Anda di halaman 1dari 10

Review Buku

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DESA

Dina Martiany
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI

Naskah diterima: 6 September 2015


Naskah dikoreksi: 14 November 2015
Naskah diterbitkan: 23 Desember 2015

Judul Buku : Suara dari Desa Menuju Revitalisasi PKK


Penulis : Ani W. Soetjipto dan Shelly Adelina
Penerbit : CV Marjin Kiri
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : xiii, 222 halaman
ISBN : 978-979-1260-19-0

Pendahuluan menurut Kardinah Soepardjo-Rustam, “Dalam


Buku ini merupakan hasil penelitian tentang keluargalah bibit awal manusia ditanam, dipelihara,
kepentingan perempuan, yang dilakukan oleh Ani tumbuh, dan berkembang.” Tugas para ibu PKK
W. Soetjipto dan Shelly Adelina. Penelitian ini adalah membentuk keluarga dengan manusia
berperspektif feminis, dengan menggunakan teori- berkualitas, demi keberhasilan pembangunan.
teori feminis terkait. Tujuannya untuk memahami Perwujudan keluarga Orde Baru ini harus sesuai
pengalaman hidup perempuan kader Pemberdayaan dengan Trilogi Pembangunan, yang meliputi
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan mengetahui stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi, dan
kepentingan perempuan PKK dalam pelaksanaan pemerataan pembangunan.
tugasnya. Hal yang ingin digali dalam penelitian Ketika memasuki era Reformasi dan
tersebut, antara lain: Apakah ada perbedaan antara adanya paradigma baru pembangunan, serta
PKK pada masa Orde Baru dan masa reformasi? Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang
Apakah perubahan paradigma dari “pembinaan” Nomor 22 Tahun 1999, Tim Penggerak PKK
menjadi “pemberdayaan”, memberikan perbedaan Pusat menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional
dalam pelaksanaan kegiatan PKK? Melalui Luar Biasa (Rakernaslub) PKK. Rakernaslub
pengalaman perempuan PKK di desa, akan menjadi dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober sampai
standpoint untuk mengetahui apa yang selama ini dengan 2 November 2000 di Bandung, yang
belum kita pahami. Apakah perempuan kader PKK menghasilkan beberapa pokok kesepakatan.1
tidak memiliki kesadaran akan makna kepentingan Hasil Kesepakatan Rakernaslub PKK tersebut
perempuan dan memperjuangkannya? Kita tidak ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam
dapat menilai atau memberikan judgement begitu Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000
saja, sebelum benar-benar memahami pengalaman tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
mereka secara lebih dekat. Keluarga. Hal ini sesuai dengan perubahan nama
PKK merupakan organisasi perempuan di Kementerian Urusan Peranan Wanita menjadi
akar rumput, yang dibentuk sejak zaman Orde Kementerian Pemberdayaan Perempuan, pada
Baru, tepatnya pada tahun 1961. Semula, pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-
awal dibentuknya, PKK merupakan singkatan dari 2001) yaitu, pada saat Khofifah Indar Parawansa
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. “Pembinaan” memimpin kementerian perempuan. Perubahan
adalah bahasa politik khas Orde Baru untuk nama PKK ini menggambarkan seakan ada political
menyatakan pengarahan dan pengontrolan, will dan harapan baru dari paradigma perjuangan
dilandasi dengan kepentingan ketahanan nasional
untuk mengamankan pembangunan. Kesejahteraan
1
“Sejarah Singkat PKK”, http://www.pemalang kab.go.id/
pkk/?page_id=17. Diakses pada tanggal 6 November
keluarga menjadi sasaran pembinaan, karena
2015.

