Anda di halaman 1dari 27

Pembunuhan

Wayan Mirna
Salihin

Pada tanggal 6 Januari 2016, Wayan


Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal
dunia setelah meminum Kopi es
vietnam di Olivier Café, Grand
Indonesia[1]. Saat kejadian, Mirna
diketahui sedang berkumpul bersama
kedua temannya, Hani dan Jessica
Kumala Wongso. Menurut hasil otopsi
pihak kepolisian, ditemukan
pendarahan pada lambung Mirna
dikarenakan adanya zat yang bersifat
korosif masuk dan merusak mukosa
lambung. Belakangan diketahui, zat
korosif tersebut berasal dari asam
sianida. Sianida juga ditemukan oleh
Puslabfor Polri di sampel kopi yang
diminum oleh Mirna. Berdasarkan
hasil olah TKP dan pemeriksaan
saksi, polisi menetapkan Jessica
Kumala Wongso sebagai tersangka.
Jessica dijerat dengan pasal 340
KUHP tentang pembunuhan
berencana.

Wayan Mirna Salihin

Lahir 30 Maret 1988


Jakarta, Indonesia

Meninggal 6 Januari 2016


(umur 27)
Jakarta, Indonesia

Sebab meninggal Keracunan sianida

Pekerjaan Desainer grafis

Dikenal atas Korban pembunuhan

Korban
Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, adalah
anak dari seorang pengusaha.
Ayahnya, Edi Darmawan Salihin
memiliki beberapa perusahaan, antara
lain di bidang pengiriman dokumen
penting di Petojo, Jakarta Pusat, dan
perusahaan yang bergerak di bidang
garmen di Cengkareng, Jakarta Barat.
Mirna diketahui memegang salah satu
perusahaan milik ayahnya tersebut.

Mirna pernah bersekolah di Jubilee


School di kawasan Sunter, Jakarta
Utara. Ia kemudian melanjutkan
pendidikan di Billy Blue College of
Design, dan Swinburne University of
Technology, keduanya berada di
Australia. Setelah lulus, Mirna bekerja
di perusahaan yang bergerak di
bidang desain, Misca Design dan
Monette Gifts & Favors.

Pada bulan November 2015, Mirna


menikah dengan Arief Soemarko di
Bali, Indonesia, setelah sebelumnya
berpacaran selama 10 tahun. Mirna
dan Arief diketahui mulai berpacaran
sejak berada di Australia. Saat itu,
Mirna tinggal di Sydney, sedangkan
Arief di Melbourne.

Mirna juga diketahui memiliki saudara


kembar yang bernama Sendy Salihin.
Kronologi
Terdapat beberapa kronologi berbeda
dari kasus pembunuhan ini,
dikarenakan keterangan saksi yang
sering berubah-ubah. Kronologi
pertama adalah keterangan dari
teman berkumpul Mirna pada saat
kejadian, Jessica, dan kronologi
kedua diungkapkan oleh teman Mirna
lainnya yang juga berada di TKP, yaitu
Hani, kepada pihak kepolisian[2]
</ref>.

Kronologi versi Jessica


Tiba di Grand Indonesia (pukul
14.00 WIB). Jessica janjian bertemu
dengan tiga temannya, Mirna, Hani,
dan Vera, di Kafe Olivier pada pukul
17.00.
Pesan tempat. Begitu tiba, Jessica
langsung memesan meja nomor
54. Kafe Olivier merupakan pilihan
Mirna.
Jalan-jalan. Jessica berkeliling mal
dan membeli tiga bingkisan berisi
sabun untuk oleh-oleh bagi ketiga
temannya.
Kembali ke kafe (Sekitar pukul
16.00 WIB). Jessica memesan
minuman setelah bertanya dulu di
grup perbicangan media sosial
mereka.
Minuman datang. Minuman yang
datang pertama adalah kopi es
Vietnam pesanan Mirna. Dua
minuman lainnya, fashioned
sazerac (Hani) dan cocktail
(Jessica) datang belakangan.
Sang teman tiba (pukul 16.40).
Mirna dan Hani datang. Vera tak
terlihat. Posisi duduk: Mirna
(tengah), Jessica (kiri), dan Hani
(kanan)
Mirna meminum kopi Mirna merasa
bau kopinya aneh dan meminta
kedua temannya ikut mencium.
“Baunya aneh,” kata Jessica.
Belakangan diketahui bahwa kopi
yang diminum oleh Mirna memiliki
warna seperti kunyit.
Mirna meminta air putih. Jessica
meminta air kepada pelayan. Ia
ditanya balik pilihan minumannya.
Mirna sekarat. Ketika ia kembali,
tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya
mengeluarkan busa, kejang-kejang,
dengan mata setengah tertutup.
Panik. Jessica dan Hani panik
sembari mengoyangkan tubuh
Mirna. Mereka berteriak memanggil
pelayan kafe.
Dibawa ke klinik dan rumah sakit
Mirna dibawa menggunakan kursi
roda ke klinik, kemudian dibawa
dengan mobil suaminya, Arief
Soemarko, ke Rumah Sakit Abdi
Waluyo. Dokter klinik mal Grand
Indonesia, Joshua, mengatakan
denyut nadi Wayan Mirna Salihin
sebelum wafat adalah 80 kali per
menit. Sementara pernapasannya
16 kali per menit. Pada saat dibawa
ke klinik, Mirna diketahui pingsan.
Selama lima menit Joshua
mengaku hanya melakukan
pemeriksaan dan tidak menemukan
masalah pada pernapasan dan
denyut nadi. Dirinya hanya memberi
alat bantu pernapasan. Kemudian
atas kemauan suami, Mirna
kemudian dirujuk ke Rumah Sakit
Abdi Waluyo.
Kronologi versi Hani kepada Polisi

