Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

PENGARUH PERAN KELUARGA, AKTIVITAS FISIK,


INTERAKSI SOSIAL DAN STRES TERHADAP
KUALITAS HIDUP LANSIA

OLEH :
RIZA SAVITA
NPM : 2014.0000.187

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI


PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2017
PENGARUH PERAN KELUARGA, AKTIVITAS FISIK, INTERAKSI
SOSIAL DAN STRES TERHADAP
KUALITAS HIDUP LANSIA
Riza Savita1, Rindu2
1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
1
rizasavita55@gmail.com, 2rindualghie@gmail.com

ABSTRAK
Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang luas terdiri dari kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan. Masa lansia akan mengalami suatu perubahan
dalam segi fisik, kognitif maupun dalam kehidupan psikososialnya sehingga dapat mempengaruhi
kualitas hidup lansia tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung
dan tidak langsung serta besaran antara peran keluarga, aktivitas fisik, interaksi sosial, dan stres
terhadap kualitas hidup lansia di Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka Belitung tahun 2017.
Metode penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel
60 lansia. Metode analisis dengan Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0.
Hasil pengujian hipotesis SEM dengan metode SmartPLS menghasilkan temuan penelitian yaitu
peran keluarga (2,14%), aktivitas fisik (13,01%), interaksi sosial (57,41%) dan stres (13,34%).
Pengaruh langsung kualitas hidup lansia di Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka Belitung
sebesar 85,90% dan pengaruh tidak langsung sebesar 6,27%. Total pengaruh langsung dan tidak
langsung kualitas hidup lansia sebesar 92,17%. Semakin tinggi interaksi sosial lansia maka
semakin baik kualitas hidup lansia dan sebaliknya semakin rendah interaksi sosial lansia maka
semakin buruk kualitas hidup lansia. Saran penelitian adalah Puskesmas sebaiknya meningkatkan
program posyandu lansia dan lebih mengoptimalkan senam lansia yang sudah ada sehingga para
lansia mampu lebih berinteraksi kepada sesama lansia, petugas kesehatan dan kader.
Kata Kunci : Keluarga, Aktivitas Fisik, Interaksi Sosial, Stres, Kualitas Hidup

ABSTRACT
The quality of life is a concept broad consisting physical of health, psychological, social
relationships and relations with an environment. The elderly will experience a change in terms of
physical, cognitive life of psychosocial that can affect elderly’s quality of life. Purpose of this
research is to know the influence direct and indirect brtween roll of family, physical of activity,
social interaction, and stress on quality of life for elderly at Petaling Mendobarat Public Health
Center in Bangka Belitung 2017. This research method is quantitative approach to the cross-
sectional design. Total sample of 60 elderly. The method of analysis by Structural Equation Model
(SEM) using SmartPLS 2.0.Results hypothesis SEM with SmartPLS produce research findings that
is the role of the family (2,14%) , physical activity (13,01%), social interaction (57,41%) and
stress (13,34%). Directly effect quality of life for elderly 85,90% and indirect effect is 6,27%.
Total influence direct and indirect quality of life is 92,17%. The higher social interaction elderly
can improve the quality of life. Lower social interaction elderly can be worse quality of life for
elderly. Suggestions of this study public health center should be improving one care center for
elderly and more optimizing the elderly gymnastic than before. So that, the elderly are able to
interact each others, health workers and volunteers.
Keywords: Family, Physical Activity,Social Interaction, Stress, Quality of Life.
Pendahuluan
Menua atau menjadi tua merupakan tua, tidak memiliki dukungan sosial dari
suatu keadaan yang terjadi di dalam keluarga atau teman untuk merawat
kehidupan manusia. Proses menua mereka.4
merupakan proses sepanjang hidup, Konsep kualitas hidup berkaitan
tidak hanya dimulai dari suatu waktu dengan kesehatan yaitu memantau
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan intervensi medis tertentu, sering
kehidupan. Menjadi tua merupakan menggunakan istilah “kualitas hidup
proses alamiah. Menjadi tua merupakan terkait kesehatan” (HRQOL).
proses yang tidak dapat dihindari. Masa Persepektif kesehatan (penyakit),
tua dapat dikatakan masa emas, karena kualitas hidup mengacu pada sosial,
tidak semua orang dapat melaluinya. ekonomi dan fisik kesejahteraan
Proses menua merupakan proses yang individu.Kualitas hidup merupakan
terus menerus secara alami. Menua pada suatu konsep yang dipadukan dengan
manusia merupakan fenomena yang berbagai cara seseorang untuk
tidak dapat dihindarkan. Semakin baik mendapatkan kesehatan fisik,
pelayanan kesehatan satu bangsa, makin keadaan psikologis, tingkat
tinggi pula harapan hidup masyarakat
independen, hubungan sosial, dan
dan pada gilirannya makin tinggi pula
yang berusia lanjut.1Meningkatnya hubungan dengan lingkungan
5
jumlah lansia menimbulkan masalah sekitarnya.
