Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

OSTEOATRITIS (OA)

Oleh:
Naafi Sabbah 201910401011069
Adiningtyas Kurniawati 201910401011100
Ratu Hanny Anggorowati 201910401011101

Kelompok O32

PEMBIMBING :
dr.Nanik Yuliana, Sp.Rad

SMF RADIOLOGI
RS BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis yang juga disebut sebagai penyakit

degeneratif merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi

dan menyebabkan timbulnya nyeri dan disabilitas gerakan pada populasi usia lanjut.

Prevalensi osteoartritis juga semakin bertambah. Seperempat dari seluruh populasi

perempuan dan seperlima dari seluruh populasi laki-laki dengan usia lebih dari 60

tahun dapat terkena osteoartritis. Osteoarthritis (OA) menduduki peringkat ke

delapan penyebab Years of Disability pada negara berkembang. OA mengakibatkan

turunnya kualitas hidup, mulai dari menyebabkan keterbatasan gerak hingga tidak

dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Obesitas merupakan salah satu

dari faktor risiko terjadinya OA. Meningkatnya kejadian obesitas hingga dua kali

lipat sejak tahun 1980 juga memungkinkan terjadinya peningkatan kasus OA. 1

Berdasarkan data WHO, 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita

OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak sendi. Prevalensi

Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun, 30% pada

usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun. Degenerasi sendi yang

menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan,

panggul, kaki, dan spine meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun.

Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia.2

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali

sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi,

infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis merupakan


sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur

dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang.

Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukan artikuler

pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bergantung pada

tiap individu dan sendi.1

Pengobatan OA yang ada pada saat ini adalah bersifat simptomatik dengan

obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan program rehabilitasi dan

proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat dipikrkan berbagai tindakan operatif.

Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan

prevalensi, angka kekambuhan, serta dapat mencegah timbulnya kompikasi

osteoartritis itu sendiri.1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi pada Osteoarthritis

OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Sebagian besar distribusi

OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.3

Gambar 1. Predileksi OA pada Sendi3

2.1.1 Anatomi Knee

Lutut (knee Joint) adalah sendi sinovial kondilus biaksial dan salah

satu sendi yang penting dalam pergerakan tubuh. Sendi ini berpartisipasi

dalam fleksi, ekstensi, dan beberapa putaran meluncur medial. Sendi lutut

berasal dari bagian bawah femur, yang memutar pada bagian atas dari os

tibia (tibia), dan os patella, yang menggeser pada sebuah alur di ujung tulang

paha. Lutut juga mengandung ligamen-ligamen besar, yang membantu

mengontrol gerakan dengan menghubungkan tulang-tulang dan dengan

menjaga sendi dari gerakan-gerakan yang abnormal.4


Gambar 2. Anatomi Knee Joint 5

Gambar 3. Radioanatomi Knee Joint 5


2.1.2 Anatomi Hip

Sendi panggul adalah sendi bola-dan-soket sinovial multiaksial

antara os femur dan acetabulum os pelvis. Hip joint dirancang untuk

stabilitas yang terbingkai oleh "bibir" fibrocartilaginous yang disebut

labrum asetabular.Hip joint berbentuk sendi bola dan cawan (ball-and-

socket). Cawan ini dibentuk oleh acetabulum yang merupakan bagian

dari tulang panggul yang besar dan bolanya adalah caput femoris. 4

Gambar 4. Anatomi Hip Joint 5


Gambar 5. Radioanatomi Hip Joint 5

2.1.3 Anatomi Spine

Vertebrae terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri

dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri

dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua pediculus dan

dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus

articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut

membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang

punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai

tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang

punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.4


Gambar 6. Anatomi Vertebrae 5

Gambar 7. Radioanatomi Spine 5


2.1.4 Anatomi Pedis

Os pedis terdiri atas 26 tulang,yaitu :14phalanges, 5 os metatarsal

dan 7 os tarsi. os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os

cuneiform, dan os cuboid.

Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu : forefoot

(metatarsal dan toes), midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), dan

hindfoot (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis). tulang kaki dibentuk

dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal.

Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum

atau permukaan dorsal, dan inferior (posterior) aspek dari kaki disebut

permukaan plantar. 4

Gambar 8. Anatomi Pedis 5


Gambar 9. Radioanatomi Pedis5

2.1.5 Anatomi Manus

Wrist dan manus terdiri dari 29 tulang berikut:

• 8 tulang karpal (wrist), tersusun dalam barisan proksimal dan distal

masing-masing 4 tulang

• 5 metacarpals, yang merentangkan telapak tangan

• 14 falang, 2 untuk ibu jari (digiti pertama) dan 3 masing-masing digiti 2

sampai 5

• 2 tulang sesamoid, terletak di ujung ibu jari metacarpal. 4


Gambar 10. Anatomi Manus 5

Gambar 11. Radioanatomi Manus5


2.2 Definisi Osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang

melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan

nyeri dan kekakuan pada sendi.3 Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Osteoartritis secara sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif

yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar

sendi tersebut. Osteoarthritis dapat ditandai dengan kerusakan tulang rawan

(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng

tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,

timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.6

2.3 Epidemiologi Osteoarthritis

Osteoartritis merupakan sebagian besar bentuk arthritis dan penyebab utama

disabilitas pada lansia. OA merupakan penyebab beban utama untuk pasien,

pemberi pelayanan kesehatan, dan masyarakat. WHO melaporkan 40% penduduk

dunia yang lansia akan menderita OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami

keterbatasan gerak sendi. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun.

Bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang lebih muda.

Prevalensi Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun,

30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun.7 Berdasarkan studi yang

dilakukan di pedesaan Jawa Tengah menemukan prevalensi untuk OA mencapai

52% pada pria dan wanita antara usia 40-60 tahun dimana 15,5% pada pria dan

12,7% pada wanita. 2 Pada suatu penelitian, kasus Juvenile Idiopatik Atritis yang

terjadi pada usia <16 tahun memiliki insiden 40 dari 100.000 populasi, serta

didapatkan rentang usia rata-rata yaitu 11-15 tahun.


2.4 Etiologi Osteoarthritis

Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan

OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak

diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun

perubahan lokal pada sendi. OA primer erat kaitannya dengan faktor usia, salah

satunya yaitu juvenile OA yang biasa terjadi pada usia muda serta memiliki gambaran

sama dengan OA pada umumnya. sedangkan OA sekunder merupakan OA yang

ditengarai oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas

kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA

primer lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder. 6

2.5 Patofisiologi Osteoarthritis

OA disebabkan oleh perubahan biomekanikal dan biokimia tulang rawan

yang terjadi oleh adanya penyebab multifaktorial antara lain karena faktor umur,

stress, penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik,

humoral dan faktor kebudayaan

Ketidakseimbangan ini menyebabkan pengeluaran enzim-enzim degradasi

dan pengeluaran kolagen yang akan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi

dan akan terjadi sinuvitis akibat terjadinya perubahan matriks dan struktur serta

penurunan produksi cairan sinovial. Selain itu juga akan terjadi pembentukan

osteofit sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian

sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif.4

A1 A2 A3 B
Gambar 12. Patogenesis Osteoarthritis

A.Bila terjadi kerusakan pada tulang sub-artikuler (1), meningkatnya tekanan pada

titik tertentu pada tulang rawan (2), sehingga beban yang diterima pada daerah

tersebut berlebihan atau kerusakan tulang rawan sendi oleh karena suatu hal (3)

dapat menyebabkan osteoartritis

B.Gambar skematis tekanan yang diterima akibat beban tubuh pada sendi yang

normal. 7

2.6 Faktor Resiko Osteoarthritis

 Umur

Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan

disekitar sendi, penurunan kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawa dan

menurunkan fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA.3

 Jenis Kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih

tinggidibandingkan perempuan. Tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki.

Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50-80 tahunwanita

mengalami pengurangan hormone estrogen yang signifikan.3

 Trauma Sendi
 Gaya Hidup

Gaya hidup tidak sehat seperti Merokok dapat merusak sel dan menghambat

proliferasi sel tulang rawan sendi.

 Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat di modifikasi. Selama

berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi. Peningkatan berat

badan akan melipat gandakan beban sendi saat berjalan terutama sendi lutut.

 Pengaruh lain ( Kelainan neurologis, Genetik) 3

2.7 Diagnosis Osteoarthritis

1. Anamnesis

Dari anamnesis, pasien biasanya akan mengeluhkan gejala sebagai berikut:

- Persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya

hanya terjadi pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk

dan menimbulkan rasa sakit setiap melakuka gerakan tertentu, terutama

pada waktu menopang berat badan, namun bisa membaik bila

diistirahatkan.

- Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan. Hal ini

disebabkan karena reaksi radang yang menyebabkan pengumpulan

cairan dalam ruang sendi.

- Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama apabila bergerak

atau menanggung beban. Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada

sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral,

tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta

spasme pada otot atau ligamen.


- Krepitasi (bunyi pada persendian).
- Pembengkakan pada Tulang

Biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus Heberden (karena

adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus

Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)).

- Deformitas Sendi

Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin

rusak, tulang mulai berubah bentuk dan meradang. 3

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dari osteoartritis dapat ditemukan ketegangan

lokal dan pembengkakan jaringan tulang atau jaringan lunak. Krepitus

tulang (sensasi tulang bergesekan dengan tulang, yang ditimbulkan

gerakan sendi) merupakan karakteristik osteoartritis. Pada perabaan

dapat dirasakan peningkatan suhu pada sendi. Otot-otot sekitar sendi

yang atrofi dapat terjadi karena tidak digunakan atau karena hambatan

reflek dari kontraksi otot. Pada tingkat lanjut osteoartritis, dapat terjadi

deformitas berat ( misal pada osteoartritis lutut, kaki menjadi berbentuk

O atau X), hipertrofi (pembesaran) tulang, subluksasi, dan kehilangan

pergerakan sendi (Range of Motion,ROM). Pada saat melakukan gerakan

aktif atau digerakkan secara pasif. 2,3

3. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik

juga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan

laboratorium. Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan


diagnosis OA walaupun sensivitasnya rendah terutama pada OA tahap awal.

USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis OA karena selain

murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding CT-scan atau MRI. 8

Gambaran Radiologi Osteoarthritis :

 Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam taji)

yang terbentuk di tepi sendi.

 Penyempitan celah sendi : hilangnya kartilago akan menyebabkan

penyempitan rongga sendi asimetris.

 Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya

kartilago dengan osteofit.

 Peningkatan densitas tulang (Sklerosis) di sekitar sendi yang terkena

dengan pembentukan kista degeneratif

 Perubahan anatomi sendi6

 Foto X-Ray

- OA Knee Joint

Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga

sendi. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang utama,

tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu menunjukkan penyempitan

paling dini.8
Gambar 13. Foto X-Ray Knee Joint dengan OA 8

Klasifikasi OA menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam

pemeriksaan radiologis foto polos diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 14. Grade OA Knee Joint

Grade 0 : Normal

Grade 1 (A): Doubtful, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit

minimal

Grade 2 (B) : Mild, osteofit sedikit, permukaan sendi menyempit asimetris

Grade 3 (C) : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,

permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral


Grade 4 (D) : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi

menyempit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi

- OA Hip Joint

Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang

terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan asetabular.

Gambar 15. Foto X-Ray Hip Posisi AP dengan OA Hip Dextra 8

Klasifikasi OA menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam

pemeriksaan radiologis foto polos diklasifikasikan sebagai berikut:


Gambar 16. Grade OA Hip Joint

Grade 0 : Normal

Grade 1 (A): Doubtful, kemungkinan penyempitan ruang sendi

pembentukan osteofit halus medial dan di sekitar kepala femoralis

Grade 2 (B) : Mild, dengan ruang sendi pasti menyempit, pembentukan

osteofit dan sklerosis subkondral ringan.

Grade 3 (C) : Moderate, dengan penyempitan yang jelas pada ruang sendi,

osteofit kecil, beberapa sklerosis dan pembentukan kista, dan deformitas

ringan caput femoral dan asetabulum.

Grade 4 (D) : Berat, ruang sendi hancur, osteofit besar, dan deformitas

berat caput femoral dan asetabulum.

- OA Spine (Spondilosis)

Pada OA dapat terjadi penyempitan rongga diskus, pembentukan

tulang baru (spuring/pembentukan taji/osteofit) antara vertebra yang

berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf atau

kompresi medula spinalis.


Gambar 17. Perbedaan Foto X-Ray Spine posisi AP pada OA dan Normal 8

- OA Manus dan Pedis

Gambar 18. Foto X-Ray Digiti II Manus Sinista (foto kiri) dan Digiti I Pedis
Sinistra (foto kanan) 8
Gambaran radiologis posteroanterior menunjukkan penyempitan ruang sendi

interphalangeal, sklerosis subchondral, dan pembentukan osteofit (panah)

Gambar 19. Herbeden Nodes pada OA 8

 MRI

Gambar 20. MRI Knee Joint dengan OA 8

C. MRI : T1 weighted, Terdapat kista di bagian apex patella

D. MRI : T2 weighted, Terjadi cartilage denudation 9

 CT-scan
Gambar 21. CT Scan tampak adanya Penyempitan Celah Sendi Hip Dextra 8

CT scan panggul yang menunjukkan osteoartritis pada sendi hip dextra . Hip dextra

menunjukkan penyempitan celah sendi. Osteoartritis menyebabkan hilangnya

tulang rawan di antara permukaan tulang sendi.

 USG
Gambar 22. USG OA Knee8

2.8 Diagnosis Banding

Gambaran
Radiologi

Terdapat
periosteal, Erosi
tulang,
Penyempitan celah Pada fase awal
Terdapat
sendi simetris asimetris,
osteofit , Tulang
tampak pembengkakan
sklerotik, Kista disekitar sendi,
subkondral Fase lanjut,
peningkatan terjadi perubahan
densitas tulang, pada MTP 1, Pada
Penyempitan Gout kronis
thopis interoseus
banyak.
celah sendi
asimetris

2.9 Tatalaksana Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,

meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan

sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang

diberikan meliputi fisioterapi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.10

a. Terapi konservatif

Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,

pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi

berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang

ringan seperti bersepeda, berenang).


b. Fisioterapi

Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,

transverse friction.

c. Farmakoterapi

- Analgesik

COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari

obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas.

- Glucocorticoids

Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi akibat

inflamasi.

- Asam hialuronat

d. Pembedahan (Artroskopi)1
BAB III

KESIMPULAN

Osteoartritis adalah suatu kelainan sendi kronis dimana terjadi proses

pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan

pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi. Nyeri sendi merupakan

keluhan utama yang dirasakan setelah aktivitas dan menghilang setelah istirahat.

Untuk menunjang diagnostik OA diperlukan pemeriksaan penunjang seperti

radiologis dan pemeriksaan laboratorium. FotoX-Ray dapat digunakan untuk

membantu penegakan diagnosis OA walaupun sensivitasnya rendah terutama pada

OA tahap awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis OA karena

selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding CT-scan atau MRI
DAFTAR PUSTAKA

1. Amoako A. O., Pujalte G. G. A., 2014. Clinical Medicine Insights: Arthritis


and Musculoskeletal Disorders: pp. 27–32 .
2. Fransen M., Brigdgett L., March L., Hoy D., Penserga E., Brook P., 2011.
The Epidemiology of osteoathritis in Asia. International Journal of
Rheumatic Diseases. 14: pp. 113–121
3. Chan K. K. W., 2012. Symptoms, Signs and Quality of Life in
Osteoarthritis (OA). Principles of Osteoarthritis- Its Definition, Character,
Derivation and Modality-Related Recognition. Edited by Dr. Bruce M.
Rothschild : pp. 33
4. Hansen J.T., 2014. Netter’s Anatomy Coloring Book 2nd edition, Elsevier’s
Health Science Licensing Department in Philadelphia PA: pp.2-18
5. Netter F.H., 2011. Atlas of Human Anatomy 5th edition. Elsevier’s Health
Science Licensing Department in Philadelphia PA: pp. 498
6. Garriga M., 2014. Definition, Etiology, Classification Osteoarthritis . Aten
Primaria. Suppl 1:3-10.
7. Kapoor, M. et al. 2011. Pathophysiology of Osteoarthritis. Nat. Rev.
Rheumatol. 7, pp. 33–42
8. Chan W.P., Lang P., Osteoarthritis of the knee Comparison of Radiogrphy,
CT, and MR Imaging to assess exten and severity, American Journal of
Roentgenology
9. Paulsen. F dan Waschke. J. 2012. Sobotta:Atlas Anatomi Manusia Edisi 23,
Jakarta: EGC.
10. Miller L. E., II J. F., Block J. E., 2013. A Commentary on Nonsurgical and
Surgical Treatments. The Open Orthopaedics Journal. 7, pp. 619-23

Anda mungkin juga menyukai