Tiba di kafe (pukul 16.00 WIB)


Jessica tiba di kafe.
Hani dan Mirna datang (pukul 16.40
WIB). Minuman sudah tersedia.
Menurut Hani, setelah meminum es
kopi, Mirna mengatakan “It's awful,
it's bad”. “Minumannya ada apa-
apanya kali,” kata Hani.
Mirna sekarat Mirna merasa
kepanasan dan mulutnya berbusa
sehingga dibawa ke klinik. Mirna
meninggal di Rumah Sakit Abdi
Waluyo.
Kronologi versi Edi Darmawan Salihin
(Ayah Mirna)

Wawancara yang dilakukan oleh Karni


Ilyas dalam acara Indonesia Lawyers
Club di tvOne, Edi Darmawan Salihin[3]
mengungkapkan beberapa fakta
terkait kematian anaknya. Fakta
tersebut ia peroleh salah satunya
setelah melihat rekaman CCTV yang
berada di Olivier Café. Ia menjelaskan,
bahwa apa yang di ucapkan oleh
Jessica Kumala Wongso di media-
media itu bohong. Kebohongan
tersebut antara lain mengenai air
mineral yang diakui Jessica dipesan
olehnya, nyatanya tidak tercantum
dalam tagihan pesanan. Lalu
penempatan goody bag yang diakui
Jessica ditaruh di atas meja setelah
minuman datang, menurut Edi,
nyatanya goodybag ditaruh sebelum
minuman pesanan diantarkan oleh
pelayan. Edi pun mengatakan, hanya
Jessica yang tidak menangis saat
keluarga dan teman-teman Mirna
berada di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Hasil Laboratorium
Forensik
Hasil otopsi yang dilakukan terhadap
jenazah Mirna, ditemukan adanya
pendarahan pada lambung
dikarenakan adanya zat yang bersifat
korosif masuk dan merusak mukosa
lambung. Belakangan diketahui, zat
korosif tersebut berasal dari Sianida.

Pusat Laboratorium Forensik Mabes


Polri juga sudah mengeluarkan hasil
pemeriksaan sampel kopi yang
diminum Wayan Mirna Salihin.
Hasilnya, dari sampel kopi itu
ditemukan 15 gram racun sianida.
Sebagai perbandingan, 90 miligram
sianida bisa menyebabkan kematian
pada orang dengan berat badan 60
kilogram. Sekitar 90 miligram, jika
dalam bentuk cairan, dibutuhkan 3-4
tetes saja. Sedangkan 15 gram,
sekitar satu sendok teh.

Penyelidikan Kepolisian
Pada awal perkembangan kasus
kematian Mirna, kepolisian sempat
menemui jalan buntu karena pihak
keluarga Mirna tidak mengizinkan
untuk dilakukan otopsi terhadap
jenazah Mirna. Namun, setelah
dilakukan musyawarah dan dijelaskan
oleh pihak kepolisian, akhirnya pihak
keluarga mengizinkan polisi untuk
melakukan otopsi. Dari hasil otopsi
tersebut diketahui bahwa terdapat
pendarahan di lambung Mirna.

Berdasarkan penemuan tersebut,


polisi berkeyakinan bahwa kematian
Mirna tidak wajar. Polisi kemudian
melakukan prarekonstruksi di Olivier
Café pada tanggal 11 Januari 2016
dengan menghadirkan dua orang
teman Mirna yakni Hani dan Jessica.
Polisi juga meminta keterangan dari
pegawai Olivier Café.

Polisi pun mengembangkan


penyelidikan dengan memanggil
beberapa saksi termasuk pihak
keluarga Mirna yang diwakili oleh
ayahnya, juga dua orang teman Mirna
yakni Hani dan Jessica. Jessica
sendiri diperiksa oleh pihak kepolisian
sebanyak 5 kali. Jessica tidak hanya
dimintai keterangan, tetapi polisi juga
menggeledah rumahnya pada tanggal
10 Januari 2016. Polisi diketahui
mencari celana yang dipakai oleh
Jessica pada saat kejadian. Namun
hingga kini, celana tersebut belum
ditemukan.