terutama dari segi kesehatan dan Keluarga menjadi salah satu pilihan
kesejahteraan lansia. Masalah tersebut lansia unuk tinggal karena merupakan
jika tidak ditangani akan berkembang tempat yang sesuia unruk
menjadi masalah yang kompleks dari lansia.Kurangnya partisipasi lansia ini
segi fisik, mental dan sosial yang disebabkan karena banyak keluarga
berkaitan dengan kesehatan dan yang sibuk dengan urusannya masing-
kesejahteraan mereka.2 masing. Partisipasi sosial yang meliputi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan pemeliharaan serta pembinaan dalam
tekhnologi serta perbaikan sosial hubungan sosial secara aktif dapat
ekonomi berdampak pada peningkatan mencegah penurunan-penurunan fungsi
derajat kesehatan masyarakat dan usia seperti fungsi kognitif pada lansia yang
harapan hidup, sehingga jumlah populasi tentunya berpengaruh kepada kualitas
lansia juga meningkat. Sampai sekarang hidup lansia.6
ini, penduduk di 11 negara anggota Aktivitas fisik yang dilakukan
World Health Organization (WHO) secara teratur terbukti dapat
kawasan Asia Tenggara yang berusia di meningkatkan kualitas hidup secara fisik
atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan mental seseorang. Peningkatan
dan diperkirakan akan terus meningkat kualitas hidup secara fisik antara lain
hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Jumlah peningkatan metabolisme glukosa,
lansia di Indonesia pada tahun 2011 penguatan tulang dan otot, serta
sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% mengurangi kadar kolesterol dalam
jumlah penduduk yang setiap tahunnya darah. Peningkatan kualitas hidup secara
jumlah lansia bertambah rata-rata mental yang diperoleh melalui aktivitas
450.000 orang.3 fisik ialah mengurangi stres,
Bertambahnya jumlah lansia, meningkatkan rasa antusias dan rasa
terdapat banyak permasalahan yang percaya diri, serta mengurangi
dialami lansia di antaranya tidak kecemasan dan depresi seseorang terkait
berpendidikan, tidak memperoleh akses dengan penyakit yang dialaminya.7
kesehatan, tidak memiliki jaminan hari Perubahan hidup yang dalami
lansia menimbulkan berbagai
permasalahan, diantaranya berupa Tujuan penelitian ini adalah untuk
ketergantungan terhadap orang lain, mengetahui pengaruh langsung atau
gangguan kesehatan, dan kemiskinan. tidak langsung pengaruh peran keluarga,
Menurunnya kemampuan merespon aktivitas fisik, interaksi sosial dan stres
stress, kehilangan yang berulang dan terhadap kualitas hidup lansia di
perubahan fisik menempatkan lansia Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
pada risiko terkena penyakit dan Belitung.
gangguan fungsional.8
Secara keseluruhan tampak bahwa Metode
dukungan sosial yang positif berkualitas Penelitian ini adalah penelitian
tinggi dapat meningkatkan ketahanan kuantitatif dengan desain cross sectional
terhadap stress. Hubungan stress dengan yang gunanya untuk menganalisis
kualitas hidup bahwa stress dapat hubungan kausal antara variabel-
mengurangi kesejahteraan psikologis variabel melalui pengujian hipotesis
jangka pendek dan menimbulkan gejala- yaitu untuk menganalisis pengaruh
gejala fisik. Stress dapat memperburuk langsung dan tidak langsung serta
kesehatan fisik dan psikoligis sehingga besarannya antara peran keluarga,
dapat menurunkan kualitas hidup. aktivitas fisik, interaksi sosial dan stres
Dukungan sosisal sangat diperlukan terhadap kualitas hidup lansia di
pada indvidu yang mengalami stress puskesmas petaling mendobarat bangka
sebagi sumber untuk melindungi belitung tahun 2017.
individu dari stress yang berat dan Populasi dalam penelitian ini
memungkinkan individu untuk adalah seluruh lansia yang berjumlah
mengatasinya dengan baik.9 116 orang. Adapun teknik pengambilan
Interaksi sosial merupakan sampel dengan menggunakan purposive
hubungan timbal balik atau hubungan sampling.11Pengambilan sampel
yang saling mempengaruhi antar berdasarkan kriteria inklusi yaitu lansia
manusia yang berlangsung sepanjang yang berada di wilayah kerja puskesmas
hidupnya dalam masyarakat.Interaksi petaling. Kriteria eksklusi dalam
sosial dapat berdampak positif terhadap penelitian ini adalah lansia yang
kualitas hidup karena dengan adanya mengundurkan diri ikut serta dalam
interaksi sosial maka lansia tidak penelitian ini.
merasakan kesepian, oleh sebab itu Jumlah sampel tersebut diambil
interaksi sosial harus tetap di sesuai dengan kaidah jumlah sampel
pertahankan dan dikembangkan pada pada pedoman PLS (Partial Least
kelompok lansia. Kemampuan lansia Squares) dengan rumusan, dimana
untuk terus menjalin interaksi sosial besaran sampel (Sample size) yang
merupakan kunci untuk diambil adalah 5 hingga 10 kelipatan
mempertahankan status sosialnya dari jumlah indikator yang akan
berdasarkan kemampuannya diteliti.12 Sehingga dalam hal ini besaran
bersosialisasi.10 sampel yang diambil adalah berkisar 30
Berdasarkan data dinas kabupaten hingga 60 yaitu sebesar 60 responden.
bangka jumlah lansia pada tahun 2015 Metode analisis data yang
mencapai 525 jiwa. Kabupaten Bangka digunakan dalam penelitian ini adalah
mempunyai 12 puskesmas yang salah analisis univariat, analisis bivariate dan
satunya adalah Puskesmas Petaling analisis SEM (Structural Equation
Mendobarat. Jumlah lansia pada Modelling). Diagram jalur SEM
Puseksmas ini merupakan salah satu berfungsi untuk menunjukkan pola
yang tertinggi. hubungan antar variabel yang akan
diteliti. Dalam SEM pola hubungan
antar variabel akan diisi dengan variabel variasi data penelitian terhadap
yang diobservasi, variabel laten dan fenomena yang dikaji dengan
indikator. menghitung R2 pada masing-masing
Data penelitian ini akan disajikan variabel terlebih dahulu.13
dalam bentuk (1) penyajian komposisi Hasil
dan frekuensi dari sampel. Data yang Penyajian hasil penelitian disusun
disajikan pada awal hasil analisa adalah berdasarkan sistematika yang dimulai
berupa gambaran atau deskripsi dengan gambaran analisis univariat yang
mengenai sampel, dimana penjelsan juga bertujuan untuk melihat distribusi
disetai ringkasan berupa tabel dari frekuensi variabel dependen dan
deskripsi yang utama. Hal ini dilakukan independen. Sedangkan analisa bivariat
untuk membantu pembaca lebih untuk melihat pengaruh antara variabel
mengenal karakteristik dari responden eksogen dengan variabel endogen.
dimana data penelitian tersebut Kemudian diakhir penelitian ini
diperoleh. (2) Penyajian analisa SEM. diberikan gambaran análisis SEM untuk
Data penyajian analisa SEM dari menjelaskan hubungan yang komplek
pengolahan data output yang dari beberapa variabel yang diuji dalam
menggunakan bantuan SPSS 18.0 dan penelitian ini.
SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram, Jumlah sampel dalam penelitian ini
tabel dan gambar. adalah sebanyak 60 responden yaitu
Cara mengetahui reliabilitas lansia Di Wilayah Puskesmas Petaling.
instrumen dilakukan dengan uji Data penelitian dikumpulkan selama
Cronbach’s Alpha. Nilai dari hasil uji tujuh bulan yaitu pada Agustus 2016 –
Cronbach’s Alpha selanjutnya Februari 2017.
dibandingkan dengan nilai koefisien Hasil penelitian tentang
reliabilitas yang dapat diterima yaitu di karakteristik responden sebagian besar
atas 0,70. Outer model yang berumur 60-74 tahun sebanyak 38
menspesifikasikan hubungan antar responden sebesar 63,4 %. Selain itu
variabel laten dengan indikatornya pendidikan terbanyak adalah tingkat SD-
diukur dengan melihat convergent SMP dengan jumlah 48 responden
validity dengan nilai loading 0,5-0,6 sebesar 80%, jenis kelamin responden
dianggap cukup. Nilai pada perhitungan terbanyak adalah perempuan berjumlah
bootstraping dengan melihat nilai 34 responden sebesar 65,7%, sedangkan
original sample yang merupakan nilai jenis pekerjaan yang terbanyak adalah
path dan nilai significancy-nya yaitu lansia yang bekerja 43 responden atau
nilai T statistik. Nilai path tersebut 71,7%.
signifikan bila nilai T lebih besar dari Dari gambar 1 terlihat bahwa nilai
1,96 yaitu tingkast kesalahan 5%. faktor loading telah memenuhi
Langkah selanjutnya adalah membangun persyaratan yaitu nilai loading factors di
persamaan untuk model dan menghitung atas 0,5. Suatu indikator
nilai Q2 atau goodness of fit dari model reflektifdinyatakan valid jika
yang dibangun, yaitu melalui besaran mempunyai
Gambar 1. Output PLS (Loading Factors)

konstruk yang dituju berdasarkan pada Setelah dilakukan uji validitas dan
substantive content-nya dengan melihat telah dinyatakan valid variabel dan
signifikansi dari weight (t = 1,96). indikatornya untuk selanjutnya
Hasil analisis pengolahan data dilakukan uji reliabilitas. uji reliabilitas
terlihat bahwa konstruk yang ini dilakukan dengan melihat nilai
digunakan untuk membentuk sebuah composite reliability dari blok indicator
model penelitian, pada proses analisis yang mengukur konstruk hasil
faktor konfirmatori telah memenuhi composite reliability yang akan
kriteria nilai di atas batas signifikansi menunjukkan nilai yang memuaskan
yaitu 0,05. Dari hasil pengolahan data di jika 0,70, hasil uji menunjukkan bahwa
atas, juga terlihat bahwa setiap indikator semua variabel dinyatakan reliable
atau dimensi pembentuk variabel laten karena nilai Cronbach’s Alpha dan
menunjukkan hasil yang baik, yaitu Composite reliability0,70 sehingga
dengan nilai loading factor yang tinggi dapat dikatakan bahwa kontruk memiliki
di mana masing-masing indikator lebih reliabilitas yang baik.
besar dari 0,5. Dengan hasil ini, maka Gambar 2 menyatakan nilai T-
dapat dikatakan bahwa indikator Statistik direfleksikan terhadap
pembentuk variabel laten konstruk peran variabelnya sebagian besar > 1,96,
keluarga, aktivitas fisik, interaksi sosial sehingga menunjukan blok indikator
dan stres terhadap kualitas hidup lansia berpengaruh positif dan signifikan untuk
tersebut sudah menunjukkan hasil yang merefleksikan variabelnya.
baik.
Gambar 2. Model (T-Statistic) Bootstrapping

Nilai R-Square terhadap kualitas hidup 9,156, aktivitas


Nilai R-square pada variebel fisik terhadap interaksi sosial 24,412,
aktivitas fisik sebesar 21.3% dan sisanya aktivitas fisik terhadap stres 9,656,
78.7% dipengaruhi faktor lain. Nilai r interaksi sosial terhadap kualitas hidup
square pada interaksi sosial sebesar 15,552, interaksi sosial terhadap stres
43.7% dan sisanya 56.3% dipengaruhi 23,759, stres terhadap kualitas
faktor lain. Nilai r square pada variebel hidup7,859. Sehingga H0 ditolak karena
stres sebesar 57.9% dan sisanya 42.1% nilai t-statistic tersebut berada jauh
dipengaruhi faktor lain. Nilai r square diatas nilai kritis (1,96) sehingga
pada variebel kualitas hidup sebesar signifikan pada  5%.
85.9% dan sisanya 14.1% dipengaruhi Berdasarkan gambar 1
faktor lain. tersebutmenyatakan bahwa interaksi
sosial mempunyai nilai tertinggi
Nilai T Statistik terhadap kualitas hidup dengan nilai
Berdasarkan gambar 2 di atas di original sampel (Rho) sebesal 0,638.
atas memperlihatkan bahwa semua Sedangkan nilai pengaruh yang paling
variabel memiliki nilai t-statistik lebih rendah adalah nilai interaksi sosial
besar dari 1,96% yaitu variabel peran terhadap stres dengan nilai sebesar -
keluarga terhadap kualitas hidup 4,836, 0,527. Nilai terbesar kedua adalah nilai
peran keluarga terhadap aktivitas fisik dari aktivitas fisik terhadap interaksi
26,395, peran keluarga terhadap sosial dengan nilai sebesar 0,564.
interaksi sosial12,408, peran keluarga
terhadap stres 2,044, aktivitas fisik
Tabel 2. Persentase Pengaruh Antar Variabel Terhadap Kualitas Hidup Lansia

LV Direct Indirect
Sumber Direct Path Indirect Path Total %Total
Correlation % %
Peran Keluarga
0,472 0,045 0,4262 0,4716 2,14 0,30 2,44
Aktivitas Fisik
0,723 0,180 0,4616 0,6417 13,01 0,85 13,86
Interaksi Sosial
0,889 0,638 0,0916 0,7299 57,41 5,12 62,53
Stres
-0,770 -0,173 - -0,1733 13,34 13,34
Total
85,90 6,27 92,17
Sumber: Diolah dari SmartPLS 2.0 report, 2017

Dari tabel 2 menyatakan 2= 2 1 + 11 +2


menyatakan besarnya pengaruh Interaksi Sosial = 17,1 Peran Keluarga
langsung dan tidak langsung variable- + 56,4 Aktivitas Fisik + 26,5 Faktor
variabel terhadap gaya hidup hipertensi. Lain
Hasil uji koefisien parameter antara 3= 31 + 21 + 42 + 3
peran keluarga terhadap kualitas hidup Stres = -3,0 Peran Keluarga + -28,7
menunjukkan terdapat pengaruh Aktivitas Fisik + -52,9 Interaksi Sosial +
langsung sebesar 2,14%, aktivitas fisik 184,6 Faktor Lain
terhadap kualitas hidup menunjukkan 4= 41+ 31 + 62 + 53 + 4
terdapat pengaruh langsung sebesar Kualitas Hidup = 4,5Peran Keluarga+
13,01%, interaksi sosial terhadap 18,0 Aktivitas Fisik + 63,8 Interaksi
kualitas hidup menujukan terdapat Sosial +-17,3 Stres + 31 Faktor Lain.
pengaruh langsung sebesar 57,41% dan
stres terhadap kualitas hidup menujukan Predictive Relevance (Nilai Q-Square)
terdapat pengaruh langsung sebesar
13,34%. Sedangkan untuk pengaruh Nilai Q-Square berfungsi untuk
tidak langsung antara peran keluarga menilai besaran keragaman atau variasi
terhadap kualitas hidup menunjukkan data penelitian terhadap fenomena yang
terdapat pengaruh tidak langsung sedang dikaji dan hasilnya sebagai
sebesar 0,30%, aktivitas fisik terhadap berikut:
kualitas hidup menunjukkan terdapat sedang dikaji dan hasilnya sebagai
pengaruh tidak langsung sebesar 0,85%, berikut:
interaksi sosial terhadap kualitas hidup Q2 = 1- (1-R12) (1-R22) (1-R32) (1-R42)
menujukan terdapat pengaruh langsung = 1- (1-0,213452) (1-0,436655)
sebesar 5,122%. (1- 0,579207) (1-0,858960)
=1-0.0143
Persamaan Matematis = 0.9737 atau 97,37%
Galat Model = 100% - 97,37= 2,63%
Persamaan Struktural Inner Model Hal tersebut menunjukkan model hasil
Secara matematis bentuk analisis dapat menjelaskan 97,37%
persamaan structural dari model keragaman data dan mampu mengkaji
penelitian ini adalah sebagai berikut : fenomena yang dipakai dalam
1= 11 + 1 penelitian, sedangkan 2,63% dijelaskan
Aktivitas Fisik = 46,2 Peran Keluarga + komponen lain yang tidak ada
53,8 Faktor Lain. dalampenelitian ini.
Pembahasan Keluarga harus dapat mengenal
masalah kesehatan lansia dan mampu
Pengaruh Langsung Peran Keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
Terhadap Kualitas Hidup di mengatasi kesehatan lansia. Selanjutnya
Puskesmas Petaling Mendobarat keluarga juga harus merawat anggota
Bangka Belitung Tahun 2017. keluarga lansia dan memodifikasi
Hasil uji terhadap koefisien lingkungan fisik dan psikologis sehingga
parameter antara peran keluarga lansia dapat beradaptasi terhadap proses
terhadap kualitas hidup lansia di penuaan. Keluarga juga harus mampu
Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka menggunakan fasilitas pelayanan
Belitung menunjukkan terdapat kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai
pengaruh langsung sebesar 2,14% dan dengan kebutuhan lansia.16
pengaruh tidak langsung sebesar 0,30%.
Nilai T-Statistic sebesar 4,835500 dan Pengaruh Tidak Langsung Peran
signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic Keluarga Terhadap Kualitas Hidup di
tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Puskesmas Petaling Mendobarat
Peranan keluarga dalam Bangka Belitung Tahun 2017.
memelihara dan meningkatkan Hasil uji terhadap koefisien
kesehatan setiap anggota keluarga serta parameter untuk pengaruh tidak
dalam menjamin keberhasilan pelayanan langsung peran keluarga terhadap
keluarga amat penting sekali, karena kualitas hidup lansia di Puskesmas
keluarga memang punya arti dan Petaling Mendobarat Bangka Belitung
kedudukan tersendiri dalam masalah melalui aktivitas fisik, interaksi sosial
kesehatan. Peran keluarga yang sehat dan stres di Puskesmas Petaling Bangka
akan menyebabkan kualitas hidup Belitung sebesar 0,30%.
anggota keluarganya menjadi baik. Bila Berdasarkan hasil uji tersebut dapat
peran keluarga tidak sehat maka akan dijelaskan bahwa pengaruh tidak
dapat meningkatkan angka kesakitan langsung peran keluarga terhadap
dan angka kematian yang akhirnya akan kualitas hidup dipengaruhi oleh variabel
menurunkan kualitas hidup.14 aktivitas fisik sebesar 0,099%, variabel
Apabila keluarga bahagia akan interaksi sosial sebesar 0,151% dan
berpengaruh pada perkembangan emosi variabel stres sebesar 0,006%.
para anggotanya. Kebahagiaan diperoleh Status fungsional aktifitas sehari-
apabila keluarga dapat memerankan hari terkait erat bukan hanya dengan
fungsinya secara baik.Secara sosiologis usia, tetapi juga dengan penyakit.
keluarga dituntut berperan dan berfungsi Keterbatasan gerak merupakan
dengan baik untuk mencapai masyarakat penyebab utama gangguan aktifitas
sejahtera yang dihuni oleh individu hidup keseharian (Activity of Daily
(anggota keluarga) yang bahagia dan Living–ADL) sehingga keluarga harus
sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati berperan baik terhadap perawatan
sebagai tugas atau kewajiban yang harus kepada lansia. Selain itu ketika lansia
diperankan oleh keluarga sebagai merasakan kebahagian dalam hidupnya
lembaga sosial terkecil di masyarakat. itu menandakan bahwa lansia merasa
Hasil penelitian ini didukung oleh bahwa hidup lansia tersebut
17
penelitian lain yang menunjukkan berkualitas.
bahwa lansia yang tinggal bersama Peran keluarga mencerminkan
keluarga memiliki kualitas hidup yang sikap kepedulian kepada anggota
lebih baik daripada lanjut usia yang keluarganya terutama pada lansia.
