Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit.
yaitu:
ransangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.
2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap ransangan dari luar
3. Perilaku dalam wujud tindakan yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau
ransangan luar.
information).
situation).
10
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit
serta upaya pencegahan. Dalam konsep yang dimaksud dengan kesehatan gigi
adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi.
2.2. Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
stimulus yang ditangkap panca indra. Pengetahuan bisa diperoleh secara alami
baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
ranah kognitif yang mempunyai enam tingkatan terhadap kesehatan gigi yaitu:
kembali suatu objek atau rangsangan tertentu. Contohnya, gigi putih bersih
berkat iklan pasta gigi tertentu. Akibat iklan ini seseorang tertarik dan menjadi
tahu bahwa untuk memperoleh gigi bersih seperti yang terdapat dalam iklan
diketahui.
pada situasi atau kondisi sebenarnya. Contohnya, memilih sikat gigi yang benar
untuk menggosok gigi dari sejumlah model sikat gigi yang ada, setelah diberi
tersebut.
bentuk yang baru. Contohnya, menggosok gigi yang tepat waktu, serta
mengambil tindakan yang tepat bila ada kelainan gigi untuk usaha mencegah
penyakit gigi.
tertentu.
1. Pendidikan
orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka
miliki.
2. Pekerjaan
3. Umur
fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir
4. Minat
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik
6. Informasi
dkk,2007)
Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari sikap memiliki arti sebagai reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tidak merupakan suatu tindakan
Di dalam Budiharto (2010) sikap adalah suasana batin atau hasil dari
berupa objek kesehatan gigi yaitu tentang gigi dan gusi sehat dan sakit serta upaya
pemeliharaan.
tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih baik jika melibatkan
pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama untuk
Sikap mengenai kesehatan gigi terdiri dari tiga komponen pokok yaitu :
Misalnya seorang ibu berkeyakinan bahwa radang gusi pada anak dapat
dicegah dengan menggosok gigi anak secara teratur, maka ibu akan berusaha
gigi masih juga sakit, tetapi setelah dicabut tidak lagi ada keluhan, membuat
seseorang menolak menambal gigi tetapi meminta langsung dicabut jika ada
Misalnya seorang ibu tahu jika gusi berdarah disebabkan oleh kekurangan
vitamin C maka ibu akan memberi vitamin C pada keluarga sehingga terpenuhi
1. Menerima
(objek). Misalnya, para ibu diminta agar memperhatikan cara mengajari anak
2. Merespon
yang telah diberi pendidikan mengenai cara menggosok gigi anak, dan sewaktu
3. Menghargai
Suatu indikasi sikap pada tingkat ketiga yaitu kemampuan untuk mengajak
mengajak orang lain berdiskusi tentang gusi berdarah, sebab dan akibatnya,
4. Bertanggung jawab
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Budiharto (2010) sikap dapat menjadi suatu tindakan yang nyata
yaitu diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain,
1. Persepsi
gigi yang benar dari bermacam-macam sikat gigi yang disajikan dengan
berbagai bentuk dan kekerasan bulu sikat (bulu sikat yang lunak, sedang,
2. Respons terpimpin
Jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan
gigi untuk anak berumur dibawah lima tahun dengan posisi ibu di belakang
anaknya, dan anak serta ibu menghadap cermin agar anak dapat melihat.
mencontohnya.
3. Mekanisme
sudah merupakan kebiasaan. Contohnya, anak umur lima tahun sudah mampu
menggosok gigi dengan benar secara teratur yaitu pagi hari sesudah makan dan
4. Adaptasi
mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol maka ibu dapat mengurangi
jumlah gula dalam susu dan setelah memberi minum, ibu segera membersihkan
gigi anak dengan kain bersih yang dibasahi, sebab akan sangat sulit untuk
pengetahuan dan keterampilan karena untuk mengubah tingkah laku individu atau
yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) seseorang akan memiliki tingkah laku yang
1. Tingkat kesadaran
kesehatan dan menyadari akan adanya satu tindakan yang baru, misalnya
seseorang sadar bahwa gigi yang berlubang dapat dirawat di poli gigi dengan
cara penambalan.
