyangga atau menopang tubuh)
Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih
besar
Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak digunakan untuk
mempertahankan keseimbangan
Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat energi dan
mencegah kelelahan otot
Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligamen
Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta mencegah kelelahan
Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang
Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan
kontraktur.
Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal pada organ atau bagian
tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur.
Hal ini dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam membantu proses
pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen,dan persendian. Apabila status nutrisi kurang,
kebutuhan energi pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi proses
keseimbangan.
Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat
mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
Gaya Hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya menjadi
buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam
melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak
berkembang dengan baik.
Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi pembentukan postur. Sebagai
contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat mempengaruhi proses
pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem
saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan
tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam
menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.
Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau
menahan tubuh.
Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi diantara garis gravitasi dan pusat
tumpuan.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang
akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi mekanika tubuh.
Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh.
Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih
mudah stabil dibandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar
tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
Menahan (squatting). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. contoh : posisi
orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan.
Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik, sodorkan telapak
tangan dengan lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan
tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari
tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah
tubuh bagian belakang.
Memutar (Pivoting) merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh
buruk pada postur tubuh
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya melakukan aktifitas
sehari-hari.
Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi penyakit.contoh:
tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat menurunkan
kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda yang berat.
Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menyebabkan
kecerobohan dalam beraktifitas.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara proposional, postur,
pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.
Kesehatan fisik
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh terhadap pergerakan.
Pekerjaan
Mekanika tubuh yang benar akan memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh, gerakan yang
dilakukan akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh yang salah akan
mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan kelelahan dan gangguan sistem
muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan resiko kecelakaan pada sistem musculoskeletal. Apabila
seseorang salah berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi kelainan pada tulang vertebra.
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan
kebutuhan energy karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat bergerak dengan bebas
apabila tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu bergerak banyak karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. pasien tidak dapat berpartisipasi dalam
perawatan atau perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan
Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien langsung merasa
lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas adalah sebagai berikut:
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan
dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya
adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan
tekanan intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan lain-lain), riwayat
penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat, laksansia, dll.
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri dan untuk menlai
ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi
miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
adalah sebagai berikut:
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul dan kaki.
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh.
180
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.
150
Pergelangan Tangan
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan menghadap ke atas.
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.
80-90
80-90
70-90
0-20
30-50
90
30
20
20
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernapasan, antara
lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti
panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan perifer, adanya thrombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan
otot dapat ditentukan dengan:
0 0 Paralisis sempurna
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh.
Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara
lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping,dll.
Diagnosis/Masalah Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain.
Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anoreksia) akibat sekresi
lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan,
seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Cara:
Dudukkan pasien
Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45
derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Cara :
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup
dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tiduran ditekuk
diarahkan ke dada.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan
paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.
Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi
ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
Pasang selimut
Posisi Trendelenburg
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi
ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Cara:
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung tempati tidur
pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan
meninggikan bagian kaki pasien.
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia scrta proses persalinan.
Cara:
Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
Pasang selimut
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur
tempat tidur.
Cara :
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.
Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pegelangan tangan pasien.
Cara :
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya.
Cara :
Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang
lain.
Cara :
Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
Cara :
Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
Cara :
Letakan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan
yang lainnya.
Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah
Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menyentuh ke atas.
Cara:
Pegang jari- jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki.
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan
satunya.
Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
Cara:
Letakkan 1 tangan perawat pada telapak kaki pasien dan 1 tangan yang lain diatas pergelangan kaki. Jaga
kaki lurus dan rileks.
Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari- jari kaki kearah dada pasien.
Cara:
Letakkan 1 tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lainnya.
Cara:
Letakkan 1 tangan perawat pada pergelangan kaki dan 1 tangan yang lain diatas lutut.
Cara:
Letakkan 1 tangan perawat dibawah lutut pasien dan 1 tangan pada tumit.
Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm dari tempat tidur, gerakan kaki menjauhi
badan pasien.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah
sebagai berikut:
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukan keceriaan.
Pengkajian Keperawatan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji postur tubuh, di antaranya:
Postur tubuh yang benar pada saat berbaring, duduk dan berdiri.
Posisi Berdiri
Pengkajian posisi berdiri dilakukan dengan cara menganjurkan pasien pada posisi berdiri, kepala tegak,
dan mata menghadap lurus ke depan. Bila diamati dari belakang, bahu dan pinggul harus lurus dan
sejajar. Amati vertebrata kolumna, apabila dari arah samping kepala tegak dan lurus dan tulang belakang
diluruskan bentuknya seperti huruf S. vertebrata servikal melengkung ke depan dan vertebrata lumbal
melengkung ke depan, kaki ditempatkan sedikit terpisah untuk mencapai dasar dari topangan dan ibu
jari menunjuk ke depan, dan apabila diamati dari depan berada pada garis tengah vertikal. Apabila posisi
tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar, maka dapat diidentifikasi adanya gangguan otot/tulang.
Posisi Duduk
Kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan vertebrata kolumna. Kemudian berat badan bertumpu
pada glutea dan paha. Paha sejajar dan datar pada bagian horizontal kedua telapak kaki menapak di
lantai, dan dengan jarak 2-4 cm perlu dipertahankan antara tepi tempat duduk dengan lutut dan lengan
pasien. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau paralisis otot, serta
adanya perubahan sensasi (kerusakan saraf).
Posisi Berbaring
Letakkan pasien dengan posisi latera, semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur.
Kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebrata harus lurus dengan alas yang ada.
Apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat proses penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi
serta adanya kelemahan.
Perubahan dalam tumbuh kembang, identifikasi adanya trauma, kerusakan otot atau saraf dan
kemungkinan factor yang menyebabkan postur tubuh yang buruk.
Diagnosis Keperawatan
Nyeri yang berhubungan dengan posis duduk, berdiri dan berbaring yang salah akibat pemakaian gips
pada daerah ekstremitas, dan lain-lain.
Resiko cidera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot.
Pertahankan postur tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat.
Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih duduk, berdiri dan tidur secara optimal.
Kurangi cidera akibat postur tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien melakukan aktivitas
sehari-hari.
Kurangi beban otot dengan cara meletakkan alat dengan dekat dengan pasien dan bantu kegiatan yang
menimbulkan beban berat.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh
adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh, dan pasien mampuberaktivitas
dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Pengkajian
Diagnosis Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme otot dan tulang pada
extremitas, nyeri akibat peradangan sendi, penggunaan alat Bantu dalam waktu yang lama.
Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis, gaya berjalan tidak stabil, penggunaan tongkat yang
tidak benar
Perencanaan
Latihan ambulasi
Cara:
Anjurkan pasien untuk melatakan tangan disamping badannya dengan telapak tangan menghadap
kebawah.
Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
Cara:
Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan letakkan kedua tangan anda
disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
Cara:
Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan anda.
Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh
berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard
Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada klien tidak dapat dilihat dalam beberapa hari
Perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klien harus sering kali dilakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu
energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem
saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan
tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam
menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.
Saran
Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih tau pengertiannya secara
mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya seorang perawat memberi pelayanan kesehatan dengan
baik bagi kesembuhan kliennya. Kita juga akan tahu bagaimana dampak positif dan negatifnya dari
pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri kita, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan kita sehari-hari
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya
keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan
tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya dsebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif.
Mobilisasi secara pasif yaitu mobilisasi dimana pasien dalam menggerakan tubuhnya dengan cara
dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Sedangkan mobilisasi aktif yaitu dimana pasien
dalam menggerakan tubuhnya dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk embantu jalannya penyembuhan pasien.
Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien
dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam
pelaksanaan mobilisasi.
Dalam angka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan, salah satu tugas perawat
yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi dimana saat itu pasien tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan pepindahan secara mandiri.
Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri dan bergerak, mereka
lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan secara seksama
lebih baik. Mereka mampu berdefekasi dengan baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot
mereka lebih sehat. Dan sebaliknya, jika sedang sakit mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya
dapat bergerak sedikit.
Untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat harus dengan tepat mengangkat klien,
menggunakan teknik pemberian posisi yang tepat, dan memindahkan klien dengan aman. Banyak
kondisi patologi yang memengaruhi kesejajaran dan mobilitas tubuh. Abnormalitas postur kongenital
atau didapat memengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan
penampilan tubuh. Selama pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang
gerak. Abnormalitas postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga
membatasi rentang gerak pada beberapa sendi, perawat mempertahankan rentang gerak maksimum
pada sendi yang tidak sakit. (A. Azis Alimut Hidayat, 2005 : 117).
Kebanyakan orang mengganti posisi mereka secara konstan dan bergerak meskipun diatas tempat tidur.
Namun, ketika klien lemah atau nyeri, atau mengalami fraktur, atau paralisis atau tidak sadar, mereka
tidak dapat mengubah posisi seperti orang normal. Mereka memerlukan bantuan untuk mengubah
posisi seperti posisi sim’s , semi fowler, miring, dorsal recumbent lithomi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas mengenai standar operasional prosedur
bagaimana cara melakukan mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
dan dari tempat tidur ke kereta dorong (brankart) dan cara mengatur posisi dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara atau standar operasional memindahkan
pasien dan mengatur posisi ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan memahami cara atau standar operasional memindahkan
pasien dan mengatur posisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memindahkan Pasien
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya (A.Aziz, 2006).