Dina Martiany, Book Review: Pemberdayaan Perempuan Desa | 203


perempuan sebagai mitra kerja pemerintah. Pada bab terakhir, Bab VII penulis
Paradigma yang lebih berperspektif gender dan mengungkapkan kesimpulan penelitian mereka dan
memahami isu kepentingan perempuan. memberikan rekomendasi untuk revitalisasi PKK
Desa.
Garis Besar Isi Buku
Buku ini merupakan hasil penelitian yang Penelitian tentang Gerakan Perempuan
terdiri dari tujuh bab, yang masing-masing terdiri Rancangan Orde Baru
dari beberapa subbab. Dari sejarahnya, gerakan PKK yang secara
Pada Bab I penulis menguraikan latar belakang kelembagaan menjadi mitra pemerintah ini,
yang mendorong keduanya melakukan penelitian bertujuan untuk memperjuangkan pemenuhan
mengenai PKK. Bab ini terdiri dari subbab: hak perempuan sebagai warga negara. Sejak
rumusan masalah; dan tujuan dan metodologi kelahirannya pada tahun 1961, PKK senantiasa
penelitian, yang mencakup: pendekatan dan dihadapkan pada tantangan dan masalah sesuai
perspektif penelitian, metode pengumpulan data, zamannya. PKK terdiri dari ibu-ibu isteri pejabat
instrumen penelitian dan teknik analisis, evaluasi dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga
dan pembelajaran. tingkat nasional. Sebagai bentukan negara, PKK
Dalam Bab II, penulis menjelaskan tentang tidak otonom dari politik kekuasaan negara. Di
kerangka konsep dan ideologi yang dianggap masa Orde Baru, PKK sering dijadikan alat politik
sebagai motherhood di tengah ideologi patriarki. kekuasaan dari kekuatan politik tertentu/Golkar.
Bab II terdiri dari subbab: ideologi yang Pada masa reformasi, PKK dimanfaatkan secara
memanusiakan dan memberdayakan; gerakan langsung maupun tidak langsung dalam kampanye
perempuan; hegemoni patriarki; gender citizenship; pemilu dan pemilukada oleh beragam kekuatan
serta perempuan Indonesia dan relasinya dengan politik. Oleh sebagian kalangan, PKK sering
negara. dikritik sebagai organisasi yang tidak memiliki
Sedangkan pada Bab III penulis memaparkan pemahaman yang utuh terhadap isu gender, apalagi
sepuluh tugas yang diemban PKK dari masa ke perspektif kesetaraan dan keadilan gender.
masa. Di dalamnya terbagi dalam subbab: sebuah Sejak awal berdirinya, PKK memang
gerakan dan mitra kerja pemerintah; dan sepuluh dirancang oleh rezim Orde Baru untuk mendukung
program pokok PKK. program pembangunan pemerintah, mulai dari
Selanjutnya, dalam Bab IV kedua penulis tingkat dusun, lewat sepuluh program utama
menguraikan hasil penelitiannya yang menyebut yang kemudian dikenal sebagai Dasa Wisma.
PKK sebagai ujung tombak gerakan perempuan Dalam konteks pelaksanaan Dasa Wisma, telah
di akar rumput. Bab ini terdiri dari beberapa banyak capaian signifikan dari kerja-kerja PKK
subbab, yaitu: perempuan desa dan masalahnya. yang diakui. Program Dasa Wisma saat ini juga
Di dalamnya dipaparkan berbagai permasalahan masih sama. Tetapi kini muncul permasalahan
yang banyak dialami oleh perempuan desa yang yang pada 40 tahun lalu belum dianggap sebagai
selama ini menjadi dampingan PKK. Dilanjutkan isu strategis, yang menjadi fenomena serius,
dengan subbab tantangan internal PKK; tantangan seperti: trafficking/perdagangan orang (terutama
eksternal PKK; relasi PKK dengan organisasi perempuan dan anak), pekerja migran, HIV/AIDS,
lainnya; dan penyampaian suara dari desa yang narkoba, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
berisi berbagai aspirasi dan ungkapan hati para serta berbagai kekerasan berbasis gender. Isu-isu
warga desa dimana peneliti melakukan penelitian. yang terus berkembang tersebut menjadi tantangan
Bab V menjelaskan bagaimana pergerakan bagi PKK, dan PKK harus dapat meresponnya serta
PKK pasca-Reformasi, apakah ada perbedaanya bersinergi dengan organisasi perempuan lainnya.
dengan pada masa Orde Baru yang merupakan awal Kedua peneliti merumuskan masalah
mula terbentuknya PKK. Bab ini dibagi dua subbab: penelitian “Bagaimana PKK sebagai gerakan
desa hari ini, dan perempuan dan PKK desa. perempuan bentukan negara menjalankan
Sementara itu, Bab VI membahas kesetaraan kebijakan pemberdayaan masyarakat dan
dan keadilan gender dalam keadilan demokrasi, menanggapi isu perempuan dan gender di tingkat
untuk memahami bagaimana PKK dalam konteks masyarakat akar rumput?” Permasalahan ini akan
desa yang berubah; PKK di antara organisasi dijawab dengan menyusun pertanyaan turunan,
perempuan lain di desa; PKK, ideologi patriarki sebagai berikut: 1) bagaimana PKK berhadapan
negara, dan identitas perempuan; PKK di tengah dengan proses ekonomi dan politik tingkat lokal?
Indonesia yang tengah berubah; dan Indonesia 2) bagaimana PKK berperan di masyarakat akar
pasca-Reformasi. rumput dalam menjalankan aktivitas, melakukan

204 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


pengorganisasian, mengembangkan inisiatif, pemerintahan dapat menitipkan programnya kepada
menghadapi tantangan, dan berstrategi membangun PKK. Berikut ini rangkuman telaah konseptual
kekuatan posisi tawar dengan berbagai pihak? terhadap permasalahan penelitian, yaitu sebagai
3) bagaimana PKK bersinergi dengan gerakan berikut:
masyarakat sipil dalam membangun kekuatan –– Gerakan Perempuan: Meskipun PKK tidak
rakyat untuk mengimbangi kekuatan politik pernah secara formal menyebut diri sebagai
dominan di wilayah mereka? 4) bagaimana PKK organisasi perempuan, namun kader mereka
melakukan transformasi ideologi dalam upaya yang bergerak di lapangan adalah perempuan.
menanggapi isu-isu praktis dan strategis gender? Gerakan perempuan memiliki kategori dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui definisi yang sangat cair dan tipologi yang
kerja-kerja PKK, dan secara khusus bertujuan beragam, serta isu perjuangan yang berbeda.
untuk memetakan aktor politik di tingkat basis, PKK dapat dikategorikan sebagai salah satu
guna melihat bagaimana PKK membangun gerakan perempuan yang didefinisikan dalam
kekuatan rakyat. Secara akademik, penelitian ini studi ini.
penting untuk memutakhirkan perkembangan PKK –– Hagemoni Patriarki: Bashin (1996)
sejak masa Orde Baru. Penelitian ini juga memiliki menegaskan bahwa lembaga-lembaga
signifikansi bagi pentingnya konsolidasi dan utama yang ada dalam masyarakat, bersifat
refleksi gerakan perempuan, sedangkan kepentingan sangat patriarkis. Keluarga, agama, media
dan manfaat penelitian ini untuk advokasi adalah massa, hukum dan politik; menjadi pilar
munculnya rekomendasi untuk membangun dari sistem dan struktur patriarki. Puncak
gerakan perempuan di akar rumput. Pendekatan dari hegemoni ideologi patriarki masa Orde
penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan Baru diimplementasikan dalam program
perspektif perempuan dan gender. Perspektif sepuluh tugas pokok PKK, yang menjadi
penelitian sangat menggambarkan keberpihakan tugas perempuan untuk mendukung
terhadap kepentingan perempuan. pembangunan negara secara sukarela. Davis
Subjek penelitian dipilih secara purposif atau (1997) menyatakan bahwa perempuan adalah
dengan kriteria tertentu, dan dilakukan di delapan bagian penting dari simbol negara, dengan
desa yang terletak di empat kabupaten, yaitu: menekankan pada fungsi motherhood dari
Kabupaten Garut (Desa Rancasalak dan Neglasari), perempuan. Maksudnya, perempuan menjadi
Kabupaten Wonosobo (Desa Gembelengan jenis kelamin yang diberi tanggung jawab
dan Wonokerto), Kabupaten Sleman (Desa untuk melakukan fungsi reproduksi fisik,
Puwobinangun dan Hargobinangun), dan Kabupaten kultural, dan sosial, dan memegang peran
Kulonprogo (Desa Plered dan Kalirejo). Subjek nurturing (merawat), sebagaimana mereka
penelitian merupakan kader PKK dari tingkat desa merawat negara. Pemerintah Orde Baru
dan kabupaten. Di luar itu, subjek penelitian dipilih sebagai negara, mengontrol perempuan dengan
juga yang berasal dari LSM yang peduli pada isu memfokuskan pada peran motherhood, sebagai
perempuan dan gender, akademisi, birokrat, tokoh isteri pendamping suami, dan ibu-ibu dari
masyarakat, tokoh agama, anggota DPRD, ketua anak-anaknya.
dan anggota ormas perempuan, bahkan koordinator –– Gender Citizenship: konsep citizenship dalam
kelompok tani di desa. Pengumpulan data dilakukan konteks Asia dan Indonesia masih dimaknai
dengan wawancara mendalam/in-depth interview, sebagai tanggung jawab dan tuntutan
didukung dengan instrumen penelitian, seperti: kepada warga negara oleh negara. Konsep
pedoman wawancara, alat perekam, notulensi saat ini menggambarkan relasi PKK dengan
Focus Group Discussion, dan catatan peneliti. negara. Sebagai mitra kerja pemerintah, PKK
Selanjutnya, dilakukan analisis data secara induktif melaksanakan program tanpa pamrih, bersifat
sukarela karena tanpa honor, tanpa kepastian
Motherhood di Tengah Ideologi Patriarki jam kerja, dan bahkan tanpa perlindungan
Bagian ini menjelaskan secara konseptual asuransi. Padahal, seringkali kader PKK di
tentang program dan kerja-kerja PKK dalam desa harus bekerja melayani warga hingga ke
mengembangkan inisiatif solusi persoalan praktis pelosok desa dan mempertaruhkan keselamatan
dan strategis yang dihadapi masyarakat dan diri mereka.
khususnya kaum perempuan, di lingkup desa dan –– Perempuan Indonesia dan Relasinya dengan
dusun. PKK sejak awal diposisikan sebagai mitra Negara
pemerintah dan sampai saat ini posisi itu tetap tidak Jaquette and Wolchick (1198) dan Alvarez
berubah. Hal ini berarti semua dinas/kementerian (1990) mengatakan banyak hasil studi yang

Dina Martiany, Book Review: Pemberdayaan Perempuan Desa | 205


menunjukkan perempuan dan organisasi menjadi kekayaan budaya setempat atau
gerakan perempuan termarjinalkan dalam lokal. PKK juga mengupayakan adanya hak
politik kepartaian. Perempuan sulit mengakses paten terhadap hak cipta desain dari warga
strategi elektoral untuk mendapatkan lokal, mengikutsertakan warga dalam pameran
pengaruh politik yang signifikan dalam berbagai tingkat, serta menjadi fasilitator
transisi demokrasi. PKK pasca-Reformasi untuk menjembatani hubungan dengan
dimanfaatkan parpol untuk memperluas desainer nasional, pengusaha, dunia industri
kepentingan mereka. sandang, dan pariwisata.
5) Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga
Sepuluh Tugas yang Diembankan PKK menggerakkan upaya pemugaran
Tim Penggerak PKK di semua tingkatan, perumahan dan lingkungan desa terpadu,
wajib melaksanakan “Sepuluh Program Pokok” memasyarakatkan perumahan sehat dan layak
yang dilaksanakan oleh empat Kelompok Kerja huni, dan hal-hal lain terkait dengan keterampilan
(Pokja), yaitu: tata laksana harmonisasi rumah tangga.
1) Penghayatan dan Pengamalan Pancasila 6) Pendidikan dan Keterampilan
Dalam program ini, PKK berupaya PKK mendorong warga untuk memberikan
menumbuhkan ketahanan keluarga melalui pendidikan yang baik bagi putra-putrinya.
kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan Anak laki-laki dan perempuan perlu mendapat
bernegara dengan pemahaman secara terpadu, kesempatan belajar yang sama, baik melalui
seperti: a) Pembinaan Kesadaran Bela Negara Pendidikan Usia Dini (PAUD), Wajib Belajar,
(PKBN); b) Kesadaran Hukum (Kadarkum) Kejar Paket A/B/C. PKK juga melaksanakan
untuk pemahaman peraturan perundang- program untuk peningkatan keterampilan
undangan untuk pencegahan terjadinya hidup (life skill) warga, antara lain melalui:
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), keaksaraan fungsional, kursus keterampilan
trafficking, perlindungan anak, penyalahgunaan kerja, kursus kerajinan tangan/produk makanan
narkoba, dll; c) pola asuh anak dan remaja dan minuman.
dengan membangun perilaku, budi pekerti, dan 7) Pengembangan Kehidupan Berkoperasi.
sopan santun; d) Pemahaman dan keterampilan Dalam program ini, PKK melakukan pelatihan
hidup; dan e) Pemahaman tertib administrasi. dan pengembangan Usaha Peningkatan
2) Gotong-Royong Pendapatan Keluarga (UP2K), dan memotivasi
Kegiatan gotong-royong dilaksanakan PKK keluarga agar menjadi anggota koperasi, serta
dengan membangun kerjasama yang baik mendorong terbentuknya koperasi berbadan
antarsesama keluarga, warga, dan kelompok. hukum yang dikelola (Tim Penggerak) TP
Kehidupan dengan sikap gotong-royong PKK.
yang sesuai dengan tradisi dan budaya 8) Kesehatan
berbagai daerah di Indonesia ini berusaha PKK menggerakkan terwujudnya Keluarga
terus dilestarikan oleh PKK agar tumbuh Sadar Gizi (Kadarzi), melakukan imunisasi
rasa kesetiakawanan sosial, saling peduli, dasar secara lengkap dan rutin, melakukan
bertenggang rasa, memupuk kebersamaan, dan upaya untuk menurukan Angka Kematian Ibu
menghormati perbedaan. (AKI) dan angka kematian anak/bayi (AKB).
3) Pangan PKK juga menjalankan program Posyandu (pos
Pangan merupakan salah satu bidang yang pelayanan terpadu) dan berbagai penyuluhan
mendapatkan perhatian serius PKK. Dilakukan kesehatan/ pencegahan penyakit.
dengan cara menggalakkan penyuluhan 9) Kelestarian Lingkungan Hidup
untuk pemanfaatan pekarangan rumah (untuk Pada program ini, PKK menanamkan
menanam sayur-sayuran, umbi-umbian, atau kesadaran pengelolaan sanitasi, air bersih, dan
tanaman obat/apotik hidup) dan anjuran pengolahan limbah rumah tangga. Termasuk
memelihara unggas dan ikan di rumah warga. program pelestarian lingkungan, seperti
Pembinaan teknis dilakukan bekerjasama pencegahan banjir.
dengan Dinas Pertanian, misalnya: 10) Perencanaan Sehat
pemanfaatan teknologi tepat guna untuk PKK melakukan kegiatan perencanaan sehat,
menunjang usaha hortikultura dan agrobisnis. antara lain: penyuluhan kesehatan reproduksi,
4) Sandang penyuluhan Keluarga Berencana (KB),
PKK berupaya melestarikan dan menggalakkan dan penyuluhan kehidupan keluarga yang
produksi bahan dan corak pakaian yang berorientasi pada masa depan.

206 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


Ujung Tombak di Akar Rumput makanan ringan. Kendalanya pada pengemasan dan
Hingga saat ini, PKK merupakan satu-satunya pemasaran, rendahnya kreativitas, lemahnya daya
gerakan perempuan di Indonesia yang mampu juang, dan minimnya dukungan pendampingan.
menerobos hingga ke tingkat desa dan kelurahan, Menurut penulis, selain persoalan kemiskinan, ada
bahkan dusun/dukuh dari seluruh Sabang sampai permasalahan lain yang mesti segera ditangani,
Merauke. Kondisi ini dapat terjadi karena PKK yaitu kehamilan di luar nikah yang dialami para
sangat dekat dengan birokrasi pemerintahan, yang pelajar. Akibatnya, pelajar perempuan itu harus
merupakan suami-suami mereka sendiri. Dalam dikeluarkan dari sekolah. Persoalan lainnya,
bab ini, penulis memaparkan data empirik hasil menurut aktivis LSM JMKP (Jaringan Masyarakat
penelitian mereka tentang kiprah PKK di empat Kulon Progo) maraknya “isteri plus-plus” (isteri
kabupaten lokasi penelitian. Hasil penelitian seseorang tetapi melayani laki-laki lain juga) dan
menunjukkan beranekaragam pemasalahan yang perselingkuhan di kalangan warga/PNS. Hal ini
dialami perempuan dan penduduk desa, serta menyebabkan KDRT.
bagaimana kerja PKK sebagai ujung tombak di Fenomena lain di Desa Wates dan Galur, di
akar rumput. pantai selatan Yogyakarta dikenal sebagai daerah
Di Garut, tingginya angka trafficking dengan lahan tanah berbutir pasir besi. Selama ini
menjadi permasalahan, bersama-sama dengan dikelola oleh petani setempat dan mendatangkan
masalah KDRT, kekerasan seksual terhadap anak, surplus, termasuk petani perempuan. Tetapi
pemalsuan akta cerai untuk keperluan poligami, saat ini terancam dengan adanya pemilik modal
pelecehan seksual, orang terlantar, dan penculikan yang hendak mengambil alih lahan tersebut, dan
anak. Di Desa Rancasalak Kabupaten Garut, menjadikannya lokasi pertambangan. TP PKK
tingkat pendidikan anak perempuan sangat rendah, Kabupaten Kulonprogo justru tidak berpihak
dikarenakan masih maraknya tradisi ‘mejeng’ dan terhadap para petani yang ingin mempertahankan
nikah dini. Tradisi ini didukung oleh para orang lahan mereka. Menurut TP PKK penolakan
tua yang memiliki anak perempuan remaja, yang akan menghambat kemajuan kabupaten mereka.
menginginkan anaknya segera menikah diusia Masyarakat yang biasa bercocok tanam di lahan
muda belia. Mereka mendorong anak-anaknya yang tersebut sebanyak sekitar 22.000 keluarga dari
masih usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) enam desa, terus berupaya mempertahankan lahan
untuk ‘mejeng’ mencari pacar atau calon suami. tersebut.
Dampaknya, banyak terjadi pernikahan dini dan Di Kabupaten Sleman, Dukuh Turgo Desa
beberapa tahun setelah pernikahan, mudah terjadi Purwobinangun, perempuan banyak yang menjadi
perceraian. Selain pernikahan dini, kasus buruh peternak sapi perah. Setiap hari mereka bertugas
migran dengan jalur tidak resmi juga banyak terjadi mencari rumput untuk makanan ternak dan harus
di Rancasalak. membawa timbunan besar rumput turun kembali ke
Desa Neglasari di Kabupaten Garut, termasuk dukuh. Mereka menjual susu sapi ke koperasi dengan
kategori desa miskin. Dengan permasalahan utama: harga Rp2.800,00 per liter. Harga yang sangat
balita kurang gizi, tingkat pendidikan rendah, rendah dan mereka tidak mempunyai posisi tawar
petani tidak memiliki lahan dan tidak terorganisasi untuk meminta kenaikan harga. Faktor geografis
melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). dan transportasi juga menjadi permasalahan yang
Kasus kawin siri dan poligami banyak terjadi, berkontribusi terhadap tingginya angka putus
dengan alasan suami ditinggal isteri bekerja di sekolah setelah usia 12 tahun. Dengan kondisi yang
luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). rentan terhadap erupsi Gunung Merapi, penduduk
Dengan berbagai permasalahan tersebut, sayangnya Turgo berupaya mengelola lahan semampunya.
PKK Neglasari tidak dapat berperan aktif, karena Sementara di Kabupaten Sleman, permasalahan
sulit mendapat kader baru. Dana PKK hanya yang banyak timbul adalah KDRT, bahkan pada
sebesar 4,5 juta per tahun tidak sebanding dengan 2010 menjadi yang terbesar di Daerah Istimewa
banyaknya permasalahan yang harus mereka atasi. Yogyakarta (DIY), yaitu 19 kasus dari 40 kasus di
Sementara itu, Ketua TP PKK Kulonprogo DIY.
menjelaskan permasalahan yang banyak terjadi di Masih di wilayah Kabupaten Sleman, di Desa
desanya, antara lain: kemiskinan, KDRT, TKW, Wonokerto yang berhawa sejuk dan terletak di
dan nikah dini. Persoalan perempuan yang harus kaki Gunung Merapi, penduduknya telah terbiasa
diatasi lebih dulu adalah kemiskinan. Sebenarnya dengan erupsi Merapi. Desa ini penghasil salak
banyak perempuan yang mampu menghasilkan pondoh. Hampir seluruh halaman rumah di desa ini
keterampilan, seperti: batik motif Kulonprogo, terhampar tanaman salak pondoh. Perempuannya
tas anyaman serat alam, dan berbagai camilan banyak yang menjadi petani bunga krisan,

Dina Martiany, Book Review: Pemberdayaan Perempuan Desa | 207


mawar, dan anggrek. Industri tanaman krisan perempuan yang aktif bekerja dalam isu gender,
dapat menjadi sumber utama penghasilan rumah perguruan tinggi setempat, dan badan pemberdayaan
tangga. Petani yang sekaligus ibu rumah tangga setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
di Wonokerto mengatakan bahwa bunga krisan terlihat ada perbedaan visi, dimana cara pandang
harga jualnya cukup baik dan tidak membutuhkan dan sikap PKK lebih birokratis dan tergantung
banyak perawatan. Meskipun demikian, mereka pada posisi politis suami. Hal ini berbeda dengan
masih membutuhkan pendampingan dan pelatihan visi dan sikap para aktivis perempuan atau
untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan PKK ormas perempuan yang biasa bergerak secara
Wonokerto selama ini berelasi dengan asosiasi independen. Sebagaimana yang dikatakan salah
petani bunga, tetapi belum efektif dan tepat seorang informan, Karyati, pengurus Muslimat NU
sasaran. Petani bunga menganggap kegiatan PKK Cangkringan, Sleman, memang harus diakui bahwa
hanya sebatas masalah rumah tangga dan lomba- komunikasi dan kerjasama antarormas perempuan
lomba. di tingkat akar rumput belum berlangsung efektif.
Dari Kabupaten Wonosobo, penulis Masing-masing ormas masih bersifat eksklusif dan
menceritakan adanya Basis Komunitas (Baskom), bekerjasama hanya pada kegiatan yang sejalan.
sebagai bentuk kreativitas dan kepedulian gerakan Permasalahan perbedaan cara pandang antara
perempuan di akar rumput. Di kabupaten ini juga PKK dengan gerakan/ormas perempuan lainnya,
telah dibentuk Gabungan Organisasi Wonosobo diungkapkan pula oleh Otang, aktivis Pusat
(GOW), yang bersama dengan Nuraini Ariswari, Pelayanan Terpadu Perempuan dan Perlindungan
melakukan gerakan membantu perempuan dan anak Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut. Kegiatan yang
korban kekerasan. GOW terdiri dari 40 organisasi dilakukan oleh LSM sulit disinergikan dengan
perempuan di Wonosobo, termasuk: Fatayat NU, PKK, karena ada perbedaan sensitivitas dan
berbagai LSM, ormas, dan Ikatan Bidan Indonesia. perspektif. Selama ini, TP PKK Garut dianggap
Sejak tahun 2003, GOW telah mendirikan Unit cenderung bergaya seremonial. Padahal seharusnya
Pelayanan dan Informasi Perempuan dan Anak PKK tingkat kabupaten dapat lebih berperan dalam
(UPIPA), yang memberikan layanan akses keadilan membangun masyarakat kabupaten dan bekerja
kepada perempuan dan anak korban kekerasan. sama dengan PKK tingkat desa untuk membangun
PKK sebagai gerakan perempuan di akar desa. PKK harus memahami isu-isu seperti
rumput, tentu saja menghadapi berbagai tantangan trafficking, KDRT, dan isu-isu kesejahteraan
yang harus diatasi, baik dari sisi internal gerakan perempuan lainnya, di luar yang ada dalam Sepuluh
maupun dari sisi eksternal. Dari hasil penelitian, Program Pokok PKK. Meskipun demikian, di Desa
diketahui beberapa tantangan internal yang Purwobinangun, Sleman, Bidan Desa Felisiana
seringkali dialami PKK, yaitu: 1) kepimimpinan dan mengakui perannya sebagai bidan sangat terbantu
potensi sumber daya manusia, yang tidak dapat kerja dengan para kader PKK. Bidan Felisiana dapat
secara maksimal; 2) tata kelola gerakan PKK dan melakukan komunikasi sampai ke dukuh-dukuh
program, sangat tergantung dengan kepemimpinan melalui kader PKK, terutama melalui pokja empat.
yang sedang bertugas dan kondisi daerah masing- Bagaimanapun, di tengah berbagai perbedaan
masing. PKK tidak mempunyai AD/ART; dan 3) pandangan antarormas dan keterbatasan yang
pendanaan, sejak adanya Peraturan Menteri Dalam ada, perjuangan kader PKK sebagai ujung tombak
Negeri (Permendagri) Nomor 32 Tahun 2011, tidak pergerakan perempuan di desa dan dukuh, sudah
ada lagi porsi anggaran khusus untuk PKK seperti sepantasnya mendapatkan penghargaan. Masih
sebelumnya. Setiap program PKK harus didahului banyak kader PKK di pelosok desa yang tanpa
pengajuan proposal bersama SKPD masing- pamrih berjuang untuk mengatasi permasalahan
masing. Namun, ada PKK yang mendapatkan yang dihadapi oleh perempuan desa. Tanpa
Alokasi Dana Desa (ADD). Seperti halnya, PKK memahami konsep gender atau kepentingan
Desa Rancasalak selama ini mendapatkan ADD perempuan, mereka terus bergerak menjalankan
sejumlah 5 juta rupiah per tahun. Tetapi, besaran tanggung jawab dan rasa kepedulian terhadap
ini pun tidak sepenuhnya diterima sampai tingkat masyarakat. Walaupun dengan keterbatasan
desa, karena harus dibayarkan ke PKK kabupaten anggaran untuk melakukan suatu kegiatan, kader
untuk pembayaran baju seragam. PKK berusaha mencari sponsor dan kerja sama
Sementara itu, tantangan eksternal yang dengan pihak lain.
dihadapi PKK, yaitu: 1) perubahan politik pasca-
Reformasi; dan 2) relasi PKK dengan lembaga PKK Desa Pasca-Reformasi
lainnya, misalnya: organisasi massa perempuan Dalam bagian ini, penulis membagi
(Fatayat NU dan Aisyiah) dan LSM, serta para pembahasan dalam dua bagian. Pertama, tentang