2. Tingkat perhatian
yang akan dilakukan serta kerugian jika tidak dilakukan tindakan pada dirinya.
3. Tingkat evaluasi
Dalam tingkat ini seseorang memerlukan dukungan dari orang lain yang
4. Tingkat percobaan
keuntungan, kerugian jika tidak segera dilakukan tindakan serta dukungan dari
5. Tingkat adopsi
baru dengan tidak ragu-ragu datang ke poli gigi bila ada masalah yang
satu aspek dari kesehatan secara keseluruhan, dimana status kesehatan gigi
merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan sosial.
1. Aspek fisik merupakan aspek kesehatan yang mempengaruhi kualitas gigi dan
3. Aspek sosial merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
pemeliharaan secara menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik dan sosial
(rehabilitatif).
3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati
Menurut Levell and Clark tingkat pencagahan agar kesehatan gigi dapat
(prepathogenesa) yaitu:
- Peningkatan kesehatan
- Perlindungan khusus
(pathogenesa) yaitu:
- Membatasi ketidakmampuan/cacat
masyarakat.
Dalam hal ini pelayanan puskesmas harus memiliki akses pelayanan yang
serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan.
menggunakan alat transfortasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak
indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan
4. Terjangkau (Biaya)
5. Mutu (Kualitas)
serta keamanan tindakan yang dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan
disegala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan (Kresno, Sudarti dkk 2001).
dalam memperoleh perawatan kesehatan yang mereka butuhkan, akan tetapi ada
alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Seseorang yang
berasal dari kelas sosial menengah ke bawah merasa diri mereka lebih rentan
untuk terkena penyakit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelas atas.
Sebagai hasilnya, mereka yang berpenghasilan rendah lebih tidak mungkin untuk
Dinegara seperti Indonesia ada satu tahap yang dilewati banyak penderita
sebelum mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau
di Mesir dikalangan orang yang tradisional dan kurang terpelajar, rumah sakit
pernah dikenal sebagai “rumah mati” karena menurut pengamatan mereka, siapa
yang masuk kerumah sakit biasanya akan keluar sebagai mayat (Sarwono 2004).
ole sebab itu petugas kesehatan perlu menyelidiki pandangan mereka tentang
sehat sakit dan berusaha mengubah pandangan tersebut agar mendekati konsep
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh
adalah :
kesehatan
3. Sumber-Sumber Daya
4. Kebudayaan
Menurut Barus Kaiser (2003) yang mengutip pendapat Buchori, ada beberapa
dan pendapatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan yang
maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan
kesehatan gigi, termasuk program pengkontrolan plak gigi yang dianggap sebagai
yaitu:
seseorang.
Pada tingkat ini (tinkat promosi kesehatan) bagi kesehatan gigi digunakan
topikal aplikasi, flouridasi air minum dan sebagainya. Pada tingkat ini
3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Eary diagnosis and prompt treatment)
yang baru terkena karies, penambalan fissure yang terlalu dalam dan
sebagainya.
misalnya pulpa capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi. Pada tingkat
ini sangat diperlukan karena pasien sering tidak mengobati penyakitnya secara
tuntas. Contoh pada perawatan urat saraf yang memerlukan beberapa kali
kunjungan atau pasien yang ingin segera mencabut gigi walaupun sebenarnya
5. Rehabilitasi
pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mampu mencapai
gigi.