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota
badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya dsebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada klien (pasien) dengan kelemahan
fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau dari tempat tidur ke brangkar.
2. Tujuan
f. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi dengan kegiatan ini),
dan
g. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring (memindahkan pasien
dari tempat tidur ke kursi roda).
B. Mengatur Posisi
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan mengubah
secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan yang penting. Posisi
tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan
perry, 2005).
b. Mengurangi tekanan
Posisi supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan
menggunakan bantal.
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh ke
samping.
Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan tumit atau telapak kaki
menempel pada tempat tidur dan kedua kaki direnggangkan.
d. Posisi Trendelenberg
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah dari pada posisi kaki.
e. Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu sisi, baik kekanan atau kekiri.
f. Posisi Lithotomi
Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke
atas abdomen.
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring di atas abdomen atau tengkurap dengan kepala
menoleh ke samping.
Posisi klien dengan berlutut kedepan dengan kepala dan dada teratas rileks pada tempat tidur.
i. Posisi Fowler
Posisi duduk, dimana pasien istirahat diatas tempat tidur dengan tubuh agak dinaikan keatas dan derajat
ketinggian (75 – 90) derajat.
Yang dimaksud dengan sikap semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15 derajat sampai
dengan 60 derajat.
k. Posisi ortopnea
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi, klien duduk di tempt tidur atau di tepi
tempat tidur degan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
k. Posisi ortopnea
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi, klien duduk di tempt tidur atau di tepi
tempat tidur degan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
l. Posisi dangling
Posisi klien dengan duduk diatas tempat tidur dan kaki berjuntai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada klien (pasien) dengan kelemahan
fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau dari tempat tidur ke brangkar.
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan mengubah
secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan yang penting. Posisi
tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan
perry, 2005).
B. Saran
Diharapkan pada saat coners mahasiswa dapat mempraktekan memindahkan pasien dan mengatur
posisi dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Surabaya : Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam angka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan, salah satu tugas perawat
yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi dimana saat itu pasien tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan pepindahan secara mandiri. Oleh karena itu kami akan membahas bagaimana cara
melakukan mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan dari tempat
tidur ke kereta dorong (brankart).
· Tujuan umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I yang diberikan
oleh .................................................
· Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, dan
2. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berpindah dari tempat tidur ke kereta dorong
(brankart)
BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian mobilitas pasien berfokus pada rentang gerak (Orange of motion), cara berjalan, latihan fisik,
toleransi aktivitas, dan kesejajaran tubuh. Bagian ini akan membahas rentang gerak saja. Rentang gerak
adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin pada satu sendi dalam salah satu dari tiga potongan
tubuh, seperti sagital, frontal, dan transversal. Rentang gerak adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan rentang penuh gerakan sendi. Bahkan ketika pasien mampu berdiri untuk berjalan
dengan jarak pendek atau duduk dikursi, mereka mungkin perlu lebih banyak melatih beberapa sendi. .
Latihan disebut rentang gerak aktif jika pasien melakukan sendiri dengan instruksi dan kemungkinan
beberapa bantuan dari perawat dan anggota keluarga. Perawat menunjukkan pasien bagaimana
melakukan latihan pada titik tahanan ringan. Latihan tidak boleh menimbulkan nyeri.
Kadangkala pasien terlalu sakit untuk melakukan latihan rentang gerak pada kasus ini perawat melatih
seni untuk pasien. Ini disebut latihan rentang gerak pasif.
Beberapa pasien mulai dengan latihan rentang gerak pasif dan meningkat pada latihan rentang gerak
aktif. Latihan rentang gerak pasif, seperti yang aktif, harus dilakukan pada titik tahanan tetapi bukan pada
titik yang menyebabkan nyeri. Kewaspadaan klinis: latihan rentang gerak pasien tidak boleh dilakukan
pada sendi yang mengalami inflamasi.
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat mengajukan anamnese (pertanyaan) dan membuat observasi
untuk mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan sendi, nyeri, keterbatasan sendi, dan
gerakan yang tidak seimbang. Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, viabilitas, atau
trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas.