208 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


kondisi desa hari ini, terutama terkait konteks pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan
desentralisasi, politik anggaran dan dampaknya (Pattiro, 2015).
pada perempuan. Kedua, membahas bagaimana Melihat pada tujuan adanya pengaturan khusus
PKK beradaptasi dengan perubahan desa. tentang desa sebagaimana tercantum dalam Pasal
4 UU No. 6 Tahun 2014, memang terlihat adanya
Kondisi Desa dan Implementasi UU Desa
harapan akan perubahan pengelolaan. Pengaturan
Selama ini, desa dikenal memiliki karakteristik
khusus tentang desa ini bertujuan untuk:
sebagai suatu wilayah yang penduduknya saling
a. memberikan pengakuan dan penghormatan atas
mengenal, hidup gotong royong, memiliki adat
desa yang sudah ada dengan keberagamannya
istiadat yang relatif sama, dan mempunyai
sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan
Kesatuan Republik Indonesia;
kemasyarakatannya (Mulyadi:2015). Pada
b. memberikan kejelasan status dan kepastian
kenyataannya, hasil penelitian Ani. W. Soetjipto
hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan
dan Shelly Adelina ini mendapati situasi di desa
Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan
yang tengah berubah. Desa hari ini telah menjadi
bagi seluruh rakyat Indonesia;
miniatur “medan pertempuran” antara negara,
c. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan
pemodal, dan masyarakat. Interaksi yang bernuansa
budaya masyarakat desa;
konflik antara ketiga aktor tersebut, menyebabkan
d. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi
terjadinya eksploitasi dan marjinalisasi terhadap
masyarakat desa untuk pengembangan potensi
desa dan warganya. Menurut kedua peneliti,
dan aset desa guna kesejahteraan bersama;
liberalisasi ekonomi dan demokrasi prosedural telah
e. membentuk pemerintahan desa yang
memasuki desa dan mengubah wajah desa secara
profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
fundamental. Perubahan ini sangat memengaruhi
bertanggung jawab;
kondisi perempuan di desa, yang semakin rentan
f. meningkatkan pelayanan publik bagi
mengalami kemiskinan, keterbelakangan, dan
warga masyarakat desa guna mempercepat
ketertinggalan.
perwujudan kesejahteraan umum;
Dari hasil penelitian terhadap beberapa
g. meningkatkan ketahanan sosial budaya
peraturan perundang-undangan terkait desa, kedua
masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat
peneliti berpendapat bahwa ada inkonsistensi
desa yang mampu memelihara kesatuan sosial
kebijakan. Sejak UU No. 5 Tahun 1974, kemudian
sebagai bagian dari ketahanan nasional;
UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
h. memajukan perekonomian masyarakat desa
Desa pada masa Orde Baru, tidak ada pengakuan
serta mengatasi kesenjangan pembangunan
kewenangan secara politik, sosial, dan ekonomi
nasional; dan
terhadap desa. Setelah Reformasi, upaya
i. memperkuat masyarakat desa sebagai subjek
memperkuat desa terlihat dari UU No. 22 Tahun
pembangunan.
1999 tentang Pemerintahan Daerah, namun
berubah lagi pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Implementasi UU Desa mesti didukung
Pemerintahan Daerah. Melalui UU ini terjadi dengan peraturan pelaksananya yang mencakup
resentralisasi, dimana desa kembali tersubordinasi peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan
oleh pemerintah kabupaten. daerah dan peraturan desa. Sampai saat ini,
Meskipun demikian, setahun setelah buku telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
“Suara dari Desa” ini dikeluarkan, lahirlah suatu 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
harapan akan masa depan desa yang lebih baik, UU Desa; Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
dengan hadirnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Desa. Diakui bahwa selama ini desa telah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22
perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
kuat, maju, mandiri, dan demokratis, dengan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
pengaturan tersendiri melalui UU. Sebelumnya, yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
pengaturan tentang kedudukan desa, menjadikan Belanja Negara. Termasuk Peraturan Menteri Desa
desa tidak ditempatkan sepenuhnya sebagai (Permendesa), Pembangunan Daerah Tertinggal,
subordinasi pemerintahan kabupaten/kota. Tetapi dan Transmigrasi, antara lain: Permendesa No.
adanya perubahan kedudukan desa dari UU No. 22 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa dan
Tahun 1999, UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No 6 Permendesa No. 5 Tahun 2015 tentang Penetapan
Tahun 2014 bertujuan agar desa bukan lagi objek Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.