sumber daya yang ada. Tujuan pelayanan berlapis adalah untuk memberikan
pelayanan yang menyeluruh dengan sumber daya ada di masyarakat dan institusi
1. Pelayanan pada lapis pertama adalah Basic Emergency Care, yaitu pelayanan
darurat dasar yang harus dapat melayani siapa saja dan di mana saja. Bentuk
2. Pelayanan lapis kedua adalah Preventif Care, yaitu pelayanan yang bersifat
pencegahan:
gerakan sikat gigi masal serta pemberian flouridasi secara topikal, fissure
gigi dan mulut, aplikasi fluorida secara topikal, fissure sealent, pembuangan
karang gigi, serta deteksi dini dan penumpatan dengan ART, memberikan
3. Pelayanan lapis ketiga adalah Self Care, yaitu pelayanan pelihara diri yang
yang tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut, mengunakan fluor sesuai
dengan yang dianjurkan, mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin dan
4. Pelayanan lapisan empat adalah Simple Care yaitu suatu pelayanan profesional
5. Pelayanan lapis kelima adalah Moderate Care, yaitu suatu pelayanan medik
endodontik untuk berakar satu, terapi untuk penyakit periodontal yang lanjut,
rujukan kepada spesialis bila perlu. Pelayanan moderate Care hanya dapat
dilakukan pada tingkat rumah sakit kelas D dan C oleh tenaga dokter gigi yang
profesional oleh tenaga spesialis seperti perawatan trauma muka dan rahang,
antara lain:
prefentif, kuratif).
semua golongan umur maupun jenis kelamin. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di
dalam gedung Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas (UKGS dan UKGM).
upaya pelihara diri (self care) melalui UKGM (Usaha Kesehatan Gigi
upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan yang
2. Pelayanan asuhan pada anak sekolah melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi
gigi dan mulut secara terencana pada siswa terutama siswa Sekolah Tingkat
Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu. UKGS adalah pendidikan kesehatan
gigi dan mulut yang terpadu, secara lintas program dan lintas sektor yang
kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat terutama kesehatan gigi dan
mulut.
dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan
tahun
- Minimal 805 murid SD mendapat perawatan medis gigi dasar dari seluruh
Memberikan rujukan dan perawatan selanjutnya untuk gigi yang tidak dapat
datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk oleh BPG (Balai Pengobatan
Gigi).
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
1. Visi Puskesmas
Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
2. Misi Puskesmas
adalah:
Puskesmas.
kerja Puskesmas.
3. Tujuan Puskesmas
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
4. Fungsi Puskesmas
Puskesmas.
kesehatan masyarakat yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional
dan global serta mempunyai peranan penting untuk peningkatan derajat kesehatan
6. Upaya pengobatan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni:
Upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas terdiri atas tujuan umum
dan khusus. Tujuan umumnya yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat
yang layak. Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka WHO
pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari
pelayanan di poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien
berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi pada waktu
dan jam tertentu. Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi Puskesmas, maka
pasien juga merupakan wajah dari suatu Puskesmas serta merupakan tempat
dimana kesan pertama tentang Puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu
ilmu kedokteran.
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan saran non
medis.
Sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental
unit atau dental chair. Selain itu, juga diperlukan lemari obat, lemari alat dan
sterilisator. Apabila sarana medis dan non medis di poli gigi Puskesmas sesuai
gigi di Puskesmas.
pekerjaan)
II. Pemeriksaan
III. Diagnosa
merupakan salah satu model kepercayaan dari suatu penjabaran model sosio-
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-
merasakan bahwa seseorang itu rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata
lain suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit yang akan timbul bila
tersebut.
barriers)
ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang
Sikap terhadap:
Pengetahuan :
Kerentanan yang
terhadap ancaman
dirasakan Pemanfaatan
yang dirasakan pada
terhadap penyakit pelayanan
penyakit gigi dan
gigi dan mulut kesehatan gigi
mulut.
Keseriusan yang dan mulut di poli
terhadap Pelayanan
dirasakan gigi Puskesmas
terhadap penyakit Puskesmas Medan
gigi dan mulut
Pendorong (cues)
untuk bertindak:
keluarga, teman,
petugas kesehatan
dan media.
pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah variabel demografis (Jenis kelamin,
dan asuransi kesehatan), sikap terhadap kerentanan dan keseriusan yang dirasakan
terhadap penyakit gigi dan mulut, pengetahuan terhadap ancaman yang dirasakan
pada penyakit gigi dan mulut dan pengetahuan terhadap pelayanan Puskesmas