Tidak hanya memeriksa para saksi,


polisi pun meminta keterangan dari
para ahli diantaranya ahli IT,
hipnoterapi, psikolog, dan psikiater
untuk menguatkan bukti dugaan
terhadap pelaku.

Kepolisian RI juga meminta bantuan


kepada Kepolisian Federal Australia
untuk mendalami latar belakang
Jessica selama berada di Australia.

Tersangka
Setelah hampir satu bulan sejak
kematian Wayan Mirna Salihin, polisi
akhirnya mengumumkan pelaku
pembunuhan berencana ini. Jessica
Kumala Wongso ditetapkan sebagai
tersangka pada tanggal 29 Januari
2016 pukul 23:00 WIB[4]. Jessica yang
diketahui sebagai teman Mirna yang
juga memesankan minuman,
ditangkap keesokan harinya di Hotel
Neo Mangga Dua Square, Jakarta
Utara, pada tanggal 30 Januari 2016
pukul 07:45 WIB. Setelah menjalani
pemeriksaan selama 13 jam sebagai
tersangka, Jessica pun ditahan oleh
pihak kepolisian.
Kontroversi
Banyak kontroversi yang beredar
terkait pembunuhan berencana yang
mengakibatkan Wayan Mirna Salihin
meninggal karena diracun saat
meminum kopi es ala Vietnam. Salah
satu kontroversi yang paling
diperdebatkan adalah tidak terdapat
rekaman yang secara otentik
menunjukkan bahwa Jessica benar-
benar menuangkan sianida ke dalam
es kopi yang diminum Mirna, tetapi
terdapat beberapa menit rekaman di
mana Jessica menaruh tas belanja di
samping kopi yang diminum Mirna
sedemikian rupa sehingga es kopi
tersebut tertutup dan tidak dapat
ditangkap oleh kamera CCTV.

Beberapa kontorversi lainnya yang


muncul:

Beredar kutipan pembicaraan


WhatsApp antara Jessica, Mirna,
Hani, dan seorang temannya
bernama Vera tertanggal 1 Januari
2016. Dalam kutipan pembicaraan
tersebut, Jessica sempat bertanya
perihal dokter umum yang
melakukan praktik di Grand
Indonesia.
Netizen dihebohkan dengan
beredarnya foto dua orang wanita
yang diduga sebagai Jessica dan
Mirna berada di sebuah kamar.
Sebelumnya juga beredar kabar
bahwa Jessica merupakan penyuka
sesama jenis atau lesbian. Jessica
membantah hal tersebut.
Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin
menjelaskan bahwa dirinya sempat
membaca pesan-pesan di aplikasi
WhatsApp di ponsel milik anaknya
sesaat setelah anaknya meninggal.
Edi menyebutkan, bahwa ada salah
satu percakapan antara Jessica
dan Mirna yang menyebutkan
bahwa Jessica menginginkan untuk
dicium oleh Mirna[5].

Persidangan
Setelah melewati beberapa kali
persidangan, Jessica Kumala Wongso
pada akhirnya dituntut 20 tahun
penjara atas tindak pidana
pembunuhan yang diatur dalam Pasal
340 KUHP.[6] Dalam tuntutannya,
jaksa menyebutkan bahwas Jessica
diyakini terbukti bersalah meracuni
Mirna dengan menaruh racun sianida
dengan kadar 5 gram.[6] Jessica
disebut menutupi aksinya dengan
cara meletakkan 3 kantong kertas di
meja nomor 54.[6]

Pada 27 Oktober 2016, Jessica


Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana
penjara selama 20 tahun[7].

Referensi
1. ^ Meninggal Setelah Ngopi, Ini
Hasil Otopsi Mirna Tempo.co,
tanggal 10 Januari 2016. Diakses
tanggal 3 Februari 2016.
2. ^ "Tersangka Kasus Mirna,
Kronologi Versi Jessica dan
Polisi" . Tempo.co. 2016-01-30.
Diakses tanggal 2016-02-03.
3. ^ divertal. "Ayah Mirna: Kalau
Amir Bersaksi, Saya Kasih Mobil
Ferrari! | News | Arah.Com" .
arah.com. Diakses tanggal 2016-
10-24.
4. ^ Jessica Wongso Resmi Jadi
Tersangka Kematian Mirna
Tempo.co, tanggal 30 Januari
2016. Diakses tanggal 3 Februari
2016.
5. ^ WhatsApp Jessica: Mir, Mau
Dong Dicium Sama Elo
Tempo.co, tanggal 3 Februari
2016. Diakses tanggal 3 Februari
2016.
6. ^ a b c "Jessica Wongso Dituntut
20 Tahun, Protes Keluarga Mirna
dan Sorotan Australia" .
detiknews. Diakses tanggal 2016-
10-08.
7. ^ "Kasus Pembunuhan
Berencana, Jessica Divonis 20
Tahun" . CNN Indonesia. Diakses
tanggal 2016-10-27.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pembunuhan_Wayan_Mirna_Salihin&oldi
d=15191816"
Terakhir disunting 3 bulan yang…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0


kecuali dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai