Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut
bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit
perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling
sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari
(Markum, 1999).

Dari penelitian terdahulu hanya 7% kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang
akan menimbulkan sakit perut (Apley, 1959), hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi
seperti konstipasi, abdominal, gastritis, ulkus peptikum dihubungkan dengan Helycobacter
pylori dan irritable bowel syndrome. Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi
menurut penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1). Penyebab sakit
perut berulang yang terbesar adalah faktor psikofisiologi (Boediarso, 2009). Kelainan organik
sebagai diagnosis banding penyebab sakit perut berulang telah banyak dilaporkan, tetapi
hanya ditemukan pada 5-15,6% kasus. Pada garis besarnya kelainan organik sebagai
penyebab sakit perut berulang dapat dibagi menurut penyebab intra-abdominal dan extra-
abdominal. Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari
dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain.

Evaluasi pasien dengan nyeri abdomen merupakan salah satu aspek yang menarik di
bidang gawat darurat. Nyeri abdomen merupakan keluhan yang cukup sering ditemukan
sebanyak 10 % pada pasien-pasien di ruang gawat darurat. Penegakan diagnosis
kemungkinan bervariasi dari kondisi yang cukup mengancam jiwa (contoh, ruptur aneurisma
arteri abdomen) hingga yang hilang sendiri (dinding abdomen yang menegang) dan dari yang
umum (gastroenteritis) hingga yang jarang (gigitan laba-laba hitam). Walaupun etiologi dari
nyeri pada awalnya belum dapat ditentukan kurang lebih sebesar 30-40% pasien, namun
mengenali kasus-kasus yang memerlukan operasi atau yang mengancam jiwa adalah hal yang
lebih penting dari penegakan diagnosis itu sendiri (Mahadevan, 2005).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nyeri abdomen ?
2. Apa saja macam – macam nyeri abdomen ?
3. Bagaimana etiologi dari nyeri abdomen?
4. Bagaimana patofisiologi nyeri abdomen ?
5. Bagaimana manifestasi klinis nyeri abdomen ?
6. Apa pemeriksaan penunjang pada nyeri abdomen ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada nyeri abdomen ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri abdomen ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai pengertian nyeri
abdomen, macam – macam nyeri abdomen, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan nyeri abdomen.

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan membuat asuhan keperawatan pada
klien dengan nyeri abdomen dengan data – data yang baik sehingga diagnosa yang
ditegakkan dan intervensi yang dilakukan diharapkan tepat dan akurat bagi klien
sehingga evaluasi yang dicapai berhasil dengan baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyeri Abdomen

Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen.

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri
abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan
atau durasi pendek.Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/ hilang timbul.Nyeri kronis
dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).

Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri
abdomen dapat berasal dari dalam abdomen, dinding abdomen, atau merupakan nyeri alih
dari suatu sumber di luar abdomen, pada tulang belakang atau thorak. (David Mattingly dan
Charles Seward, 1996)

Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang
terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.

Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Markum, 1999).

B. Macam – Macam Nyeri Abdomen


1. Nyeri abdomen visera (Nyeri Sentral)

Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ/struktur dalam rongga perut. Peritoneum
viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf autonom dan
tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Sehingga, sayatan/jahitan pada usus
dapat dilakukan tanpa dirasakan pasien. Akan tetapi, bila dilakukan tarikan/regangan
organ atau kontraksi otot berlebih menyebabkan iskemia (misal, kolik atau radang,
akan timbul nyeri). Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat letak nyerinya.

3
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan kapsul dari
organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atau inflamasi ketika jaringan
mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan
menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri ini sering merupakan manifestasi awal
dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga
kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri
sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.

Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan memasuki
korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera ini biasanya
terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera
berasal dari regio abdomen yang merujuk pada asal organ secara embrionik. Struktur
foregut seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas
menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri regio epigastrium.
Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon asenden menyebabkan
nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal, kolon
desendens dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.