Teknik ini dapat digunakan oleh perawat untuk memberi perawatan pada klien imobilisasi. Teknik ini
membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga memungkinkan perawat untuk menggerakan,
mengangkat atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem
musculoskeletal. Tujuannya untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat
a) Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi aktivitas,
tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi
e) Cuci tangan
Sebelum kita membantu pasien untuk berpindah ke kursi roda, yang harus kita lakukan adalah mengkaji
kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi. Diana tujuan dari pengkajian
ini adalah agar mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
· Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda.(Firmansyah, Memindahkan Pasien Ke Kursi, 2009).
· Tujuan
6. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi dengan kegiatan
ini), dan
7. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring.
· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda.(Suparyanto, 2010).
· Persiapan:
ü Mobilitas sendi,
ü Toleransi aktivitas,
ü Tingkat kesadaran,
ü Tingkat kenyamanan,
ü Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan pasien ke kursi roda. Naikkan
sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika pasien berada di
atas kursi roda.
ü Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45° terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong kaki, dan
kunci kaki tempat tidur),
· Cara Kerja :
1. Cuci tangan,
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi roda dalam posisi 45°
terhadap tempat tidur,
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin,
7. Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan lutut pasien,
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan Anda di
skapula pasien,
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul dan tungkai Anda,
dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi,
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
12. Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk menyokong,
13. Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
16. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap kesejajaran
tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
No
Tindakan
Rasional
Cuci tangan
Sabuk pemindah
(jika perlu) agar pasien tidak terjatuh saat dipindahkan ke kursi roda
Sepatu / Sandal
Agar aman dan terlindungi dari benda-benda yang membahayakan dan/atau melukai kaki pasien
Observasi pasien
Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika ada cedera atau perubahan fisik yang mungkin
terjadi saat kita melakukan tindakan pemindahan pasien
Mencatat prosedur
Pendokumentasian
· Pengertian
Memindahkan klien dari atas kursi roda ke tempat tidur dengan maksud tertentu
· Tujuan
Mengembalikan klien ke tempat idur setelah menjalani prosedur tertentu atau setelah aktivitas lain
· Persiapan alat
· Langkah prosedur
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur (pastikan juga dalam posisi
terkunci)
3. Ankat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki yang kuat di bawah kursi roda
sedangkan kaki yang lemah di depannya
4. Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat sambil menghentakkan
tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien dan bantu klien untuk berdiri)
7. Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien dapat berbaring
· Pengertian
Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan ini dapat
dari tempat tidur ke brankart atau tempat tidur ke tempat tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan
pada pasien yang tidak dapat dan atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri. Hal yang perlu
disiapkan sama dengan pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)
· Tujuan
Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan diagnostik,
pindah ruangan, dll.).(Firmansyah, Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brangkar, 2009)
· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)
· Persiapan :
ü Mobilitas sendi,
ü Toleransi aktivitas,
ü Tingkat kesadaran,
· Cara Kerja
1. Cuci tangan,
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri berdampingan
menghadap tempat tidur pasien,
4. Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien (kepala dan bahu, panggul,
paha, dan pergelangan kaki),
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat ke tempat tidur di
depan, lutut agak fleksi,
6. Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha dan pergelangan kaki
pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh pasien,
9. Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan menumpu salah satu kaki
untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain, dengan bergerak ke depan (bila perlu),
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah brankart/tempat tidur lain dengan
memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat tidur,
11. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur pada posisi terpasang,
13. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap kesejajaran
tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
No
Tindakan
Rasional
Cuci tangan
Dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri berdampingan menghadap tempat tidur pasien,
untuk mempermudah memindahkan pasien
Untuk mempererat pengangkatan pasien sehingga tidak terjadi resiko yang membahayakan jiwa pasien,
misal : terjatuh
4
Observasi pasien
Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika ada cedera atau perubahan fisik yang mungkin
terjadi saat kita melakukan tindakan pemindahan pasien
Mencatat prosedur
Pendokumentasian
· Pengertian
Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur dengan maksud tertentu
· Tujuan
1. Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan diatas brankart
· Persiapan alat
· Langkah prosedur
2. Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
3. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain di samping brankart
6. perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik pengalas
7. Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas dzn tubuh klien hingga
mencapai tempat tidur
8. Jauhkan brankart
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
· Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya
kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk,
kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi.
· Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi antara lain :
ü Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme musculoskeletal
pada ekstrimitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama,
ü Risiko cedera berhubungan dengan adanya pasilisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan
tongkat yang tidak benar,
ü Pengaturan posisi,
ü Latihan ambulasi,
3.2 Saran
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika
tubuh dengan baik.
Daftar Pustaka
http://tiaralufitasari.blogspot.com/2012/01/teknik-memindahkan-dan-transportasi.html