Dina Martiany, Book Review: Pemberdayaan Perempuan Desa | 209


Dalam hasil penelitian kedua peneliti, terkait karena belum dapat dibumikan untuk masuk ke
soal pendanaan, sebelumnya desa hanya menjadi dalam program pembangunan desa. Selama ini,
pendengar dan penonton, karena anggaran untuk program perempuan hanya terpaku pada Sepuluh
menjalankan program tidak berada di tangan desa. Program Pokok PKK dan berkisar pada persoalan
Desa hanya mengelola ADD dari APBD yang domestik. Ideologisasi itu berlangsung terus-
jumlahnya dibagi rata dengan sejumlah desa yang menerus, berjenjang dari isteri kepala desa sampai
ada di kabupaten tersebut. Dari dana desa yang warga. Aktivis PKK dan kader PKK sulit untuk
minim (sekitar 15-18 juta) tersebut, 30 persen keluar dari cara pandang lama dan berpikir progesif.
dipakai untuk operasional birokrasi desa, dan 70 Memang diperlukan kecerdasan bagaimana
persen dibagi untuk PKK, Lembaga Ketahanan membumikan isu gender dalam konteks kebijakan
Masyarakat Desa (LKMD), Hansip, Karang dan anggaran. Pembicaraan isu gender harus
Taruna, Gapoktan, dan sebagainya. Saat ini, setelah dilekatkan dengan isu lainnya, seperti: kemiskinan,
adanya UU Desa dan peraturan pelaksananya, desa pendidikan, kesehatan, dan pembangunan
berhak untuk mendapatkan dana tersendiri dan berkelanjutan. Membangun desa responsif
mengelolanya secara langsung. gender dengan menggunakan indikator Human
Menurut PP No. 43 Tahun 2014 tentang Development Index (HDI), Gender Development
Peraturan Pelaksana UU Desa, Dana Desa adalah Index (GDI), dan Gender Empowerment Measure
dana yang bersumber dari anggaran pendapatan (GEM), yang parameternya dibuat secara
dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa, inovatif terkait dengan AKI, AKB, ekonomi, KB,
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan trafficking, KDRT, pendidikan, pemberantasan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan penyakit menular endemik, perusakan lingkungan,
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, dan keterwakilan perempuan di posisi pengambilan
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kebijakan.
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan, Kabupaten
Besaran dana desa ini berbeda-beda sesuai dengan Sleman adalah contoh kabupaten yang paling
ketentuan yang ada, dengan prinsip berkeadilan sejahtera dari empat wilayah penelitian. Ketika
berdasarkan: a) alokasi dasar; dan b) alokasi yang ekonomi dan infrastruktur membaik, ditambah
dihitung dengan memerhatikan jumlah penduduk, akses komunikasi, sehingga wilayah tersebut tidak
angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat lagi berhadapan dengan isu praktis, tetapi sudah
kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota. memasuki penanganan isu strategis, seperti KDRT,
Harapan baru kemajuan desa ini dapat pernikahan dini, dan poligami.
diwujudkan dan tujuan adanya pengaturan tentang
desa akan dapat tercapai apabila implementasi Simpulan
UU Desa dilakukan dengan melibatkan partisipasi Dalam simpulan ini, dijawab keempat
masyarakat desa sepenuhnya. Kelembagaan dan pertanyaan penelitian yang diajukan oleh kedua
pengorganisasian masyarakat desa harus dapat peneliti. Mereka berpendapatan bahwa di Indonesia,
dioptimalisasi dan dapat dilihat melalui indikator ideologi patriarki negara sangat membatasi peran
berikut: 1) kemampuan Badan Perwakilan Desa perempuan hanya pada konsep reproduksi dalam
(BPD) sebagai mitra Kepala Desa dalam kegiatan rumah tangga. Ideologi ini, secara sadar atau tidak
pembangunan desa; 2) kemampuan PKK sebagai sadar, suka atau tidak suka, tampak jelas atau
motor penggerak kegiatan perempuan di desa; samar-samar, merasuk ke semua sendi kehidupan,
3) kemampuan RT/RW sebagai organisasi yang dan membentuk sistem diskriminasi berlapis yang
mengimplementasikan kegiatan pemerintah desa; sulit ditaklukkan. Ideologi ini bahkan ditanamkan
4) kemampuan Karang Taruna dalam melaksanakan oleh negara secara berlapis dari tingkat pusat, desa
kegiatan kepemudaan; dan 5) kemampuan remaja bahkan dusun. Manifestasinya dapat dilihat dari
masjid dalam menggalakkan kegiatan keagamaan Sepuluh Program Pokok PKK. Proyek nasionalisme,
di desa (Mulyadi, 2015:144-149). pembangunan dan demokrasi terus berkembang
dan dijalankan melalui kekuasaan politik negara.
Perempuan dan PKK Desa Negara yang berkepentingan mencapai tujuannya,
Kembali lagi pada persoalan PKK di Desa, membentuk ideologi patriarki yang paralel dengan
harus diakui bahwa akar permasalahan perempuan tujuan tersebut. Otonomi dan kemandirian hampir
sebenarnya ada di desa. Isu perempuan seperti tidak tampak di antara organisasi perempuan
KDRT, trafficking, AKI, dan persoalan lainnya, maupun di kalangan aktivis organisasi perempuan.
bersumber dari desa. Memang indikator untuk Politik lokal di desa hari ini masih terus menjadi
mengukur desa responsif gender sangat sulit, ruang kontestasi antara pendekatan liberal yang

210 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


menyuarakan egalitarianisme, equal opportunity, sebagai gerakan perempuan mitra pemerintah
dengan pendekatan yang mengedepankan politics dalam pelaksanaan pembangunan, seharusnya
of difference yang memperjuangkan politics of mendapatkan porsi yang cukup dari penggunaan
recognition terhadap kemajemukan beragam dana desa ini.
identitas gender. Pertarungan untuk demokrasi yang
pluralis dan inklusif dengan gender citizenship yang Catatan Tentang Buku
menjadikan perempuan sebagai subjek mandiri, Ani. W. Soetjipto dan Shelly Adelina,
berkontestasi dengan pendekatan demokrasi liberal keduanya dosen di Pascasarjana Kajian Gender
yang mengedepankan politik distribusi sumber Universitas Indonesia, menghadirkan penelitian
daya ekonomi, dengan konsep otonomi individual berperspektif perempuan dan gender tentang
yang sadar akan pilihannya dan bertanggung jawab PKK. Hasil penelitian mereka dituangkan dalam
atas pilihan yang diambil. buku ini, yang berjudul: “Suara Dari Desa Menuju
PKK dijadikan alat mobilisasi untuk tujuan Revitalisasi PKK”. Keduanya melakukan penelitian
pembangunan dengan mendorong prinsip tentang kepentingan perempuan (women’s interest)
kesukarelaan. Adapun yang membuat kader PKK dalam konteks pergerakan PKK. Berdasarkan
bekerja di desa dengan lintas batas, etnis, agama, penelusuran referensi, buku ini diyakini merupakan
dan kelas, mungkin adalah konsepsi motherhood buku hasil penelitian berperspektif perempuan
yang mengedepankan kepentingan anak, suami, dan gender tentang PKK, yang pertama kali ada.
keluarga besar, dan komunitas terdekat sebagai Buku ini menggambarkan dengan detail bagaimana
identitas yang mengikat. Tapi ketika identitas pengalaman perempuan kader PKK di keempat
itu dihubungkan dengan isu perempuan yang daerah penelitian, kemudian dianalisis dengan teori-
menjadi kepedulian perempuan desa, jawabannya teori gender. Sebagai satu-satunya buku tentang
tidak tunggal. Implikasi yang terjadi di tingkat PKK yang berperspektif perempuan dan gender,
pedesaaan: PKK sulit merespons tantangan baru buku ini dapat dijadikan rujukan bagi para aktivis
yang hadir bersamaan dengan reformasi dan dan organisasi perempuan, untuk merevitalisasi
liberalisasi ekonomi. Isu yang semakin beragam, gerakan dan organisasinya agar lebih sesuai dengan
universal, dan responsif gender hadir sangat cepat. perkembangan permasalahan perempuan.
PKK desa belum mengalami pembaharuan secara Dalam pemaparan kata pengantar buku ini,
substantif dalam program kerja, pengelolaan yang disampaikan oleh Ruth Indiah Rahayu,
organisasi, model kepemimpinan, dan tertinggal disebutkan bahwa menurut Jonasdottir dan Jones
dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan (1988), kepentingan perempuan merupakan konsep
baru dan isu baru yang amat cepat berkembang. politik, yang dapat dipilah secara formal, seperti
Kedua peneliti berpendapat perlu adanya partisipasi perempuan, dan substansial (content)
revitalisasi dan pembaharuan PKK yang substantif, seperti nilai-nilai kebutuhan perempuan.
terutama ideologi dan paradigma terkait dengan Kepentingan perempuan sangat beragam dan
penanganan isu gender, perubahan manajemen dipengaruhi oleh faktor ras, lokasi, etnis, kelas,
internal, demokrasi internal dalam organisasi dan gender, dan aspek lain. Perbedaan kepentingan
kepemimpinan, serta reformasi politik anggaran ini juga dipengaruhi oleh pengalaman perempuan
yang fundamental, sehingga PKK bisa terus dalam kehidupannya. Demikian pula kepentingan
relevan di masa depan. PKK memiliki potensi yang dan pandangan perempuan desa pada umumnya
sangat besar, jika mampu melakukan transformasi dan perempuan kader PKK. Pengalaman
dan mengubah wajah desa dari keterbelakangan, hidup perempuan merupakan ladang untuk
kemiskinan, dan ketertinggalan, menjadi desa pengetahuan/episteme. Disebutkan juga dalam
yang sejahtera, berdaya, dan adil, sehingga dapat bagian pengantar buku, pendapat Sandra Harding
menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan. (2002), bahwa dengan menggunakan pengalaman
Pembaharuan dan revitalisasi ini membutuhkan hidup perempuan (maupun laki-laki), maka yang
peran negara, yang dapat menjadikan perempuan dipandang “subjektif” justru akan memperkuat
warga negaranya menjadi aktif dan memahami hak “validitas” dan “objektivitas”, karena berdasarkan
konstitusionalnya. apa yang dialami dan bukan sekedar yang diketahui
Sementara itu, untuk mengatasi permasalahan saja.
pendanaan kegiatan PKK dan insentif bagi kader Kelebihan dari buku ini yaitu dapat
PKK, dapat dialokasikan dari Dana Desa. Menurut menyajikan pengalaman perempuan desa, terutama
Permendesa No. 5 Tahun 2014, penggunaan perempuan kader PKK di desa, dan dilakukan
dana desa diprioritaskan pada: pembangunan oleh peneliti perempuan. Kedua peneliti selain
desa dan pemberdayaan masyarakat desa. PKK sebagai perempuan, juga sebagai peneliti dengan