2. Nyeri abdomen parietal (somatik)

Terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misal,
regangan peritoneum parietal dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk/disayat dan nyeri dapat ditunjukkan secara tepat letaknya dengan jari,
biasanya dekat dengan organ sumber nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini
dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang. Gesekan antara
visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan peritoneum dan menyebabkan
nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat

4
menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri
kontralateral pada appendicitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak
tubuh maupun gerak napas yang dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri.
(R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1997)

Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasi atau
penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang bermielinisasi
mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal berlawana dengan
nyeri visera, sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan
pergerakan dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam
pemeriksaan fisik dapat dicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan
kaku pada abdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa
nyari visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri
periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan bawah ketika
inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).

Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu*, hati, duodenum, pankreas, kolon,
paru, miokard
Epigastrium Lambung*, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa*, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan Apendiks*, adneksa*, sekum, ileum, ureter
bawah
Abdomen kiri bawah Kolon*, adneksa*, ureter
Suprapubik Buli-buli*, uterus, usus halus
Periumbilikal Usus halus
Pinggang/ punggung Pankreas*, aorta, ginjal
Bahu Diafragma*
* Organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatik
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)

3. Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan
akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan didaerah

5
ujung belikat.Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma
pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu.Kolik
ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar
seperti labium mayor atau testis. Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari nyeri alih
(Sjamsuhidajat, dkk., 2010).

4. Nyeri Radiasi
Nyeri menyebar dalam sistem/jalur anatomi yang sama, misal, kolik ureter atau
kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar (labium mayor
(wanita) atau testis). Kadang sukar dibedakan dari nyeri alih.

5. Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibatcedera atau peradangan saraf.Contoh yang terkenal ialah nyerifantom
setelahamputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster.Radang saraf ini
pada herpeszoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala
atau tandaherpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini dapat menetap bahkan setelah
penyakitnya sudah sembuh (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

6. Nyeri Kontinyu
Akibat rangsangan pada peritoneum parietal yang terus menerus, misal, pada reaksi
radang. Pada pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks melindungi bagian
meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.

7. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu
ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen).Nyeri ini timbul karena
hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran.Karena kontraksi ini berjeda,
kolik dirasakan hilang timbul.Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga
berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah.Saat
serangan, pasien sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau
di jalan.Yang khas adalah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang
kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

8. Nyeri Iskemik

6
Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak menyurut. Merupakan tanda jaringan terancam
nekrosis. Lebih lanjut, tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
merosotnya keadaan umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
(R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1997)

C. Etiologi
Secara garis besar, keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi
menjadi 6 bagian besar kategori :
1. Inflamasi
Etiologi Inflamasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bakterial dan kimiawi.
Kasus yang sering terjadi dari Inflamasi bakterial seperti appendicitis akut,
divertikulitis, cholesistitis akut, pankreatitis akut dan beberapa kasus Pelvic
Inflammtory Disease yang lain. Contoh Inflamasi kimiawi antara lain perforasi ulkus
peptikum dimana kandungan asam lambung menyebabkan reaksi peritoneal.
2. Gangguan Mekanik
Contoh penyebab mekanik seperti keadaan obstruksi. Contoh yang terjadi pada
kasus Ileus obstruktif, hernia inkarserata, dehissence, intussusepsi, malrotasi usus
dengan Volvulus sigmoid, caecal volvulus, atresia kongenital atau stenosis usus.
Penyebab tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca Colon.
3. Neoplasma
4. Gangguan Vaskular
Kelainan vaskular yang menyebabkan keadaan akut abdomen contohnya adalah
thrombosis atau embolisme A. mesenterika. Dan ruptur aneurisma aorta.. Ketika
aliran darah terhenti, timbul iskemia jaringan yang berlanjut menjadi nekrosis
jaringan, sehingga dapat terjadi ganggren usus yang terjadi pada usus.
5. Defek Kongenital
Suatu defek kongenital dapat melibatkan tindakan operasi segera kapan saja dari
sejak saat kelahiran (contoh: atresia duodenum, omphalocele atau hernia
diaphragmatica) sampai bertahun-tahun setelahnya seperti pada malrotasi usus
kronik.
6. Trauma
Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai
luka tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan seperti ruptur lien dan rupture
hepar. Riwayat kejadian trauma harus jelas.
7. Perforasi
Perforasi gaster, perforasi duodenum, perforasi kolon/sigmoid, perforasi
diverticulum

Beberapa penyebab penting nyeri perut

7
Nyeri Yang Berasal Dari Perut
Inflamasi peritoneum parietal
 Kontaminasi bakterial
- Apendisitis yang mengalami perforasiatau perforasi viskus lainnya
- Penyakit radang pelvis
 Iritasi kimiawi
- Tukak yang mengalami perforasi
- Pankreatitis
- Mittelschmerz
 Obstruksi mekanis visera berongga
- Obstruksi usus kecil dan besar
- Obstruksi percabangan bilier
- Obstruksi ureter
 Gangguan vaskuler
- Embolisme atau trombosis
- Pecahnya vaskuler
- Tekanan atau penyumbatan akibat torsi
- Anemia sel sabit
 Dinding perut
- Distorsi dan traksi mesenterium
- Trauma atau infeksi otot-otot
 Distensi permukaan viseral
- Perdarahan hatiatau kapsula ginjal
 Peradangan viskus
- Apendisitis
- Demam tiphoid
- Typhlitis
Nyeri Alih Bersumber Di Luar Abdomen
 Toraks
- Infark miokard akut
- Miokarditis, endokarditis, perikarditis
- Gagal jantung kongestif
- Pneumonia
- Emboli paru

8
- Pleurodinia
- Pneumotoraks
- Empiema
- Penyakit esofagus, spasme, ruptur, peradangan
 Genitalia
- Torsio testis
Kausa Metabolik
 Diabetes
 Uremia
 Hiperlipidemia
 Hiperparatiroidisme
 Insifisiensi adrenal akut
 Familial Mediterranean fever
 Porfiria
 Defisiensi inhibitor esterase C’I (angioneurotic edema)
Kausa Neurologi/ Psikiatri
 Herpes zoster
 Tabes dorsalis
 Kausalgik
 Radikulitis karena infeksiatau artritis
 Kompresi tulang belakangatauserabut saraf
 Gangguan fungsional
 Gangguan psikiatri
Kausa Racun
 Keracunan timbal
 Gigitan serangga atau hewan lain
Mekanisme lain
 Penggunaan narkoba
 Heat stroke
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)

9
Tabel Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut akut pada anak berdasarkan umur yang
tidak memerlukan tindakan bedah.

Bayi Dan Anak Dibawah Umur 2 Tahun


 Dalam perut: infeksi usus halus seperti infeksi oleh Salmonella spp,Shigella spp.,
Campylobacter spp.
 Luar perut: infeksi traktus urinarius
Anak diatas umur 2 tahun
 Dalam Perut:
- Gastrointestinal
- Infeksi usus halus: Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacterspp, Yersinia spp,
keracunan makanan : Staphylococcus spp,Clostridium spp, kolitis ulseratif, kolitis
amubik, adenitismesenterikus, ileus mekonium, enteritis regionalis (penyakit Crohn)
- Hepatobiliaris: hepatitis, kolelitiasis
- Infeksi mononukleosis
- Pankreas: pankreatitis akut sebagai akibat parotitis epidemika
- Ginjal: infeksi traktus urinarius, batu, nefritis
- Metabolik: intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia, ketoasidosisdiabetik
- Ginekologik: Salpingitis
 Luar perut:
- Pneumoia
- Limfadenitis inguinalis
- Osteomielitis (tulang punggung, tulang pinggul)
- Hematom otot perut
- Herpes zoster

10
- Kompresi susunan saraf spinal

(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)

Tabel Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut berulang pada anak.
GASTROINTESTINAL
Usus
 Mekanik
- Kongenital : malrotasi usus, hernia ingunalis strangualata, ileus mekonium,
fibrosiskistik, divertikulum meckel
- Didapat : perlekatan pasca bedah, intususepsi, obstipasi kronik,
hematomsubserosa (trauma)
 Radang
- InfeksiBakteri : Yersinia, Camphylobacter, Shigella, Salmonella,
Staphylococcus(toksin), Tuberkulosis
- Protozoa : Giardia lamblia
- Cacing : Ascaris
- Lain-lain : Radang usus besar (kolitis), purpura Henoch-Schonlein,
gastroenteritiseosinofilik, edema angioneurotik, abses usus
- Metabolik : Intoleransi laktosa, porfiria
- Neoplasma : Limfoma
- Ulkus : Ulkus peptikum, duodenitis
- Vaskular : Iskemia usus, migrain abdominal
- Idiopatik : Sindroma sakit perut berulang, miopati
 Hepatobilier
- Hepatik : hepatitis, abses hati, bendungan (gagal jantung)
- Billier : duktus koledokus, kolelitiasis, kolesistitis
 Pankretik : pankreatitis, pseudokista

Non Gastrointestinal
Dalam perut
 Traktus urinarius : infeksi, urolitiasis
 Traktus genitalis : penyakit peradangan panggul, dismenore idiopatik, ruptur
kistaovarium, kehamilan ektopik
 Splenik : bendungan (hipertensi portal), neoplasma
 Limfatik : peradangan (inflamasi), infeksi, tumor (limfoma)
 Metabolik : ketoasidosis diabetik, keracunan timah
 Peritoneum : peritonitis primer
 Dinding perut : trauma otot, neurologis (herpes zoster), skeletal (tumor
vertebra,infeksi), osteomielitis panggul
 Lain-lain : tumor

11
Luar perut
 Infeksi : pneumonia, osteomielitis panggul

(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)


D. Patofisiologi

Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada
(Hegar, 2003):

1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik

Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin
yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai
serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa
sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Reseptor nyeri pada perut terbatas di
submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen.

Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan
paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis
pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.

Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang
batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas
tak jelas serta sulit dilokalisasi.

Impuls nyeri dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem
empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz
sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari
kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks
spinals segmentalis.

12
E. Manifestasi Klinis
1. Muntah
Muntah adalah pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara aktif akibat adanya
kontraksi abdomen, pilorus, elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter esofagus
bagian bawah dan dilatasi esofagus. Muntah merupakan respon somatik refleks yang
terkoordinir secara sempurna oleh karena bermacam-macam rangsangan, melibatkan
aktifitas otot pernapasan, otot abdomen dan otot diafragma.
2. Nausea (mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan emosi.
Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan
keinginan untuk muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut, seringkali
disertai dengan gejala hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan anoreksia.
Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan
fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus
duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke dalam lambung. Pada
fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal.
3. Perut Agak Membesar
Distensi abdominal merupakan proses peningkatan tekanan abdominal yang
menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut. Distensi
dapat terjadi ringan ataupun berat tergantung dari tekanan yang dihasilakan. Distensi
abdominal dapat terjadi local atau menyeluruh dan dapat secara bertahap atau secara
tiba-tiba. Distensi abdominal akut mungkin merupakan tanda dari peritonitis atau
tanda akut obtruksi pada perut.Distensi abdominal mungkin dihasilkan dari lemak,
flatus, fetus (hamil atau masa intra abdominal, kehamilan ektopik) atau cairan.
Cairan dan gas normal berada dalam GIT tetapi tidak dalam ruangan peritoneal. Jika
cairan atau gas tidak dapat keluar secara bebas distensi abdominal dapat terjadi.

13
Dalam ruangan peritoneal, distensi dapat menyebabkan pendarahan akut, akumulasi
dari cariran asites atau udara dari perforasi dari organ dalam perut.
4. Konstipasi
Reflex ileus sering diinduksi oleh serat aferen visceral yang merangsang serat eferen
saraf simpatis(splanchnic nerves) untuk menurunkan peristaltic usus. Konstipasi
merupakan indicator absolute obstruksi usus. Namun obstipasi (tidak adanya pasase
feses dan flatus) diperkirakan kuat sebagai obstruksi usus mekanik jika ada distensi
abdomen dengan nyeri yang progresif atau muntah yang berulang
5. Diare
Watery diare yang banyak merupakan karakterisktik dari gastroenteritis dan
penyebab lain akut abdomen. Diare berdarah diperkirakan colitis ulseratif, crohn
disease, basilar atau disentri amuba.

Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita.
Pedoman yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai
berikut (Ulshen, 2000). Universitas Sumatera Utara
1. 0-3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah.
2. 3 bulan-2 tahun : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang
dapat menerangkannya.
3. 2 tahun –5 tahun : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat.
4. > 5 tahun : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut.

Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas,
lokasi dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi
sering menyertai sakit perut berulang.

F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pads hepar.
b) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pads saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

14
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi saluran
kemih, batu saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut dan
sindrom nefrotik (Hegar, 2003).
c) Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier,
kerusakan pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi,
kelainan bedah (invaginasi) dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan
pada sindrom usus inflamatorik. Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan
mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja (Ulshen, 2000).
d) Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase dapat
membantu mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem bilier
(Ulshen, 2000).

2. Pemeriksaan radiologi
a) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks. Harus
juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya
gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
b) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
c) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal.
d) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

3. Pemeriksaan khusus
a) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100--200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
b) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.

15
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari
lambung pada trauma abdomen.
e) Pemeriksaan kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya kista koledokus
atau pankreatitis. Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram, dll) bila
dicurigai adanya infeksi atau disfungsi saluran kemih. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga adanya kelainan perut dan
hepatobilier. Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG),
Electrocardiograf (EKG) untuk menyokong kecurigaan pada epilepsi perut,
spasmofilia atau hipokalsemia (Boediarso, 2010).
f) Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi
kolitis ulserativa, kolitis pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan
endoskopi dan radiologi dikerjakan apabila gejala klinis tidak memperlihatkan
perbaikan dan masih dipikirkan keterlibatan kelainan organik seperti ulkus
peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung atau duodenum (Ulshen, 2000).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila
sistim vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan berupa (b) dan
(c).
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

2. Tindakan penanggulangan definitif dengan cara :


a) Menghilangkan sumber kontaminasi.
b) Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
c) Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak
mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga abdomen
yang dinamakan laparotomi.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

16
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang tepat,
merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut
adalah:

a) Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).


b) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c) Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam
keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk
mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas
persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka
pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi
perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).

Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut,


diantaranya:

a) Penentuan ada tidaknya nyeri.


Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka.
1) Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
 Faktor Pencetus (P: Provocate), Perawat mengkaji tentang penyebab atau
stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat
melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
 Kualitas (Q: Quality), Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut,
berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
 Lokasi (R: Region), Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien
untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman
oleh klien.
 Keparahan (S: Severe), Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk

17
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau
berat.

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti


alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai nyeri dngan skala 0 sampai
10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi
terapeutik.

Gambar 2 Skala Analog Visual (VAS)

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus,
yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala analog visual merupakan
pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (McGuire, 1984).

Gambar 3 Skala Deskriptif Verbal

Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)merupakan salah satu


alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan

18
sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun
dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking
dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat menunjukkan
skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri
terbaru yang ia rasakan.

Gambar 4 Skala Nyeri Oucher


Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat
yang dinamakan “Oucher”, yang terdiri dari dua skala yang terpisah dengan
nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih besar dan
skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada
anak-anak yang lebih kecil.

Gambar 5 Skala Nyeri Wajah yang Dikembangkan Wong & Baker

19
 Durasi (T: Time). Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri

2) Faktor yang memperberat/memperingan nyeri.


Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien,
misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres, dan lain-lain.
 Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan
melibatkan organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung
empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
a. Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).
 Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate.
 Peningkatan heart rate
 Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP.
 Peningkatan nilai gula darah.
 Diaphoresis.
 Peningkatan kekuatan otot.
 Dilatasi pupil.
 Penurunan motilitas GI.
b. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
 Muka pucat.
 Otot mengeras.
 Penurunan HR dan BP.
 Nafas cepat dan irregular.
 Nausea dan vomitus.
 Kelelahan dan keletihan

20
 Respon Perilaku.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain:
merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri
yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung.

 Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.

 Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.


Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan
sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat
membantu dalam program aktivitas pasien. Perubahan-perubahan yang dikaji:
perubaha pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola
interaksi pada orang lain.

 Persepsi Klien Tentang Nyeri.


Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.

 Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.


Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk
menurunkan nyeri yang ia alami.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien nyeri abdomen, antara
lain :
a) Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual muntah

21
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia
(mual-muntah)
c) Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri abdomen
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan
a) Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual muntah
1) Mandiri
 Awasi jumlah tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat
R: Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak
pada kalori yaang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
 Indentifikasi rencana untuk meningkatkan/ mempertahankan
keseimbangan cairan optimal mis, jadwal masukan cairan
R: melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki
ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan untuk berhasil.
2) Kolaborasi
 Berikan / awasi hiperalimetasi IV
R: tidakan darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan
/elektrolit
 Tambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi
R: dapat diperlakukan untuk mencegah distrimia jantung

b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia (mual-


muntah)
1) Mandiri
 Buat tujuan kebutuhan nutrisi
R: malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif/ pemngambilan
keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir
dan kerja psikologis

22
 Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol
pilihan sebanyak mungkin
R: pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol
lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan
2) Kolaborasi
 Berikan terapi nutrisidalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi
R: pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi.
Perawatan rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana
masukan makanan, muntah dapat dipantau.

c) Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri abdomen


1) Mandiri
 Batasi makanan dan minuman mengandung kafein
R: kafein dapatmemperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi
tidur tahap REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat
bangun
 Dukung kelanjutan kebiasan ritual sebelum tidur
R: meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
2) Kolaborasi
 Bila perlu berikan analgesik, sedatif saat tidur sesuai indikasi
R: nyeri mempengaruhi kemampuan pasien untuk jauh/tetap tidur.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri
abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan
atau durasi pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/ hilang timbul.Nyeri kronis
dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).

Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang
terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.

B. Saran

Dari makalah diatas kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran demi perbaikan makalah
selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Marylinn, dkk. 1992. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

http:// sehat.link/asuhan-keperawatan-pada-klien-nyeri-abdomen-askep-kolik-abdomen.info

https:// www. Academia. Edu./ 6435676/ nyeri. Diakses tanggal 28 Maret 2016.

FK UNMUL. 2004. “Akut Abdomen”. Online. https: // fkunmul04. Files. Wordpress.com/


2008/ 10/ akut-abdomen.pdf. Diakses tanggal 28 Maret 2016.

Senoputri, Muh. Adrian. 2010. “Artikel Kesehatan : Sakit Perut”. Online. http ://
asuhankeperawatans. Blogspot.ae/ 2010/ 12/ artikel-kesehatan-

Sakut-perut. Diakses tanggal 29 Maret 2016.

Ling – Ling. 2011. “Nyeri Abdomen Akut”. Online. http:// niinaling2. Blogspot.ae/ 2011/ 12/
nyeri – abdomen- akut. Diakses tanggal 29 Maret 2016.

http:// alergycliniconline.com/ tag/ kenali-berbagai-penyebab-nyeri- perut-anda- berdasarkan-


lokasi- dan- sifat-nyeri. Diakses tanggal 28 Maret 2016.

http:// prazhczar. Blogspot. ae/ 2014/ 08/ abdominal-pain. Diakses tanggal 28 Maret 2016

25

Anda mungkin juga menyukai