Anda di halaman 1dari 3

Stratigrafi Regional

Secara stratigrafi, daerah Kulonprogo jika diurutkan dari formasi yang paling tua ke muda terdiri dari
empat formasi, yaitu:

a. Formasi Nanggulan
Nanggulan merupakan formasi tertua di Kulonprogo,dimana formasi ini terletak di Desa
Nanggulan yang berada di kaki sebelah timur Pegunungan Kulonprogo. Litologi penyusun
formasi ini terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan
konkresi Limonit, sisipan Napal dan Batugamping, Batupasir, Tuf, serta kaya akan fosil
foraminifera dan Moluska, dengan ketebalan sekitar 300 meter. Berdasarkan penelitian tentang
umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas.
Formasi Nanggulan dibagi menjadi tiga yaitu:
 Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, dimana memiliki tipe
penciri laut dangkal denganlitoogi penyusunnya terdiri dari batupasir interkalasi Lignit,
kemudian tertutup oleh batupasir dengan kandungan fosil Pelecypoda yang cukup
melimpah
 Yogyakarta beds
Formasi dengan litologi penyusun berupa Napal pasiran, serta batuan danlempung
dengan konkresi yang bersifat gampingan, formasi initerendapkan secara selaras di atas
axinea beds dengan ketebalan sekitar 60 m. Formasi ini banyak terdapat fosil
gastropodadengan fosil penciri Nummulities Djogjakartae.
 .Discocyclina beds
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta beds denagn
ketebalan sekitar 200 m. Terdiri batuan napald an batugamping perselingan dengan
batupasir dan serpih. Semakin ke atas, kandungan foraminifera planktonik
yangmelimpah dengan fosil penciri Discocyciina omphalus. Formasi Nanggulan
memiliki kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas.

b. Formasi Andesit Tua


Di atas Formasi Nanggulan diendapkan secara tidak selaras Formasi Andesit Tua
(Bemmelen,1949). Pringgoprawiro dan Riyanto (1987) merevisi penamaan Formasi Andesit
Tua menjadi dua Formasi yaitu Formasi Kaligesing dan Formasi Dukuh.Formasi Kaligesing
dicirikan oleh breksi monomik, dengan fragmen andesit,sisipan batupasir dan lava andesit.
Rahardjo, dkk,(1995) menamakan Formasi ini sebagai Formasi Kebo butak. Sedangkan
Formasi Dukuh terdiri dari breksi polimik dengan fragmen andesit, batupasir, batugamping.
Hal ini dapat terjadi karena pada Zaman Oligosen Akhir pada skala global mulai terjadi
kenaikan muka air laut. Sehingga pada Formasi Kebo butak dan Dukuh diperkirakan material
piroklastik yang terbentuk banyak terendapkan pada lingkungan transisi - laut akibat terjadinya
sea level rise. Sehingga dapat terjadi pencampuran dengan fragmen batupasir dan batugamping,
terkhusus seperti yang ditemui pada Formasi Dukuh. Material piroklastik yang ditemui dapat
berupa endapan aliran, surge, dan jatuhan. Umur Formasi tersebut adalah Oligosen Akhir –
Miosen Awal. Selain Kedua Formasi tersebut, terdapat intrusi yang diperkirakan sebagai tubuh
utama magmatik yang mengontrol aktivitas vulkanik kompleks pegunungan Kulonprogo,
Magma ini pada awalnya bersifat Andesit, kemudian aktivitas berikutnya yang menerobos
tubuh batuan Andesit memiliki komposisi yang sedikit bergeser ke arah asam, menjadi Dasit.
Umur Intrusi ini diperkirakan berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Formasi ini memiliki
ketebalan sekitar 660 m.

c. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung dengan
sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu
bioherm diselingi dengan napal dan batugamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter.
Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini
diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera,
pelecypoda dan gastropoda.

d. Formasi Sentolo
Litologi penyusun Formasi Sentolo ini pada bagian bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal,
semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan lingkungan pengendapan
berada pada Fasies Neritik. Batugamping terumbu dijumpai secara lokal, menunjukkan umur
yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa tempat umur Formasi Sentolo
adalah lebih muda (Harsono Pringgoprawiro, 1968). Formasi Sentolo bagian bawah dianggap
merupakan lingkungan laut yang lebih dalam dibandingkan lautan dangkal yang pada akhirnya
terbentuk Formasi Jongrangan. Sehingga pada Formasi Sentolo bagian bawah umum ditemui
Aglomerat dan Napal hasil rombakan material piroklastik Formasi Dukuh dan Kebobutak yang
terendapkan pada lingkungan karbonat.

e. Kolovium
Kolovium pada daerah Kulonprogo terbentuk dari material longsoran yang tertransportasi tanpa
medium air, satuan endapan ini terbentuk pada beberapa lembah dan menunjukkan ciri material
berbutir kasar, berbentukmenyudut dan endapan campuran batuan. Kolovium ini terbentukpada
Umur Kuarter.
f. Alluvium
Endapan Alluvial (Alluvium) pada daerah Kulonprogo terbentuk darimaterial longsoran dan
lapukkan yang kemudian tertransportasi dengan mediaair, satuan endapan ini terbentuk pada
beberapa lembah dan dataran, serta tepisungai. Menunjukkan ciri material berbutir agak kasar,
berbentuk agakmembundar dan agak menyudut dan endapan campuran batuan, serta dominan
material berbutir kasar. Endapan Alluvial ini terbentuk pada Umur Kuarter.

Gambar … Susunan Stratigrafi Kulonprogo menurut beberapa ahli

Stratigrafi Daerah Pemetaan

 Dasar Pembagian Satuan Batuan


Dasar pembagian satuan batuan
 Satuan Batuan Breksi
 Satuan Batupasir Tufan
 Satuan Batuan Batugamping berlapis
 …..

Anda mungkin juga menyukai