tinggal di panti werdha.15 Seringkali lansia merasa bahwa mereka
hanya menyusahkan anggota keluarga
yang lain ketika merka tidak Aktivitas fisik yang dilakukan
mampu/bergantung ketika melakukan secara teratur terbukti dapat
aktivitasnya. Hal semacam ini akan meningkatkan kualitas hidup secara fisik
menyebabkan lansia kehilangan peran dan mental seseorang. Peningkatan
dalam lingkungannya. Peran keluarga kualitas hidup secara fisik antara lain
yang baik sangat dibutuhkan dalam peningkatan metabolisme glukosa,
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada penguatan tulang dan otot, serta
lansia.18 mengurangi kadar kolesterol dalam
darah. Peningkatan kualitas hidup secara
Pengaruh Langsung Aktivitas Fisik mental yang diperoleh melalui aktivitas
Terhadap Kualitas Hidup di fisik ialah mengurangi stres,
Puskesmas Petaling Mendobarat meningkatkan rasa antusias dan rasa
Bangka Belitung Tahun 2017. percayadiri, serta mengurangi
Hasil uji terhadap koefisien kecemasan dan depresi seseorang terkait
parameter antara aktivitas fisik terhadap dengan penyakit yang dialaminya.20
kualitas hiduplansia di Puskesmas
Petaling Mendobarat Bangka Belitung Pengaruh Tidak Langsung Aktivitas
menunjukkan terdapat pengaruh Fisik Terhadap Kualitas Hidup di
langsung sebesar 13.01% dan pengaruh Puskesmas Petaling Mendobarat
tidak langsung 0.85%. Nilai T-Statistic Bangka Belitung Tahun 2017.
sebesar 9.156155 dan signifikan pada Hasil uji terhadap koefisien
α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada parameter antara aktivitas fisik terhadap
diatas nilai kritis (1,96). kualitas hidup lansia di Puskesmas
Kualitas hidup lansia dapat Petaling Mendobarat Bangka Belitung
mengalami penurunan, apabila terkena menunjukkan terdapat pengaruh tidak
penyakit kronis seperti hipertensi, langsung aktivitas fisik terhadap kualitas
karena dapat membatasi aktivitas dari hidup lansia di Puskesmas Mendobarat
lansia sehingga akan menyebabkan Bangka Belitung melalui interaksi sosial
penurunan Quality of Life (QoL) lansia. dan stres di Puskesmas Petaling
Kemampuan melakukan aktivitas fisik Mendobarat Bangka Belitung sebesar
merupakan salah satu indicator 0.85%.
kesehatan karena lansia mampu Berdasarkan hasil uji tersebut dapat
melakukan aktivitas seperti berdiri, dijelaskan bahwa pengaruh tidak
bekerja, dan berjalan. Kemampuan langsung aktivitas fisik terhadap kualitas
lansia untuk beraktivitas tidak terlepas hidup dipengaruhi oleh variabel
dari keadekuatan system persyarafan interaksi sosial sebesar 0.744% dan
dan muskuloskeletal. Beberapa ahli variabel stres sebesar 0.088%. Hasil
mendapatkan kesimpulan bahwa persentase pengaruh tidak langsung
aktivitas dapat menyebabkan seseorang aktivitas fisik terhadap kualitas hidup di
menjadi lebih tenang, lebih kuat Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
menghadapi stress, gangguan hidup, dan Belitung lebih didominasi oleh faktor
memiliki indeks masa tubuh yang interaksi sosial.
cenderung normal. Aktivitas Kemampuan melakukan aktivitas
fisik/latihan fisik yang baik, terukur, fisik merupakan salah satu indikator
benar, dan teratur dapat mengurangi kesehatan karena lansia mampu
resiko terjadinya Penyakit Tidak melakukan aktivitas seperti berdiri,
Menular (PTM) dan dapat meningkatkan bekerja, dan berjalan.Kemampuan lansia
derajat kesehatan dan kebugaran untuk beraktivitas tidak terlepas dari
jasmani.19 keadekuatan sistem persyarafan dan
musculoskeletal.Beberapa ahli
mendapatkan kesimpulan bahwa yang positif dari kedua variable tersebut.
aktivitas dapat menyebabkan seseorang Nilai T-statitik menunjukkan, bahwa ada
menjadi lebih tenang, lebih kuat pengaruh signifikan antara interaksi
menghadapi stress, gangguan hidup, dan sosial terhadap kualitas hidup lansia
memiliki indeks masa tubuh yang diPuskesmas Petaling Mendobarat
cenderung normal.21 Bangka Belitung Tahun 2017.
Aktivitas fisik yang dilakukan Interaksi sosial yang bagus
secara teratur terbukti dapat memungkinkan lansia untuk
meningkatkan kualitas hidup secara fisik mendapatkan perasaan memiliki suatu
dan mental seseorang. Peningkatan kelompok sehingga dapat berbagi cerita,
kualitas hidup secara fisik antara lain berbagi minat, berbagi perhatian, dan
peningkatan metabolisme glukosa, dapat melakukan aktivitas secara
penguatan tulang dan otot, serta bersama-sama yang kreatif dan inovatif.
mengurangi kadar kolesterol dalam Lansia dapat berkumpul bersama orang
darah. Peningkatan kualitas hidup secara seusianya sehingga mereka dapat saling
mental yang diperoleh melalui aktivitas menyemangati dan berbagi mengenai
fisik ialah mengurangi stres, masalahnya.23
meningkatkan rasa antusias dan rasa Terdapat hubungan yang signifikan
percaya diri, serta mengurangi antara interaksi sosial dengan kualitas
kecemasan dan depresi seseorang terkait hidup pada lansia. Pada teori penarikan
dengan penyakit yang dialaminya. diri, teori ini menyatakan bahwa dengan
Banyak lansia yang interaksi sosialnya bertambah lanjutnya usia, apalagi
baik, tetapi ada juga yang interaksi ditambah dengan adanya kemiskinan,
sosialnya cukup dan kurang itu pun lanjut usia secara berangsur-angsur
hanya sebagian lansia. Lansia yang mulai melepaskan diri dari kehidupan
berinteraksi dengan sesama misalnya sosialnya atau menarik diri dari
lansia mengikuti senam pagi, ikut dalam kehidupan sosialnya atau menarik diri
perkumpulan lansia, memang masih ada dari pergaulan sekitannya. Keadaan ini
lansia yang tidak bisa mengikuti senam mengakibatkan interaksi sosial lansia
ataupun perkumpulan lansia karena menurun, baik secara kualitas maupun
keterbatasan fisik mereka.22 kuantitas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple
Pengaruh Langsung Interaksi Sosial loss).24
Terhadap Kualitas Hidup di
Puskesmas Petaling Mendobarat Pengaruh TidakLangsung Interaksi
Bangka Belitung Tahun 2017. Sosial Terhadap Kualitas Hidup di
Hasil uji terhadap koefisien Puskemas Petaling Mendobarat
parameter antara interaksi sosial Bangka Belitung Tahun 2017.
terhadap kualitas hidup menunjukkan Hasil uji terhadap koefisien
terdapat pengaruh langsung sebesar parameter antara interaksi sosial
57.41% dan pengaruh tidak langsung terhadap kualitas hidup lansia di
sebesar 5.12%. Nilai T-Statistic sebesar Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
15.551611 dan signifikan pada α=5%. Belitung menunjukkan terdapat
Nilai T-Statistic tersebut berada diatas pengaruh tidaklangsung sebesar 5.12%.
nilai kritis (1,96). Berdasarkan hasil uji tersebut dapat
Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh tidak
dijelaskan bahwa pengaruh langsung langsung interaksi sosial terhadap
interaksi sosial lebih besar nilainya kualitas hidup dipengaruhi oleh variabel
dibandingkan dengan pengaruh tidak variabel stres sebesar 5.12%. Hasil
langsung dan signifikan ada pengaruh persentase pengaruh tidak langsung
interaksi sosial terhadap kualitas hidup mempengaruhinya. Stres berpengaruh
lansia di Puskesmas Petaling positif terhadap kualitas hidup lansia di
Mendobarat Bangka Belitung hanya Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
didominasi oleh faktor stres. Belitung.
Stres pada lansia dipandang sebagai Secara keseluruhan tampak bahwa
masalah yang cukup penting, karena dukungan sosial yang positif berkualitas
adanya bukti bahwa stres pada lansia tinggi dapat meningkatkan ketahanan
akan membawa kepada terhadap stress. Hubungan stress dengan
ketidakmampuan atau disability baik kualitas hidup bahwa stress dapat
dalam fungsi fisik maupun sosial. mengurangi kesejahteraan psikologis
Interaksi sosial memainkan peranan jangka pendek dan menimbulkan gejala-
yang sangat penting dalam kehidupan gejala fisik. Stress dapat memperburuk
lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi kesehatan fisik dan psikoligis sehingga
secara sosial akan mempengaruhi dapat menurunkan kualitas hidup.
hubungan sosial, baik sesama lansia Dukungan sosisal sangat diperlukan
maupun dengan pengasuh. Untuk pada indvidu yang mengalami stress
memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia sebagi sumber untuk melindungi
senantiasa berinteraksi dengan individu dari stress yang berat dan
lingkungan sekitarnya, saling memungkinkan individu untuk
beradaptasi, saling mempelajari, menilai mengatasinya dengan baik.21
dan saling melengkapi.9 Stres dapat mengurangi
Ada hubungan yang bermakna kesejahteraan psikologis jangka pendek
antara interaksi sosial dengan tingkat dan menghasilkan gejala-gejala fisik,
stres pada lanjut usia di Desa Lerep sehingga stres dikatakan dapat
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten memperburuk kesehatan fisik dan
Semarang, sehingga para lansia lebih psikologis yang kemudian akan
23
meningkatkan interaksi dengan sesama menurunkan kualitas hidup.
lansia maupun yang tinggal di Kesimpulan
lingkungan sekitar masyarakat dalam Pada Penelitian ini dapat
mengurangi terjadinya stress. Hal ini disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
diakibatkan karena lansia tidak ada langsung peran keluarga, aktivitas fisik,
waktu untuk bergaul dengan masyarakat interaksi sosial dan stres terhadap
pada umumnya karena memiliki kualitas hidup lansia. Saran-saran dalam
kesibukan.14 penelitian ini adalah sebagai berikut:(1)
puskesmas sebaiknya meningkatkan
Pengaruh LangsungVariabel Stres program posyandu lansia dan lebih
Kualitas Hidup di Puskesmas Petaling mengoptimalkan senam lansia yang
Mendobarat Bangka Belitung Tahun sudah ada sehingga para lansia mampu
2017. lebih berinteraksi kepada sesama lansia,
Hasil uji terhadap koefisien petugas kesehatan dan kader. (2)
parameter antara stres terhadap kualitas Penelitian selanjutnya dapat memperluas
hidup menunjukkan terdapat pengaruh objek penelitian dengan mengambil
langsung sebesar 13.34%. Nilai T- seluruh lansia yang ada diwilayah kerja
Statistic sebesar 7.859302 dan signifikan Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut Belitung, sehingga data jumlah lansia di
berada diatas nilai kritis (1,96). Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka
Sedangkan untuk pengaruh tidak Belitung tidak terbatas pada lansia yang
langsung stres terhadap kualitas hidup di mengikuti posyandu atau yang bersedia
Puskesmas Petaling Mendobarat Bangka dijadikan sampel.(3) Metode penelitian
Belitung tidak ada nilai yang ini juga hendaknya ditindaklanjuti
dengan menggunakan metode kualitatif 11. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan
explanatory, melalui observasi lansung Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
ketika mengambil data, sehingga dapat R&D. Bandung: ALFABETA; 2013.
meminimalkan bias penilaian baik oleh 12. Latan H. Structural equation modeling
konsep dan aplikasi menggunakan
rater maupun responden, serta dapat
program SmartPLS 2.0. Bandung:
menambah variabel-variabel lainnya Alfabeta; 2012.
secara teori dapat mempengaruhi 13. Ghozali, I. Structural Equatin
kualitas hidup lansia di Modeling: Metode Alternatif dengan
PuskesmasPetaling Mendobarat Bangka Partial Least Square, Semarang:
Belitung. Penerbit Universitas Diponegoro;
2008.
DAFTAR PUSTAKA 14. Yanta Mahareza. PerbedaanKualitas
1. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Hidup Lanjut Usia yangTinggal di
Gerontik & Geriatrik Ediisi 3. Jakarta : Panti Werdha dan yangTinggal
EGC; 2008. Bersama Keluarga.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi UniversitasAirlangga; 2008.
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: 15. Tamher, S. & Noorkasiani. Kesehatan
Rineka Cipta; 2007. Usia Lanjut dengan Pendekatan
3. Kompas. Jumlah Lansia Melonjak. Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Kompas; 2012. Medika; 2009
4. Salamah. Kondisi Psikis Dan 16. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Erlangga :
Alternatif Penanganan Masalah Jakarta; 2010.
Kesejahteraan Sosial Lansi Di Panti 17. Friedman. Keperawatan Keluarga.
Wredha; 2005. Jakarta : EGC; 2013.
5. Power, M.J. Bullinger,M., 18. Kushartanti. Pengaruh latihan range of
HARPER,A., & WHOQOL Group. motion (ROM) terhadap fleksibilitas
The world Helath Organization sendi pada lansia di Panti Wreda
WHOQOL-100: Tests of the Wening Wardoyo Ungaran ; 2006.
universality of quality of life in 15 19. Acree L, Longfors J. Physical activity
ifferent cultural groups world wide. is related to quality of life in elder
Health Psychology; 2003. adults; 2006.
6. Kemenkes RI. Gambaran Kesehatan 20. Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu
Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Kemenkes RI; 2013. Persada; 2013.
7. Martono. Buku Ajar Geriatri (Ilmu 21. Farizati Karim. Panduan Kesehatan
kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.
Penerbit FK UI; 2004. Depkes RI; 2004.
8. Boen, H.,Delgard, H.B.O.S., Bjertness, 22. Potter, P.A. and Perry, A.G.
E. The Importance of Social Support in Fundamental Keperawatan, Konsep,
The Assosiationns Between Proses dan Praktek. Edisi Empat,
Psychological Distress and Somatic Jakarta: EGC; 2005.
Health Problems and Socio-Economic 23. Andreas. Interaksi Sosial Dan Kualitas
Factors Among Older Adults Living at Hidup Lansia Di Kelurahan Lansot
Home : a Cross Sectional Kecamatan Tomohon Selatan; 2012.
Study.Journal BMC Geriatrics; 2012. 24. Loly, I S. Hubungan antara Stress
9. Hurlock. Psikologi Perkembangan dengan Konsep Diri pada Penderita
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Diabetes Mellitus Tipe 2; 2010.
Kehidupan. Jakarta: Erlangga; 2008.
10. Arita, Murwani. Asuhan Keperawatan
Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press; 2007.
12

Anda mungkin juga menyukai