Dina Martiany, Book Review: Pemberdayaan Perempuan Desa | 211


perspektif perempuan dan gender; sehingga DAFTAR PUSTAKA
subjektivitas mereka juga akan memperkuat
validitas penelitiannya. Pengumpulan data dengan
metode observasi membantu kedua peneliti untuk
mempelajari proses, mekanisme, dan latar belakang Buku
di balik gerakan PKK, secara lebih dekat dan Mulyadi, Mohammad. 2015. Desa: Dinamika Kehidupan
terlibat. Sosial di Desa. Jakarta: Publica Press.
Meskipun demikian, buku ini akan lebih Soetjipto, Ani W, & Shelly Adelina. 2013. Suara dari
menarik minat pembaca dengan skala yang lebih Desa: Menuju Revitalisasi PKK. Tanggerang
luas, apabila ditulis lebih singkat, fokus, dan Selatan: Marjin Kiri bekerjasama dengan Program
sistematis. Dengan kata lain, buku ini tidak perlu Studi Kajian Gender Universitas Indonesia dan
menguraikan seluruh hasil penelitian, melainkan Yayasan TIFA.
hanya merangkum dan mendeskripsikan hal-hal
krusial dari temuan penelitian. Pembaca akan lebih Internet
fokus dalam memahami permasalahan perempuan “Anotasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
di desa, peran PKK, dan wacana revitalisasi PKK tentang Desa,” http://pattiro.org/wp-content/
berdasarkan perspektif feminis. uploads/2015/09/Anotasi-Undang-Undang-Nomor-
Dari hasil penelitiannya, kedua peneliti 6-Tahun-2014-Tentang-Desa.pdf. Jakarta: Pattiro,
kemudian merekomendasikan agar desa kembali 2015, hal 43. diakses 3 November 2015.
menjadi self governing community. Konsep ini “Prioritas Penggunaan Dana Desa 2015.” Penabulu
mengakui otonomi asli desa berdasarkan asal-usul Alliance, Interface, dan Keuangan Desa, 2015,
dan adat istiadat setempat. Desa memiliki hak http://www.keuangandesa.com/wp-content/
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya uploads/2015/04/14.-Prioritas-Pengajuan-Dana-
berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan Desa-20151.pdf. diakses 3 November 2015.
justru diserahkan dari pemerintahan yang lebih “Sejarah Singkat PKK,” http://www.pemalangkab.
atas (kabupaten dan kecamatan) kepada desa. Hal go.id/pkk/?page_id=17. diakses 6 November 2015.
ini agar sejalan dengan paradigma pembangunan
yang berorientasi pada pemberdayaan, yang
menempatkan masyarakat desa sebagai subjek Peraturan Perundang-Undangan
pembangunan. Perkembangan kultur dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
tradisi yang dewasa hendaknya bersifat lebih Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
memberdayakan dan tidak mendiskriminasi Peraturan Pelaksanaan UU Desa.
perempuan. Kekuatan utama PKK yang melekat Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana
pada struktur desa menjadi ‘leverage’ yang tidak Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dimiliki oleh organisasi perempuan mana pun di dan Belanja Negara.
tingkat desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Revitalisasi PKK tidak akan mengubah posisi Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
PKK sebagai bagian integral dari pelaksanaan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
program pembangunan. Tetapi, perubahan Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
fundamental pada paradigma dan program dan Belanja Negara.
kerja PKK, agar dapat lebih merespons isu-isu
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
perempuan dan kesetaraan gender yang terus
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015
berkembang. PKK juga harus meningkatkan kerja tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
sama dan bersinergi dengan beragam organisasi Desa Tahun 2015.
dan kelompok perempuan di desa, dan bukan
hanya dengan Linmas, Hansip, dan LKMD. Model
kepemimpinan yang mengikuti jabatan suami
secara otomatis juga harus ditinggalkan dan beralih
pada pilihan demokratis berdasarkan kapasitas dan
kompetensi. Isteri kepala desa bisa terpilih atau
tidak. Apabila tidak terpilih, dapat ditempatkan
sebagai penasehat/board, yang berfungsi strategis
dalam upaya lobi horisontal dengan organ-organ
lain di desa dan lobi vertikal dengan supra struktur
desa.

212 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai