Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geologis Indonesia merupakan pertemuan 3 lempeng sesar dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng India Australia, dan lempeng pasifik. Ketiga lempeng tersebut saling bergerak
dan berinteraksi menjadikan wilayah indonesia sangat kompleks. Kondisi ini menyebabkan
beberapa wilayah indonesia sering mengalami bencana alam (Chici Novianti). salah satu
bencana alam yang rentan terjadi di Indonesia adalah bencana gempa bumi. Bencana gempa
bumi merupakan bencana yang dapat merenggut korban jiwa serta menyebabkan rusaknya
infrastruktur bangunan. Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu wilayah di
Indonesia yang rentan terhadap bencana gempa bumi, karena wilayah NTB merupakan
kawasan dengan aktifitas tektonik yang sangat aktif, hal ini disebabkan oleh proses subduksi
(penunjaman) dua lempeng ( Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia) dan sesar naik
belakang busur (back are thrust) (I Gusti Ketut Satria Banaga. Sehingga, pulau lombok
termasuk wilayah yang memiliki seismitas yang cukup tinggi sebagai penyebab bencana gempa
bumi.

Pada tahun 2018, pulau lombok diguncang oleh empat gempa besar secara beruntun
yaitu pada tanggal 29 juli 2018 dengan magnitude 6,4 SR dengan kedalaman 13 km , tanggal 5
agustus 2018 dengan magnitude sebesar 7,0 SR dengan kedalaman 15 km, tanggal 19 agustus
2018 dengan magnitude sebesar 6,9 SR dengan kedalaman 10 km, dan pada tanggal 20 agustus
2018 dengan magnitude 7,0 SR dan kedalaman 10 km. Menurut BNPB, bencana gempa lombok
yang terjadi pada tahun 2018 mengakibatkan banyaknya korban jiwa serta rusaknya fasilitas
umum dan pemukiman. Tercatat sekitar 436 korban jiwa dan sekitar 1.353 korban luka-luka
serta kerusakan dan kerugian mencapai sekitar 5,04 triliun. Oleh karena itu, diperlukannyalah
mitigasi bencana gempa bumi. Salah satu mitigasi bencana gempa bumi yang dapat dilakukan
yaitu penentuan lokasi suatu gempa.

Lokasi suatu gempa dapat ditentukan berdasarkan posisi hiposenter dan episenter
gempa bumi. Hiposenter mrrupakan pusat gempa bumi yang berada di dalam permukaan bumi
(anggina). Sedangkan episenter adalah pusat gempa bumi yang berada di atas permukaan bumi
( suharno). Penentuan lokasi hiposenter gempa bumi sangatlah penting dilakukan guna untuk
menganilisis struktur tektonik secara detail, misalnya untuk identifikasi zona patahan maupun
pola subduksi sehingga kondisi tektonik serta seismitas wilayah penelitian sebagai penyebab
terjadinya gempa bumi dapat diketahui serta dapat digunakan untuk analisis kegempaan lokal
maupun global ( Bambang). Penentuan hiposenter yang akurat dan konsisten merupakan
kebutuhan untuk analisis kegempaan yang lebih lanjut (Tio Azhar). Faktor penting dalam
menentukan hiposenter gempa bumi adalah waktu tiba gelombang primer dan skunder,
kecepatan gelombang primer (Vp) dan origin time (Chi chi Novianti). Adapun parameter-
parameter gempa bumi adalah origin time, hiposenter, magnitudo (Rahman), dan episenter
(BMKG).

Dalam penentuan parameter hiposenter yang dihasilkan oleh BMKG masih memiliki
kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh input (masukan) pada sistem program analisa
yang digunakan yaitu Seismic Communication Processing (SeisComP) masih terdapat
ketidakakuratan sehingga kedalaman kurang 10 km otomatis ditempatkan pada kedalaman 10
km (anggina). Hal tersebut ditujukan untuk memberikan informasi sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang adanya gempa bumi.

Berdasarkan hal di atas diperlukan studi lanjut untuk meminimalisir kesalahan akibat
kesalahan pembacaan dan model kecepatan yang di dapatkan. Salah satu cara untuk mengatasi
ketidakakuratan hasil data gempa bumi tersebut adalah dapat dilakukan dengan relokasi gempa
bumi. Relokasi gempa bumi adalah perhitungan data gempa bumi berdasarkan hiposenter yang
telah diketahui datanya (anggina). Relokasi gempa bumi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode. Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode Double Difference.
Prinsip dari metode Double Difference (DD) adalah jika terdapat dua gempa yang memiliki
jarak lebih dekat satu sama lainnya, dibandingkan dengan jarak gempa tersebut ke stasiun
pencatatnya, maka ray path (penjalaran lintasan) dari kedua gempa tersebut dianggap sama
(Fhera). Menurut Waldhauser dan Ellsworth algoritma Double Difference dapat meminimalkan
kesalahan karena struktur kecepatan yang tidak dimodifikasi tanpa menggunakan koreksi
stasiun ( Hanna Gustini). Adapun kelebihan dari metode Double Difference (DD) adalah dapat
merelokasi hiposenter hingga tampak pola seismitas yang lebih jelas (iis Nur), mampu
mengubah distribusi episenter menjadi lebih tajam ( Satria Bunaga) serta mampu merelokasi
gempa meskipun dengan jumlah data yang banyak (Fhera). Adapun program yang digunakan
adalah program hypoDD yang dikembangkan oleh Waldhauser dan Ellsworth (2000).
Sehingga, berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah penelitian mengenai
relokasi gempa pada tahun 2018- 2019 di pulau Lombok dengan menggunakan metode Double
Difference.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana relokasi di pulau Lombok dengan menggunakan metode Double Difference?
2. Bagaimana perbedaan hasil sebaran kegempaan sebelum dilakukan relokasi dan sesudah di
relokasi di wilayah pulau Lombok?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk merelokasi gempa di Pulau Lombok dengan menggunakan metode Double
Difference.
2. Mengetahui perbedaan hasil sebaran kegempaan sebelum dilakukan relokasi dan sesudah
di relokasi di wilayah pulau Lombok.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan data katalog gempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat
pada periode Januari 2018 sampai April 2019 dengan menggunakan koordinat −5° LS s/d
−11° LS dan 114° BT - 117° BT yang di perolah dari BMKG.
2. Penelitian ini hanya menggunakan data gempa dengan magnetudo
3. Relokasi gempa pada penelitian ini hanya menggunakan teknik double difference.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi
hiposenter gempa bumi yang lebih akurat di Pulau Lombok pada rentang waktu Januari 2018-
April 2019 sebagai upaya mitigasi gempa bumi serta untuk refrensi penelitian selanjutnya untuk
menganalisis struktur tektonik secara detail di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Anda mungkin juga menyukai