Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam pembangunan

sektor pertanian yaitu dalam upaya pemantapan ketahanan pangan untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan dapat memacu

perkembangan wilayah (Daryanto,2011).

Pembangunan sub sektor peternakan memiliki nilai strategis dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Meningkatnya kebutuhan pangan disebabkan karena

bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya rata-rata pendapatan penduduk.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), jumlah produksi ayam ras pedaging

di Indonesia menunjukkan produksi yang terus meningkat pada tahun 2016 yaitu

dari 1.632.567.8 ton naik pada tahun 2017 menjadi 1.698.368.1 ton. Jumlah

produksi ayam ras pedaging di Sumatera Selatan pada tahun 2017 yaitu sebanyak

33.348.199 kg. Dan jumlah produksi ayam ras pedaging di Muara Enim pada tahun

2017 yaitu sebanyak 5.641,35 ton. Hal itu tentu harus diikuti dengan peningkatan

penyediaan bibit dalam memproduksi final stock (DOC) broiler.

Pembibitan merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam usaha

peternakan. Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit, baik grand parent stock maupun

parent stock akan meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomis yang tinggi. Tidak

hanya bibit yang baik untuk menghasilkan final stock yang bermutu dan ekonomis

namun manajemen yang diterapkan akan lebih mempengaruhi hasil yang

diharapkan. Menurut Mary Parker Follet (2007) pengertian manajemen sebagai

1
2

proses, karena dalam manajemen terdapat adanya kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan, misalnya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan. Kegiatan-kegiatan itu satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan atau

dengan kata lain saling terikat (terpadu), sehingga akan membentuk suatu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen disebut sebagai sistem.

Usaha penetasan telur ayam untuk menghasilkan anak ayam atau DOC (Day

old chick) merupakan salah satu usaha dibidang peternakan unggas, yang merupakan

bagian dari penyediaan bibit ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal

yang sangat penting. Keberhasilan dalam suatu unit penetasan dipengaruhi oleh telur

tetas, mesin tetas, tata laksana dan biosecurity.

Faktor terpenting dalam pembibitan adalah proses penetasan. Proses penetasan

telur adalah suatu proses biologis yang kompleks dari siklus hidup untuk

menghasilkan anak. Keberhasilan dalam penetasan salah satunya dapat ditentukan

berdasarkan kualitas telur yang akan ditetaskan (Lestari, Ismoyowati dan Sukardi,

2013). Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak

dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur

konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan

hanya untuk dikonsumsi saja. Secara umum hanya telur berkualitas baik yang dipilih

untuk diinkubasikan, telur yang berkualitas baik adalah telur bersih, kerabang utuh

dan tidak retak. Telur kotor, retak, abnormal dan kerabang tipis harus dilakukan

culling dan tidak layak untuk ditetaskan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perusahaan penetasan adalah

diawali dengan tata laksana atau kegiatan seleksi telur tetas, proses penetasan,

pengumpulan DOC, seleksi, vaksinasi dan packing sampai dengan pendistribusian


3

ke peternak. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar diperoleh DOC

yang sesuai dengan standar perusahaan dan produk yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen.

Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang

pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan pendistribusian. Pendistribusian

merupakan kegiatan penyampaian produk ke konsumen pada waktu yang tepat.

Menurut Kotler and Armstrong (2014) saluran distribusi merupakan sekelompok

organisasi yang saling tergantung yang membantu membuat produk atau jasa

tersedia untuk digunakan atau dikomsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.

Menurut hasil penelitian Raditiya (2012) dengan judul manajemen penetasan

ayam broiler di PT. Super Unggas Jaya, Pasuruan bahwa dalam manajemen

penetasan DOC yang dilakukan di PT. Super Unggas Jaya sudah baik hal ini bisa

terlihat dari jumlah grade out yang hanya sekitar 2,5 % sehingga target produksi

yang diterapkan PT. Super Unggas Jaya dapat tercapai. Sentralisasi telur baik karena

sebelum melakukan grading diwajibkan untuk memcuci tangan dan juga telur

dilakukan fumigasi sesuai aturan, sehingga mengurangi bakteri yang dapat membuat

telur gagal menetas. Mesin hatcher diberikan evaporative formalin dengan dosis 0.1

cc per butir pada hari ke 19-20 dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan

berwarna kuning, sehingga DOC yang dihasilkan lebih bagus.

Menurut hasil penelitian Novita at all (2017) dengan judul Manajemen

Penetasan Telur Tetas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Hatchery Unit 11

Tengaran, Semarang bahwa manajemen penetasan yang diterapkan sudah sangat

baik yang dibuktikan dengan diutamakannya biosecurity perusahaan sebagai upaya

dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Alur produksi di PT. Japfa Comfeed
4

Indonesia Tbk. Hatchery Unit 11 Tengaran, Semarang meliputi manajemen dalam

kegiatan yang dilakukan sebelum inkubasi yaitu penerimaan telur tetas, penanganan

telur tetas, grading, fumigasi, cooling room dan pre warming. Proses inkubasi yaitu

inkubasi dimesin setter, transfer dan penetasan di mesin hatcher. Dan setelah proses

inkubasi yaitu pull chick, chick handling dan chick delivery.

Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri perunggasan khususnya

penetasan telur tetas ayam broiler adalah PT. Super Unggas Jaya Hatchery

Palembang. Output dari usaha tersebut berupa DOC broiler sebagai produk utama.

Manajemen di PT. Super Unggas Jaya bertujuan untuk mengontrol dan

mengendalikan kegiatan perusahaan dengan pemanfaatan orang lain dalam

pencapaian tujuan tersebut, maka orang-orang dalam perusahaan harus jelas

wewenang, tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Aspek-aspek manajemen

didalam PT. Super Unggas Jaya meliputi penanganan beosecurity, menejemen

organisasi, manajemen penetasan, dan pemasaran DOC (Day old chick).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melaksanakan praktek

lapangan “Manajemen Penetasan dan Pendistribusian DOC (Day old chick)

Broiler (Gallus dumesticus) di PT. Super Unggas Jaya Hatchery Palembang

Sumatera Selatan”.

B. Tujuan Praktek Lapangan


5

Praktek lapangan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Manajemen

Penetasan dan Pendistribusian DOC (Day old chick) Broiler (Gallus dumesticus) di

PT. Super Unggas Jaya Hatchery Palembang Sumatera Selatan.

Anda mungkin juga menyukai