Bab 1 PL
Bab 1 PL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sektor pertanian yaitu dalam upaya pemantapan ketahanan pangan untuk memenuhi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), jumlah produksi ayam ras pedaging
di Indonesia menunjukkan produksi yang terus meningkat pada tahun 2016 yaitu
dari 1.632.567.8 ton naik pada tahun 2017 menjadi 1.698.368.1 ton. Jumlah
produksi ayam ras pedaging di Sumatera Selatan pada tahun 2017 yaitu sebanyak
33.348.199 kg. Dan jumlah produksi ayam ras pedaging di Muara Enim pada tahun
2017 yaitu sebanyak 5.641,35 ton. Hal itu tentu harus diikuti dengan peningkatan
peternakan. Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit, baik grand parent stock maupun
parent stock akan meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomis yang tinggi. Tidak
hanya bibit yang baik untuk menghasilkan final stock yang bermutu dan ekonomis
1
2
pengawasan. Kegiatan-kegiatan itu satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan atau
dengan kata lain saling terikat (terpadu), sehingga akan membentuk suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen disebut sebagai sistem.
Usaha penetasan telur ayam untuk menghasilkan anak ayam atau DOC (Day
old chick) merupakan salah satu usaha dibidang peternakan unggas, yang merupakan
bagian dari penyediaan bibit ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal
yang sangat penting. Keberhasilan dalam suatu unit penetasan dipengaruhi oleh telur
telur adalah suatu proses biologis yang kompleks dari siklus hidup untuk
berdasarkan kualitas telur yang akan ditetaskan (Lestari, Ismoyowati dan Sukardi,
2013). Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak
dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur
konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan
hanya untuk dikonsumsi saja. Secara umum hanya telur berkualitas baik yang dipilih
untuk diinkubasikan, telur yang berkualitas baik adalah telur bersih, kerabang utuh
dan tidak retak. Telur kotor, retak, abnormal dan kerabang tipis harus dilakukan
diawali dengan tata laksana atau kegiatan seleksi telur tetas, proses penetasan,
ke peternak. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar diperoleh DOC
yang sesuai dengan standar perusahaan dan produk yang dihasilkan sesuai dengan
organisasi yang saling tergantung yang membantu membuat produk atau jasa
tersedia untuk digunakan atau dikomsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.
ayam broiler di PT. Super Unggas Jaya, Pasuruan bahwa dalam manajemen
penetasan DOC yang dilakukan di PT. Super Unggas Jaya sudah baik hal ini bisa
terlihat dari jumlah grade out yang hanya sekitar 2,5 % sehingga target produksi
yang diterapkan PT. Super Unggas Jaya dapat tercapai. Sentralisasi telur baik karena
sebelum melakukan grading diwajibkan untuk memcuci tangan dan juga telur
dilakukan fumigasi sesuai aturan, sehingga mengurangi bakteri yang dapat membuat
telur gagal menetas. Mesin hatcher diberikan evaporative formalin dengan dosis 0.1
cc per butir pada hari ke 19-20 dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan
Penetasan Telur Tetas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Hatchery Unit 11
dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Alur produksi di PT. Japfa Comfeed
4
kegiatan yang dilakukan sebelum inkubasi yaitu penerimaan telur tetas, penanganan
telur tetas, grading, fumigasi, cooling room dan pre warming. Proses inkubasi yaitu
inkubasi dimesin setter, transfer dan penetasan di mesin hatcher. Dan setelah proses
penetasan telur tetas ayam broiler adalah PT. Super Unggas Jaya Hatchery
Palembang. Output dari usaha tersebut berupa DOC broiler sebagai produk utama.
Sumatera Selatan”.
Penetasan dan Pendistribusian DOC (Day old chick) Broiler (Gallus dumesticus) di